Anda di halaman 1dari 13

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Pengambilan Dokumen Rekam Medis

Rawat Jalan RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 2014

Eka Rahman1, Ida Wahyuni2

The Factors of Affecting Decision Speed Document Ambulatory Medical Record


In RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya 2014

Abstrak

Kecepatan pelayanan merupakan salah satu hal yang dapat menunjukan kualitas pelayanan yang baik,
begitu pula dengan penyediaan dokumen rekam medis. Dokumen rekam medis dituntut selalu tersedia setiap
saat. Survei yang dilakukan di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya ditemukan bahwa dalam kegiatan
pengambilan dokumen rekam medis rawat jalan masih ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan pengambilan dokumen rekam medis rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kecepatan pengambilan dokumen rekam medis rawat jalan di RSUD dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Informan adalah empat petugas
rekam medis filing rawat jalan dan seorang kepala unit rekam medis RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
yang diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan dokumen rekam medis rawat jalan adalah terbatasnya sumber daya manusia
dibagian filing rawat jalan, kurangnya pengembangan kemampuan petugas filing rawat jalan, terbatasnya sarana
dan prasarana yang sesuai di ruang filing rawat jalan, dan ketidaksesuaian prosedur yang dilaksanakan dengan
SOP yang ada. Saran diharapkan dapat melakukan upaya untuk memperbaiki faktor-faktor tersebut agar
kecepatan pelayanan pengambilan dokumen rekam medis rawat jalan dapat ditingkatkan.

Kata kunci: faktor, kecepatan pengambilan dokumen rekam medis.

Abstract

The speed of service is one thing that can shows good quality of service, as well as the provision of
medical record documents. Medical record documents mandatory to be available at any time. Surveys conducted
in dr. Soekardjo Hospital Kota Tasikmalaya found that the extraction of outpatient medical record documents
still found some factor that affecting the speed of documents retrieval outpatient medical record. The purpose of
this research is to determine the factors that affecting the speed of document retrieval in the outpatient medical
record dr. Soekardjo Hospital Kota Tasikmalaya. This research is descriptive qualitative study with a
phenomenological approach. Data collected through in-depth interviews and observations. Informants are four
workers filing outpatient and head of medical record taken by purposive sampling techniques.The results
showed that the factors that affected the retrieval of documents including outpatient medical record are: limited
human resources filing outpatient section, lack of development of ambulatory ability filing officer, limited
facilities and infrastructure are appropriate in the outpatient filing, and discrepancy between impmentation and
SOP. It is Suggested that Hospital would make an effort sto improve these factors so that the speed of document
retrieval service outpatient medical record can be improved.

Keywords: factors, medical record document retrieval.

1
Staf Rekam Medis RSUD dr. Slamet Garut
2
Dosen pada Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

32
Pendahuluan mereka memberikan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah tersedianya terhadap pasien.
pelayanan yang berhasil guna dan berdaya Rekam medis berfungsi sebagai bukti
guna yang tersebar secara merata diseluruh tertulis atas segala tindakan pelayanan,
Indonesia. Dengan demikian terwujudnya perkembangan penyakit dan pengobatan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah
dapat tercapai bagi setiap orang sehingga Sakit. Permenkes No 269 tahun 2008 tentang
dapat hidup produktif secara sosial dan dokumen rekam medis pasal 12 menjelaskan
ekonomis. Jenis pelayanan di Indonesia bahwa berkas rekam medis milik sarana
meliputi pelayanan primer dan sekunder. pelayanan kesehatan sehingga pihak rumah
Pelayanan primer merupakan pelayanan gardu sakit harus menyediakan tempat penyimpanan
pertama dimana pelayanan kesehatan dasar dokumen (filing).
dilakukan. Kegiatan ini meliputi promotif dan Filing adalah kegiatan penataan atau
preventif. Pelayanan kesehatan sekunder penyimpanan (storage) berkas rekam medis
merupakan pelayanan lanjutan meliputi untuk mempermudah pengambilan
kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Contoh kembali/retrieval (Rustiyanto dan Rahayu,
pelayanan sekunder adalah rumah sakit. 2011). Dalam penyimpanan rekam medis di
Undang- undang nomor 44 tahun 2009, ruangan filing dilakukan sistem penyimpanan
menerangkan bahwa rumah Sakit adalah dan penjajaran untuk mempermudah kinerja
institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat petugas, sehingga pelayanan lebih efektif dan
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi efisien baik dari segi waktu, tenaga dan
oleh perkembangan ilmu pengetahuan tempat.
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan Penyimpanan rekam medis dibagi
sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap menjadi tiga yaitu sentralisasi, desentralisasi
mampu meningkatkan pelayanan yang lebih dan sentralisasi elektronik. Sentralisasi adalah
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar semua berkas rekam medis pasien disimpan
terwujud derajat kesehatan yang setinggi- dalam satu berkas baik rawat jalan maupun
tingginya. rawat inap. Desentralisasi adalah sistem
Upaya untuk meningkatkan pelayanan penyimpanan berkas yang dibuat terpisah
yang dilakukan oleh rumah sakit adalah antara data yang satu dengan yang lain.
dengan menyelenggarakan berbagai unit Beberapa Rumah Sakit di Indonesia yang
sebagai pelaksana program-program untuk menerapkan sistem desentralisasi, seperti pada
tercapainya pelayanan yang berkualitas. Salah pelayanan poliklinik biasanya penyimpanan
satu indikator pelayanan yang berkualitas dokumen rekam medis menyatu dengan tempat
adalah dengan tercapainya tertib administrasi pendaftaran rawat jalan. Untuk penyimpanan
yang dapat dilihat dari sistem pengelolaan dokumen rawat inap disimpan terpisah yaitu
rekam medis yang baik (Direktorat Jenderal pada penyimpanan di unit rekam medis. Hal
Bina Pelayanan Medik, 2006). tersebut didasarkan agar pengolahan data
Menurut Huffman (dalam Rustianto dan rekam medis rawat inap lebih mudah
Rahayu, 2011:3) mendeskripsikan tentang dilakukan (Rustianto, 2011).
rekam medis adalah himpunan fakta-fakta Kegiatan pengambilan dokumen rekam
tentang kehidupan seseorang atau riwayat medis sangat berkaitan dengan unit
penyakitnya termasuk keadaan sakit, pendaftaran dan filing. Unit pendaftaran
pengobatan saat itu dan lampau yang ditulis merupakan unit pelayanan penyedia data
oleh para praktisi kesehatan dalam upaya pasien mana saja yang perlu dilakukan
pengambilan dokumen rekam medis,

