Anda di halaman 1dari 19

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/371855746

CANDIDIASIS DAN HISTOPLASMOSIS

Preprint · June 2023

CITATIONS READS

0 35

5 authors, including:

Wulan Pingkan Julia Kaunang Friska Mentari Warouw


Sam Ratulangi University Sam Ratulangi University
108 PUBLICATIONS 24 CITATIONS 1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Sepdwina Makagansa
Sam Ratulangi University
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Dengue Hemorrhagic Fever View project

MINI SKRIPSI LEPTOSPIROSIS KELAS 3A View project

All content following this page was uploaded by Friska Mentari Warouw on 26 June 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKALAH
“CANDIDIASIS DAN HISTOPLASMOSIS”

DOSEN PENGAJAR :
dr. Angela F. C. Kalesaran, M.Sc, MHS
Dr. dr. Wulan P.J. Kaunang, Grad.Dip, M.Kes. DK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Marselia M. M. Jacob 20111101010
Friska Mentari Warouw 20111101227
Yotam Samuel Windesi 20111101244
Sepdwina R. Makagansa 20111101233

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karna kasih dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Candidiasis dan
Histoplasmosis” dengan baik dan tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
zoonosis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa maupun
masyarakat mengenai histoplasmosis.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran sangat membantu kami agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik dari
makalah ini.

Manado, Mei 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ............................................................................................................................. 3

BAB II ........................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN......................................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Candidiasis ...................................................................................................... 4

2.2 Penyebab Penyakit Candidiasis ........................................................................................ 4

2.3 Angka Kejadian Penyakit Candidiasis .............................................................................. 4

2.4 Penularan Penyakit Candidiasis ........................................................................................ 5

2.5 Gejala Penyakit Candidiasis ............................................................................................. 6

2.6 Diagnosis Penyakit Candidiasis ........................................................................................ 7

2.7 Pencegahan Penyakit Candidiasis ..................................................................................... 8

2.8 Pengendalian/Pengobatan Penyakit Candidiasis............................................................... 8

2.9 Penyebab Histoplasmosis.................................................................................................. 9

2.10 Angka Kejadian Histoplasmosis ................................................................................... 10

2.11 Cara Penularan Histoplasmosis..................................................................................... 10

2.12 Gejala Histoplasmosis ................................................................................................... 10

2.13 Diagnosis Histoplasmosis ............................................................................................. 11

2.14 Pencegahan Histoplasmosis .......................................................................................... 11

2.15 Pengendalian/Pengobatan Histoplasmosis .................................................................... 11

BAB III ..................................................................................................................................... 13

ii
PENUTUP ................................................................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 13

