Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

MATERI :
“SEJARAH KEPERAWATAN DI DUNIA DAN DI INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU :
NS. Miswarti M.Kep Sp.Kep.J

DI SUSUN OLEH :
SUKRAMA FAZI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia nya sehingga kami datapat menyelesaikan makalah tugas kuliah tepat
pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna oleh karena
itu kami mohon kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sehingga kami
harapkan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam membantu kami untuk menyelesaikan makalah tersebut dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing kami dengan segala usaha yang
penulis lakukan.

Talang Maur, 15 September 2023


Penulis

Sukrama Fazi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Perkembangan Keperawatan Di Dunia dan Di Indonesia..........................

BAB III PENUTUP.........................................................................................


3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

TOKOH TOKOH KEPERAWATAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Loka karya menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang
profesional yang merupakan integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu
keperawatan dan kiat keperawatan yang layanannya berbentuk biopsikososial dan spiritual
yang komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga dan masyaratakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Dalam hal ini keperawatan bukan
hanya mengenai sesuatu yang berkaitan dengan sakit saja namun dalam terkait erat dengan
sehat. Karena dengan adanya manusia yang sehat akan meminimkan terjadinya indvidu yang
sakit. Tujuan utama keperawatan ialah membantu individu untuk memenuhi kebutuhan dasar
dan kebutuhan tingkat tinggi mereka.
Perawat mendukung dan memotivasi individu dalam menjalani kebiasaan sehat mereka
dan membantu klien menyelesaikan masalah kesehatan. Peawat memberi asuhan kepada
klien dengan mengombinasikan metode penyelesaian masalah secara ilmuah dengan
keterampilan berpikir kritis untuk memberi asuhan melalui proses keperawatan.
Proses keprawatan adalah proses penyelesaian masalah yang pada dasarnya unik yang
menekankan perbedaan dalam peran antara petugas. Proses keperawatan tidak hanya
mencakup tindakan yang ermasuk alam tugas, tetapi juga mengintegrasikan berpikir kritis.
Dengan kata lain, petugas tak berlisensi perlu mengetahui cara melakukan pemeriksaan.
Selain itu, perawat juga harus mengetahui mengetahui mengapa dan apa hubungan dari
pemeriksaan.
Pada hakikatnya keperawatan merupakan ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada
pelayanan , meiliki empat timgkatan klien, serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakikat keperawatan dalah keperawatan
sebagai ilmu, sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan, mempunyai tiga sasaran
dalam pelayanan keperawatan, serta pelayanan keperawatan mencakup seluruh rentang
pelayanan kesehatan.
Seiring berkembangnya kehidupan, individu tidak akan bisa dipisahkan dengan
keperawatan. Karena pada dasarnya keperaatan lahir bersamaan dengan lahirnya manusia di
dunia, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa setiap imdividu memerlukan asuhan keperawatan
dalam proses hidupnya. Perkembangan keperawatan tidak dapat dipisahkan oleh kemajuan
peradaban manusia.
Sejarah perkembangan keperawatan telah mengalami perubahan yang sangat pesat
sebagai respon dari perkembangan kebutuhn manusia. Berbagai aspek peristiwa dapat
memengaruhi perkembangan dan praktik keperawatan.
Perkembangan keperawatan pada zaman sekarang ini ditandai dengan lahirnya tokoh
keperawatan yang sangat mansyur yang dikenal sampai sekarang yang membawa perubahan
dalam konsep berpikir yang berpengaruh besar terhadap praktok keperawatan. Seperti
perubahan alam ruang lingkup tatanan layanan keperawatan, standar praktik keperawaan
sampai munculnya undang-undang praktik keperawatan.
Beberapa toko terkenal mulaia dari benua asia sampai eropa yang sangat berjasa dalam
perkembangan keperawatan, seperti Rufaidah, Florence Nightingale, Hildedars. E. Ida Jean
Orlando, Martha E Roger dan lain-lain.
Perkembangan keperawatan di Indonesia tak terlepas dari sejarah kemerdekaan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu sejarah perkembangan keparawatan di Indonesia dikelompokkan
menjadi dua periode yaitu masa sebelum kemerdekaan Indonesi dan masa sesudah
kemerdekaan Indonesia.
Dalam mengahadapi perkembagan zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat,
khususnya kebutuhan kesehatan, dan bidang keperawatan menekan keperawatan untuk yerus
berkembang lebih lagi agar tercapainya kesejahteraan kehidupan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana arti penting Keperawatan di Dunia dan Di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Keperawatan Di Dunia Di Indonesia