33
sedangkan filing merupakan unit lokasi tersebut mengharuskan petugas untuk dapat
penyimpanan dokumen rekam medis pasien memperoleh dokumen rekam medis lamanya
lama yang akan di ambil sesuai permintaan untuk menunjang pelayanan.
unit pendaftaran. Pengambilan dokumen rekam Keluhan masyarakat yang berkunjung ke
medis dilakukan untuk menyediakan data rumah sakit tidak sedikit. Mayoritas dari
medis bagi pasien yang berkunjung ulang ke mereka membutuhkan waktu seharian hanya
rumah sakit. Tujuannya adalah untuk untuk mendapatkan pelayanan. Salah satu
mengetahui riwayat penyakit sebelumnya agar faktor waktu tunggu yang lama adalah pada
pelayanan dan tindakan yang diberikan pada saat mendaftarkan diri untuk memperoleh
pasien sesuai dengan apa yang dikeluhkan oleh dokumen rekam medis riwayat terdahulu.
pasien. Sebagaimana kita ketahui, pengunjung rumah
Menurut Direktorat Jenderal Bina sakit mayoritas adalah orang dengan keluhan
Pelayanan Medik-Departemen Kesehatan kesehatan yang seyogyanya mendapatkan
Republik Indonesia bahwa standar waktu pelayanan dan tindakan dengan segera. Segi
penyediaan dokumen rekam medis pelayanan psikologis yang terpengaruhi oleh kondisi
rawat jalan adalah ≤ 10 menit. Adapun standar sakitnya menyebabkan tidak sedikit dari
waktu tersebut dihitung mulai pada saat mereka rentan terpancing emosi.
pelayanan pendaftaran sampai dengan pasien Pengambilan dokumen rawat jalan
menerima dokumen rekam medis dari unit merupakan bagian yang penting dalam
filing. Jadi, jika dalam pelayanan penyediaan menunjang efektifitas pelayanan rekam medis
dokumen rekam medis memerlukan waktu pasien rawat jalan. Terlaksananya kegiatan
melebihi dari standar, maka pelayanan di pengambilan dokumen yang lancar dan tepat
Rumah Sakit tersebut kurang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam
khususnya dalam hal pelayanan pendaftaran rangka mengetahui lebih mendalam terkait hal
pasien lama. tersebut, peneliti mengambil kajian tentang
Berdasarkan hasil penelitian Septian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan
(2013) mengenai kecepatan penyediaan Pengambilan Dokumen Rekam Medis Rawat
dokumen rekam medis pasien lama di Jalan di RSUD dr. Soekardjo Kota
pelayanan rawat jalan RSUD Ciamis Tahun Tasikmalaya.
2013 diketahui bahwa 53,6% dari 10 kegiatan
penyediaan dokumen masuk kedalam kategori Metode
lambat yaitu melebihi waktu ideal ≤ 10 menit. Jenis penelitian ini adalah penelitian
Hal ini mengidentifikasikan belum deskriptif kualitatif dengan pendekatan
diperolehnya efektifitas penyediaan dokumen fenomenologi mengungkap mengenai faktor
yang salah satunya ditunjang oleh kegiatan apa saja yang mempengaruhi kecepatan
pengambilan dokumen rekam medis rawat pengambilan dokumen rekam medis pasien
jalan pasien lama di rumah sakit. rawat jalan di RS dr. Soekardjo Tahun 2014.
Rumah Sakit dr. Soekardjo merupakan Pengumpulan data dilakukan menggunakan
salah satu Rumah Sakit Pemerintah di Kota metode wawancara mendalam (indepht
Tasikmalaya yang memiliki karakteristik interview) dan observasi. Pada penelitian ini
serupa dengan RSUD Ciamis. Rata-rata yang menjadi subyek penelitian adalah petugas
kunjungan rawat jalan adalah 566 pasien setiap filing rawat jalan sebanyak empat orang
hari, dan sekitar 74 % merupakan pasien lama. (Informan 1- Informan 4) dan satu kepala unit
Guna mencapai kesinambungan data medis rekam medis (Informan 5).
pasien, pencatatan medis harus disatukan Teknik wawancara dimulai dengan
dengan data riwayat medis sebelumnya. Hal pertanyaan-pertanyaan terbuka yang bersifat

34
umum yaitu tentang pengalaman informan Kecepatan Pengambilan Dokumen
selama kegiatan pengambilan dokumen rekam Rekam Medis belum Sesuai Standar
medis. Peneliti merupakan instrumen dalam Pelayanan rekam medis terhadap pasien
penelitian kualitatif. Peneliti kualitatif atau masih belum optimal salah satunya kecepatan
human instument berfungsi menetapkan fokus pengambilan dokumen yang masih mengalami
penelitian, memilih partisipan atau informan keterlambatan. Hal ini masih belum sesuai
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan dengan standar pelayanan minimal yang
data,menilai kualitas data, menganalisis dan berlaku. Berikut ungkapan informan :
menafsirkan data serta membuat kesimpulan
atas semuanya (Sugiyono, 2006). Peneliti “Kalo pas mudahnya bisa langsung dapet 5
menggunakan pedoman pertanyaan bebas menit, kalo susahnya kami harus muter dulu
mendalam, buku catatan harian serta alat nyarinya di tumpukan-tumpukan, nanya ke poli
perekam suara maupun gambar sebagai alat karna suka ada yang belum dikembalikan. Jadi
bantu dalam melakukan pengumpulan data. ya bisa sampai 15 menitan, ya gitulah pasien
Lofland dan Loftland (1984) dalam Moleng banyak yang ngeluh gitu .” (Informan 1)
(2006) menjelaskan bahwa alat pengumpulan
“Biasanya yang lama itu dokumennya yang
data merupakan sarana penting yang
belum tersusun atau belum kembali dari poli,
membantu peneliti untuk menghimpun data
nyarinya lama bisa sampai 10-15 menit.”
penelitian.
(Informan 5)