3.2 Saran ............................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara beriklim tropis dan kelembapan yang tinggi dimana hal tersebut
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi jamur kulit. Keadaan lingkungan yang
demikian ini menjadikan Indonesia sebagai tempat berkembangnya penyakit jamur dengan
baik, khususnya dermatomikosis. Dermatomikosis atau penyakit jamur kulit disebabkan
oleh agen patogen jamur. Infeksi ini terdapat pada lapisan epidermis kulit, rambut dan kuku.
Jenis dermatomikosis superfisialis yang paling sering ditemukan di negara tropis adalah
dermatofitosis, kandidiasis kutan dan pityriasis versicolor (PVC). Kandidiasis merupakan
suatu penyakit kulit akut dan subakut yang disebabkan oleh jamur intermediate yang
menyerang kulit, kuku, selaput lendir dan alatalat dalam. Kandidiasis disebabkan oleh
jamur Candida albicans yang dapat menyerang berbagai jaringan tubuh. Infeksi oleh
Candida albicans terjadi apabila terdapat faktor predisposisi seperti pemakaian antibiotik
berspektrum luas, diabetes mellitus, pemakaian steroid topikal atau sistemik, kehamilan,
sistem pertahanan tubuh menurun dan aposisi daerah kulit sehingga menghasilkan
lingkungan yang lembab dan menimbulkan kandidiasis. Perawatan kandidiasis dapat
dilakukan dengan berbagai macam obat anti jamur, baik secara kimia maupun tradisional.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pemakaian dan
pendayagunaan obat tradisional mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sekitar 65-80%
populasi dunia bergantung pada obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
primernya.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur parasite adalah Histoplasmosis.
Histoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan karena menghirup spora dari jamur yang
sering ditemukan di kotoran burung dan kelelawar. Penyakit ini sering kali menyebar ketika
spora mencemari udara, sering kali selama pembersihan atau pembongkaran
proyek. Tanah yang terkontaminasi oleh kotoran burung atau kelelawar juga
dapat menyebarkan histoplasmosis, sehingga petani, tukang bangunan, dan pekerja
lapangan berisiko tinggi untuk tertular penyakit ini. Kebanyakan orang yang menderita
kondisi ini tidak pernah mengalami gejala dan tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi.
Namun, untuk beberapa orang, terutama bayi dan orang dengan gangguan sistem
kekebalan tubuh, histoplasmosis bisa jadi kondisi serius. Pengobatan efektif tersedia bahkan
untuk bentuk histoplasmosis yang paling parah.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Candidiasis?
2. Apa yang menjadi penyebab penyakit Candidiasis?
3. Jelaskan angka kejadian penyakit Candidiasis?
4. Bagaimana cara penularan penyakit Candidiasis?
5. Bagaimana gejala penyakit Candidiasis?
6. Jelaskan diagnosis penyakit Candidiasis?
7. Bagaimana cara pencegahan penyakit Candidiasis?
8. Bagaimana cara pengendalian/pengobatan penyakit Candidiasis?
9. Apa penyebab histoplasmosis ?
10. Bagaimana angka kejadian histoplasmosis ?
11. Bagaimana cara penularan histoplasmosis ?
12. Apa saja gejala histoplasmosis ?
13. Bagaimana diagnosis histoplasmosis ?
14. Bagaimana pencegahan histoplasmosis ?
15. Bagaimana pengendalian/pengobatan histoplasmosis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Candidiasis
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab penyakit Candidiasis
3. Untuk mengetahui dan memahami angka kejadi penyakit Candidiasis
4. Untuk mengetahui dan memahami cara penularan penyakit Candidiasi
5. Untuk mengetahui dan memahami gejala penyakit Candidiasis
6. Untuk mengetahui dan memahami diagnosis penyakit Candidiasis
7. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan penyakit Candidiasis
8. Untuk mengetahui dan memahami cara pengendalian/pengobatan penyakit Candidiasis
9. Untuk mengetahui dan memahami apa penyebab histoplasmosis
10. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana angka kejadian histoplasmosis
11. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara penularan histoplasmosis
12. Untuk mengetahui dan memahami apa saja gejala histoplasmosis
13. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana diagnosis histoplasmosis
14. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pencegahan histoplasmosis
15. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pengendalian/pengobatan
histoplasmosis

2
1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan serta pengetahuan masyarakat dan mahasiswa mengenai apa
yang dimaksud dengan candidiasis dan histoplasmosis, peyebab, angka kejadian, cara
penularan, gejala, diagnosis, serta pencegahan dan pengendalian/pengobatan candidiasis
dan histoplasmosis.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jenis jamur yaitu Candida, atau
Candida albicans. Candidiasis dapat mempengaruhi area kelamin, mulut, kulit, dan darah.
Selain itu, obatobatan dan kondisi kesehatan tertentu dapat menyebabkan lebih banyak
jamur yang tumbuh, terutama di area tubuh yang hangat dan lembap. Candidiasis pada
vagina disebut yeast vaginitis dan candidiasis pada mulut dikenal sebagai thrush. Candida
merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 – 60
% dari populasi (Silverman S, 2001). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi
patogen dalam kondisi tertentu atau pada orangorang yang mempunyai penyakit-penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya,
sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002). Pada rongga mulut kandida
albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Terdapat lima
spesies kandida yaitu k.albikans, k. tropikalis, k. glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari
kelima spesies kandida tersebut k. albikans merupakan spesies yang paling umum
menyebabakan infefksi di rongga mulut (Nolte,1982).

