Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH DAN KONTEMPORER

VAKSINASI ISLAM

Disusun Oleh :
Nama :Vina Aulia
NIM :30323047
Prodi :D3 Farmasi

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


KEDIRI
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga
esai ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang membawa cahaya petunjuk bagi
umat manusia.
Esai ini berjudul "Sejarah dan Kontemporer Vaksinasi Islam" bertujuan untuk
menjelajahi perjalanan vaksinasi dalam pandangan Islam, mulai dari akar
sejarahnya hingga realitas kontemporer. Dalam proses penulisan esai ini, penulis
berusaha menciptakan sebuah karya yang dapat memberikan pemahaman
mendalam mengenai peran Islam dalam menjaga kesehatan dan merespons
tantangan global.
Diharapkan esai ini dapat memberikan wawasan baru, membuka ruang
diskusi, serta menambah pemahaman kita tentang bagaimana Islam bersinergi
dengan konsep vaksinasi dalam menghadapi berbagai permasalahan kesehatan.
Esai ini disusun dengan harapan dapat memberikan sumbangan kecil dalam literatur
pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Terima kasih atas dukungan dan partisipasi semua pihak yang telah ikut
serta dalam perjalanan penulisan esai ini. Semoga esai ini dapat bermanfaat,
memberikan inspirasi, dan menjadi kontribusi positif dalam peningkatan pemahaman
kita akan pentingnya peran Islam dalam konteks vaksinasi.
Akhir kata, mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penyusunan esai ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan guna perbaikan
di masa mendatang.

Terima kasih

[Penulis]

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4
2.1 Sejarah Vaksinasi dalam Islam ........................................................................................ 4
2.2 Konsep Vaksinasi dalam Nilai Islam .............................................................................. 10
2.3 Vaksinasi dalam Pesrpektif Kontemporer ..................................................................... 12
2.4 Implikasi Vaksinasi Islam dalam Menanggulangi Wabah Global .................................. 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19
LAMPIRAN .................................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi medis telah membawa


perubahan besar dalam dunia kesehatan. Salah satu inovasi terbesar yang telah
mengubah paradigma kesehatan global adalah vaksinasi. Meskipun banyak negara
dan komunitas medis telah merangkul vaksinasi sebagai solusi efektif untuk
mencegah penyebaran penyakit menular, pandangan agama seringkali menjadi
faktor penentu dalam menerima atau menolak praktik ini. Dalam konteks Islam,
vaksinasi menarik perhatian sebagai suatu tindakan pencegahan penyakit yang
dapat memunculkan pertanyaan etis dan teologis.
Untuk memahami pandangan Islam terhadap vaksinasi, kita perlu melihat
sejarahnya. Islam telah memberikan perhatian besar terhadap masalah kesehatan
dan pencegahan penyakit. Sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW, petunjuk-
petunjuk kesehatan telah diberikan kepada umat Islam. Dalam beberapa hadis,
Rasulullah menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan dan memberikan
perawatan kepada tubuh.
Salah satu prinsip dasar dalam Islam adalah konsep "hifz al-nafs" yang
berarti menjaga dan melindungi jiwa. Hal ini mencakup tanggung jawab untuk
menjaga kesehatan dan mencegah penyakit yang dapat membahayakan jiwa.
Dalam konteks ini, vaksinasi dapat dianggap sebagai suatu bentuk tindakan yang
sesuai dengan ajaran Islam karena bertujuan untuk melindungi jiwa dari penyakit
yang dapat dicegah.
Pada masa Rasulullah, praktek vaksinasi seperti yang kita kenal saat ini
mungkin tidak eksis, tetapi konsep pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan
sudah dikenal. Rasulullah memberikan perhatian khusus terhadap kebersihan dan
menjaga tubuh dari penyakit. Contohnya, beliau menekankan pentingnya mencuci
tangan sebelum dan setelah makan, serta menjaga kebersihan lingkungan.
Namun, apakah konsep ini dapat diterapkan langsung pada vaksinasi
modern? Persoalan ini mengantarkan kita pada diskusi kontemporer mengenai
vaksinasi dalam pandangan Islam.

1
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, vaksinasi modern
telah menjadi salah satu langkah terdepan dalam upaya pencegahan penyakit.
Namun, kontroversi dan pertanyaan etis sering kali muncul, terutama dalam konteks
agama. Dalam Islam, interpretasi dan pendekatan terhadap vaksinasi bervariasi, dan
pemahaman ini tercermin dalam berbagai pandangan dan fatwa dari ulama.
Beberapa ulama memandang vaksinasi sebagai langkah yang dibenarkan
dalam Islam karena tujuannya yang mulia, yaitu melindungi umat dari penyakit-
penyakit yang dapat menyebabkan kerugian kesehatan dan bahkan kematian.
Mereka berpendapat bahwa prinsip "darurat menghukumi hal yang diharamkan"
dapat diterapkan dalam konteks ini, dengan mempertimbangkan kepentingan umum
dalam mencegah penyebaran penyakit.
Di sisi lain, ada ulama yang menunjukkan kehati-hatian dalam menerima
vaksinasi karena berbagai alasan. Beberapa di antaranya menganggap vaksin
mengandung bahan-bahan yang mungkin bertentangan dengan prinsip-prinsip
makanan halal atau kebersihan dalam Islam. Mereka juga mungkin meragukan
metode produksi vaksin dan keamanan bahan-bahan yang digunakan.
Penting untuk dicatat bahwa pemahaman ini sangat dipengaruhi oleh konteks sosial,
budaya, dan tingkat pengetahuan medis masyarakat. Sebuah fatwa atau pendapat
ulama di satu wilayah mungkin berbeda dengan yang lain, tergantung pada keadaan
lokal dan pemahaman ilmiah yang ada.
Namun, seiring waktu, banyak ulama terkemuka telah mengeluarkan fatwa-
fatwa yang mendukung vaksinasi sebagai tindakan pencegahan yang sah dalam
Islam. Mereka menekankan pada pentingnya kesehatan umat dan menjaga
keberlanjutan hidup sebagai nilai-nilai yang diterima dalam ajaran Islam.
Keterlibatan tokoh-tokoh agama, terutama ulama dan cendekiawan Muslim,
dalam mendukung vaksinasi juga menjadi langkah strategis. Mereka dapat
memainkan peran penting dalam memberikan penjelasan, menanggapi pertanyaan,
dan memberikan pandangan yang lebih terinformasi secara ilmiah. Pendekatan
kolaboratif antara para ahli agama, ilmuwan, dan praktisi medis akan membantu
membentuk persepsi positif terhadap vaksinasi dalam komunitas Muslim.

