MAKALAH
Disusun Oleh:
Ahmad Faozi
Deri Ruli Ediana
Gita Komara
Muhamad Risqie Pauji
Nurman Arip
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
berjudul Sistem Pencernaan
Makalah ini berisikan informasi tentang pengaruh budaya Sunda terhadap wanita usia
subur, masa kehamilan, ibu melahirkan, ibu post partum, dan bayi baru lahir. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana budaya
mempengaruhi keperwatan maternitas di lapangan, sehingga dapat menambah wawasan dan
tingkah laku pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir, Allah SWT senantiasa memberikan
kelancaran di dalam segala usaha kita. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
PENUTUP..................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien
dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi
dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan
secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua
kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan,
membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa
nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim
kesehatan lain untuk kondisi kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
1
B. Tujuan Penulisan
C. Mekanisme Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama yang terdiri dari
bab pertama yaitu pendahuluan, bab kedua yaitu pembahasan, dan bab tiga atau bab terakhir
yaitu penutup.
Bab pertama yaitu pendahuluan, terdiri dari latar belakang. Kemudian yang kedua
yaitu tujuan penulisan, tujuan penulisan membahas mengenai untuk apa penulis membuat
makalah ini.
Bab kedua yaitu pembahasan, yang terdiri dari Budaya Sunda pada wanita usia subur,
Budaya Sunda pada ibu hamil, Budaya Sunda pada ibu melahirkan, Budaya Sunda pada ibu
post partum, dan Budaya Sunda pada bayi baru lahir.
Bab ketiga yaitu yaitu penutup. Penutup berisi tentang kesimpulan akhir dari
pembahasan yang sudah dibuat. Penulisan kesimpulan singkat dan jelas, tidak panjang seperti
pembahasan. Kesimpulan biasanya berisi fakta, pendapat, alasan pendukung mengenai
tanggapan suatu objek. Bisa dikatakan bahwa kesimpulan merupakan pendapat akhir dari
suatu uraian berupa informasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manarche adalah haid yang pertama terjadi yang merupakan cirri khas kedewasan
seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. (Mitayani & Sartika, 2010).
Haid ataukah biasa disebut menstruasi adalah proses alami seorang perempuan
(deskuamasi), Menstruasi juga diartikan peluruhan lapisan jaringan yang terdapat dalam
uterus (endometrium) yang keluar dengan darah. Haid dan Menstruasi biasa terjadi setiap
bulan pada masa reproduksi, yang mulai terjadi saat anda mengalami pubertas (menarche)
dan akan berhenti ketika menopause kecuali anda dalam kehamilan. Bagi perempuan, masa
puber adalah tanda dimana alat reproduksi perempuan usia muda mulai aktif (Rosenblatt,
2007).
Bila anak perempuan baru pertama kali haid (anggarap sari), selama tiga hari tidak
boleh ke luar rumah. Rambutnya digelung dengan ikatan tali benang lawe dengan maksud
agar rambutnya tidak terlepas. Selama tiga hari itu pula anak tersebut tidak boleh mandi.
Apabila duduk harus beralaskan kantong dari lawon (kain putih) yang berisi jamu galian.
Setelah tiga hari anak itu dimandikan dengan kembang setaman. Selesai mandi mengunyah
jamu seperti pada waktu sunatan hanya perlu ditambah buah delima putih yang masih muda
sekali (pentil), temu lawak, jeruk purut, cengkeh dua biji, pentil kates (buah pepaya yang
masih muda).
4
30. (tigapuluh) = Bakal aya nu mere surat
31. (tigasatu) = Bakal bungah
Di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan
sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan. Pantangan lainnya:
5
13. Tidak boleh duduk di depan pintu agar tidak susah saat melahirkan
14. Tidak boleh duduk di atas kulit domba, sapi, kerbau atau duduk diatas tanah tanpa
memakai tikar sebab bisa mengeluarkan darah saat melahirkan
15. Tidak boleh mandi memakai pakaian basah sebab bisa mendatangkan penyakit yang
mengeluarkan air saat melahirkan.