Hasil dan Pembahasan Terbatasnya Sumber Daya Manusia di


Hasil Penelitian Bagian Filing Rawat Jalan
Penelitian ini memberikan gambaran Hakikatnya, setiap Sumber Daya
atau fenomena tentang faktor-faktor kecepatan Manusia memiliki tugas pokok dan
pengambilan dokumen rekam medis ke tanggungjawab tersendiri sesuai dengan
poliklinik dengan empat tema utama yang perhitungan beban kerja berdasarkan standar
telah didapatkan berdasarkan informasi yang operasional prosedur. Namun pada
diperoleh dari partisipan. Tema-tema tersebut pelaksanannya kadang kala petugas
adalah: 1) Kecepatan pengambilan dokumen melaksanakan lebih dari satu tugas pokok. Hal
rekam medis belum sesuai standar, 2) tersebut mengakibatkan keterlambatan
Terbatasnya Sumber Daya Manusia dibagian pengambilan dokumen rekam medis yang
filing rawat jalan, 3) Kurangnya disebabkan meningkatnya kunjungan rawat
pengembangan kemampuan petugas filing jalan seiring adanya Jaminan Kesehatan
rawat jalan, 4) Terbatasnya sarana dan Nasional. Berikut ungkapan informan:
prasarana di ruang filing rawat jalan, 5)
Ketidaksesuaian prosedur yang dilaksanakan “kalau menurut saya SDM di filing sekarang
dengan SOP yang ada. masih kurang karena kan sekarang program
baru yah BPJS jadi semua pasien menuju ke
Untuk memperjelas hasil temuan pada OPD ke bagian DRM jadi euu karena
resume wawancara, terdapat beberapa banyaknya pasien sehingga sekarang-sekarang
singkatan dan istilah diantaranya OPD adalah SDM nya kurang kitu jadi eu terjadi
Out Patient Departement merupakan tempat penumpukan pas waktu pengambilan berkas”
penyimpanan dokumen rekam medis rawat (Informan 1)
jalan. Yang dimaksud dengan DRM adalah
Dokumen rekam medis pasien rawat jalan.

35
“masih kurang dikarenakan di ruang filing ini ”pengembangan petugas filing sebenarnya
memerlukan banyak SDM dikarenakan euu suka ada sih tapi tidak semuanya hanya
untuk pengambilan di filing ini banyak pasien diwakili sama satu orang ya jarang kadang-
jadi SDM yang ada masih kurang” kadang hanya satu tahun sekali” (Informan 4)
(Informan 2)
“kalau pengembangan di petugas filing
Selain itu banyaknya pekerjaan yang sebenarnya suka ada tapi diwakili oleh satu
harus dikerjakan di filing tidak sebanding orang biasanya oleh petugas bagian rekam
dengan jumlah petugas yang ada. Hal ini medis terus diberikan informasinya pada
dijelaskan pula oleh Informan 3: petugas di filing rawat jalan” (Informan 3)

“kalau untuk filing rawat jalan menurut Informasi yang dihasilkan dari
sayamah kurang memadai soalnya hampir pengembangan kemampuan tersebut biasanya
setiap orang mengerjakan banyak tugas” disosialisasikan melalui rapat pertemuan
(Informan 3) petugas rekam medis setelah dilakukan
pengembangan. Hal tersebut ditambahkan oleh
Kekurangan Sumber Daya Manusia di parti Informan 5:
bagian filing dapat mengakibatkan
keterlambatan pengambilan dokumen rekam “euu kalau hasil pengembangan biasanya
medis. Hal ini dijelaskan pula oleh Informan 4: disosialisasikan kepada seluruh pegawai
melalui rapat pertemuan semua petugas rekam
“Ehh SDM dibagian filing saat ini masih medis”(Informan 5)
kurang ehh kan di OPD kan totalnya lima
orang seharusnya sepuluh orang jadi dengan Pengembangan kemampuan petugas
petugas yang lima orang itu ehh setiap pagi itu
biasanya diwakilkan oleh satu orang dengan
bila mana dalam pengambilan buku rawat
jalan itu suka terlambat gitu” (Informan 4) cara bergiliran yang ditetapkan oleh Kepala
rekam medis berdasarkan tingkatan pendidikan
Filing rawat jalan RSUD dr. Soekardjo petugas. Hal tersebut ditambahkan oleh
Kota Tasikmalaya dikelola oleh lima petugas, Informan 5:
secara idealnya masih kurang. Hal tersebut
“kalau itu mah biasanya secara bergiliran dan
dijelaskan oleh Informan 5 sebagai berikut:
biasanya dilakukan oleh petugas yang lulusan
“kalau itu mah sudah bapak hitung tapi lupa rekam medis”. (Informan 5)
lagi nyimpan datanya kalau gak salah mah
Kegiatan pengembangan kemampuan
masih membutuhkan petugas tiga atau empat
yang diperoleh petugas terhambat dikarenakan
orang soalnya lupa lagi” (Informan 5)
terbatasnya SDM dan pelayanan yang tidak
Kurangnya Pengembangan Kemampuan dapat dikesampingkan sehingga tidak adanya
Petugas Filing di Rawat Jalan waktu luang untuk mengikuti pengembangan
Pengembangan kemampuan bagi kemampuan petugas yang diselenggarkan oleh
petugas sangat berguna untuk mengoptimalkan luar tetapi petugas masih dapat berlatih secara
kemampuan petugas yang ada guna mandiri. Hal ini sesuai dengan yang
meningkatkan efektivitas kinerja petugas. diungkapan informan berikut :
Pengembangan kemampuan petugas masih
“untuk pengarahan ada tetapi karena euu
jarang dilakukan. Sekalipun dilakukan tidak
terbentur dengan SDM dan kekurangan SDM
melibatkan petugas filing secara langsung.
jadi euu kurang memadai untuk pengambilan
Berikut ungkapan informan:
dokumen dikarenakan untuk saat ini pasien