Perkembangan keperawatan didunia diawali sejak zaman manusia itu diciptakan.
Dimana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk merawata diri sendiri.
Naluri yang sederhana adalah memelihara kesehatan. Selanjutnya bergeser ke zaman purba,
pada zaman ini oarang masih percaya kekuatan mistik yang dihasilkan bumi yang
mempengaruhi kehidupan manusia.
Kepercayaan ini disebut animisme, mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang karena
keuatan alam seperti gunung, pohon besar dan sunga besar serta mereka mempercayai
kekuatan gahib. Peran perawat pada masa itu sebagai ibu yang merawat keluarhanya yang
sakit dengan memberikan perawatan fisik serta mengobati pnyakit dengan menghilangkan
pengaruh jahat. Jiwa yang baik membawa kesejahteraan, jika yang jahat membawa kesakitan
dan kematian (Calor,Taylor, Lilis& Lemone, 1997).
Kemudain dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu sakit
disebablan karna kemarahan dewa sehingga didirikan kuil sebagai tempat pemujaan dan
orang yang skit meminta bantuan kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest
physician. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya diakones dan
phiantrop yang merupakan sekelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam
merawat orang sakit serta kelompok kasih sayang yang anggtanya menjauhkan diri dari
keramaina dunia luar. Dan hidupnya hanya ditujukan untuk perawatan orang sakit sehingga
menyebabkan berkembangnya rumah-rumah perawatan dan mulai pekembangan ilmu
keperawatan.
Zaman keagamaan, perkembangan keperawatan telah bergeser ke arah spiritual dimana
seorng yang sakit dikarenakan dosa atau kutukan dari tuhan. Pada zaman ini tempat ibadah
menjadi pusat perawatan medis, pimpinan agama dijunjung sebagai tabib, perawat dianggap
sebagai budak dan mendapatkan peenghargaan yang rendah karena pekerjaannya didasarkan
perintah tabib. Peran tabib dan perawat jelas berbeda, tabib adalah medicineman yang
mengobati penyakit dengan jalan melantunkan nyanyian, memberi semangat dari ketakutan
atau membuka otak untuk menghilangkan jiwa yang jahat ( Dolan, Fitzpatrick, & Herman.
1983).
Zaman masehi, Sejarah perkembangan keperawatan di dunia, ditandai dengan lahirnya
tokoh keperawatan yang sangat mashur yang dikenal sampai sekarang ini yang membawa
perubahan dalam konsep berpikir yang berpengaruh besar terhadap praktik keperawatan. Hal
ini seperti perubahan dalam ruang lingkup tatanan layanan keperawatan, standar praktik.
keperawatan sampai munculnya undang-undang praktik keperawatan.
Perkembangan keperawatan di benua Asia, khususnya di Timur Tengah di negara Arab
perkembangan keperawatan mulai maju dan berkembang sekitar Abad 7 seiring dengan lahir
dan agama Islam di tengah-tengah bangsa Arab.
Perkembangan dan penyebaran agama Islam di ikuti dengan perkembangan ilmu
pengetahuan seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Bahkan dalam kitab agama
islam yaitu Al-Quran tertulis pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan dan lingkungan
sekitar tempat tinggal. Pada masa ini muncul tokoh islam dalam keperawatan yang dikenal
dengan nama Rufaidah.
Perkembangan perawatan dan pengobatan di negara Cina atau Tiongkok, bangsa
Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan syphilis. Beberapa
orang yang terkenal dalam ketabiban seperti: Seng Lung dikenal sebagai "Bapak
Pengobatan”, yang ahli penyakit dalamdan telah menggunakan obat-obat dari tumbuh-
tumbuhan dan mineral (garam-garaman). Semboyannya yang terkenal adalah lihat, dengar,
tanya, dan rasa. Chang Chung Ching telah mengerjakan lavement dengan menggunakan
bambu.
Perkembangan keperawatan di Eropa, ditandai dengan munculnya beberapa tokoh
keperawatan yang mempunyai peran besar dalam perubahan sejarah perkembangan
keperawatan, salah satunya muncul tokoh “Florence Nightingale” dalam keperawatan
rupanya berpengaruh besar pada perkembangan keperawatan di Eropa khususnya di negara
Inggris. Berkat kerja keras,perjuangan, perhatian dan dedikasinya yang luar biasa di bidang
keperawatan dan keinginan untuk memajukan keperawatan khususnya terhadap para korban
perang, pada perang salip yang terjadi di semenanjung Krimea, sehingga beliau diberikan
gelar dengan sebutan“ Lady with the Lamp” oleh para tentara korban perang.
Akibat dari munculnya tokoh keperawatan menyababkan kemajuan yang pesat dalam
bidang keperawatan di inggris , yang ditandai dengan adanya pembangunan sekolah-sekolah
perawat dan pendirian perhimpunan perawat nasional Inggris oleh Erenwick pada tahun
1887 yang memikiki tujuan untuk mempersatukan perawat-perawat yang ada di seluruh
Inggris. Kemudian, pada 1 Juli 1899, dia juga mendirikan sebuah lembaga yang disebut
International Council of Nurses(ICN).
Setelah era tersebut, dunia keperawatan terus berkembang pesat. Kondisi ini
mendorong munculnya tokoh-tokoh penting dalam keperawatan yaitu :
Florence Nightingale (1820 -1910 ) Florence Nightingale dilahirkan dalam keluarga
yang kaya dan cerdas, ia merasa terpanggil untuk membantu sesama manusia dan
meningkatkan kesejahteraannya. Ia memutuskan untuk menjadi seorang perawat walaupun
mendapat pertentangan dari kelurga karena dianggap melanggar aturan dan kebiasaan
sebagai keluarga bangsawan Inggris. Berkat ketulusannya membantu para anggota perang
pada saat terjadi perang salib di Semenanjung Krimea di bidang keperawatan, membuatnya
dianugrahi gelar “Lady with the lamp”.
Lilian Wald (1867 – 1940 ) Lilian dan dan Mary Brewster merupakan orang pertama
yang memberikan layanan keperawatan untuk kaum yang tidak mampu di daerah kumuh
New York, mereka berdua memberikan layanan keperawatan, sosial, dan mengadakan
kegiatan pendidikan dan budaya, serta mendirikan sekolah keperawatan sebagai tambahan
keperawatan kunjungan rumah.
Margaret Higgins Sanger (1870 – 1966) Lebih dikenal dengan sebutan Sanger
merupakan seorang perawat kesehatan masyarakat di New York, memberikan manfaat yang
layanan kesehatan wanita. Ia dianggap sebagai pendiri Keluarga Berencana dikarenakan
pengalamannya dalam menghadapi sejumlah besar kehamilan yang tidak diinginkan
terutama pada masyarakat pekerja miskin dan sangat menolong dalam mengatasi masalahnya.
Hildegard E. Peplau (1952) Hildegard E. Peplau menekankan bahwa hubungan
antara-manusia merupakan dasar bagi perawat untuk mengkaji proses hubungan dengan
pasien.
Ida Jean Orlando (1961) Ida Jean Orlando menekankan bahwa keperawatan bertujuan
untuk merespons perilaku pasien dalam memenuhi kebutuhannya dengan segera.
Virginia Handerson (1966), Tokoh ini menekankan bahwa perawat hanya membantu
pasien dalam melakukan hal yang tidak dapat ia lakukan sendiri agar kemandirian pasien
meningkat.
Sister Calista Roy (1970) Sister Calista Roy menekankan bahwa peran perawat adalah
untuk memberi kemudahan bagi pasien guna mengembangkan kemampuan penyesuaian diri
pasien.
Martha E. Roger (1970) Martha E. Roger menekankan bahwa manusia mempunyai sifat
alamiah yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.

Perkembangan keperawatan di Indonesia


Perkembangan sejarah keperawatan di Indonesia tak terlepas dari sejarah kemerdekaan
bangsa Indonesia yaitu ketika bangsa Indonesia masih berada dalam penjajahan bangsa asing,
sehingga sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kebangsaan Indonesia, secara umum sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia dapat dikelompokan menjadi dua periode yaitu:
Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih di jajah
oleh bangsa Inggris, Belanda dan Jepang. Pada penjajahan oleh Belanda khususnya pada
zaman VOC (1602- 1799) penjajahan Belanda I, didirikan rumah sakit (Binnen Hospital)
yang terletak di Jakarta pada tahun 1799. Tenaga perawatnya diambil dari penduduk pribumi
yang berperan sebagai penjaga orang sakit. Perawat awalnya bekerja di rumah sakit yang
memiliki tugas untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada
masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat
tujuan didirikannya rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, sehingga tidak diikuti
perkembangan dalam keperawatan.
Pada masa penjajahan Inggris, pada masa ini upaya perbaikan di bidang kesehatan dan
keperawatan mulai berkembang cukup baik yang dipelopori oleh Rafless, mereka
memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat
itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha
pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan
jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Pada masa penjajahan Belanda II (1816 – 1942), beberapa rumah sakit dibangun
khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian
pada tahun 1919 rumah sakit tersebut dipindahkan ke Salemba dan sekarang lebih dikenal
dengan nama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, kemudian diikuti rumah sakit milik
swasta. Pada masa ini sebagian besar tenaga keperawatan dilakukan oleh penduduk pribumi
sedangkan tenaga pengobatan dalam hal ini tenaga dokter masih didatangkan dari negara
Belanda.
Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara
Jepang. Sejarah perkembangan kesehatan dan keperawatan tidak mengalami perkembangan
justru keperawatan mengalami kemunduran yang sangat dratis.Kedua, masa setelah
kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai
pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan..
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari kajian yang telah saya lakukan dapat diketahui arti penting dari keperawatan di
dunia dan di indonesia adalah dengan adanya pekerawatan maka dapat meningkatkan
kesehatan, terpelihara kesehatan, pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit dan dapat
membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta: EGC.

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia.

Budiono, S. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.

Hidayat, A. A. (2007). Konsep Dasar Keperawatan (Edisi 2 Ed.). Surabaya: Salemba


Medika.

Kusnanto, S. M. (2004). Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:


EGC.

Maria, S. (2008). Keterampilan Keperawatan Dasar. Jakarta: Erlangga.

Ns. Roymond H. Simamora, M. (2009). Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. (E. Tiar,
Penyunt.) Jakarta: EGC.

Rideout, E. (2006). Pendidikan Keperawatan Bedasarkan Problem-Based Learning. Jakarta:


EGC.

Roshdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar (Edisi 10 Ed.).
(E. A. Mardela, D. Yulianti, Penyunt., & W. Praptiani, Penerj.) Jakarta: EGC.

Simamora, R. H. (2019). Menjadi Perawat Yang: Cih'huy . Surakarta: Kekata Publiser.

Sumijatun, S. M. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Tim.

Tarwoto, & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Tucker, S. M. (1998). Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, Dan


Evaluasi. Jakarta: BOC.

Wiratama,P. (2019, September 27). Berpikir Kritis untuk Meningkatkan Pola Kesehatan
Klien. Osf.io
Yanti, R. I., & Warsito, B. E. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan
Supervisi Dengan. Jurnal Managemen Keperawatan , 107-114.

Zaidin, H. A. (2002). Dasar Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.


Referensi tokoh keperawatan :
Lasamana Herlina. (2018). Makalah Sejarah Keperawatan Di Dunia.
TOKOH TOKOH KEPERAWATAN

1. Florence Nightingale (The Lady with the Lamp)


Florence Nightingale lahir di Firenze (Florence), Italia tanggal 12 Mei 1820. Ayah
Florence bernama Wiliam Nightingale seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London.
Ibunya Frances (“Fanny”) Nightingale née Smith keturunan ningrat, keluarga Nightingale
adalah keluarga terpandang. Florence memiliki seorang kakak bernama Parthenope. Semasa
kecil Florence Nightingale tinggal di Lea Hurst yaitu sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya. Saat usia remaja, Florence tidak seperti anak ningrat kebanyakan yang suka
bermalas-malasan dan berfoya-foya, Florence lebih banyak beraktivitas diluar rumah
membantu warga sekitar yang membutuhkan.
Tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman. Ia mengenal lebih jauh tentang
Rumah Sakit Modern Pioner yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner bersama istrinya
dan dikelola oleh biarawati Lutheran dari kalangan katolik. Disana Florence terpesona akan
pekerjaan sosial keperawatan yang dipraktekan oleh para biarawati, Florence pulang ke
Inggris dengan membawa angan-angannya tentang keperawatan.
Tahun 1851 saat Florence menginjak usia 31 tahun ia dilamar oleh Richard Monckton
Milnes (seorang penyair dan seorang nigrat) namun lamaran tersebut ditolaknya karena pada
tahun tersebut Florence sudah membulatkan tekadnya untuk mengabdikan dirinya didunia
keperawatan. Keinginan Florence menjadi perawat ditentang keras oleh ibu dan kakaknya
karena pada saat itu ditempatnya perawat dianggap sebagai pekerjaan hina. Ayahnya setuju
jika Florence mengabdikan diri untuk kemanusiaan, namun ayahnya tidak setuju jika ia
menjadi perawat di rumah sakit, karena saat itu rumah sakit adalah tempat yang kotor dan
menjijikan.
Namun, Florence tetap pergi ke Kaiserswerth untuk mendapatkan pelatihan bersama
biarawati disana, ia belajar disana selama empat bulan, walaupun ditekan oleh keluarganya
yang khawatir terjadi implikasi sosial yang timbul karena seorang gadis yang menjadi
perawat serta latar belakang RS yang Katolik sementara Florence dari Kristen Protestan.
Selain itu, Florence pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.
Tanggal 12 Agustus 1853, Florence kembali ke London dan bekerja sebagai pengawas
bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen,sebuah rumah sakit kecil di
Upper Harley Street, London. Posisi ini ia tekuni hingga Oktober 1854, karena tahun ini
terjadi perang krimea sehingga ia menjadi sukarelawan untuk merawat korban perang. Ayah
Florence memberinya €500 pertahun (Setara Rp.425 juta pada saat sekarang) sehingga ia
dapat hidup nyaman dan meniti karirnya.
Di rumah sakit ini ia berargumentasi keras dengn komite rumah sakit karena menolak
pasien yang beragama katolik, Florence mengancam akan mengundurkan diri kecuali pihak
rumah sakit merubah peraturan memberinya izin tertulis bahwa; “ Rumah Sakit akan
menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya,
serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka termasuk
rabi, dan ulama untuk orang Islam”. Dan akhirnya komite rumah sakit pun menyetujuinya.
Meletusnya perang di Semenanjung Krimea tahun 1854 yang memakan banyak korban
membuat Florence mengajukan surat kepada mentri penerangan inggris saat itu (Sydney
Hubert) untuk menjadi sukarelawan, ia merupakan sukarelawan wanita satu-satunya yang
mendaftarkan diri. Tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang telah ia
latih termasuk bibinya Mai Smith, mereka berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal,
bulan November 1854 mereka mendarat di di rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Kondisi rumah sakit tersebut saat Florence baru tiba disana sangat mengerikan, semua
ruangan penuh sesak dengan prajurit yang terluka dan berates-ratus prajurit bergelimpangan
dihalaman tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat. Potongan-potongan tubuh sisa
amputasi tertumpuk diluar jendela dan tidak ada yang membuangnya sehingga menggunung
dan menimbulkan bau tak sedap.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting, ia mengatur tempat tidur para
penderita diruangan dan untuk penderita diluar ruangan ia mengusahakan setidaknya
bernaung dibawah pohon dan ia juga menugaskan mendirikan tenda. Penjagaan dilakukan
secara teliti, begitu juga perawatan dilakukan dengan cermat; perban diganti secara berkala,
obat diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi dibersihkan,
baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan bantuan tenaga dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh manusia selesai dibersihkan, dibuang jauh-jauh dan
dikubur. Dalam sebulan rumah sakit berubah sama sekali, jeritan dan rintihan prajurit yang
terluka sudah berkurang, walaupun bau akibat tumpakan daging belum hilang sama sekali.
Para perawat yang bekerja disana dibawah pengawasan Florence Nightingale. Pada malam
hari ketika perawat lain beristirahat memulihkan diri, Florence menulis pengalamannya dan
cita-citanya tentang keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak terhadap
jumlah kematian para prajurit, angka kematian menjadi yang terbanyak diantara rumah sakit