2.2 Penyebab Penyakit Candidiasis


Penyebab utama candidiasis adalah jamur Candida atau Candida albicans. Jamur ini
ditemukan hampir di mana saja, termasuk tubuh Anda. Jamur bertumbuh di area di mana
terdapat kelembapan dan panas, seperti area genital dan area tertentu pada kulit. Jamur
dapat bertumbuh pada orang dengan sistem imun yang lemah, seperti wanita hamil, orang
dengan diabetes, atau HIV atau AIDS. Mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang
dapat membunuh bakteri alami yang berada di tubuh Anda, membuat Candida bertumbuh.

2.3 Angka Kejadian Penyakit Candidiasis


Kandidiasis terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua usia, baik laki-laki
maupun perempuan. Sumber agen penyebab utama adalah Candida sp., dengan transmisi
yang dapat terjadi melalui kontak langsung maupun fomite. Kejadian kandidiasis di Unit
Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU D Dr. Soetomo Surabaya tahun
2011-2013 adalah 137 pasien baru (114 pasien dengan infeksi pada kulit, dan 23 pasien
dengan infeksi pada kuku). Distribusi jenis kelamin yang paling banyak terutama adalah
perempuan yaitu 54,3% pada tahun 2011, 80% pada tahun 2012, dan 56,6% pada tahun
4
2013. Jenis kandidiasis pada kulit paling banyak yaitu kandidiasis intertriginosa (62,2%).
Candida albicans adalah spesies yang paling banyak di seluruh dunia, mewakili rata-rata
global 66% dari semua Candida sp. Angka kejadian kandidiasis di Asia dari beberapa studi
epidemiologi di Hong Kong menyebutkan bahwa C. albicans adalah spesies yang paling
sering diidentifikasi dengan rata-rata 56% dari kasus kandidiasis. Candida albicans masih
merupakan penyebab tertinggi Candida bloods tream infection, yaitu 33,3% di Singapura,
55,5% di Taiwan 55,6%, dan 41% di Jepang. Candida parapsilosis di Thailand memiliki
angka kejadian yang sedikit lebih tinggi yaitu (45%) dibandingkan Candida albicans
sebesar 44,5%. Candida parapsilosis dan Candida tropicalis di Malaysia menjadi agen
etiologi utama, diikuti oleh Candida albicans dengan 11,76% kasus kandidemia. Frekuensi
kejadian C. albicans sebagai spesies dominan dari 37% di Amerika Latin sampai 70% di
Norwegia sebagai akibat dari kejadian kandidi asis invasif yang meningkat dengan
meningkatnya populasi individu yang rentan, dan pengobatan terhambat oleh resistensi
antijamur.

Negara Indonesia memiliki kecendrungan peningkatan insidens KVVdengan


persentase 20- 25% dari pasien yang dating keruang praktek dokter kulit dan kelamin.
Kejadian KVV di Indonesia 50-75% wanita pernah mengalami yaitu 11,2-28,9%
diantaranya adalah akseptorkontrasepsi Keluarga Berencana (Harnindyadan Agusni,
2016). Di Puskesmas Kecamatan Cipayung periode Januari-Mei2018 terdapat 125 orang
pasien berkunjung kepoli kiss dan 46 orang ibu yang terdiagnosis Kandidiasis
Vulvovaginalis. data yang dikeluarkan oleh Ditjen Bidang Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
2011 kandidiasis orofaringenal terdapat 7.098 kasus yang terjadi (Kemenkes, 2011).
Prevalensi kandidiasis di Indonesia sekitar 20-25%, dapat menyerang rambut, kulit, kuku,
selaput lendir, dan organ lain seperti mulut dan kerongkongan (Puspitasari, 2019).