36
hampir mencapai 300 sampai 400 pasien “sama halnya sama barusan kurang memadai
sedangkan untuk pengambilan di filing hanya ruangannya kecil masih memakai komputer
lima orang saja jadi sangat cukup berat untuk istilahnya sudah memakai computer terdahulu
SDM saat ini” (Informan 2) meja dan rak juga masih pabaliut istilah
sundana mah kitu tah” (Informan 3).
“pengembangan kemampuan kayanya kurang
yah kitu karena harusnya ada pelatihan “kondisinya itu mungkin saat ini fasilitas dan
gimana kemampuan petugas kalau disini sarananya kurang baik karena fasilitasnya itu
jarang ada pelatihan-pelatihan mungkin pas sudah lama jadi euu untuk saat ini belum ada
waktu kerja saja berlatih sesuai penggantian gitu masih mengoftimalkan
kemampuannya” (Informan 1). fasilitas yang ada” (Informan 4)

Terbatasnya Sarana dan Prasarana Keadaan rak sempit juga menjadi salah
Yang Sesuai di Ruang Filing Rawat satu kendala keterlambatan pengembalian
Jalan dokumen rekam medis dari poliklinik. Hal ini
Sarana dan prasarana dalam proses kerja sesuai dengan yang diungkapkan oleh
sangat menunjang agar terlaksananya Informan sebagai berikut:
pekerjaan secara efektif dan efisien khususnya
“kendalanya kan raknya sempit jadi susah
dalam pelaksanaan pengambilan dokumen
dimasukan ke raknya jadi setatusnya ada yang
rekam medis rawat jalan. Namun kondisi
berceceran di lantai jadi pas pengambilan
sarana dan prasarana masih belum memadai.
susah karena tidak tersusun dengan rapih”
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
(Informan 3)
informan sebagai berikut:
“euuu kendala dalam pengambilan itu sangat
“sarana prasarana ehh masih kurang sih
buruk kan bukunya itu ada yang disimpan
cuman heeh banyak yang harus di apa
dibawah ada yang diatas jadi dalam
diperbaiki lagi karena ehh kan banyak berkas
pengambilan buku itu sangat….tidak sesuai”
berarti banyak debu sedangkan di bagian
(Informan 4)
filing itu tidak ada penetralan udara dan euu
pentilasinya juga kurang sehingga kurang Rak yang sempit dan kurang mencukupi
efektif lah” (Informan 1) untuk menampung dokumen, sebab utamanya
karena ruang filling rekam medis rawat jalan
“fasilitas sarana dan prasarana yang ada
terlampaui sempit tidak sebanding dengan
masih menggunakan euu peralatan yang
jumlah kunjungan yang semakin meningkat.
terdahulu belum ada penggantian hanya
Hal itu diungkapkan informan berikut:
komputer masih menggunakan komputer
terdahulu jadi agak lumayan euu lambat untuk “emang yang utama di ruang penyimpanan
melakukan proses pencarian dokumen rawat jalan mah ruangannya yang emang
pelayanan rekam medis jadi diusahakan kalau sempit iya, dari raknya yang sudah berjubel
bisa euu di tambah untuk itu” (Informan 2) dokumen, pasiennya kan setiap harinya
banyak. ya...jadi kayak gini banyak yang
Selain itu peralatan yang digunakan saat
disimpan dilantai, nggak tentu penataanya.
ini masih menggunakan peralatan yang
Makanya sulit lah orang filling pas nyari
terdahulu dan tata letaknya belum teratur. Hal
dokumen itu” (Informan 5)
ini diungkapkan oleh Informan sebagai
berikut:

