http://repository.untag-sby.ac.id/1681/3/Bab%20II.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/04/Contoh-TM-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
Dari Penerima Organ(Resipien)
1. Autograft (Autotransplantasi)
Pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi
ini dilakukan pada jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat beregenerasi kembali.
2. Isograft
Termasuk dalam autograft, isograft yang merupakan prosedur transplantasi yang dilakukan antara dua orang yang secara genetic identik.
3. Allograft (Homotransplantasi)
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya pemindahan
jantung dari seseorang yang telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih hidup. Kebanyakan sel dan organ manusia adalah allograft.
4. Xenotransplantation (Heterograft)
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari spesies bukan manusia kepada tubuh manusia. Contohnya
pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia untuk mengganti organ manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi baik.
5. Transplantasi domino (Domino Transplantation)
Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak tahun 1987. Donor memberikan organ jantung dan parunya kepada penerima donor
yang lain. Biasanya dilakukan pada penderita “cytic fibrosis” (hereditary
disease) dimana kedua parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah untuk mengganti jantung dan
paru sebagai satu kesatuan. Biasanya jantung dari si penderita ini masih sehat, sehingga jantungnya dapat didonorkan kepada orang lain
yang membutuhkan.
http://repository.untag-sby.ac.id/1681/3/Bab%20II.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/04/Contoh-TM-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
Jenis transplantasi berdasarkan sel induk
a. Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang, tulang
dada, tulang punggung dan tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk
hematopoetik.
b. Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang terkandung tidak sebanyak pd
sumsum tulang untuk jumlah sel induk mencukupi suatu transplantasi.biasanya pada donor diberikan
granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF). Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut Aferesis.
c. Transplantasi sel induk darah tali pusat (Stem cord)
Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel
induk dari sumsum tulangatau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali
pusat telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan
jiwa.
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/03/Contoh-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
LI 3. Syarat dan Prosedur
Transplantasi (definisi kematian)
Syarat - syarat Transplantasi Organ Tubuh Manusia bagi pendonor dan penerima donor
-Persyaratan untuk terdaftar sebagain calon Pendonor meliputi :
a. persyaratan administratif
a. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP
b. Telah berusia 18 tahun dibuktikan dengan KTP, kartu keluarga, dan/atau akta kelahiran
c. Membuat pernyataan tertulis tentang kesediaan Pendonor menyumbangkan Organ tubuhnya secara sukarela
tanpa meminta imbalan;
d. Memiliki alasan menyumbangkan Organ tubuhnya kepada Resipien secara sukarela;
e. Mendapat persetujuan suami/istri, anak yang sudah dewasa, orang tua kandung, atau saudara kandung
Pendonor;
f. Membuat pernyataan memahami indikasi, kontra indikasi, risiko, prosedur Transplantasi Organ, panduan hidup
pascatransplantasi Organ, serta pernyataan persetujuannya; dan
g. Membuat pernyataan tidak melakukan penjualan Organ ataupun perjanjian khusus lain dengan pihak Resipien.
h. Pendonor harus memiliki keterangan hubungan darah atau suami/isteri dengan Resipien dari pejabat Pemerintah
Daerah yang berwenang.
Syarat - syarat Transplantasi Organ Tubuh Manusia bagi pendonor dan penerima donor
-Persyaratan untuk terdaftar sebagain calon Pendonor meliputi :
b. Persyaratan medis
- Pemeriksaan medis awal dan skrining oleh rumah sakit penyelenggara Transplantasi Organ atas permintaan dari Komite
Transplantasi Nasional atau Perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi terhadap calon Pendonor yang telah melakukan
pendaftaran.
- Bertujuan untuk memastikan kelayakan sebagai pendonor dilihat dari segi kesehatan pendonor.
Syarat - syarat Transplantasi Organ Tubuh Manusia bagi pendonor dan penerima donor
-Persyaratan untuk terdaftar sebagain calon penerima donor meliputi :
a. Indikasi medis
b. Tidak memiliki kontra indikasi medis, untuk dilakukan transplantasi organ
c. Setiap calon resipien atau keluarganya harus mendaftar ke Komite Transplantasi Nasional atau
perwakilan Komite Transplantasi Nasional di Provinsi setelah memenuhi persyaratan yang diberikan :
a. Memiliki keterangan dan persetujuan tertulis dari tim transplantasi rumah sakit;
b. Memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya Transplantasi Organ atau memberikan surat
penjaminan biaya Transplantasi Organ, untuk calon Resipien yang dijamin asuransi;
c. Menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi, kontra-indikasi, risiko, dan tata cara
Transplantasi Organ, serta pernyataan persetujuannya;
d. Menyerahkan pernyataan tertulis tidak membeli Organ tubuh dari calon Pendonor atau melakukan
perjanjian khusus dengan calon Pendonor, yang dituangkan dalam bentuk akte notaris atau pernyataan
tertulis yang disahkan oleh notaris.
Persyaratan Rumah Sakit Penyelenggara
PERMENKES NO 38 TAHUN 2016 PASAL 7
• Terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
• Memiliki sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan
kewenangan di bidang transplantasi organ
• Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan
penyelenggaraan transplantasi organ
PERMENKES NO 38 TAHUN 2016 PASAL 8
Untuk mendapatkan penetapan sebagai rumah sakit penyelenggaran Transplantasi organ, kepala
atau direktur rumah sakit harus melakukan permohonan penetapan kepada Mentri melalui
Direktur Jendral disertai dengan pemenuhan persyaratan dan standar sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7.
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/03/Contoh-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
B) Pencarian donor yang sesuai,
Mengidentifikasi siapa yang akan menjadi donor utama setelah melalui proses pencocokan
donor. Pencarian donor yang cocok berguna untuk mengurangi beratnya penolakan dari tubuh
resipien terhadap organ yang didonorkan, maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien
harus memiliki kesesuaian yang semaksimal mungkin. ABO dan HLAnya.
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/03/Contoh-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
2. Saat operasi transplantasi berlangsung
A) Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan,
B) Pemakaian obat-obat immunosupresan yang poten.
3. Pasca Operasi
A) Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien (hyperacute, acute or chronic),
Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak dikendalikan, maka organ yang
dicangkokkan biasanya ditolak. Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga
baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian.
B) Kematian,
Akibat penekanan anti penolakan maka menyebabkan penurunan kekebalan tubuh yang berakibat dapat masuknya
kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan dapat menimbulkan komplikasi hingga berakibat kematian.
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/03/Contoh-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
LI 4. Pandangan Agama, Hukum dan
Bioetika Terhadap Transplantasi
Melihat tujuan utama transplantasi adalah bersifat kemanusiaan dan melepaskan derita sakit atau
kelainan biologis. Maka dalam pandangan agama (Islam), hukum transplantasi diperbolehkan
dengan beberapa ketentuan, yaitu tidak menimbulkan kemadharatan (kesengsaraan) bagi dirinya atau
bagi seseorang yang punya hak atas dirinya.
Tidak diperkenankan mentransplantasikan organ yang hanya ada satu di dalam tubuh, misalnya hati atau
jantung, karena tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya organ tersebut. Begitu juga, tidak
diperbolehkan mentransplantasikan organ tubuh bagian luar, seperti mata, tangan, dan kaki. Dengan
alasan akan menimbulkan madharat (bahaya) yang lebih besar bagi dirinya sendiri.
Sebagai contoh organ tubuh yang diperbolehkan agama adalah seseorang yang memiliki ginjal yang dua-
duanya sehat, kemudian salah satu ginjalnya didonorkan kepada orang lain. Tindakan ini dapat menolong
keselamatan jiwa seseorang yang telah mengalami gagal ginjal, atau kerusakan yang sangat parah.
Sedangkan orang yang mendonorkan ginjalnya, tetap dalam keadaan sehat. Tindakan seperti ini, bukan
saja boleh, bahkan dianggap sebagai tindakan kebaikan yang sangat tinggi.
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/04/Contoh-TM-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
Terdapat beberapa pandangan mengenai hukum transplantasi organ tubuh manusia dari berbagai
kalangan, baik kalangan Ulama Klasik maupun Ulama Kontemporer. Berikut beberapa pendapat
terkait hukum transplantasi organ tubuh:
Para ulama fiqih klasik sepakat bahwa melakukan transplantasi organ tubuh manusia dengan organ
manusia lainnya diperbolehkan selama tidak menimbulkan kemudharatan.
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/04/Contoh-TM-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwasannya praktik transplantasi itu boleh dilakukan. Meskipun diperbolehkan, akan tetapi
sifatnya tidaklah mutlak melainkan muqayyad (bersyarat). Oleh karena itu, seseorang tidak boleh mendonorkan sebagian
organ tubuhnya yang justru akan meninggalkan kemelaratan dan kesengsaraan bagi dirinya atau orang yang mempunyai hak
tetap atas dirinya.
Mayoritas Ulama yang memperbolehkan transplantasi mendasarkan pendapat mereka pada argumentasi berikut:
Oleh karena itu, jika seseorang mendonorkan organ atau jaringan tubuhnya yang tidak vital dan juga tidak mencelakakan
dirinya, maka ia telah menyelamatkan nyawa orang lain untuk memperbaiki organ tubuh resipien (penerima). Hal ini
merupakan tindakan yang sangat terpuji.
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/04/Contoh-TM-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
2). Transplantasi yang didasari kedaruratan
Bahwasannya transplantasi yang dilakukan atas dasar darurat (keterpaksaan) dapat dikategorikan sebagai tindakan yang mubah
(boleh). Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al-An’am ayat 119:
“Dan mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya,
padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa
kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa
nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.”
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/04/Contoh-TM-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
MUI Dalam Menyikapi Transplantasi
• Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai komisi fatwa di Indonesia juga mengambil sikap untuk
menyikapi transplantasi. Dalam fatwanya yang keluar tahun 2010 mengatur hukum tentang
cangkok organ.
• Dalam fatwa tersebut ditegaskan, pencangkokan organ manusia ke dalam tubuh yang lain
diperbolehkan melalui hibah, wasiat dengan meminta, tanpa imbalan, atau dari bank organ
tubuh.
• Lalu, jika organ diambil dari tubuh seseorang yang telah meninggal juga diperbolehkan
dengan syarat harus disaksikan oleh dua dokter ahli. Selanjutnya, transplantasi dihukumi
haram jika didasari bukan karena suatu kemaslahatan hidup orang.
• “Transplantasi diharamkan bila didasari tujuan komersial. Tidak boleh diperjual belikan,”
terang Ketua MUI, Ma’ruf Amin dikutip dari republika.
• Oleh karenanya, pencangkokan organ atau transplantasi diperbolehkan. Asal sesuai syariat
dan syaratnya terpenuhi. Selain itu, dalam melaksanakannya juga harus memperhatikan hal-
hal yang detail agar dalam pencangkokan organ tersebut memberi kemanfaatan bagi
penerima donor dan pendonornya.
Pandangan Hukum
UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan memang melegalkan praktek transplantasi organ tubuh, seperti yang diatur
dalam Pasal 33 ayat (1).
“Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh,
transfuse darah, implan obat dan atau alat kesehatan, serta bedah plastik dan rekonstruksi.”
Namun, UU itu membatasi tindakan transplantasi organ tubuh dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan,
dan dengan tegas melarang untuk melakukannya untuk tujuan komersial. Hal ini diatur dalam Pasal 33 ayat (2).
“Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.”
UU Kesehatan mengancam dengan tegas sanksi bagi pelanggar ketentuan tersebut, seperti yang tertuang dalam
Pasal 80 ayat (3).
“Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan dengan tujuan komersial dalam pelaksanaan transplantasi organ t
ubuh atau jaringan tubuh atau transfuse darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).”
https://www.balitbangham.go.id/po-content/peraturan/uu.%20no%2023%20tahun%201992%20tentang%20kesehatan.pdf
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) Pasal 64, yang berbunyi:
“Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat
kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca”
Pasal 65 ayat 1 dan 2 UU Kesehatan yang berbunyi :
(1)Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2)Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat
persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.
https://www.balitbangham.go.id/po-content/peraturan/uu.%20no%2023%20tahun%201992%20tentang%20kesehatan.pdf
Pasal 66 UU No. 36 Tahun 2009
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti keamanan
dan kemanfaatannya.
Peraturan yang mengatur tentang transplantasi organ dan/ atau jaringan diatur dalam beberapa perundang-undangan, antara lain yaitu:
a) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
b) Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang,
c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, serta
d) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat atau Jaringan
Tubuh Manusia.
Dalam peraturan yang telah ada di Indonesia terkait dengan transplantasi organ belum ada peraturan yang mengatur secara khusus terhadap
tindakan transplantasi organ dari donor hidup diluar kekerabatan pasien serta tidak ditemukan adanya perlindungan hukum terhadap donor.
https://www.balitbangham.go.id/po-content/peraturan/uu.%20no%2023%20tahun%201992%20tentang%20kesehatan.pdf
Pasal 11 PP 18/1981, yaitu:
(1) Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang bekerja pada sebuah rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
(2) Transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.
Pasal 14 PP 18/1981 menyatakan bahwa :
“Pengambilan organ dari korban yang meninggal dunia dilakukan atas dasar persetujuan
dari keluarga terdekat”.
Pasal 16 PP 18/1981 menerangkan bahwa :
“Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas sesuatu
kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi”.
https://www.balitbangham.go.id/po-content/peraturan/uu.%20no%2023%20tahun%201992%20tentang%20kesehatan.pdf
Pandangan Bioetika
4 Prinsip Dasar Biometikal Etik
1. Hormat pada Otonomi (Respect for autonomy)
Bahwa mendonorkan organ merupakan perbuatan mulia keputusan untuk mendonorkan organ merupakan
keputusan (otonomi pendonor) yang diputuskan sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
2. Tidak berbuat jahat atau membahayakan (Non Malefincence)
Setiap operasi transplantasi yang dijalankan selalu mengandung resiko.
Donor harus diberi penjelasan mengenai resiko yang akan timbul apabila melakukan pendonoran.
3. Berbuat kebaikan (Beneficence)
Prinsip berbuat kebaikan mendikte kita untuk berbuat baik kepada orang lain, terutama apabila tidak
terkandung resiko bagi si pemberi kebaikan.
Dalam hal tranplantasi organ tujuan kebaikan tersebut dapat hilang apabila lebih tinggi resikonya.
4. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dalam Donasi dan Transplantasi Organ lebih relevan terhadap alokasi organ, yang
menyangkut kepada perlakuan yang adil, sama dan sesuai dengan kebutuhan pasien yang tidak terpengaruh
pada faktor lain.
Sumpah Hippocrates
Salah satu bunyinya menyatakan:
“I will prescribe regimens for the good of my patients according to my ability and my judgment and never do
harm to anyone.”
Kegiatan apa pun harus dilakukan demi kebaikan sang pasien dan berusaha agar tidak menyakiti siapa pun.
Sumpah Dokter Indonesia
Beberapa pernyataan sumpah dokter:
“Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan”
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan
Dalam sumpah dokter Indonesia, transplantasi merupakan kegiatan yang
didukung karena menjalani dengan baik makna dari sumpah tersebut.
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan fungsi salah
satu organ tubuhnya. Dari segi etika kedokteran, tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan
beberapa pasal dalam KODEKI, yaitu :
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahan daya tahan psikis maupun fisik hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempengaruhi segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien.
Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,
maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasienkepada dokter yang
memunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penderita. Maksudnya dalam kasus
transplantasi adalah dokter tidak boleh mengkomersilkan organ seseorang pendonor dan hanya untuk
kemanusiaan pihak dokter pun tidak boleh menerima uang atau apapun yang berkaitan dengan
tindakan komersil pada prosedur transplantasi tapi tetap harus tulus dan bekerja sebaik mungkin.
LI 5. Keuntungan dan Kerugian
Transplantasi
Dampak Positif dan Negatif dari Transplantasi Organ Tubuh Manusia
-Dampak bagi pemberi donor :
- Dampak Positif:
1. Keinginan menolong orang tercapai/sikap moralitas nya terpenuhi
2. Mendapatkan pahala kebaikan,karena sudah menolong orang lain
3. Apabila donor ilegal, maka si pendonor akan mendapatkan upah dari persyaratan awal penerima
donor.
- Dampak Negatif:
1. Dapat terjadi komplikasi pada tubuh, karena penolakan sistem imunitas tubuh dan perbedaan
golongan darah
2. Dapat menyebabkan infeksi, apabila prosedur dan syarat transplantasi tidak berjalan sesuai aturan
3. Dapat menyebabkan kematian
4. Apabila terjadi transplantasi ilegal, maka bisa saja mendapatkan sanksi
https://lifepal.co.id/media/transplantasi-organ/
Dampak Positif dan Negatif dari Transplantasi Organ Tubuh Manusia
-Dampak bagi penerima donor :
- Dampak Positif:
1. Tercapai nya kesembuhan
2. Meningkatkan angka harapan hidup
3. Meminimalisir resiko kesakitan
- Dampak Negatif:
1. Bisa saja dapat terjadi komplikasi, karena penolakan sistem imunitas tubuh dan
perbedaan golongan darah
2. Dapat menyebabkan infeksi, apabila prosedur dan syarat transplantasi tidak berjalan
sesuai aturan
3. Apabila terjadi transplantasi ilegal, maka bisa saja mendapatkan sanksi
https://lifepal.co.id/media/transplantasi-organ/