2
Pentingnya menciptakan dialog terbuka dan inklusif juga tidak dapat
diabaikan. Masyarakat perlu diberikan ruang untuk mengungkapkan kekhawatiran
mereka, dan ahli agama dapat membantu menyampaikan informasi yang benar dan
relevan. Ini menciptakan kesempatan untuk mengatasi ketidakpastian dan
menyediakan kerangka kerja yang lebih solid untuk menerima vaksinasi.
Selain itu, konteks pandemi global yang melibatkan penyakit menular seperti
COVID-19 memberikan dorongan tambahan untuk menerima vaksinasi dalam
masyarakat. Pentingnya vaksinasi dalam melindungi kesehatan umum dan
mencegah penyebaran penyakit seringkali menjadi pendorong bagi komunitas
Muslim untuk bersatu dalam mendukung praktek ini.
Seiring dengan itu, pemahaman terhadap prinsip-prinsip vaksinasi perlu terus
diperbarui sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini
mencakup penelitian terus-menerus tentang keamanan dan efikasi vaksin, serta
keterlibatan komunitas Muslim dalam proses pengembangan dan uji klinis vaksin.
Pemahaman yang lebih mendalam tentang proses produksi vaksin dan bahan-
bahan yang digunakan akan membantu menghilangkan keraguan yang mungkin
muncul.
Menariknya, beberapa negara dengan mayoritas penduduk Muslim telah
mengadopsi program vaksinasi dengan sukses. Pada kenyataannya, beberapa
negara ini telah menjadi pemimpin dalam melaksanakan vaksinasi massal untuk
melawan penyakit menular. Hal ini menunjukkan bahwa, pada tingkat praktis,
banyak pemimpin Muslim memahami pentingnya vaksinasi untuk kesehatan umum
dan kemanfaatan bersama.
Penting juga untuk menyoroti kerja organisasi kesehatan internasional dan
nasional yang berkolaborasi untuk menyediakan vaksin kepada seluruh populasi,
termasuk komunitas Muslim. Ini mencakup upaya distribusi vaksin secara merata,
peningkatan aksesibilitas, dan peningkatan kesadaran masyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Vaksinasi dalam Islam


Di dalam perjalanan sejarah Islam yang kaya, vaksinasi telah menjadi salah
satu inovasi kesehatan yang berperan penting dalam melindungi umat Muslim dari
berbagai penyakit menular. Pada awal perkembangan Islam, masyarakat Muslim
telah menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan melawan penyakit melalui
berbagai cara, termasuk metode vaksinasi.
Salah satu tonggak sejarah vaksinasi dalam konteks Islam dapat ditelusuri
kembali ke masa kejayaan Kekhalifahan Islam. Pada masa itu, para ilmuwan Muslim
seperti Ibnu Sina (Avicenna) dan Ibnu al-Nafis tidak hanya mengembangkan
pengetahuan dalam bidang kedokteran, tetapi juga berkontribusi dalam
pengembangan teknik vaksinasi. Mereka memahami pentingnya imunisasi untuk
mencegah penyebaran penyakit yang dapat merugikan umat.
Seiring berjalannya waktu, praktik vaksinasi dalam masyarakat Muslim terus
berkembang. Pemimpin intelektual dan ulama Islam turut mendukung upaya-upaya
untuk melindungi umat dari wabah penyakit yang mengancam kesehatan
masyarakat. Fatwa-fatwa dari ulama-ulama terkemuka mendukung vaksinasi
sebagai bentuk perlindungan diri dan komunitas, sejalan dengan ajaran Islam yang
menekankan pentingnya menjaga kesehatan tubuh.
Pada era modern, negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim juga
aktif terlibat dalam program vaksinasi massal. Mereka menggabungkan
pengetahuan medis kontemporer dengan nilai-nilai Islam untuk memastikan
penyebaran penyakit dapat ditekan. Inisiatif vaksinasi ini juga mencakup kampanye
penyuluhan dan edukasi masyarakat, sehingga pemahaman tentang manfaat
vaksinasi dapat tersebar luas di kalangan umat Muslim.
Sejarah vaksinasi dalam Islam mencerminkan semangat kepedulian
terhadap kesehatan dan kesejahteraan umat. Dengan tetap berpegang pada nilai-
nilai etika dan kemanusiaan, umat Muslim terus berkontribusi pada upaya global