37
Ketidaksesuaian Prosedur yang dilaksanakan seperti euu tidak adanya
dilaksanakan dengan Standar outguide dan dokumen harus diantarkan oleh
Operasional Prosedur (SOP) yang Ada petugas kalau disini mah cukup sama pasien
SOP merupakan acuan dalam kan seharusnya diantar oleh petugas”
pelaksanaan proses kerja untuk meningkatkan (Informan 4)
kepuasan pasien dalam memberikan
Kendala lainnya terjadinya duplikasi dan
pelayanan. Dalam kenyataannya masih ada
kesalahan penulisan nomor rekam medis yang
beberapa poin dalam SOP yang tidak
mengakibatkan kesalahan dalam penyimpanan
dilaksanakan karena disebabkan oleh beberapa
dokumen rekam medis. Hal ini terjadi sebagai
hal seperti belum digunakannya outguide
efek belum ditegakkan sepenuhnya SOP
dalam proses pengambilan dokumen, serta
pendaftaran pasien. Sesuai dengan yang
tidak adanya buku peminjaman dokumen
diungkapkan oleh Informan sebagai berikut:
rekam medis. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan Informan sebagai berikut : “kalau kendalanya paling setelah
penyimpanan atau ada nomor rekam medis
“untuk pengambilan rawat jalan untuk saat ini
yang sama atau banyak juga ehh nomor-
masih ada yang kurang ehh kurang mengikuti
nomor yang salah penulisan jadi membuat
SOP kenapa kurang mengikuti SOP masih
kebingungan gitu salah angka dalam satu
kurangnya sarana-sarana dan fasilitas dari
hurup jadi salah rak juga gitu” (Informan 1)
rumah sakit misalnya tidak adanya tracer
manual terus tidak adanya outguide juga jadi “ada aja pasti pasien dengan nomor rekam
masih kurang mengikuti masih ada medis ganda. Pada kondisi tertentu, petugas
kekurangan dari SOP tersebut”(Informan 2) mungkin kurang fokus, jadi prosedur
pelayanan saat mendaftar ada yang terlewat.
“belum kalau menurut sayah mah karena
Misalnya nama pasien yang tidak sesuai kartu
masih ada yang belum diterapkan seperti
identitas bisa dientri beda sehingga mungkin
pemakaian………, tracer dan outguide”
nomor dokumen beda juga. Karna itu pastinya
(Informan 3)
dokumen si pasien itu disimpan beda-beda
“kalau SOP rumah sakit sesuai, cuma tempat” (Informan 5)
menyesuaikan gitu jadi kadang juga kan tidak
Selain dari pihak rekam medis,
sesuai euu kan setandar operasional harus ada
pengambilan dokumen menjadi lama karena
petunjuk keluar, bon peminjaman sedangkan
terlambatnya pengembalian dokumen rekam
disini outguide juga ga ada gitu terus dalam
medis dari poliklinik khususnya pasien yang
pengambilan dan penyimpanan juga berbeda
melakukan pemeriksaan penunjang. Hal ini
sesuai dengan SOP”.(Informan 1)
sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Dalam pendistribusian dokumen rekam Informan sebagai berikut:
medis ke poliklinik diantarkan oleh petugas
“pengambilan DRM ehhmm diantaranya
rekam medis agar terjaga kerahasiaan isi data
kendalanya kurangnya SDM terus tercecer
pasien. Namun di RSUD dr. Soekardjo dalam
berkas rekam medis dan juga ada yang belum
pendistribusian dokumen rekam medis ke
dikembalikan dari poli jadi masih banyak
poliklinik dibawa oleh pasien sendiri, berikut
kendala-kendala di pelayanan rawat jalan
ungkapan Informan:
yang membuat kelancaran pelayanan yang
“euu kalau saya kira ini belum karena masih optimal di rumah sakit kota tasikmalaya”
ada beberapa yang masih belum bisa (Informan 2)

38
“pengembalian dokumen dari poli oleh
petugasnya sendiri yang harusnya langsung
setelah pelayanan selesai, kecuali pasien yang
masih melakukan proses pelayanan penunjang.
Itu kan lama, kadang ada yang nggak kelar
sehari jadi dokumennya nggak langsung
dikembalikan.“ (Informan 5)

Tabel 1 Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Lima Informan di RSUD dr.Soekardjo
Tasikmalaya Tahun 2014
No Variabel Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5
1 Kecepatan Tingkat Petugas dokumen Pasien dengan Pengambilan
Pengambilan tersulit pengambilan rekam medis dokumen dokumen
Dokumen pengambilan harus antri yang tercecer rekam medis rekam medis
Rekam Medis dokumen mengambil di menghambat ganda akan yang lama
Belum Sesuai hingga 15 lorong rak gerak petugas lebih sulit biasanya antara
Standar menit jika sehingga sehingga dicari bisa 10-15 menit
penyimpanan proses pengambilan membutuhkan
yang belum pengambilan dokumen waktu lebih
tersusun atau lama sampai 15 lama
belum menit
kembali dari
poli

2 Terbatasnya jumlah SDM petugas Ruangan yang pegawai filing pegawai filing
Sumber Daya kunjungan filing masih sempit tidak yang tersedia masih kurang
Manusia di pasien kurang untuk memungkinkan ada lima orang tiga atau empat
bagian filing semakin melakukan adanya sedangkan orang lagi
rawat jalan bertambah kegiatan penambahan yang
tidak pengambilan pegawai, dibutuhkan
sebanding dokumen yang meskipun sepuluh orang
dengan kian semakin sebenarnya
jumlah banyak masih kurang
petugas tenaga
pengambilan
yang
cenderung
tetap
3 Kurangnya petugas kegiatan kesempatan pengembangan kegiatan
pengembangan bekerja pengembangan pengembangan pegawai filing pengembangan
kemampuan sesuai kemampuan kemampuan sangat jarang kemampuan
petugas filing di kebiasaan, pegawai filing pegawai sudah biasanya pegawai filing
rawat jalan penugasan belum berjalan ada tapi selalu hanya satu masih jarang
mengikuti karena diwakilkan tahun sekali dan hanya bisa
pelatihan terbentur oleh pegawai itupun diwakilkan
sangat beban lain yang diwakilkan oleh salah satu
kurang pelayanan memiliki dasar oleh salah satu pegawai rekam
yang tinggi pendidikan D3 pegawai medis dan
Rekam Medis hasilnya
disosialisasikan
dalam rapat

39
pertemuan
instalasi rekam
medis
4 Terbatasnya rak dan penyediaan ruangan yang Ruangan Rak dokumen
sarana dan sarana sarana sempit dan penyimpanan masih kurang
prasarana yang prasarana prasarana yang tidak belum ideal karena
sesuai di ruang masih efisien masih memungkinkan karena tidak ruangannya
filing rawat kurang dan belum diadakan sesuai dengan sempit
jalan banyak yang memadai penambahan ketentuan tata
harus karena rak sehingga ruang
diperbaiki terhambat dokumen dokumen
ruang banyak
penyimpanan disimpan
yang sempit dilantai
5 Ketidaksesuaian tidak adanya pengembalian penyimpanan distribusi ditemukan
prosedur yang Bon dokumen dari yang tidak dokumen dokumen
dilaksanakan peminjaman poliklinik tertib rekam medis pasien ganda
dengan SOP dan outguide tidak tepat menyebabkan belum sebagai impact
yang ada sebagaimana waktu bertolak kesulitan berjalan, dari prosedur
di SOP belakang dalam sejauh ini pendaftaran
dengan SOP pencarian masih dibawa pasien tidak
pengambilan sehingga sendiri oleh sesuai standar
dokumen banyak pasien pasien ke
rekam medis mendapatkan poliklinik
dokumen baru

