net/publication/371855746
CITATIONS READS
0 35
5 authors, including:
Sepdwina Makagansa
Sam Ratulangi University
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Friska Mentari Warouw on 26 June 2023.
DOSEN PENGAJAR :
dr. Angela F. C. Kalesaran, M.Sc, MHS
Dr. dr. Wulan P.J. Kaunang, Grad.Dip, M.Kes. DK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Marselia M. M. Jacob 20111101010
Friska Mentari Warouw 20111101227
Yotam Samuel Windesi 20111101244
Sepdwina R. Makagansa 20111101233
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karna kasih dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Candidiasis dan
Histoplasmosis” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
zoonosis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa maupun
masyarakat mengenai histoplasmosis.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran sangat membantu kami agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik dari
makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN......................................................................................................................... 4
ii
PENUTUP ................................................................................................................................ 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Candidiasis?
2. Apa yang menjadi penyebab penyakit Candidiasis?
3. Jelaskan angka kejadian penyakit Candidiasis?
4. Bagaimana cara penularan penyakit Candidiasis?
5. Bagaimana gejala penyakit Candidiasis?
6. Jelaskan diagnosis penyakit Candidiasis?
7. Bagaimana cara pencegahan penyakit Candidiasis?
8. Bagaimana cara pengendalian/pengobatan penyakit Candidiasis?
9. Apa penyebab histoplasmosis ?
10. Bagaimana angka kejadian histoplasmosis ?
11. Bagaimana cara penularan histoplasmosis ?
12. Apa saja gejala histoplasmosis ?
13. Bagaimana diagnosis histoplasmosis ?
14. Bagaimana pencegahan histoplasmosis ?
15. Bagaimana pengendalian/pengobatan histoplasmosis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Candidiasis
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab penyakit Candidiasis
3. Untuk mengetahui dan memahami angka kejadi penyakit Candidiasis
4. Untuk mengetahui dan memahami cara penularan penyakit Candidiasi
5. Untuk mengetahui dan memahami gejala penyakit Candidiasis
6. Untuk mengetahui dan memahami diagnosis penyakit Candidiasis
7. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan penyakit Candidiasis
8. Untuk mengetahui dan memahami cara pengendalian/pengobatan penyakit Candidiasis
9. Untuk mengetahui dan memahami apa penyebab histoplasmosis
10. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana angka kejadian histoplasmosis
11. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara penularan histoplasmosis
12. Untuk mengetahui dan memahami apa saja gejala histoplasmosis
13. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana diagnosis histoplasmosis
14. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pencegahan histoplasmosis
15. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pengendalian/pengobatan
histoplasmosis
2
1.4 Manfaat
Untuk menambah wawasan serta pengetahuan masyarakat dan mahasiswa mengenai apa
yang dimaksud dengan candidiasis dan histoplasmosis, peyebab, angka kejadian, cara
penularan, gejala, diagnosis, serta pencegahan dan pengendalian/pengobatan candidiasis
dan histoplasmosis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jenis jamur yaitu Candida, atau
Candida albicans. Candidiasis dapat mempengaruhi area kelamin, mulut, kulit, dan darah.
Selain itu, obatobatan dan kondisi kesehatan tertentu dapat menyebabkan lebih banyak
jamur yang tumbuh, terutama di area tubuh yang hangat dan lembap. Candidiasis pada
vagina disebut yeast vaginitis dan candidiasis pada mulut dikenal sebagai thrush. Candida
merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 – 60
% dari populasi (Silverman S, 2001). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi
patogen dalam kondisi tertentu atau pada orangorang yang mempunyai penyakit-penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya,
sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002). Pada rongga mulut kandida
albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Terdapat lima
spesies kandida yaitu k.albikans, k. tropikalis, k. glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari
kelima spesies kandida tersebut k. albikans merupakan spesies yang paling umum
menyebabakan infefksi di rongga mulut (Nolte,1982).
5
1. Melalui Hubungan Intim
Meski tidak sering, candidiasis kadang-kadang dapat menular melalui hubungan
intim. Ada sekitar 15 persen pria mengalami gejala infeksi jamur penis setelah
berhubungan seksual dengan pasangan wanita yang terinfeksi. Seorang pria
dengan infeksi jamur penis juga dapat menularkan infeksi tersebut ke pasangan
wanita melalui kontak seksual. Melakukan seks orang dengan orang yang
terinfeksi jamur vagina atau penis juga dapat menyebabkan candidiasis di mulut
yang disebut sebagai sariawan atau candidiasis orofaring.
3. Melalui Ciuman
Candidiasis juga dapat menular melalui ciuman, namun mencium orang yang
memiliki sariawan tidak selalu menyebabkan kamu mengalami sariawan juga. Hal
ini karena sariawan bisa terjadi karena berbagai faktor risiko, seperti minum
antibiotik atau sistem kekebalan tubuh yang lemah yang dapat mengganggu
keseimbangan alami candida albicans di mulut kamu.