16. Tidak boleh memakan telur rebus agar anak yang dilahirkan tidak bisul dikepalanya
17. Tidak boleh memakan buah nanas sebab akan mendatangkan penyakit gatal di pipinya
18. Tidak boleh memakan buah salak sebab bisa mendatangkan penyakit korengdi kepalanya
19. Tidak boleh mencoba sayuran dengan sendok sebab akan mengakibatkan anaknya buruk
rupa
20. Tidak boleh memakan buah waluh/labu agar perutnya tidak gendut.
21. Tidak boleh memakan belut sebab akan mengakibatkan anaknya suka bermain
22. Tidak boleh memakantutut siput agar tidak mengantuk saat melahirkan
23. Tidak boleh memakan kepiting dan lele karena akan mengakibatkan anak yang
dilahirkan bertabiat galak, suka mengganggu temannya.
24. Tidak boleh memakan udang sebab akan mengakibatkan kesulitan saatmelahirkan.
25. Tidak boleh makan yang pedas + pedas sebab akan mengakibatkan penyakit susah
membuang kotoran.
26. Tidak boleh menyimpan gulungan tikar sebab akan didekati kuntilanak.
27. Tidak boleh membawa botol dengan cara di jinjing sebab akanmengakibatkan kepala
sang bayi kecil saat dilahirkan.
28. Tidak boleh melihat orang yang meninggal sebab akan mengakibatkan anak yang
dilahirkan mempunyai rupa yang pucat seperti bangkai.
7
dibuang di 'alan simpang empat atau simpang tiga.Setelah ru'ak kanistren habis ter'ual
selesailah serangkaian upacara adattingkeban.
3. Upacara Mengandung Sembilan bulan
Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan
bulan. Dalam upacaraini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung
cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar bubur
lolos, sebagai simbol dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahanwaktu
melahirkan. 0ubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpengatau makanan
lainnya.
4. Upacara reuneuh Mundingeun
Upacara reuneuh Mundingeun dilaksanakanapabila perempuan yang mengandung
lebih dari sembilan bulan, bahkan adayang sampai 9 bulan tetapi belum melahirkan juga,
perempuan yang hamil itu disebut reuneuh Mundingeun, seperti munding atau kerbau
yang bunting. upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua itu segera
melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh indung
beurang paraji sambil membaca doa kemudian dibawake kandang kerbau. jika tidak ada
kandang kerbau, cukup denganmengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan yang
hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil dituntun
dandiiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah mengelilingi kandang
kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang dimandikan dandisuruh masuk ke
dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah jarang dilaksanakan.
Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut Sumarah (2009), persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.
8
Tembuni/placenta dipandang sebagai saudara bayi karena itu tidak boleh dibuang
sembarangan, tetapi harus diadakan upacara waktu menguburnya atau
menghanyutkannya ke sungai. Bersamaan dengan bayi dilahirkan, tembuni (placenta)
yang keluar biasanya dirawat dibersihkan dan dimasukan ke dalam pendil dicampuri
bumbu-bumbu garam, asam dan gula merah lalu ditutup memakai kain putih yang telah
diberi udara melalui bambu kecil (elekan). Pendil diemban dengan kain panjang dan
dipayungi, biasanya oleh seorang paraji untuk dikuburkan di halaman rumah atau dekat
rumah. Ada juga yang dihanyutkan ke sungai secara adat. Upacara penguburan tembuni
disertai pembacaan doa selamat dan menyampaikan hadiah atau tawasulan kepada Syeh
Abdulkadir Jaelani dan ahli kubur. Di dekat kuburan tembuni itu dinyalakan
cempor/pelita sampai tali pusat bayi lepas dari perutnya.. Upacara pemeliharaan tembuni
dimaksudkan agar bayi itu selamat dan kelak menjadi orang yang berbahagia.