Pembahasan Sejalan dengan itu, hasil wawancara


Kecepatan Pengambilan Dokumen mendalam dengan lima informan diperoleh
Rekam Medis Masih belum Sesuai bahwa kegiatan pengambilan dokumen rekam
Satndar medis mengalami keterlambatan sehingga
Menurut Direktorat Jenderal Bina tidak cepat sesuai dengan ketentuan. Hal
Pelayanan Medik-Departemen Kesehatan tersebut dipengaruhi diantaranya oleh
Republik Indonesia (2006) bahwa standar kurangnya pegawai di filing, sulitnya kegiatan
waktu penyediaan dokumen rekam medis pencarian dokumen karena banyak dokumen
pelayanan rawat jalan adalah ≤ 10 menit. tercecer dilantai sehingga susunannya tidak
Adapun standar waktu tersebut dihitung mulai beraturan dan adanya dokumen rekam medis
pada saat pelayanan pendaftaran sampai ganda sehingga untuk mendapatkan riwayat
dengan pasien menerima dokumen rekam medis pasien yang terintegrasi membutuhkan
medis dari unit filing. Rata-rata kunjungan waktu yang lama yaitu pengambilan satu
pasien di RSUD dr. Soekardjo Kota dokumen pasien bisa hingga 15 menit.
Tasikmalaya adalah 566 pasien perhari dan Melihat uraian di atas dapat diketahui
74% merupakan pasien lama dan sisanya bahwa pelayanan pengambilan dokumen
pasien baru. Kondisi tersebut membutuhkan rekam medis rawat jalan di RSUD dr.
penggunaan sumber daya waktu dan tenaga Soekardjo Kota Tasikmalaya belum sesuai
semakin banyak dalam rangka menyediakan dengan Standar Pelayanan Minimal. Didukung
dokumen rekam medis riwayat pasien dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
terdahulu dan seyogyanya pelayanan tersebut peneliti yang menunjukan 47% dari 15 kali
dapat diterima pasien sesuai standar pelayanan. pelayanan pengambilan dokumen rekam medis

40
rawat jalan melebihi SPM yang ada yaitu ≤ 10 manajemen, meliputi pengrekrutan,
menit. penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan
Sejalan dengan penelitian Septian penilaian.
(2013) bahwa terjadi keterlambatan Perencanaan jumlah SDM harus
penyediaan dokumen pasien lama rawat jalan berdasarkan perhitungan beban kerja petugas
di RSUD Ciamis sebesar 53,6% yang di bagian filing. Hal ini sejalan dengan teori
disebabkan diantaranya kurangnya petugas menurut Komarudin (1996), analisa beban
filing, sistem penjajaran yang tidak beraturan kerja merupakan proses untuk
dan tidak adanya sarana pendukung dalam menetapkan jumlah jam kerja orang yang
penyediaan dokumen (tracer dan buku digunakan atau dibutuhkan untuk
peminjaman). merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu
tertentu, atau dengan kata lain analisis beban
Kurangnya Sumber Daya Manusia di kerja bertujuan untuk menentukan berapa
Bagian Filing jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung
Rekam medis berfungsi sebagai bukti jawab atau beban kerjayang tepat dilimpahkan
tertulis atas segala tindakan pelayanan, kepada seorang petugas. Hasil penelitian
perkembangan penyakit dan pengobatan menunjukan bahwa SDM yang terdapat di
selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah bagian filing masih kurang sehingga
Sakit. Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang menyebabkan terlambatnya pengambilan
dokumen rekam medis pasal 12 menjelaskan dokumen rekam medis. Kepala Instalasi
bahwa berkas rekam medis milik sarana Rekam Medis menegaskan, telah melakukan
pelayanan kesehatan sehingga pihak rumah perhitungan analisis beban kerja yaitu untuk
sakit harus menyediakan tempat penyimpanan mencapai pekerjaan yang optimal di unit filling
dokumen (filing). diperlukan petugas sebanyak maksimal 9
Filing adalah kegiatan penataan atau (sembilan) orang. Sedang yang sekarang
penyimpanan (storage) berkas rekam medis tersedia 5 (lima) orang sehingga masih
untuk mempermudah pengambilan diperlukan petugas maksimal 4 (empat) orang.
kembali/retrieval (Rustiyanto dan Rahayu, SDM dibagian filing saat ini masih
2011). Dalam penyimpanan rekam medis di kurang disebabkan meningkatnya kunjungan
ruangan filing dilakukan sistem penyimpanan rawat jalan seiring pemberlakuan program
dan penjajaran untuk mempermudah kinerja jaminan kesehatan nasional, terdapat petugas
petugas, sehingga pelayanan lebih efektif dan yang melakukan tugas lebih diri satu tugas
efisien baik dari segi waktu, tenaga dan pokok sehingga beban kerja tidak sebanding
tempat. dengan jumlah petugas yang ada. Menurut
Sumber Daya Manusia (SDM) penelitian yang dilakukan oleh Septian (2013)
kesehatan adalah tenaga kesehatan profesi kurangnya petugas penyedia dokumen rekam
termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga medis menyebabkan dokumen yang telah
kesehatan non profesi serta tenaga ditemukan tidak langsung diserahkan ke
pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat pelayanan tetapi ditumpuk terlebih dahulu
dan bekerja serta mengabdikan diri dalam sehingga penyediaan dokumen rekam medis
upaya manajemen kesehatan (Kemenkes menjadi terhambat.
RI,2011). Adapun menurut Gary Dessler
(2009), menyatakan bahwa sumber daya Kurangnya Pengembangan Kemampuan
manusia adalah kebijakan dan praktik yang Sumber Daya Manusia di Bagian Filing
digunakan untuk menjalankan aspek orang Sejauh ini kegiatan pengembangan
atau sumber daya manusia dan posisi seorang kemampuan belum berjalan, dikarenakan