6
c. Mulut dan kerongkongan. Sering disebut thrush, dapat menghasilkan bercakbercak
putih pada lidah dan mulut. Gusi juga dapat menjadi bengkak dengan luka berwarna
merah dan putih. Candida esophagitis yang mempengaruhi kerongkongan dapat
menyebabkan rasa sakit dan kesulitan saat menelan.
d. Candiasis telinga (otomikosis) Kemerahan pada telinga, Nyeri telinga, Pembengkakan,
Gatal pada telinga, Kulit telinga mudah terkelupas, Telinga berdenging (tinnitus),
Keluarnya cairan berwarna, putih kental dari telinga
e. Aliran darah dan organ lainnya. Dikenal sebagai candidemia, dapat mengakibatkan
demam dan menggigil
7
2.7 Pencegahan Penyakit Candidiasis
Pencegahan penyakit candidiasis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
- Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan rutin menggosok gigi dan melakukan
pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali
- Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat
- Ganti pakaian, pakaian dalam, dan kaos kaku, secara teratur.
- Ganti pembalut secara rutin saat menstruasi.
- Konsumsi makanan bergizi seimbang dan probiotik.
- Bersihkan area vagina dengan air mengalir, serta hindari penggunaan panty liner dan
sabun pembersih kewanitaan tanpa anjuran dokter.
- Lakukan kontrol rutin ke dokter, jika Anda menderita penyakit yang bisa melemahkan
sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, kanker, atau HIV/AIDS.
- Kontrol rutin juga perlu dilakukan bila Anda menjalani kemoterapi atau menggunakan
obat kortikosteroid untuk waktu yang lama.
- Jangan menggunakan obat kortikosteroid dan antibiotik di luar anjuran dokter.
- Pengobatan
Pengobatan Kandidiasis Menurut Kuswadji dalam Ramona (2009) pengobatan
kandidiasis dapat ditempuh dengan dua cara yaitu pengobatan secara topikal atau lokal
dan pengobatan secara sistemik. 1. Pengobatan kandidiasis secara topikal atau lokal
Pengobatan kandidiasis secara lokal adalah pengobatan yang dilakukan secara
langsung pada tempat yang terinfeksi kandidiasis, pengobatan kandidiasis secara lokal
dapat dilakukan dengan obat-obatan antara lain gentian violet 1 % , Nistatin dan
Amfoterin B (Ramona, 2009, Jawetz dkk, 2010) 2. Pengobatan kandidiasis secara
sistemik Menurut Jawetz dkk (2010), Pengobatan kandidiasis secara sistemik
merupakan pengobatan yang dilakukan dengan melewatkan antibiotik melalui aliran
8
arah dengan cara oral dan injeksi pengobatan kandidiasis secara sistemik dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
A. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi dalam saluran cerna, pemberian
nistatin melalu mulut tidak diabsorbsi tetap dalam usus dan tidak mempunyai efek
pada infeksi Candida secara sistemik
B. Amfoterisin B yang diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik Amfoterisin B
disuntikan secara inravena, merupakan usaha pengobatan efektif yang telah
diterima untuk sebagian besar untuk kandidiasis yang mengenai organ dalam.
Amfoterisin B diberikan dalam kombinasi dengan flusitosin melalui mulut untuk
menambah efek pengobatan pada kandidiasis diseminata.
C. Ketokonazol bersifat fungistatik. Ketokonazol menimbulkan respon terapeutik
yang jelas pada beberapa penderita kandidiasis sistemik, terutama pada kandidiasis
mukokutan. Terapi ketokunazol adalah obat untuk pengendalian jangka panjang
untuk kandidiasis mukokutan kronik. Anti jamur grup azol menghambat
pembentukan ergosterol dengan 21 memblok aksi 14-alphademethylase. Dapat
diberikan dengan dosis 200 mg perhari selama dua minggu pada pagi hari setelah
makan. Ketokonazol merupakan kontradiks untuk penderita kelainan hepar karena
dapat mengganggu fungsi hati.
D. Kandidiasis vaginalis dapat diberikan klotrimazol 500 mg per vagia dosis tunggal.
E. Profilaksis Candida albicans Tindakan pencegahan yang paling penting adalah
menghindari gangguan keseimbangan pada flora normal dan gangguan daya tahan
inang. Infeksi Candida albicans tidak menular, karena sebagian besar individu
dalam keadaan normal sudah mengandung organisme tersebut. Profilaksis efektif
pada pasien dengan risiko tinggi. Meskipun pengobatan golongan azol mengurangi
infeksi Candida albicans akan tetapi jika imunitas tubuh seseorang menurun maka
infeksi Candida albican akan terjadi lagi (Maria, 2009)
9
2.10 Angka Kejadian Histoplasmosis
Kasus histoplasmosis pertama di Indonesia pwetama kali dicatat oleh Mueller di Jawa
Timur, Indonesia, pada tahun 1932. Metode Histoplasmin Skin Test (HST) sebelumnya
disarankan untuk diagnosis histoplasmosis pada individu imunokompeten. Tes ini dapat
mendeteksi apakah orang telah terpapar He, yang mirip dengan tes Tuberkulin yang dapat
mendeteksi paparan Mycrobacterium tuberculosis. Meskipun demikian, HST saat ini
lebih banyak digunakan dalam studi epidemiologi untuk menentukan endemisitas
histoplasmosis. Secara historis Indonesia telah melakukan HST di Jakarta, Surabaya, Bali
dan Medan pada tahun 1990-an dengan hasil positif berkisar antara 12,5 - 63,6%. Sejak
itu, kasus histoplasmosis sporadis juga dilaporkan dari berbagai daerah lain di Indonesia
(Jawa, Sumatera, Sulawesi).
10
Pada orang yang memiliki riwayat penyakit paru-paru, seperti emfisema, histoplasmosis
dapat berlangsung lama (kronis). Gejala histoplasmosis kronis mirip dengan gejala TBC
(tuberkulosis), yaitu batuk berdarah, keringat berlebih, dan berat badan menurun.
11
minggu atau bulan. Namun, pada kasus yang berat, gejalanya akan berlangsung lebih
lama, terutama bila infeksinya semakin parah.
Pada pasien yang mengalami gejala berat, histoplasmosis kronis, atau histoplasmosis
diseminata, dokter akan memberikan obat antijamur, seperti itraconazole, ketoconazole,
atau amphotericin B.
Obat antijamur yang diberikan bisa dalam bentuk tablet atau suntik, dan obat bisa
diberikan sampai 2 tahun atau lebih, tergantung pada tingkat keparahan histoplasmosis.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jenis jamur yaitu Candida, atau
Candida albicans. Penyebab utama candidiasis adalah jamur Candida atau Candida albicans,
Ada berbagai cara candidiasis dapat menular dari orang ke orang lain, antara lain: Melalui
Hubungan Intim, Melalui Air Mandi dan Melalui Ciuman, Gejala dari candidiasis dapat
bervariasi dan tergantung pada area infeksi, Untuk menentukan diagnosis kandidiasis harus
dilakukan pemeriksaan mikroskopis, disamping pemeriksaan klinis dan mengetahui riwayat
penyakit, pencegahan yang bisa dilakukan adalah:Jaga kebersihan mulut dan gigi dengan
rutin menggosok gigi dan melakukan pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
Cara paling umum yang dilakukan penyedia layanan kesehatan untuk menguji
histoplasmosis adalah dengan mengambil sampel darah atau sampel urin dan
mengirimkannya ke laboratorium. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjauhi lokasi
beresiko terkenan paparan penyakit, gunakan alat pelindung diri dan hindara memlihara
burung atau ayam jika memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
3.2 Saran
Diharapkan melalui makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca maupun
mayarakat mengenai penyakit candidiasis dan histoplasmosis serta bagaimana cara
pencegahan, pengendalian dan pengobatan penyakit histoplasmosis.
13
DAFTAR PUSTAKA
Denai Wahyudi, A 2019, Buku Ajar Dasar Biomedik Lanjutan, CV Budi Utama, Yogyakarta
Fadhli.R.M. 2020. Ini Alasan Candidiasis Bisa Mudah Menular dari Orang ke Orang.
https://www.halodoc.com/artikel/ini-alasan-candidiasis-bisa-mudah-menular.dari-
orang-ke-orang Diakses pada 7 Mei 2023
https://www.alodokter.com/histoplasmosis
https://www.cdc.gov/fungal/diseases/histoplasmosis/diagnosis.html#:~:text=Histoplasmosis%
20is%20usually%20diagnosed%20with,laboratory%20tests%20to%20diagnose%20hi
stoplasmosis.
https://www.cdc.gov/fungal/diseases/histoplasmosis/index.html
ISIKHNAS. 2019. Candidiasis. http://wiki.isikhnas.com/images/b/b5/CANDIDIASIS.pdf
Diakses pada 7 Mei 2023
Marta, dkk. 2019. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan kejadian kandidiasis
Vulvovaginalis Pada Akseptor Keluarga Berencana. Jurnal Binawan Vol. 1 No. 2.
Nova Anggraini. 2020. Evaluasi Kepatuhan Pengobatan Kandidiasis Vaginal Pada Wanita
Usia Subur Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan. Jurnal antara kebidanan vol. 3 no.
03