2. Upacara Nenjrag Bumi.
Upacara Nenjrag Bumi ialah upacara memukulkan alu ke bumi sebanyak tujuh
kali di dekat bayi, atau cara lain yaitu bayi dibaringkan di atas pelupuh (lantai dari bambo
yang dibelah-belah), kemudian indung beurang menghentakkan kakinya ke pelupuh di
dekat bayi. Maksud dan tujuan dari upacara ini ialah agar bayi kelak menjadi anak yang
tidak lekas terkejut atau takut jika mendengar bunyi yang tiba-tiba dan menakutkan.
3. Upacara Puput Puseur.
Setelah bayi terlepas dari tali pusatnya, biasanya diadakan selamatan. Tali pusat
yang sudah lepas itu oleh indung beurang dimasukkan ke dalam kanjut kundang .
Seterusnya pusar bayi ditutup dengan uang logam/benggol yang telah dibungkus kasa
atau kapas dan diikatkan pada perut bayi, maksudnya agar pusat bayi tidak dosol,
menonjol ke luar. Ada juga pada saat upacara ini dilaksanakan sekaligus dengan
pemberian nama bayi. Pada upacara ini dibacakan doa selamat, dan disediakan bubur
merah bubur putih.
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
9
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).
Di salah satu daerah di Jawa Barat, ada beberapa hal yang dianggap tabu dan menjadi
kepercyaan masyarakat suku sunda terhadap ibu pada masa nifas atau post partum,
diantaranya:
1. Dilarang keramas.
2. Dilarang makan makanan pedas, karena dipercaya dikhawatirkan bayinya akan
mengalami gangguan pencernaan.
3. Dilarang makan pisang ambon.
4. Menggunakan bebengkung/ikat perut, dipercaya untuk mengembalikan bentuk perut.
5. Meminum daun sembung, dipercaya untuk mengheilangkan bau darah.
6. Memakan kunyit.
7. Duduk diatas abu, dipercaya agar tidak terjadi ambeyen pasca persalinan.
8. Mengoleskan ragi pada peru, dipercaya untuk mengembalikan kondisi rahim.
9. Meminum air tape ketan,dipercaya untuk mengembalikan kondisi rahim.
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4
minggu (28 hari). Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 - 42 minggu. Menurut Dep. Kes.
RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Di salah satu daerah di Jawa Barat, ada beberapa hal yang dianggap tabu dan menjadi
kepercyaan masyarakat suku sunda terhadap bayi baru lahir, diantaranya:
10
gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru
bisa berkembang.
2. Tak boleh memotong kuku bayi sebelum usia 40 hari.
Fakta: Tentu ini tak tepat. Karena kalau tidak dipotong, kuku yang panjang itu bisa
berisiko melukai wajah bayi. Bahkan, bisa melukai kornea mata. Larangan ini mungkin
lebih disebabkan kekhawatiran akan melukai kulit jari tangan/kaki si bayi saat ibu
mengguntingi kuku-kukunya.
3. Pusar ditindih koin agar tidak bodong.
Fakta: Secara ilmiah memang ada betulnya. Koin itu hanya alat untuk menekan, karena
jendela rongga perut ke pusar belum menutup sempurna, jadi menonjol (bodong).
4. Hidung ditarik agar mancung.
Fakta: Ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan
mancung-tidaknya hidung. Mancung-tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk
tulang hidung yang sifatnya bawaan.
5. Dengan mengoleskan air embun di lutut bayi setiap pagi maka ia akan cepat bisa
berjalan.
Fakta: Secara medis biologis, bayi bisa berjalan bila tulang dan otot-otot betis dan
pahanya telah tumbuh kuat. Kekuatan ini ditentukan oleh faktor genetika dan nutrisi.
Faktor nutrisi yang terpenting adalah kalsium, energi dan protein. Air embun jelas tidak
mengandung unsur tersebut.
6. Ari-ari sibayi harus dicuci bersih dan dikubur.
Fakta: Hal ini tidak ada hubungannya dengan kondisi bayi yang telah dilahirkan.
7. Tangan dan kaki bayi harus selalu ditutup dengan sarung tangan/kaki.
8. Fakta: Boleh-boleh saja asal dipakaikan kala udara dingin atau untuk menghindari bayi
terluka saat diting-gal. Di luar itu, sebaiknya bayi tak usah dipakaikan sarung.
"Pemakaian sarung justru akan mengurangi perkembangan indera perasa bayi.
9. Dibedong agar kaki tidak pengkor.
Fakta: Bedong bisa membuat peredaran darah bayi terganggu lantaran kerja jantung
memompa darah menjadi sangat berat. Akibatnya, bayi ser-ing sakit di sekitar paru-paru
atau jalan napas. Bedong juga bisa menghambat perkembangan motorik si bayi, karena
tangan dan kakinya tak mendapatkan banyak kesempatan untuk ber-gerak. Sebaiknya
11
bedong dilakukan hanya setelah bayi dimandikan atau kala cuaca dingin, untuk
menjaganya dari udara dingin.
4. Upacara Ekah.
Sebetulnya kata ekah berasal dari bahasa Arab, dari kata aqiqatun anak
kandung. Upacara Ekah ialah upacara menebus jiwa anak sebagai pemberian Tuhan,
atau ungkapan rasa syukur telah dikaruniai anak oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dan
mengharapkan anak itu kelak menjadi orang yang saleh yang dapat menolong kedua
orang tuanya nanti di alam akhirat. Pada pelaksanaan upacara ini biasanya
diselenggarakan setelah bayi berusia 7 hari, atau 14 hari, dan boleh juga setelah 21 hari.
Perlengkapan yangb harus disediakan adalah domba atau kambing untuk disembelih, jika
anak laki-laki dombanya harus dua (kecuali bagi yang tidak mampu cukup seekor), dan
jika anak perempuan hanya seekor saja. Domba yang akan disembelih untuk upacara
Ekah itu harus yang baik, yang memenuhi syarat untuk kurban. Selanjutnya domba itu
disembelih oleh ahlinya atau Ajengan dengan pembacaan doa selamat, setelah itu
dimasak dan dibagikan kepada handai tolan.
5. Upacara Nurunkeun.
Upacara Nurunkeun ialah upacara pertama kali bayi dibawa ke halaman rumah,
maksudnya mengenal lingkungan dan sebagai pemberitahuan kepada tetangga bahwa
bayi itu sudah dapat digendong dibawa berjalan-jalan di halaman rumah. Upacara Nurun
keun dilaksanakan setelah tujuh hari upacara Puput Puseur. Pada pelaksanaannya biasa
diadakan pengajian untuk keselamatan dan sebagai hiburannya diadakan pohon tebu atau
pohon pisang yang digantungi aneka makanan, permainan anak-anak yang diletakan di
ruang tamu. Untuyk diperebutkan oleh para tamu terutama oleh anak-anak.
6. Upacara Cukuran/Marhabaan.
Upacara cukuran dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut
bayi dari segala macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan
ungkapan syukuran atau terima kasih kepada Tuhan YME yang telah mengkaruniakan
seorang anak yang telah lahir dengan selamat. Upacara cukuran dilaksanakan pada saat
12
bayi berumur 40 hari. Pada pelaksanaannya bayi dibaringkan di tengah-tengah para
undangan disertai perlengkapan bokor yang diisi air kembang 7 rupa dan gunting yang
digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur rambut
bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdoa dan berjanji atau disebut marhaban
atau pupujian, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad saw. dan membacakan doa yang
mempunyai makna selamat lahir bathin dunia akhirat. Pada saat marhabaan itulah rambut
bayi digunting sedikit oleh beberapa orang yang berdoa pada saat itu.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antara kesehatan dan tradisional tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat sudah
memiliki keyakinan terhadap dirinya maupun keluarganya. Namun demikian yang perlu
diperhatikan adalah keselarasan dan keharmonisan di antara kelompok masyarakat yang
memiliki keyakinan budaya tertentu dengan landasan kesehatan yang tidak merugikan atau
bahkan membahayakan kesehatan ibu maupun bayinya.
14