41
pelayanan di filing cukup padat sehingga disediakan agar tercapai pelayanan yang
kegiatan pengembangan sangat sulit. Hal itu efisien.
menyebabkan peserta yang diajukan untuk Kegiatan pengambilan DRM yang
mewakili kegiatan pengembangan dari petugas efisien ditunjang pula dengan kondisi ruangan
pengolahan data rekam medis yang berlatar yang sesuai. Adapun kriterianya penyimpanan
belakang pendidikan rekam medis. DRM menurut Wijono (2000) meliputi:
Pengembangan kemampuan biasanya 1) Unit rekam medis mempunyai lokasi
diwakilkan sama satu orang secara bergiliran sedemikian rupa sehingga pengambilan
dan hasil pengembangan akan di sosialisasikan dan distribusi pengambilan lancar.
kepada petugas yang lain dalam rapat petugas 2) Ruang kerja harus memadai untuk staf
rekam medis. agar dapat mengelola rekam medis
Hal tersebut tidak sesuai dengan termasuk microfilm.
pendapat Wijono (2000), menyatakan bahwa 3) Harus ada ruang penyimpanan dokumen
semua staf mempunyai kesempatan untuk baik DRM aktif dan in-aktif.
mengikuti pendidikan berkelanjutan yang Pendapat tersebut tidak sejalan dengan
berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan kondisi yang ditemukan dilapangan bahwa
keterampilan. Adapun kriterianya 1) Program masih ada DRM in-aktif yang disimpan di
orientasi diselenggarakan untuk staf baru agar ruangan aktif. Hal tersebut mengakibatkan
mengetahui pekerjaan dan tanggung jawabnya, kegiatan pengambilan dokumen rekam medis
2) Ada mekanisme identifikasi kebutuhan dan terganggu. Sejalan pula dengan pendapat
pengembangan staf yang berkaitan dengan Rustianto (2011) bahwa ruang penyimpanan
peningkatan prestasi, 3) Ada kesempatan bagi dokumen rekam medis aktif dan in-aktif
semua staf untuk mengetahui latihan kerja dan sebaiknya dipisah. Hal ini akan lebih
pendidikan berkelanjutan yang sesuai. Dalam memudahkan petugas dalam mengambil
pengertian tersebut bila rumah sakit tidak dokumen rekam medis yang masih aktif dan
mempunyai hal itu, dapat dimintakan sumber akan lebih mudah dalam melaksanakan
dari luar, 4) staf professional perlu dibantu pemusnahan dokumen rekam medis.
untuk menghadiri pertemuan dan program Tidak dipungkiri, ketersediaan dan
profesi. kondisi sarana prasaran yang telah mengalami
penurunan daya guna menghambat pelayanan
Terbatasnya Sarana dan Prasarana yang terhadap pasien, pihak Rekam Medis telah
Sesuai di Ruang Filing Rawat Jalan melakukan upaya pengajuan rak-rak baru dan
Ada beberapa kendala dalam perluasan ruang penyimpanan dokumen rekam
pengambilan dokumen rekam medis medis berikut prasarana yang ada didalamnya.
diantaranya ruang penyimpanan yang sempit, Namun realisasi usulan tersebut belum dapat
kondisi fasilitas dan peralatan masih belum dipastikan.
sesuai dengan standar yang ada seperti halnya
masih kurangnya peralatan di ruang filing Ketidaksesuaian Prosedur yang
seperti outguide, tracer, dan buku peminjaman dilaksanakan dengan SOP yang Ada
manualo, masih digunakannya peralatan yang Kegiatan pengambilan dokumen rekam
sudah lama seperti komputer, meja, kursi dan medis rawat jalan di RSUD dr. Soekardjo Kota
rak. Namun demikian peralatan tersebut masih Tasikmalaya ternyata masih belum sesuai
dapat digunakan sejalan dengan pendapat dengan SOP Nomor 025/CM/2010 tentang
Wijono (2000), bahwa Fasilitas dan peralatan pengambilan dokumen rekam medis.
yang memiliki daya guna cukup lama harus Diantaranya tidak digunakannya outguide
dalam pengambilan dan pendistribusian

42
dokumen masih dilakukan oleh pasien yang lainnya, sehingga mempermudah dalam proses
bersangkutan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemberian pelayanan kesehatan pasien.
petugas di bagian filing sehingga aspek Selain dari pihak rekam medis,
kerahasiaan dokumen rekam medis kurang pengambilan dokumen menjadi lama juga
terjaga. karena terlambatnya pengembalian dokumen
PerMenKes RI No. rekam medis dari poliklinik khususnya pasien
269/MENKES/PER/III/2008 mengatur yang melakukan pemeriksaan penunjang.
masalah kerahasiaan suatu informasi yang Dalam hal ini belum sesuai dengan petunjuk
menyangkut informasi medis pasien pada pasal kerja pada SOP No.035/CM/2010 mengenai
10: Rekam medis merupakan berkas yang Pengembalian berkas rekam medis poin 4.5
wajib dijaga kerahasiaanya. Pasal 11 : (1) bahwa setelah selesai pelayanan berkas
penjelasan tentang isi rekam medis hanya dikembalikan oleh petugas poliklinik ke unit
boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi filling rekam medis rawat jalan dengan buku
yang merawat pasien dengan izin tertulis ekspedisi. Pada beberapa kasus pasien yang
pasien atau berdasarkan peraturan perundang- memerlukan pemeriksaan penunjang, dokumen
undangan; (2) pimpinan sarana pelayanan pasien masih diperlukan hingga selesai
kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis pelayanan di poliklinik. Hal seperti itu
secara tertulis atau langsung kepada pemohon terkadang tanpa melakukan pemberitahuan ke
tanpa izin pasien berdasarkan peraturan filling sehingga pengembalian dari poliklinik
perundang-undangan. lebih lama.
Kendala lain pada kegiatan pengambilan
dokumen kaitannya dengan pelaksanaan Kesimpulan
prosedur pelayanan diantaranya pasien dengan Hasil penelitian ditemukan beberapa
nomor rekam medis ganda sebagai akibat faktor pengambilan dokumen rekam medis
prosedur pendaftaran pasien masih belum rawat jalan diantaranya:
berjalan secara optimal, misalnya bagian 1. Kecepatan pengambilan dokumen rekam
penerimaan pasien dan prosedur penamaan medis belum sesuai standar minimal
pasien. Dalam SOP No. 06/CM/2010 pelayanan yang dipengaruhi oleh
mengenai Penerimaan Pasien Lama bahwa kurangnya sumber daya manusia,
untuk memperlancar kegiatan pendaftaran, penyimpanan dokumen yang belum
pasien lama hendaknya membawa kartu tersusun dengan baik dan adanya
identitas berobat di rumah sakit tersebut guna dokumen rekam medis ganda.
mengetahui nomor rekam medis pasien secara 2. Masih kurangnya Sumber daya manusia
cepat sehingga dokumen riwayat medis dibagian filing RSUD dr. Soekardjo Kota
terdahulu dapat diperoleh segera. Begitu juga Tasikmalaya disebabkan tingginya beban
dengan SOP No. 07/CM/2010 mengenai kerja petugas akibat meningkatnya jumlah
penamaan pasien bahwa ketika mendaftarkan kunjungan pasien seiring berjalannya
pasien petugas harus mencatat identitas pasien pemberlakuan jaminan kesehatan
sesuai kartu identitas (KTP, SIM, Asuransi, nasional.
dll) agar seorang pasien tetap tercatat satu 3. Pengembangan kemampuan petugas tidak
nama yaitu sesuai identitas tersebut sehingga bisa dilaksanakan secara optimal karena
tidak terdaftar dengan nomor rekam medis kurangnya sumber daya manusia dan
berbeda. Depkes (2006) menjelaskan pada kegiatan pelayanan yang sangat padat.
dasarnya sistem penamaan untuk memberikan 4. Sarana dan prasarana dibagian filing
identitas kepada seorang pasien serta untuk masih belum memadai. Kondisi peralatan
membedakan antara pasien satu dengan yang yang dipergunakan masih

43
mengoptimalkan peralatan lama, masih Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
belum tersediannya outguide, tracer, dan Indonesia.
buku peminjaman manual dokumen Hatta, G. (2008). Pedoman manajemen
rekam medis serta sempitnya ruangan informasi kesehatan di sarana pelayanan
sehingga tata letak peralatan belum kesehatan. Jakarta: UI-Press.
teratur. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Belum sesuainya prosedur yang (2011). Buku saku pusat perencanaan dan
dilaksanakan dengan Standar Operasional pendayagunaan sumber daya manusia
Kerja yang ditetapkan. Prosedur yang (SDM). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
belum dilaksanakan adalah belum Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
digunakannya outguide dalam (2011). Pedoman penyelenggara rekam
pengambilan dan peminjaman dokumen medis di Indonesia.kementrian kesehatan
rekam medis, pelaksanaan prosedur Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian
penerimaan pasien lama dan penamaan Kesehatan RI.
pasien belum optimal, pendistribusian Komarudin. (1996). Analisis beban kerja
masih dilakukan oleh pasien yang [online]. http://www.scribd.
bersangkutan, pengembalian dokumen com/doc/77438558/analisis-beban-kerja.
dari poliklinik belum tepat waktu. MenKes RI. (2008). Keputusan menteri
kesehatan Republik Indonesia Nomor
Saran 269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam
Dalam upaya peningkatan kualitas medis. Jakarta: Menteri Kesehatan
pelayanan pengambilan dokumen rekam medis Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian
rawat jalan di RSUD dr. Soekardjo Kota kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tasikmalaya yang didasarkan pada hasil Rustiyanto, E & Rahayu, A. (2011).
penelitian, peneliti memberikan saran sebagai Manajemen filing dokumen rekam medis
berikut: dan informasi kesehatan. Yogyakarta:
1. Melakukan penambahan Sumber Daya Politeknik Kesehatan Permata Indonesia.
Manusia sesuai perhitungan beban kerja Saryono. (2013). Metodologi penelitian
termasuk tenaga pendistribusian dokumen kualitatif dan kuantitatif dalam bidang
rekam medis. kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
2. Memberikan kesempatan pada petugas Septian. (2013). Gambaran kecepatan
filing untuk mengikuti pengembangan penyediaan dokumen rekam medis pasien
kemampuan. lama di pelayanan rawat jalan rumah sakit
3. Memperbaiki peralatan yang sudah rusak daerah Ciamis. Tasikmalaya: Politeknik
atau tidak layak pakai. Kesehatan Tasikmalaya.
4. Penambahan peralatan dalam kegiatan Shofari, B. (2002). Modul pembelajaran
pengambilan seperti outguide, tracer, dan pengelolaan rekam medis dan dokumentasi
buku peminjaman manual. rekam medis. Semarang: PORMIKI Jawa
5. Penegakkan posedur pelayanan sesuai Tengah.
standar yang ditetapkan. Sugiyono. (2008). Metodologi penelitian
kuantitatif kualitaitf dan r & d. Bandung:
Daftar Pustaka Erlangga.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Wijono. (2000). Manajemen mutu pelayanan
Bina Pelayanan Medik. (2006). Pedoman kesehatan. Surabaya : Airlangga University
penyelenggara dan prosedur rekam medis. Press.

44

Anda mungkin juga menyukai