2.4 Penularan Penyakit Candidiasis


Candidiasis biasanya tidak menular langsung dari orang ke orang. Namun, dilansir dari
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa spesies jamur yang
menjadi penyebab candidiasis invasif biasanya hidup di kulit. Maka dari itu, candida dapat
ditularkan dari satu orang ke orang lain dan menyebabkan infeksi pada orangorang yang
berisiko tinggi terhadap infeksi tersebut, seperti orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.
Ada berbagai cara candidiasis dapat menular dari orang ke orang lain, antara lain:

5
1. Melalui Hubungan Intim
Meski tidak sering, candidiasis kadang-kadang dapat menular melalui hubungan
intim. Ada sekitar 15 persen pria mengalami gejala infeksi jamur penis setelah
berhubungan seksual dengan pasangan wanita yang terinfeksi. Seorang pria
dengan infeksi jamur penis juga dapat menularkan infeksi tersebut ke pasangan
wanita melalui kontak seksual. Melakukan seks orang dengan orang yang
terinfeksi jamur vagina atau penis juga dapat menyebabkan candidiasis di mulut
yang disebut sebagai sariawan atau candidiasis orofaring.

2. Melalui Air Mandi


Candidiasis sangat jarang ditularkan melalui air mandi. Namun, kamu dianjurkan
untuk mandi dengan menggunakanshower daripada berendam di bak mandi saat
sedang mengobati infeksi jamur. Selain itu, hindari juga berhubungan intim di bak
mandi atau bak mandi air hangat ketika salah satu pasangan sedang terinfeksi
candidiasis. Kondisi seks di lingkungan air mungkin akan memudahkan infeksi
jamur untuk menular melalui hubungan seks.

3. Melalui Ciuman
Candidiasis juga dapat menular melalui ciuman, namun mencium orang yang
memiliki sariawan tidak selalu menyebabkan kamu mengalami sariawan juga. Hal
ini karena sariawan bisa terjadi karena berbagai faktor risiko, seperti minum
antibiotik atau sistem kekebalan tubuh yang lemah yang dapat mengganggu
keseimbangan alami candida albicans di mulut kamu.

2.5 Gejala Penyakit Candidiasis


Gejala dari candidiasis dapat bervariasi dan tergantung pada area infeksi. Berikut adalah
beberapa gejala umum yang dapat terjadi:

a. Candidiasis kulit (cutaneous candidiasis). Anda mungkin memiliki bagian kulit


berwarna merah atau putih yang gatal, perih, dan meradang.
b. Candidiasis vulvovaginal. Pada wanita, infeksi jamur pada vagina dapat
mengakibatkan gejala rasa gatal yang ekstrem, kemerahan, serta rasa sakit pada area
vagina. Cairan vagina terlihat berwarna putih dan kental. Pada pria, gejala dapat
meliputi rasa sakit, gatal, dan perih pada ujung penis. Pria dan wanita dapat merasakan
sakit saat berhubungan seks.

6
c. Mulut dan kerongkongan. Sering disebut thrush, dapat menghasilkan bercakbercak
putih pada lidah dan mulut. Gusi juga dapat menjadi bengkak dengan luka berwarna
merah dan putih. Candida esophagitis yang mempengaruhi kerongkongan dapat
menyebabkan rasa sakit dan kesulitan saat menelan.
d. Candiasis telinga (otomikosis) Kemerahan pada telinga, Nyeri telinga, Pembengkakan,
Gatal pada telinga, Kulit telinga mudah terkelupas, Telinga berdenging (tinnitus),
Keluarnya cairan berwarna, putih kental dari telinga
e. Aliran darah dan organ lainnya. Dikenal sebagai candidemia, dapat mengakibatkan
demam dan menggigil