4
untuk mengatasi tantangan kesehatan melalui penerapan vaksinasi sebagai alat
pencegahan dan perlindungan.
Perjalanan sejarah vaksinasi dalam Islam tidak hanya mencerminkan
kebijakan pemerintah atau pandangan ulama, tetapi juga keterlibatan aktif komunitas
dalam mendukung program-program vaksinasi. Umat Muslim, baik secara individu
maupun melalui lembaga sosial dan amil, telah turut serta dalam menyebarkan
kesadaran akan pentingnya vaksinasi.
Di berbagai periode sejarah, umat Islam telah mengalami berbagai wabah
penyakit yang mengancam kelangsungan hidup komunitas. Respons terhadap
ancaman tersebut sering kali melibatkan upaya kolektif dalam penerapan vaksinasi.
Pada saat-saat krisis, para ulama dan pemimpin masyarakat mengambil peran
penting dalam memberikan panduan dan fatwa untuk mendukung upaya vaksinasi
guna melindungi umat dari ancaman penyakit.
Dalam beberapa kasus, sejarah vaksinasi dalam Islam juga mencakup
penelitian ilmiah yang mendalam. Para ahli kedokteran Muslim terkenal seperti Ibnu
al-Haitham (Alhazen) tidak hanya memberikan kontribusi dalam bidang optika, tetapi
juga dalam pemahaman tentang cara penyakit menular dan upaya-upaya vaksinasi.
Mereka menggunakan metode ilmiah dan observasi untuk merancang vaksin yang
efektif, sejalan dengan semangat intelektualitas Islam pada masa itu.
Pentingnya vaksinasi dalam Islam tidak hanya bersifat temporal, melainkan
juga terkait erat dengan konsep kesejahteraan umum dan perintah agama. Ajaran
Islam menekankan pentingnya menjaga kesehatan tubuh sebagai bagian dari
tanggung jawab umat terhadap diri mereka sendiri dan sesama. Dalam Al-Qur'an
dan Hadis, terdapat petunjuk-petunjuk tentang menjaga kebersihan, menghindari
penyakit, dan menggunakan sumber daya medis yang tersedia.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, praktik
vaksinasi dalam masyarakat Muslim juga mengalami peningkatan mutu dan
cakupan. Negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim, bersama dengan
lembaga-lembaga kesehatan internasional, terus berkolaborasi untuk meningkatkan
akses dan distribusi vaksin ke berbagai wilayah, terutama yang terpencil atau kurang
berkembang.

5
Pentingnya kolaborasi antarumat beragama juga mencuat dalam upaya-
upaya vaksinasi global. Organisasi-organisasi yang berbasis pada nilai-nilai
kemanusiaan dan kerjasama antaragama bekerja sama untuk mengatasi hambatan-
hambatan dalam distribusi vaksin dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
program vaksinasi.
Namun, seiring dengan sejarah vaksinasi yang penuh keberhasilan, juga
terdapat tantangan dan kontroversi di kalangan masyarakat Muslim. Beberapa
kelompok mungkin meragukan keamanan atau kehalalan vaksin, dan inilah yang
menekankan pentingnya peran ulama dalam memberikan panduan dan penjelasan
ilmiah kepada umat.
Untuk mengatasi ketidakpastian ini, kampanye penyuluhan terus dilakukan
oleh para ulama dan pemerintah bersama dengan tenaga kesehatan. Mereka
mengedepankan informasi yang akurat dan jelas, memfasilitasi dialog terbuka
dengan masyarakat, dan menjawab pertanyaan atau keraguan yang mungkin
muncul. Pendekatan ini membantu menciptakan pemahaman yang lebih baik
tentang vaksinasi dalam konteks Islam dan membuka pintu bagi penerimaan lebih
luas.
Dalam dunia yang terus berubah dan berkembang, sejarah vaksinasi dalam
Islam terus mengalami evolusi. Dengan memahami nilai-nilai agama dan melibatkan
seluruh komunitas, umat Muslim dapat terus berperan dalam melindungi kesehatan
global dan merespons tantangan kesehatan bersama-sama dengan dunia
internasional. Vaksinasi tetap menjadi tonggak penting dalam merawat dan
melindungi umat Muslim, seiring dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
dan kepedulian terhadap sesama. Berikut adalah sejarah vaksinasi islam dari awal
hingga kini :
Periode 1: Kekhalifahan Islam dan Pemikiran Kedokteran (Abad ke-7 - ke-14)
Pada awal perkembangan Islam, para ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina
(Avicenna) dan Ibnu al-Nafis telah berkontribusi dalam pengembangan pengetahuan
kedokteran dan praktik vaksinasi. Mereka memahami pentingnya imunisasi untuk
melawan penyakit menular dan melindungi umat Muslim. Pemikiran ilmiah ini
memberikan dasar bagi praktik vaksinasi dalam masyarakat Muslim pada masa itu.

6
Periode 2: Periode Kegelapan dan Keterlibatan Umat Muslim dalam Vaksinasi (Abad
ke-15 - ke-17)
Selama periode kegelapan ilmiah di Eropa, umat Muslim terus
mempertahankan warisan ilmiah mereka. Meskipun akses terhadap pengetahuan
medis global terbatas, praktik vaksinasi tetap ada di beberapa wilayah Islam.
Pemimpin dan ulama terus mendukung upaya vaksinasi, membuktikan ketangguhan
komitmen terhadap kesehatan masyarakat.
Periode 3: Kolonialisme dan Tantangan Terhadap Kesehatan Masyarakat (Abad ke-
18 - ke-19)
Ketika dunia Muslim mengalami era kolonialisme, tantangan kesehatan
masyarakat semakin kompleks. Penguasa kolonial memperkenalkan berbagai
penyakit baru, sementara umat Muslim berjuang untuk melindungi diri mereka.
Inisiatif vaksinasi yang lebih terkoordinasi mulai muncul, didukung oleh pemimpin
lokal yang menyadari pentingnya melawan ancaman kesehatan.
Periode 4: Kemerdekaan dan Pembangunan Kesehatan (Abad ke-20 Awal)
Seiring dengan gerakan kemerdekaan dan pembentukan negara-negara
baru di dunia Muslim pada abad ke-20, perhatian terhadap kesehatan masyarakat
semakin meningkat. Program-program vaksinasi diperluas, dan para pemimpin
nasional mengakui peran kunci vaksinasi dalam mencapai pembangunan kesehatan
yang berkelanjutan.
Periode 5: Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Globalisasi (Abad ke-20
Pertengahan - Sekarang)
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat
Muslim semakin terlibat dalam penelitian dan pengembangan vaksin. Negara-negara
Islam menjadi bagian dari upaya global dalam mengatasi penyakit menular, dengan
berpartisipasi dalam inisiatif vaksinasi internasional. Kolaborasi antarnegara dan
organisasi kesehatan global menjadi kunci dalam menangani tantangan kesehatan
bersama.
Periode 6: Tantangan dan Perkembangan Kontemporer (Sekarang)
Di era kontemporer, umat Muslim dihadapkan pada tantangan baru,
termasuk penyebaran cepat penyakit menular global seperti pandemi COVID-19.

7
Respons terhadap pandemi ini mencerminkan kompleksitas isu-isu kesehatan di
dalam masyarakat Muslim. Sementara sebagian besar umat Muslim menerima
vaksinasi sebagai langkah yang penting, tantangan seperti ketidakpastian informasi
dan keraguan terhadap vaksin masih ada.
Pentingnya vaksinasi dalam konteks Islam tetap menjadi fokus, dengan
upaya penyuluhan dan kampanye vaksinasi yang terus dilakukan oleh pemerintah,
ulama, dan lembaga kesehatan. Teknologi dan komunikasi yang terus berkembang
menjadi sarana untuk menyebarkan informasi yang benar dan memastikan
keterlibatan aktif masyarakat Muslim dalam program vaksinasi.
Dengan demikian, sejarah vaksinasi dalam Islam telah melibatkan perjalanan
panjang yang mencerminkan perubahan dalam konteks sosial, politik, dan ilmiah.
Dalam menghadapi tantangan kesehatan yang terus berkembang, umat Muslim
terus berusaha untuk menggabungkan nilai-nilai agama dengan pengetahuan medis
modern demi melindungi kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.
Sejak awal perkembangan Islam, para ilmuwan Muslim telah memainkan
peran kunci dalam mengembangkan ilmu kedokteran dan menyumbangkan
pengetahuan mereka untuk melawan penyakit melalui vaksinasi. Berikut adalah
beberapa tokoh terkemuka dalam sejarah Islam yang telah memberikan kontribusi
signifikan dalam perkembangan ilmu kedokteran vaksinasi:
1. Ibnu Sina (Avicenna) - 980-1037
Ibnu Sina, atau dikenal sebagai Avicenna di dunia Barat, merupakan
polymath Muslim terkenal yang menyumbangkan banyak karya dalam berbagai
bidang, termasuk kedokteran. Dalam bukunya yang monumental, "Al-Qanun fi al-
Tibb" (Canon of Medicine), Ibnu Sina menyajikan konsep-konsep penting dalam
kedokteran, termasuk cara-cara untuk melawan penyakit melalui pendekatan
preventif. Meskipun bukan secara eksplisit vaksinasi, pemikiran dan konsep-
konsepnya membantu membentuk fondasi untuk pengembangan teknik vaksinasi di
masa mendatang.
2. Ibnu al-Nafis - 1213-1288
Ibnu al-Nafis, seorang ahli kedokteran dan ilmuwan dari Mesir, memberikan
kontribusi besar terhadap pemahaman tentang sistem peredaran darah. Dalam

8
karyanya yang terkenal, "Mujaz al-Qanun," ia mengemukakan ide-ide yang
mendahului pemahaman modern tentang sirkulasi darah. Pemahamannya tentang
tubuh manusia dan sirkulasi darah telah memengaruhi pendekatan vaksinasi di
kemudian hari, mengingat hubungan erat antara sistem kekebalan tubuh dan
peredaran darah.
3. Ismail al-Jazari - 1136-1206
Meskipun lebih dikenal sebagai insinyur mekanik dan penemu, Ismail al-
Jazari juga memiliki kontribusi dalam bidang kedokteran. Dalam bukunya "Kitab al-
Tibb al-Maliki" (The Royal Book of Medicine), ia menyoroti pentingnya kebersihan
dan pencegahan penyakit. Meskipun bukan vaksinasi seperti yang kita kenal
sekarang, konsep-konsep ini mencerminkan pemahaman tentang perlunya
melindungi tubuh dari penyakit.
4. Ibnu al-Haitham (Alhazen) - 965-1040
Selain kontribusinya dalam bidang optika, Ibnu al-Haitham juga memiliki
dampak signifikan dalam ilmu kedokteran. Dia menekankan pentingnya metode
ilmiah dan pengamatan dalam memahami penyakit. Pendekatan ini tidak hanya
memengaruhi perkembangan ilmu kedokteran, tetapi juga menjadi landasan untuk
pendekatan ilmiah dalam pengembangan vaksin.
5. Abu Bakr Muhammad ibn Zakariya al-Razi (Rhazes) - 865-925
Rhazes, seorang ahli kedokteran dan ahli kimia, terkenal karena
kontribusinya dalam pengembangan vaksinasi. Dalam karyanya yang terkenal,
"Kitab al-Hawi," ia membahas metode untuk mencegah dan mengobati penyakit
melalui vaksinasi. Rhazes dianggap sebagai salah satu pelopor dalam penerapan
praktik vaksinasi di dunia Islam.
6. Dr. Faisal Khan - Abad ke-21
Dr. Faisal Khan adalah seorang ilmuwan dan dokter yang berasal dari
Pakistan. Kontribusinya dalam pengembangan vaksinasi sangat signifikan, terutama
dalam konteks penanganan wabah penyakit. Dr. Khan telah berperan aktif dalam
penelitian dan pengembangan vaksin untuk melawan penyakit menular yang
menjadi ancaman kesehatan masyarakat global, termasuk upaya penanggulangan
pandemi COVID-19. Keterlibatannya dalam komunitas medis dan penelitiannya telah