lain didaerah tersebut. Sebagian besar para prajurit mati karena penyakit tipes, tifoid, kolera,
dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka perang. Kondisi rumah sakit
menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari daya tampungnya
sehingga menyebabkan pembuangan limbah dan ventilasi memburuk.
Pada bulan Maret 1855 setelah hampir enam bulan Florence disana, komisi kebersihan
inggris datang memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara sehingga jumlah
kematian menurun drastis. Sebelunya Florence yakin bahwa tingkat kematian prajurit yang
tinggi dikarenakan nutrisi yang kurang dari makanan dan juga beban bekerja yang berat bagi
prajurit, namun setelah kembali ke inggris dan mengumpulkan bukti-bukti dihadapan komisi
kesehatan tentara inggris, akhirnya Florence menyadari bahwa tingkat kematian yang tinggi
diakibatkan karena kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan, sehingga ia gigih
mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal utama. Kampanya tersebut berhasil
menurunkan angka kematian prajurit pada saat tidak terjadi peperangan dan Florence
menunjukan betapa pentingnya desain pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah
sakit.
Pada saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintaradatang dan
melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Rombongan pertama datang namun ternyata jumlahnya sedikit, Bintara tersebut mengatakan
bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan
pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka
menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Berangkatlah
mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya
wanita. Florence dengan berbekallentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang
bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan,
termasuk prajuritRusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua
belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence
berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia
terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa
tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7
Agustus 1857. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle
Claydon,Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Nightingale memainkan peran
utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney
Herbert menjadi ketua. Nightingale menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk
laporan statistik mendetail. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara
militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam
medik angkatan bersenjata.
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik memberikan
pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada saatperang. Sekembalinya
Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah
badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan
dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana
yang besar sekali sejumlah ₤45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena
Florence Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus
untuk wanita yang pertama. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat,
maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan
mengijinkan
anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya
menghadai seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah
sakit St. Thomas Hospital, London.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan
gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut
telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia
perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan
Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan
merupakan bagian dari Akademi King College London.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan(Notes on
Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan padakurikulum di sekolah
Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun 1861cetakan lanjutan buku ini terbit
dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth
Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards,
“perawat terlatih pertamaAmerika“, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris,
Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red
Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 Florence Nightingaledianugerahi dengan bintang
jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima
bintang tanda jasa ini. Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari
kota London.
Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus1910. Ia
dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow,
Hampshire,Inggris.( Lasamana, 2018).
2. Rufaidah Al-Islamiyah(Perawat Wanitia Pertama Di dalam Sejarah Islam)
dalam sejarah keperawatan muslim mencatat sebagai perawat muslim pertama kali di
dunia yang mempelajari ilmu keperawatan saat ia membantu ayahnya dalam perawatan dan
pengobatan Al-Islamiyah memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Sa'ad Al-Bani Al-Khazraj
putri dari seorang dokter yang bernama Sa'ad Al-Islami yang hidup pada zaman Rasulullah
SAW abad pertama Hijrah atau abad ke-8 Masehi.

Rufaidah menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam sebagai public health
care dan social worker. Rufaidah juga penyokong advokasi pencegahan penyakit atau lebih
dikenal dengan preventive care serta menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan
(Health Education). Prof. Dr. Omar Hasal Kasule, Sr. 1998 mengemukakan dalam Studi
paper Presented at the 3 rd International Nursing Conference "Empowerment and Health :
An Agenda For Nurses in the 21 st Century di Brunei Darusallam 1-4 Nopember 1998,
menyampaikan bahwa Rufaidah adalah seorang perawat profesional pertama dimasa sejarah
Islam yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW abad pertama hijrah/abad ke-8 sesudah
masehi sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati, seorang pemimpin yang
organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain.
Rufaidah juga memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain yang
bekerja dengannya. Selain beperan dalam aspek klinik juga melaksanakan peran di
komunitas serta memecahkan masalah sosial yang mengakibatkan timbulnya penyakit.
Rufaidah dikenal juga Publich Health Nurse.

Peran dan kontribusi Rufaidah Al-Islamiyah di dunia keperawatan Islam adalah Rufaidah
mengabdikan dirinya merawat kaun muslim baik masa sebelum perang, saat peperangan
dan pasca peperangan atau masa damai. Adapun peran dan kontribusinya adalah :

Sebelum Peperangan
Sebelum masa peperangan sekitar tahun 622 M, Rufaidah merubah metode perawatan yang
diajarkan ayahnya dengan menyesuaikan ajaran Islam. Metode pertama, kebersihan
lingkungan yaitu membersihkan tempat perawatan dan pengobatan menjadi lebih nyaman,
hygiene dan bersih. Hal ini sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW bahwa Islam
mengedepankan kebersihan itu sebagian dari iman.
Kedua, Rufaidah mengubah penggunaan jampi-jampi dan jimat dalam mengobati pasien
yang merupakan perbuatan syirik menyekutukan Allah SWT ke dalam ajaran Islam dengan
menggunakan doa-doa dan shalawat yang diajarkan Rasulullah.
Rufaidah juga memberikan dakwah tentang keutamaan Islam sebelum melakukan
pengobatan. Di tahun yang sama, Rufaidah mendirikan sekolah keperawatan pertama di
dunia Islam sekaligus mendidik para wanita muslim untuk berkarir di bidang pelayanan dan
keperawatan dengan izin Rasulullah SAW.

Saat peperangan berlangsung

Peperangan berlangsung tahun 623 -- 630 M. Rufaidah bersama kelompok Al-Aisyah


berada di garda belakang membantu tentara Islam yang terluka akibat perang, membantu
mendistribusikan makanan dan minuman serta mendirikan rumah sakit lapangan yang
dikelola paramedis wanita yang merupakan tenda palang merah pertama. Karena hal itu
Rufaidah dijuluki sebagai Mummaridah Al Islam Ul-Ula (Perawat Wanita Pertama dalam
Sejarah Islam).

Pasca perang atau masa damai


Di masa damai, peran Rufaidah masih berlanjut dengan mendedikasikan hidupnya dalam
pelayanan dan aktivitas sosial masyarakat dengan mendirikan rumah sakit di depan Masjid
Medinah. Rufaidah juga mengagas konsep teori keperawatan.

Konsep teori keperawatan Rufaidah adalah dalam memberikan perawatan dan pengobatan
tidak mendiskriminasi antara pasien kaya atau miskin. Rufaidah selalu memberian
perhatian kepada setiap muslim, orang miskin, anak yatim atau penderita cacat mental dan
mendidik mereka. Rufaidah memiliki kepribadian yang luhur dan empati dalam pelayanan
keperawatan. Dalam hal ini sentuhan sisi kemanusiaan sangat penting bagi perawat yang
bersinergi dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam memberikan pelayanan
keperawatan.

Perkembangan keperawatan di masa Rufaidah (570 -- 630 M) dengan perkembangan


keperawatan era 2000an sangat berbeda seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Meskipun demikian dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan teori Rufaidah saat ini
masih diterapkan yaitu strategi preventif seperti penyuluhan kesehatan tentang pencegahan
penyakit seperti cuci tangan, mengatur pola makan, berwudhu, sholat dan berpuasa agar
memiliki hidup yang sehat.

Dari sejarah Rufaidah Al-Islamiyah, perawat bisa mencontoh kepribadiannya sebagai


perawat penuh ketulusan dan perjuangan dalam menolong sesama manusia dalam rentang
sehat dan sakit dengan penuh empati, menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat dengan
melaksanakan kode etik profesi keperawatan.

3. Hildegard Elizabeth Peplau


Hildegard lahir di Reading , Pennsylvania dari orang tua imigran keturunan Jerman, Gustav
dan Otyllie Peplau. Dia adalah putri kedua dari enam bersaudara. Gustav adalah seorang
ayah yang buta huruf dan pekerja keras, dan Otyllie adalah seorang ibu yang penindas dan
perfeksionis. Meskipun pendidikan tinggi tidak pernah dibicarakan di dalam negeri, Hilda
memiliki kemauan yang kuat, dengan motivasi dan visi untuk berkembang melampaui peran
tradisional perempuan. Dia menginginkan lebih banyak hal dalam hidup, dan tahu bahwa
keperawatan adalah salah satu dari sedikit pilihan karir bagi wanita pada
zamannya. [1] Sebagai seorang anak, dia mengawasi perilaku orang. Dia menyaksikan
epidemi flu yang menghancurkan pada tahun 1918, sebuah pengalaman pribadi yang sangat
memengaruhi pemahamannya tentang dampak penyakit dan kematian terhadap
keluarga. [1]Dia menyaksikan orang-orang melompat dari jendela karena mengigau akibat
flu. [4]
Pada awal tahun 1900-an, sekolah era Nightingale yang otonom dan dikontrol oleh perawat
berakhir – sekolah dikendalikan oleh rumah sakit, dan "pembelajaran buku" formal tidak
dianjurkan. Rumah sakit dan dokter memandang perempuan sebagai perawat sebagai
sumber tenaga kerja gratis atau murah. Eksploitasi tidak jarang dilakukan oleh majikan
perawat, dokter, dan penyedia pendidikan. [5]

Hildegard lahir di Reading , Pennsylvania dari orang tua imigran keturunan Jerman,
Gustav dan Otyllie Peplau. Dia adalah putri kedua dari enam bersaudara. Gustav adalah
seorang ayah yang buta huruf dan pekerja keras, dan Otyllie adalah seorang ibu yang
penindas dan perfeksionis. Meskipun pendidikan tinggi tidak pernah dibicarakan di dalam
negeri, Hilda memiliki kemauan yang kuat, dengan motivasi dan visi untuk berkembang
melampaui peran tradisional perempuan. Dia menginginkan lebih banyak hal dalam hidup,
dan tahu bahwa keperawatan adalah salah satu dari sedikit pilihan karir bagi wanita pada
zamannya. [1] Sebagai seorang anak, dia mengawasi perilaku orang. Dia menyaksikan
epidemi flu yang menghancurkan pada tahun 1918, sebuah pengalaman pribadi yang sangat
memengaruhi pemahamannya tentang dampak penyakit dan kematian terhadap
keluarga. [1]Dia menyaksikan orang-orang melompat dari jendela karena mengigau akibat
flu. [4]

Pada awal tahun 1900-an, sekolah era Nightingale yang otonom dan dikontrol oleh
perawat berakhir – sekolah dikendalikan oleh rumah sakit, dan "pembelajaran buku" formal
tidak dianjurkan. Rumah sakit dan dokter memandang perempuan sebagai perawat sebagai
sumber tenaga kerja gratis atau murah. Eksploitasi tidak jarang dilakukan oleh majikan
perawat, dokter, dan penyedia pendidikan. [5]

4. Lillian D. Wald

adalah seorang perawat, kemanusiaan, dan penulis Amerika. Dia memperjuangkan


hak asasi manusia dan memulai keperawatan komunitas Amerika. [2] Dia mendirikan Henry
Street Settlement di New York City dan merupakan pendukung awal perawat di sekolah
umum.
Setelah besar di Ohio dan New York, Wald menjadi perawat. Dia sempat bersekolah di
sekolah kedokteran dan mulai mengajar kelas kesehatan masyarakat. Setelah mendirikan
Henry Street Settlement, ia menjadi aktivis hak-hak perempuan dan minoritas. Dia
berkampanye untuk hak pilih dan menganjurkan integrasi rasial. Dia terlibat dalam
pendirian Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP).
Wald meninggal pada tahun 1940 pada usia 73 tahun.

Kehidupan awal dan pendidikan


Wald dilahirkan dalam keluarga medis kaya [3] Jerman-Yahudi di Cincinnati,
Ohio . Orangtuanya adalah Max D. Wald dan Minnie (Schwarz) Wald. [4] : 526 Ayahnya adalah
seorang pedagang optik; pamannya, Henry Wald, MD, adalah seorang ahli bedah terlatih di
Universitas Wina yang memulai dinasti medis Kota New York di Universitas Columbia pada
tahun 1880-an. Pada tahun 1878, dia pindah bersama keluarganya ke Rochester, New
York . Dia bersekolah di Asrama Inggris-Prancis dan Sekolah Siang untuk Remaja Putri di
Miss Cruttenden. Dia mendaftar ke Vassar College pada usia 16 tahun, tetapi sekolah
menganggapnya terlalu muda. Pada tahun 1889, dia bersekolah di Sekolah
Keperawatan Rumah Sakit New York . Dia lulus dari Sekolah Pelatihan Perawat Rumah
Sakit New York pada tahun 1891, kemudian mengambil kursus di Woman's Medical
College. [5]

Anda mungkin juga menyukai