2.6 Diagnosis Penyakit Candidiasis


Untuk menentukan diagnosis kandidiasis harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis,
disamping pemeriksaan klinis dan mengetahui riwayat penyakit. Bahan pemeriksaan dapat
diambil dengan beberapa cara yaitu usapan (swab) atau kerokan (scraping) lesi pada
mukosa atau kulit. Juga dapat digunakan darah, sputum dan urine.(Nolte, 1982).
Selanjutnya bahan pemeriksaan tersebut diletakkan pada gelas objek dalam larutan
potassium hydroksida (KOH), hasilnya akan terlihat pseudohyphae yang tidak beraturan
atau blastospora. Selain pemeriksaan mikroskopis.dapat dilakukan kultur dengan
menggunakan agar sabouraud`s atau eosinmethylene blue pada suhu 37 % C, hasilnya akan
terbentuk koloni dalam waktu 24-48 jam.(Nolte ,1982,Mc Farlen, 2002). Pada kasus
hyperplastik kandidiasis kronis pada umumnya dilakukan biopsi, bahan pemeriksaan dapat
diwarnai dengan periodic acid schiff (P.A.S),hasilnya akan terlihat pseudomyselia dan hifa.
(Silverman 2001, Mc Farlen, 2002). Disamping itu akan terlihat parakeratosis dan leukosit
polimorfonuklear. (MCullough, 2005). Untuk memastikan diagnosis, dokter akan
melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti: - Tes KOH, dengan mengambil
sampel kerokan kulit untuk melihat jenis jamur yang tumbuh di kulit - Tes darah, dengan
mengambil sampel darah untuk mendeteksi infeksi di tubuh - Kultur jamur, dengan
mengambil sampel dari darah dan jaringan tubuh untuk mendeteksi jenis jamur yang
menginfeksi tubuh - Tes cairan vagina, dengan mengambil sampel cairan keputihan di
vagina untuk mendeteksi adanya pertumbuhan jamur dan jenis jamur yang menyebabkan
infeksi di vagina - Tes urine, dengan mengambil sampel urine untuk mendeteksi adanya
pertumbuhan jamur candida di sampel urine.

7
2.7 Pencegahan Penyakit Candidiasis
Pencegahan penyakit candidiasis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

- Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan rutin menggosok gigi dan melakukan
pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali
- Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat
- Ganti pakaian, pakaian dalam, dan kaos kaku, secara teratur.
- Ganti pembalut secara rutin saat menstruasi.
- Konsumsi makanan bergizi seimbang dan probiotik.
- Bersihkan area vagina dengan air mengalir, serta hindari penggunaan panty liner dan
sabun pembersih kewanitaan tanpa anjuran dokter.
- Lakukan kontrol rutin ke dokter, jika Anda menderita penyakit yang bisa melemahkan
sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, kanker, atau HIV/AIDS.
- Kontrol rutin juga perlu dilakukan bila Anda menjalani kemoterapi atau menggunakan
obat kortikosteroid untuk waktu yang lama.
- Jangan menggunakan obat kortikosteroid dan antibiotik di luar anjuran dokter.

2.8 Pengendalian/Pengobatan Penyakit Candidiasis


- Pengendalian
Candidiasis yaitu dengan melakukan dan mengoptimalkan pencegahan candidiasis
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Mengingat infeksi Candidiasis erat
hubungannya dengan berbagai aspek manajemen yang tidak optimal. Sehingga
diperlukan perhatian dan kesadaran masyarakat dalam menerapkan pencegahan yang
candidiasis.

- Pengobatan
Pengobatan Kandidiasis Menurut Kuswadji dalam Ramona (2009) pengobatan
kandidiasis dapat ditempuh dengan dua cara yaitu pengobatan secara topikal atau lokal
dan pengobatan secara sistemik. 1. Pengobatan kandidiasis secara topikal atau lokal
Pengobatan kandidiasis secara lokal adalah pengobatan yang dilakukan secara
langsung pada tempat yang terinfeksi kandidiasis, pengobatan kandidiasis secara lokal
dapat dilakukan dengan obat-obatan antara lain gentian violet 1 % , Nistatin dan
Amfoterin B (Ramona, 2009, Jawetz dkk, 2010) 2. Pengobatan kandidiasis secara
sistemik Menurut Jawetz dkk (2010), Pengobatan kandidiasis secara sistemik
merupakan pengobatan yang dilakukan dengan melewatkan antibiotik melalui aliran

8
arah dengan cara oral dan injeksi pengobatan kandidiasis secara sistemik dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
A. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi dalam saluran cerna, pemberian
nistatin melalu mulut tidak diabsorbsi tetap dalam usus dan tidak mempunyai efek
pada infeksi Candida secara sistemik
B. Amfoterisin B yang diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik Amfoterisin B
disuntikan secara inravena, merupakan usaha pengobatan efektif yang telah
diterima untuk sebagian besar untuk kandidiasis yang mengenai organ dalam.
Amfoterisin B diberikan dalam kombinasi dengan flusitosin melalui mulut untuk
menambah efek pengobatan pada kandidiasis diseminata.
C. Ketokonazol bersifat fungistatik. Ketokonazol menimbulkan respon terapeutik
yang jelas pada beberapa penderita kandidiasis sistemik, terutama pada kandidiasis
mukokutan. Terapi ketokunazol adalah obat untuk pengendalian jangka panjang
untuk kandidiasis mukokutan kronik. Anti jamur grup azol menghambat
pembentukan ergosterol dengan 21 memblok aksi 14-alphademethylase. Dapat
diberikan dengan dosis 200 mg perhari selama dua minggu pada pagi hari setelah
makan. Ketokonazol merupakan kontradiks untuk penderita kelainan hepar karena
dapat mengganggu fungsi hati.
D. Kandidiasis vaginalis dapat diberikan klotrimazol 500 mg per vagia dosis tunggal.
E. Profilaksis Candida albicans Tindakan pencegahan yang paling penting adalah
menghindari gangguan keseimbangan pada flora normal dan gangguan daya tahan
inang. Infeksi Candida albicans tidak menular, karena sebagian besar individu
dalam keadaan normal sudah mengandung organisme tersebut. Profilaksis efektif
pada pasien dengan risiko tinggi. Meskipun pengobatan golongan azol mengurangi
infeksi Candida albicans akan tetapi jika imunitas tubuh seseorang menurun maka
infeksi Candida albican akan terjadi lagi (Maria, 2009)

2.9 Penyebab Histoplasmosis


Histoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma. Jamur ini hidup
di lingkungan, terutama di tanah yang banyak mengandung kotoran burung atau kelelawar.
Di Amerika Serikat, Histoplasma terutama hidup di tanah di negara bagian tengah dan
timur, terutama daerah di sekitar lembah Sungai Ohio dan Mississippi. Jamur juga hidup di
beberapa bagian Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, Asia, dan Australia.

9
2.10 Angka Kejadian Histoplasmosis
Kasus histoplasmosis pertama di Indonesia pwetama kali dicatat oleh Mueller di Jawa
Timur, Indonesia, pada tahun 1932. Metode Histoplasmin Skin Test (HST) sebelumnya
disarankan untuk diagnosis histoplasmosis pada individu imunokompeten. Tes ini dapat
mendeteksi apakah orang telah terpapar He, yang mirip dengan tes Tuberkulin yang dapat
mendeteksi paparan Mycrobacterium tuberculosis. Meskipun demikian, HST saat ini
lebih banyak digunakan dalam studi epidemiologi untuk menentukan endemisitas
histoplasmosis. Secara historis Indonesia telah melakukan HST di Jakarta, Surabaya, Bali
dan Medan pada tahun 1990-an dengan hasil positif berkisar antara 12,5 - 63,6%. Sejak
itu, kasus histoplasmosis sporadis juga dilaporkan dari berbagai daerah lain di Indonesia
(Jawa, Sumatera, Sulawesi).

2.11 Cara Penularan Histoplasmosis


Jamur mudah tumbuh dan berkembang biak di tanah yang tercampur tinja burung
dan ayam atau kotoran kelelawar. Infeksi melalui udara akan menimbulkan lesi primer di
paru paru, yang dapat menyebar ke organ-organ viseral lainnya secara hematogen jika
jaringan paru mengalami kerusakan. Penularan dari manusia ke manusia lainnya biasanya
terjadi secara tidak langsung. Di daerah endemis, hewan-hewan misalnya anjing dan
rodensia banyak yang terinfeksi jamur ini sehingga dapat menjadi sumber penularan
histoplasmosis bagi manusia.