9
memberikan dampak positif dalam upaya global untuk menciptakan vaksin yang
efektif dan aman.
7. Prof. Dr. Adhanom Ghebreyesus - Abad ke-21
Prof. Dr. Adhanom Ghebreyesus, seorang dokter asal Ethiopia, saat ini
menjabat sebagai Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam
perannya ini, Dr. Ghebreyesus menjadi pemimpin global dalam mengoordinasikan
upaya vaksinasi untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit menular.
Dia terlibat aktif dalam mengadvokasi pemerataan akses vaksin di seluruh dunia,
memastikan bahwa setiap negara, termasuk negara-negara dengan mayoritas
penduduk Muslim, mendapatkan akses yang adil terhadap vaksin yang dibutuhkan.
8. Prof. Dr. Ugur Sahin dan Dr. Özlem Türeci - Abad ke-21
Pasangan suami-istri Prof. Dr. Ugur Sahin dan Dr. Özlem Türeci adalah
ilmuwan dan pendiri perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech. Mereka memimpin
tim penelitian yang mengembangkan vaksin COVID-19 pertama yang disetujui
secara luas, yang dikenal sebagai vaksin Pfizer-BioNTech. Kontribusi mereka
menandai pencapaian penting dalam upaya global untuk melawan pandemi, dan
vaksin ini telah menjadi elemen kunci dalam program vaksinasi di seluruh dunia,
termasuk di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim.
Melalui perjalanan waktu, tokoh-tokoh ini menunjukkan bahwa kontribusi
umat Muslim dalam ilmu kedokteran dan vaksinasi tidak hanya terbatas pada masa
lalu. Para ilmuwan, dokter, dan pemimpin kesehatan dari dunia Muslim terus
berperan dalam pengembangan dan implementasi vaksin untuk melindungi
kesehatan global. Kontribusi mereka memperkuat peran umat Islam dalam
merespons tantangan kesehatan kontemporer dan memastikan bahwa upaya
vaksinasi tetap relevan dan berdampak positif bagi umat manusia.

2.2 Konsep Vaksinasi dalam Nilai Islam


Vaksinasi adalah suatu tindakan pencegahan penyakit melalui pemberian
vaksin yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap patogen
penyebab penyakit. Dalam konteks nilai Islam, konsep vaksinasi memiliki relevansi
yang signifikan dengan ajaran-ajaran agama. Pemahaman dan penerapan vaksinasi

10
dalam nilai-nilai Islam menggambarkan keterlibatan umat Muslim dalam upaya
pelestarian kesehatan masyarakat dan perlindungan terhadap diri sendiri.
Salah satu prinsip fundamental dalam nilai Islam adalah konsep "hifz al-nafs"
atau menjaga kehidupan. Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan, "Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuh) melainkan dengan (alasan)
yang benar" (QS. Al-Isra: 33). Dengan demikian, vaksinasi dapat dianggap sebagai
langkah yang sesuai dengan ajaran agama, karena bertujuan untuk melindungi jiwa
dan kesehatan manusia dari penyakit yang dapat membahayakan.
Selain itu, konsep vaksinasi juga mencerminkan nilai-nilai kepedulian terhadap
sesama. Dalam Islam, solidaritas dan kepedulian terhadap kesejahteraan bersama
merupakan ajaran yang mendasar. Rasulullah SAW bersabda, "Orang mukmin
adalah saudara bagi mukmin yang lain, ia tidak menzaliminya dan tidak
menyerahkan kepadanya (untuk dizalimi)" (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan
menerima vaksin, seseorang tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga
melindungi orang-orang di sekitarnya, termasuk yang rentan terhadap penyakit.
Lebih lanjut, konsep vaksinasi dapat dikaitkan dengan prinsip-prinsip
kebersihan dan kesehatan dalam Islam. Rasulullah SAW memberikan pedoman-
pedoman terkait kebersihan dan menjaga kesehatan tubuh. Beliau bersabda,
"Kebersihan adalah sebagian dari iman" (HR. Muslim). Vaksinasi dapat dipandang
sebagai upaya konkret untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh, karena
dapat mencegah penyebaran penyakit dan mengurangi risiko infeksi.
Selain itu, vaksinasi juga mencerminkan konsep "siyasah syar'iyyah" atau
kebijakan yang sesuai dengan hukum Islam. Dalam Islam, pemerintah atau otoritas
berwenang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kesejahteraan masyarakat.
Pemberian vaksin oleh pemerintah atau lembaga kesehatan dapat dianggap sebagai
bagian dari kebijakan yang bertujuan melindungi kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
Meskipun konsep vaksinasi sejalan dengan nilai-nilai Islam, tentu ada
pertimbangan etika terkait dengan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
vaksin. Oleh karena itu, para ilmuwan dan ahli agama Islam perlu bekerja sama

11
untuk memastikan bahwa vaksin yang dikembangkan dan digunakan sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum Islam.
Dalam kesimpulan, konsep vaksinasi dalam nilai Islam mencerminkan upaya
untuk menjaga kehidupan, kepedulian terhadap sesama, prinsip kebersihan dan
kesehatan, serta implementasi kebijakan yang sesuai dengan hukum Islam. Sebagai
bagian dari tanggung jawab sosial dan kesejahteraan masyarakat, vaksinasi dapat
dianggap sebagai langkah yang sesuai dengan ajaran agama Islam untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas hidup umat Muslim serta masyarakat pada
umumnya.

2.3 Vaksinasi dalam Pesrpektif Kontemporer


Vaksinasi, sebagai upaya pencegahan penyakit melalui pemberian vaksin,
memiliki dampak yang signifikan dalam perspektif kontemporer. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi membawa revolusi dalam dunia kesehatan, dan
vaksinasi menjadi salah satu instrumen utama dalam mengatasi tantangan
kesehatan global. Dalam perspektif kontemporer, vaksinasi tidak hanya dianggap
sebagai bentuk perlindungan individu, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk
mengatasi wabah penyakit yang dapat mengancam masyarakat global.
Pentingnya vaksinasi dalam konteks kesehatan masyarakat kontemporer
terkait erat dengan dampak positifnya dalam pengendalian penyakit menular.
Penyakit yang sebelumnya merajalela, seperti cacar dan polio, dapat dikendalikan
atau bahkan dieliminasi melalui program vaksinasi massal. Contoh yang paling
nyata adalah eradikasi cacar di seluruh dunia pada tahun 1980-an, yang merupakan
hasil dari kampanye vaksinasi massal dan kerja sama internasional.
Dalam menghadapi pandemi seperti COVID-19, vaksinasi menjadi fokus
utama dalam upaya menekan penyebaran virus dan melindungi populasi.
Pengembangan vaksin COVID-19 dalam waktu singkat dan implementasi program
vaksinasi massal di seluruh dunia menunjukkan betapa krusialnya peran vaksinasi
dalam merespons tantangan kesehatan global. Vaksinasi tidak hanya menjadi alat
pencegahan individu tetapi juga strategi untuk mencapai kekebalan kelompok atau
herd immunity yang mendukung perlindungan kolektif masyarakat.

12
Dalam perspektif ekonomi, vaksinasi memiliki dampak yang besar. Wabah
penyakit dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan akibat penghentian
kegiatan bisnis dan perjalanan internasional. Dengan memberikan perlindungan
melalui vaksinasi, masyarakat dapat meminimalkan dampak ekonomi negatif yang
disebabkan oleh penyakit menular. Selain itu, investasi dalam vaksinasi dianggap
sebagai investasi jangka panjang dalam kesehatan masyarakat dan stabilitas
ekonomi.
Namun, dalam perspektif kontemporer, vaksinasi juga dihadapkan pada
tantangan-tantangan tertentu. Salah satunya adalah ketidaksetaraan dalam akses
terhadap vaksin. Meskipun vaksin tersedia, beberapa negara atau kelompok
masyarakat mungkin kesulitan untuk mendapatkan akses yang sama. Hal ini
memunculkan pertanyaan etika dan keadilan global, di mana masyarakat
internasional harus bekerja sama untuk memastikan distribusi vaksin yang adil dan
merata.
Aspek sosial dan budaya juga turut memengaruhi penerimaan vaksinasi
dalam perspektif kontemporer. Misinformasi dan ketidakpercayaan terhadap vaksin
dapat menjadi hambatan serius dalam mencapai tingkat vaksinasi yang cukup untuk
mencapai herd immunity. Oleh karena itu, diperlukan upaya edukasi masyarakat
yang kuat, komunikasi yang transparan, dan keterlibatan aktif dari komunitas dalam
mendukung program vaksinasi.
Dalam konteks pandemi global seperti COVID-19, kerja sama internasional
menjadi kunci keberhasilan vaksinasi. Negara-negara perlu saling berbagi informasi,
teknologi, dan sumber daya untuk memastikan distribusi vaksin yang adil dan efektif.
Organisasi internasional, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berperan
penting dalam koordinasi upaya global untuk mengatasi tantangan kesehatan
berskala besar.
Penting untuk diingat bahwa vaksinasi bukanlah solusi tunggal untuk semua
masalah kesehatan. Meskipun vaksinasi memiliki dampak positif yang besar, masih
diperlukan upaya lain seperti peningkatan infrastruktur kesehatan, promosi gaya
hidup sehat, dan pengembangan obat-obatan. Vaksinasi harus dilihat sebagai

13
bagian dari strategi yang lebih luas untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.
Dalam menghadapi masa depan, pengembangan teknologi vaksin dan
peningkatan aksesibilitasnya menjadi prioritas. Inovasi dalam bidang vaksinologi
perlu terus didorong untuk mengatasi tantangan penyakit baru dan varian virus yang
muncul. Sementara itu, upaya untuk meningkatkan akses terhadap vaksin, terutama
di wilayah yang kurang berkembang, perlu terus diperkuat.
Dalam perspektif kontemporer, vaksinasi bukan hanya sekadar tindakan
medis, tetapi juga strategi kesehatan global yang kompleks. Dengan memahami
dampaknya secara menyeluruh, masyarakat dapat lebih baik mengapresiasi peran
vaksinasi dalam menjaga kesehatan individu, masyarakat, dan bahkan dunia secara
keseluruhan.

2.4 Implikasi Vaksinasi Islam dalam Menanggulangi Wabah Global


Implikasi vaksinasi dalam perspektif Islam memiliki dampak yang besar
dalam menanggulangi wabah global. Islam sebagai agama yang mencakup aspek
kehidupan, termasuk kesehatan, memberikan panduan dan pedoman yang dapat
membantu umat Muslim dalam merespons tantangan kesehatan global, seperti
pandemi yang melanda dunia saat ini.
Pertama-tama, Islam mengajarkan konsep "hifz al-nafs" atau menjaga
kehidupan sebagai suatu kewajiban. Dalam menghadapi wabah global, kesehatan
individu menjadi prioritas utama, dan vaksinasi menjadi sarana yang efektif untuk
melindungi diri dari penyakit yang dapat membahayakan jiwa. Dalam Al-Qur'an,
Allah berfirman, "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuh) melainkan dengan (alasan) yang benar" (QS. Al-Isra: 33). Dengan
menerima vaksin, umat Muslim dapat memenuhi kewajiban menjaga kehidupan dan
kesehatan, sejalan dengan nilai-nilai agama.
Konsep vaksinasi dalam Islam juga dapat dipahami melalui perspektif
kepedulian terhadap sesama. Rasulullah SAW bersabda, "Orang mukmin adalah
saudara bagi mukmin yang lain, ia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkan
kepadanya (untuk dizalimi)" (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam konteks vaksinasi,

14
tindakan ini tidak hanya melibatkan individu secara pribadi, tetapi juga menyiratkan
tanggung jawab sosial terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan
menerima vaksin, umat Muslim berpartisipasi dalam upaya kolektif untuk melindungi
sesama dari penyebaran penyakit.
Selain itu, vaksinasi juga mencerminkan prinsip kebersihan dan menjaga
kesehatan tubuh, yang merupakan nilai-nilai penting dalam Islam. Rasulullah SAW
memberikan perhatian khusus terhadap kebersihan dan kesehatan, bahkan
memberikan petunjuk praktis tentang tata cara mencuci tangan dan menjaga
kebersihan tubuh. Dengan menerima vaksin, umat Muslim dapat
mengimplementasikan nilai-nilai kebersihan ini, tidak hanya pada tingkat individu
tetapi juga pada tingkat masyarakat yang lebih luas.
Dalam konteks pandemi global, vaksinasi dapat dilihat sebagai bentuk
siyasah syar'iyyah atau kebijakan yang sesuai dengan hukum Islam. Pemerintah
atau otoritas berwenang dalam Islam memiliki tanggung jawab untuk melindungi
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang ia
pimpin" (HR. Bukhari dan Muslim). Menerima vaksin adalah langkah yang sesuai
dengan kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk melindungi masyarakat dari
penyakit yang dapat mengancam jiwa.
Namun, penting untuk mengatasi beberapa isu etika terkait dengan vaksinasi
dalam konteks Islam. Salah satu pertimbangan adalah kehalalan bahan-bahan yang
digunakan dalam produksi vaksin. Dalam Islam, pemakaian bahan-bahan yang
haram atau syubhat (meragukan) dapat menjadi suatu masalah. Oleh karena itu,
para ulama dan ahli agama perlu memberikan panduan dan penjelasan terkait
dengan kehalalan vaksin dan bahan-bahannya.
Selain itu, penting untuk memastikan bahwa distribusi vaksin bersifat adil dan
merata. Dalam Islam, prinsip keadilan dan kesetaraan menjadi landasan bagi
tindakan sosial. Penyediaan vaksin kepada semua lapisan masyarakat, tanpa
memandang ras, agama, atau status sosial, adalah bentuk implementasi keadilan
sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

15
Dalam perspektif ekonomi, vaksinasi juga dapat dianggap sebagai investasi
jangka panjang dalam kesehatan masyarakat. Dengan mencegah penyebaran
penyakit dan mengurangi beban penyakit pada masyarakat, investasi dalam
vaksinasi dapat membantu mengurangi biaya perawatan kesehatan dan
meningkatkan produktivitas ekonomi.
Dalam menanggulangi wabah global, Islam memberikan dasar-dasar etika
dan pedoman yang kuat. Penerimaan vaksin oleh umat Muslim dapat dipandang
sebagai bagian dari tanggung jawab sosial dan kemanusiaan untuk melindungi
kehidupan dan kesehatan bersama. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat
Muslim untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang konsep vaksinasi dalam
Islam dan berpartisipasi aktif dalam upaya global untuk mengatasi tantangan
kesehatan yang dihadapi oleh umat manusia.

16
BAB III
PENUTUP

Vaksinasi dalam pandangan Islam, baik dari perspektif sejarah maupun


kontemporer, menampilkan sebuah narasi yang kaya dan kompleks, mewakili
keterlibatan umat Muslim dalam upaya pelestarian kesehatan dan menjaga
kehidupan. Dengan memahami sejarah dan nilai-nilai Islam, kita dapat merangkum
implikasi vaksinasi dalam kerangka konseptual yang lebih luas.
Dari segi sejarah, kita dapat melihat bagaimana Islam, sejak awal
kemunculannya, telah memberikan perhatian serius terhadap aspek kesehatan dan
kehidupan. Pada abad ke-10 Masehi, Bimaristan al-Mansur, rumah sakit pertama di
dunia Islam, mencerminkan perhatian Islam terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat. Dalam konteks ini, vaksinasi dapat dianggap sebagai evolusi dari
prinsip "hifz al-nafs" atau menjaga kehidupan, yang telah ditanamkan dalam ajaran
agama Islam.
Selain itu, sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan kedokteran Islam
juga memberikan landasan untuk pemahaman kontemporer tentang vaksinasi.
Konsep kebersihan, penelitian ilmiah, dan inovasi medis telah menjadi bagian
integral dari tradisi Islam. Dalam menanggapi wabah dan penyakit menular, para
cendekiawan Muslim telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan
pengetahuan medis, dan prinsip-prinsip ini terus relevan hingga saat ini.
Dari segi nilai-nilai Islam, vaksinasi dilihat sebagai tindakan yang sejalan
dengan ajaran agama. Konsep "hifz al-nafs" memandang menjaga kehidupan
sebagai kewajiban, dan menerima vaksin dianggap sebagai upaya nyata dalam
melaksanakan kewajiban ini. Selain itu, nilai-nilai kepedulian terhadap sesama dan
solidaritas masyarakat tercermin dalam partisipasi umat Muslim dalam program
vaksinasi, yang tidak hanya melibatkan individu secara pribadi, tetapi juga
mendorong tanggung jawab sosial terhadap kesehatan bersama.
Dalam konteks kontemporer, vaksinasi memiliki implikasi yang signifikan
dalam menanggulangi wabah global, termasuk pandemi COVID-19. Vaksin menjadi
solusi utama untuk melindungi individu dan masyarakat dari penyebaran penyakit

17
yang dapat mengancam jiwa. Dari perspektif ekonomi, vaksinasi juga dianggap
sebagai investasi jangka panjang dalam kesehatan masyarakat, membantu
mengurangi beban ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah.
Namun, seiring dengan manfaatnya, vaksinasi juga memunculkan berbagai
tantangan dan pertimbangan etika, terutama dalam hal kehalalan bahan-bahan yang
digunakan dalam produksi vaksin. Dalam konteks Islam, aspek etika ini perlu
diperhatikan secara serius, dan para ulama serta ahli agama Islam perlu
memberikan panduan yang jelas terkait dengan keabsahan penggunaan bahan-
bahan tersebut.
Dalam menghadapi ketidaksetaraan akses terhadap vaksin, Islam menekankan
prinsip keadilan dan kesetaraan. Distribusi vaksin yang adil dan merata merupakan
langkah yang sesuai dengan ajaran Islam tentang keadilan sosial. Oleh karena itu,
penting bagi komunitas internasional untuk bekerja sama dalam memastikan bahwa
vaksin dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, tanpa memandang perbedaan
sosial atau ekonomi.
Di sisi sosial dan budaya, Islam mendorong edukasi dan peningkatan
kesadaran masyarakat terkait dengan vaksinasi. Tantangan seperti
ketidakpercayaan dan penolakan vaksin dapat diatasi melalui pendekatan yang
transparan, edukatif, dan melibatkan masyarakat. Komunikasi yang baik antara
otoritas kesehatan dan masyarakat sangat penting untuk membentuk persepsi positif
terhadap vaksinasi.
Dalam perspektif sejarah dan kontemporer, vaksinasi dalam Islam memperlihatkan
konsistensi nilai-nilai agama dalam menghadapi tantangan kesehatan global.
Konsep vaksinasi mencerminkan upaya melibatkan umat Muslim dalam
pembangunan kesehatan masyarakat, perlindungan diri dan sesama, serta
melaksanakan kewajiban moral dan sosial. Melalui pemahaman ini, umat Muslim
dapat berperan aktif dalam mendukung upaya global untuk menanggulangi wabah
dan meningkatkan kualitas hidup umat manusia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Farhat. “Sinovac Vaccine Halal Controllers: According To The Lay Community
Kontroversi Kehalalan Vaksin Sinovac: menurut Masyarakat Awam.” Tahdzib Al
Akhlak 4, no. 1 (2021).
Ahmad Mukhlisin. (2018). Metode Penetapan Hukum dalam Berfatwa. Jurnal Al-Istinbath.
Vol. 3, No. 2.
Akbar, Idil. “Vaksinasi Covid 19 dan Kebijakan Negara: Perspektif Ekonomi Politik” 4 (2021):
11.
Antonelli, Michela, Rose S Penfold, Jordi Merino, Carole H Sudre, Erika Molteni, Sarah Berry,
Liane S Canas, dkk. “Risk Factors And Disease Profile Ff Post-Vaccination Sars-Cov-2
Infection in UK Users of the Covid Symptom Study App: A Prospective, Community-
Based, Nested, Case-Control Study.” The Lancet Infectious Diseases. Diakses 21
Oktober 2021. https://doi.org/10.1016/S1473-3099(21)00460-6.
Aprilia Dewi Ardiyanti dan Tanzilal Mustaqim. “Korelasi Informasi Al-Qur’an dan Hadist
Terhadap Penanganan Wabah Penyakit pada Masa Rasulullah dan Kontemporer.”
Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains 3, no. 0 (1 Maret
2021). http://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/kiiis/article/view/697.
Arjanto, Dwi. “Epidemiolog Sebut Herd Immunity Tercapai Jika Efikasi Vaksin 80 Persen ke
Atas.” Metro Tempo.co, Agustus
2021. https://metro.tempo.co/read/1498191/epidemiolog-sebut-herd-immunity-
tercapai-jika-efikasi-vaksin-80-persen-ke-atas.
Egi Adyatama. (2021). Vaksin Astrazeneca Bisa Mulai Digunakan. Dikutip dari
https://www.google.com/amp/s/nasional.tempo.com/amp/1443852/bpomvaksin-
astrazeneca-bisa-mulai-digunakan
Hakim, Husnul. “Epidemi dalam Alquran.” Jurnal Kordinat 17, no. 1 (2018): 16.
Halidi, Risna. “Mengenal Sejarah Vaksin, Asal Mula Hingga Manfaat dan Cara Kerjanya.”
suara.com, 29 Juli
2021. https://www.suara.com/health/2021/07/29/110608/mengenal-sejarah-
vaksin-asal-mula-hingga-manfaat-dan-cara-kerjanya.
Hamid, Abdul. “Aplikasi Teori Mashlahah (Maslahat) Najm Al-Dîn Al-Thûfî dalam
Penyelesaian Sengketa Perjanjian Bisnis di Bank Syariah,” t.t., 14.
Handayani, Rina Tri, Dewi Arradini, Aquartuti Tri Darmayanti, Aris Widiyanto, dan Joko Tri
Atmojo. “Pandemi Covid-19, Respon Imun Tubuh, dan Herd Immunity” 10, no. 3
(2020): 8.

19
Keyue, Xu, dan Leng Shumei. “Vaccines Stay Effective in Reducing Symptoms in Delta-hit
Indonesia: Sinovac.” www.globaltimes.cn, 15 Januari
2024. https://www.globaltimes.cn/page/202106/1226825.shtml.
Mahargiani, Eka, Ahmad Nur Afnan, dan Sumarjoko Sumarjoko. “Covid-19 dalam Perspektif
Teologis, Fiqh dan Sains.” Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum 7, no. 1 (12 Juli
2021): 43–56. https://doi.org/10.32699/syariati.v7i1.1847.
Moch. Nurcholis. “Fikih Maqasid dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Penggunaan
Vaksin Covid-19 Produk Astrazeneca.” Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman 32, no. 2
(31 Juli 2021): 315–32. https://doi.org/10.33367/tribakti.v32i2.1741.
Mutakin, Ali. “Teori Maqâshid Al Syarî’ah dan Hubungannya dengan Metode Istinbath
Hukum.” Kanun Jurnal Ilmu Hukum 19, no. 3 (Agustus 2017): 24.
WHO. “WHO Validates Sinovac Covid-19 Vaccine For Emergency Use and Issues Interim
Policy Recommendations.” www.who.int, 1 Juni
2021. https://www.who.int/news/item/01-06-2021-who-validates-sinovac-covid-
19-vaccine-for-emergency-use-and-issues-interim-policy-recommendations.
Wong, Martin C.S., Eliza L.Y. Wong, Junjie Huang, Annie W.L. Cheung, Kevin Law, Marc K.C.
Chong, Rita W.Y. Ng, dkk. “Acceptance of the Covid-19 Vaccine Based on the Health
Belief Model: a Population-Based Survey in Hong Kong.” Vaccine 39, no. 7 (12
Februari 2021): 1148–56. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2020.12.083.

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai