DI
S
U
S
U
N
OLEH:
PUTRI AIZA LUTFIA
NIM : 134047 018029
Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin. Dan
tak lupa pula salawat bertangkaikan salam kami sanjung sajikan atas baginda Muhammad
saw. yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini ialah untuk memenuhi tugas kuliah untuk
mata kuliah Klasifikasi Kodefikasi Penyakit dan Masalah Terkait (KKPMT) IV dengan judul
“Sistem Kesehatan Reproduksi Manusia” yang dibimbing oleh Ibu Oriza Sativa, Ssi, MM. Dan
tidak lupa pula ucapan terima kasih kami kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan ini.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu diperlukan kritik
dan saran dari pembaca untuk memperbaiki kesalahan kedepannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang mulai dari
peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta spesialis tidak mau
ketinggalan untuk bisa memiliki dan memahami wawasan serta ilmu pengetahuan tersebut.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali teori-
teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan reproduksi.
Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa
menolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien
dalam menjalanakan kodratnya sebagai perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau
spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atau
perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan
kesejahteraan meraka.
Untuk itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan beberapa
pengertian yang mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk khalayak pembaca
khususnya para perempuan. Oleh karena itu penulis mengambil judul pada makalahm ini,
yaitu “KESEHATAN REPRODUKSI”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Kesehatan Reproduksi.
A. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23 Tahun 1992).
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan
fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma Ata-
WHO dan UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup
produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social yang
utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesprosesnya.
Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang
memuaskan dan aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan
kebebasan untuk menentukan keinginannya, kapan dan frekuensinya.
1. Kesehatan Seksual
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi yang
mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan secara
memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan lainnya. Terkait
dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi manusia untuk memutuskan
secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua hal yang berhubungan dengan
seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi
dan kekerasan.
2. Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi
a. Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan
kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan, kelahiran dan
kenikmatan seks aman.
b. Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan
pengambilan keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai subyek dalam
kebijakan terkait.
c. Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan itu
sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan kelas melainkan
juga menjamin adanya keadilan sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi perempuan,
misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.
d. Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang dimiliki
oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai dengan keberadaannya
sebagai pribadi dan anggota masyarakat tertentu.
Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang
sangat berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme atau
respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada (Notoatmojdo,1993).
Sedangakan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul
berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari
luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara
seksual lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih rendah atau
tidak beresiko sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual, semakin mendorong
remaja memenuhi memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi
seperti ini di sebut youth uulnerability oleh Quadrel et. aL. (1993) juga menyatakan bahwa
remaja cenderung melakuakan underestimate terhadap uulnerability dirinya. Banyak remaja
mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (sanggama) yang pertama kali
atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor
social ,ekonomi,budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan tidak
adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan
reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD
Kairo dicantumkam definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hakhak reproduksi.
Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada pengakuan akan hak-hak
asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertangung jawab
mengenai jumlah anak , penjarangan anak (birth spacing), dan menentukan waktu kelahiran
anak-anak mereka dan mempunyai informasi dan cara untuk memperolehnya, serta hak
untuk menentukan standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. Dalam pengertian ini
ada jaminan individu untuk memperoleh seks yang sehat di samping reproduksinya yang
sehat (ICPD, 1994). Sudah barang tentu saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi
tercapai atau tidak kesehatan reproduksi seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja
.
D. Abrotus
Abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja
untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil
konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.
a. Infeksi akut
b. Infeksi kronis
E. Infertilitas
Infertilitas primer yaitu pasangan suami istri yang belum mampu memiliki anak setelah
satu tahun menikah
Infertilitas sekunder yaitu pasangan suami istri yang pernah memiliki anak sebelumnya
tapi hingga saat ini belum mampu untuk mendapatkan anak lagi.
Pasangan suami istri di anggap Infertilitas karena sistem kesehatan reproduksi salah
satu pasangan ada yang terganggu. Hal ini dapat di maklumi karena proses pembuahan yang
berujung pada kehamilan dan lahirnya janin ke dunia merupakan kerjasama antara suami
dan istri.
Makna dari kerjasama itu adalah suami yang mempunyai sistem dan fungsi
kesehatan reproduksi yang sehat dan mampu menghasilkan atau menyalurkan spermatozoa
ke organ reproduksi wanita, Istri yang memiliki sitem dan fungsi reproduksi sehat dan
mampu menghasilkan sel telur atau ovum yang dapat di buahi oleh spermatozoa dan
mempunyai rahim sebagai tempat perkembangan janin, embrio sampai bayi berusia cukup
bulan dan di lahirkan. Apabila salah satu faktor tersebut tidak di miliki oleh salah satu
pasangan, pasangan tersebut tidak akan mampu mempunyai anak.
Pasangan suami istri dapat di katakan Infertilitas jika selama kurun waktu satu tahun
menikah belum mendapatkan seorang nak. Demikian pengertian dari infertilitsa. Yang harus
di sadari adalah langkah apa yang kan di lakukan apabila salah satu pasangan mengalami
Infertilitas atau tidak subur. Banyak pasangan yang mengalami Infertilitas dan berhasil
memiliki anak, jadi ketenangan dan berpikir rasional adalah langkah awal yang tepat yang
dapat di lakukan untuk mengatasi Infertilitas sehingga kesehatan reproduksi dapat kita jaga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diketahui oleh para perempuan bakal
calon ibu ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas dapat
penulis simpulkan bahwa. Definisi kesehatan sesuai dengan WHO,kesehatan tidak hanya
berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dana sosial, ditambahkan
lagi (sejak deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengansyart baru, yaitu: sehingga setiap
orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social yang
utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesprosesnya. Hak
reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran
anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.
B. Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk
bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga, supaya
kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna. Oleh kerana itu penulis
memberi saran kepada para pihak yang terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan
untuk bisa memberikan pengetahuan dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat
dengan cara sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi
masyarakat bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi. Akademi Kebidanan
YPIB Majalengka..
http://infokesehatandangizi.blogspot.com/2013/07/pengertian-dari-infertilitas.html.
http://irdayantinasir.blogspot.com/2013/05/makalah-kesehatan-reproduksi-remaja.
http://makalahkesehatanreproduksi95.blogspot.com/2014/12/makalah-kesehatan-
reproduksikespro.html?m=1.