2.12 Gejala Histoplasmosis


Pada sebagian besar kasus, infeksi histoplasmosis tidak menimbulkan gejala apa pun.
Gejala umumnya baru muncul jika spora jamur yang terhirup tergolong banyak. Pada
orang yang mengalami gejala, biasanya gejala histoplasmosis muncul 3–17 hari setelah
terinfeksi. Gejala tersebut dapat berupa :
- Demam
- Menggigil
- Batuk kering
- Nyeri otot
- Nyeri sendi
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Sakit kepala

10
Pada orang yang memiliki riwayat penyakit paru-paru, seperti emfisema, histoplasmosis
dapat berlangsung lama (kronis). Gejala histoplasmosis kronis mirip dengan gejala TBC
(tuberkulosis), yaitu batuk berdarah, keringat berlebih, dan berat badan menurun.

2.13 Diagnosis Histoplasmosis


Penyedia layanan kesehatan mengandalkan riwayat medis dan riwayat perjalanan,
gejala, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium untuk mendiagnosis histoplasmosis. Cara
paling umum yang dilakukan penyedia layanan kesehatan untuk menguji histoplasmosis
adalah dengan mengambil sampel darah atau sampel urin dan mengirimkannya ke
laboratorium.
Penyedia layanan kesehatan dapat melakukan imaging test seperti rontgen dada atau
CT scan paru-paru. Mereka juga dapat mengumpulkan sampel cairan dari saluran
pernapasan atau melakukan biopsi jaringan, di mana sampel kecil jaringan yang terkena
diambil dari tubuh dan diperiksa di bawah mikroskop. Laboratorium juga dapat melihat
apakah Histoplasma akan tumbuh dari cairan atau jaringan tubuh (ini disebut kultur).

2.14 Pencegahan Histoplasmosis


Histoplasmosis sulit dicegah, terutama bila Anda tinggal atau bekerja di area yang
rentan terkena infeksi spora jamur penyebab histoplasmosis. Meski demikian, Anda bisa
mengurangi risiko terkena histoplasmosis dengan melakukan sejumlah cara berikut :
- Jauhi lokasi yang berisiko terjadi paparan jamur penyebab histoplasmosis, seperti gua
dan kandang burung.
- Siram tanah dengan air sebelum mulai membersihkan kandang ayam atau burung, agar
jamur tidak tersebar melalui udara.
- Hindari memelihara burung atau ayam, terutama bila Anda memiliki daya tahan tubuh
rendah.
- Gunakan alat pelindung diri, seperti masker yang sesuai dengan peraturan keselamatan
kerja.
- Menghindari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan potensi terjangkit
histoplasmosis, seperti menjelajahi gua, menggali di tanah, membersihkan kandang
ayam atau memotong kayu di mana terdapat kotoran burung atau kelelawar.

2.15 Pengendalian/Pengobatan Histoplasmosis


Pasien histoplasmosis ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Pada
banyak kasus, gejala histoplasmosis akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa

11
minggu atau bulan. Namun, pada kasus yang berat, gejalanya akan berlangsung lebih
lama, terutama bila infeksinya semakin parah.
Pada pasien yang mengalami gejala berat, histoplasmosis kronis, atau histoplasmosis
diseminata, dokter akan memberikan obat antijamur, seperti itraconazole, ketoconazole,
atau amphotericin B.
Obat antijamur yang diberikan bisa dalam bentuk tablet atau suntik, dan obat bisa
diberikan sampai 2 tahun atau lebih, tergantung pada tingkat keparahan histoplasmosis.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jenis jamur yaitu Candida, atau
Candida albicans. Penyebab utama candidiasis adalah jamur Candida atau Candida albicans,
Ada berbagai cara candidiasis dapat menular dari orang ke orang lain, antara lain: Melalui
Hubungan Intim, Melalui Air Mandi dan Melalui Ciuman, Gejala dari candidiasis dapat
bervariasi dan tergantung pada area infeksi, Untuk menentukan diagnosis kandidiasis harus
dilakukan pemeriksaan mikroskopis, disamping pemeriksaan klinis dan mengetahui riwayat
penyakit, pencegahan yang bisa dilakukan adalah:Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan
rutin menggosok gigi dan melakukan pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

Histoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma. Kasus


histoplasmosis pertama di Indonesia pwetama kali dicatat oleh Mueller di Jawa Timur,
Indonesia, pada tahun 1932. Metode Histoplasmin Skin Test (HST) sebelumnya disarankan
untuk diagnosis histoplasmosis pada individu imunokompeten. Jamur mudah tumbuh dan
berkembang biak di tanah yang tercampur tinja burung dan ayam atau kotoran kelelawar.
Infeksi melalui udara akan menimbulkan lesi primer di paru paru, yang dapat menyebar ke
organ-organ viseral lainnya secara hematogen jika jaringan paru mengalami kerusakan.
Gejala yang muncul berupa demam, batuk kering, nyeri otot dsb.

Cara paling umum yang dilakukan penyedia layanan kesehatan untuk menguji
histoplasmosis adalah dengan mengambil sampel darah atau sampel urin dan
mengirimkannya ke laboratorium. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjauhi lokasi
beresiko terkenan paparan penyakit, gunakan alat pelindung diri dan hindara memlihara
burung atau ayam jika memiliki daya tahan tubuh yang rendah.

3.2 Saran
Diharapkan melalui makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca maupun
mayarakat mengenai penyakit candidiasis dan histoplasmosis serta bagaimana cara
pencegahan, pengendalian dan pengobatan penyakit histoplasmosis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Denai Wahyudi, A 2019, Buku Ajar Dasar Biomedik Lanjutan, CV Budi Utama, Yogyakarta
Fadhli.R.M. 2020. Ini Alasan Candidiasis Bisa Mudah Menular dari Orang ke Orang.
https://www.halodoc.com/artikel/ini-alasan-candidiasis-bisa-mudah-menular.dari-
orang-ke-orang Diakses pada 7 Mei 2023

https://www.alodokter.com/histoplasmosis
https://www.cdc.gov/fungal/diseases/histoplasmosis/diagnosis.html#:~:text=Histoplasmosis%
20is%20usually%20diagnosed%20with,laboratory%20tests%20to%20diagnose%20hi
stoplasmosis.
https://www.cdc.gov/fungal/diseases/histoplasmosis/index.html
ISIKHNAS. 2019. Candidiasis. http://wiki.isikhnas.com/images/b/b5/CANDIDIASIS.pdf
Diakses pada 7 Mei 2023

Kemenkes RI. 2020. Candidiasis. https://www.alodokter.com/candidiasis Diakses pada 7 Mei


2023

Luqmanul, dkk. 2015. Candidiasis Oral.


https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/1407/1251
Diakses pada 7 Mei 2023

Marta, dkk. 2019. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan kejadian kandidiasis
Vulvovaginalis Pada Akseptor Keluarga Berencana. Jurnal Binawan Vol. 1 No. 2.

Nova Anggraini. 2020. Evaluasi Kepatuhan Pengobatan Kandidiasis Vaginal Pada Wanita
Usia Subur Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan. Jurnal antara kebidanan vol. 3 no.
03

Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan.


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp.content/uploads/2017/08/Mikrobiologi-
danParasitologi-Komprehensif.pdf Diakses pada 7 Mei 2023

Tania.S,. 2017. Candidiasis.https://hellosehat.com/wanita/jamur-vagina/candidiasis/?amp=1


Diakses pada 7 Mei 2023

Wijaya M, Adawijah R, Wahyuningsih R, A 2021, Histoplasmosis: Diagnostic and Therapeutic


Aspect, Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease, Vol. 9 No. 2,,
http://scholar.unand.ac.id/22454/5/Skripsi%20Full%20Text.pdf Diakses pada 7 Mei
2023
14

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai