Disusun oleh:kelompok I
Sefatul Fahmi
Maftucha
Sri Sunarti
Eva Diana Sari
Marti Dwi R
Latifatul Aeni
Khusnul Khotimah
Akhmad Rifhan
Abu As’ari
Indah Mutiarawati
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Alhamdulillahirobbilalamin berkat limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Aspek Budaya Berhubungan Dengan KIA KB” dapat terwujud sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan. makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD).
Dalam penelitian ini, penulis tidak hanya bekerja sendiri. Tanpa bantuan dari semua
pihak, tidak mungkin makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bpk Ahmad Zakiudin.,SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak masukan, baik yang bersifat teori maupun praktik.
2. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga makalah
ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan
Atas segala bantuannya baik secara moral, material, maupun spiritual penulis
mengucapkan terima kasih.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari kesalahan, kelemahan,
bahkan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan agar dapat dijadikan acuan dalam penulisan makalah periode berikutnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas bantuan dari semua pihak penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 6
C. Tujuan ................................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan ...................................................................................... 7
B. Kebudayaan Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Ibu .................................. 8
C. Pendekatan Melalui Budaya Dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya Dengan
PPeran Seorang Bidan ..........................................................................................
18
1. Apa saja kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada ibu hamil,
nifas dan bersalin?
2. Apa yang dilakukan bidan untuk mengatasi presepsi kebudayaan yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dimasyarakat?
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan atau yang disebut peradapan ; adalah pemahaman yang meliputi
: pengetahuan, kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari
anggota masyarakat ( Taylor 1997 )
Pendapat umum sesuatu yang baik dan berharga dalam kehidupan
masyarakat. ( Bakker 1984 ).
Pola tingkah laku mantap : pikiran, perasaan, dan reaksi yang diperoleh dan
terutama diwujudkan oleh simbul-simbul pada pencapaian tersendiri dari
kelompok manusia yang bersifat universal ( Kroeber & klukhon 1950 ).
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “ budayah “ / “ bodhi “ yang
berarti budi akal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal. Budaya dapat
dipisahkan sebagai kata majemuk Budi & Daya yang berupa : cipta , rasa, karsa,
karya (kuncoroningrat 1980 ).
b. Kebudayaan Tradisional
Bersumber dan berkembang dari daerah setempat. Penampilan
mengutamakan norma dengan mengedepankan intuisi bahkan bersifat bimbingan
Dan petunjuk tentang kehidupan manusia. Kebudayaan tradisional kurang
mengutamakan komersial dan sering dilandasi sifat kekeluargaan. Contoh :
Ketoprak, wayang orang, keroncong, ludruk.
c. Budaya Campuran
Budaya campuran pada hakekatnya merupakan campuran budaya modern
dengan budaya tradisional yang berkembang dengan cara asimilasi ataupun defusi.
Kebudayaan campuran sudah memperhitungkan komersiel tapi masih
mengindahkan norma dan adat setempat. Contoh : Musik dangdut, orkes gambus,
campur sari.
Tidak sedikit mitos yang hanya tinggal mitos, bahkan tidak layak untuk sekedar
diyakini. Namun ternyata banyak pula mitos yang dapat dinalar, diterima oleh akal
dan ternyata ada faktanya. Sehingga tidak ada salahnya apabila sekali waktu kita
mengulas soal mitos-mitos yang banyak ditemui di masyarakat sekaligus
mengetahui faktanya!
Berikut kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada ibu hamil,
nifas dan bersalin:
Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa
kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput fatimah atau biasa disebut
Labisia pumila ini, berdasarkan kajian atas obat-obatan tradisional di Sabah,
Malaysia, tahun 1998, dikatakan mengandung hormon oksitosin yang dapat
membantu menimbulkan kontraksi. Tapi, apa kandungan dan seberapa takarannya
belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum
meminumnya. Karena, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah
mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah
lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di
bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya.
Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai
rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu.
Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
b) Meluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan,
akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar.
Ini tak benar! Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal,
apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke
dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa
mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang
membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah
mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
c) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan persalinan.
Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan minum dua sendok
minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya. Jika itu demi ketenangan
psikologisnya, maka diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.
d) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya
jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu
termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya? Jadi, madu boleh diminum
hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya
segera hentikan. Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama telur itu
matang maka tidak akan berbahaya bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena
telur banyak mengandung protein yang dapat menambah kalori tubuh.
Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas
yang satu ini akan menghambat proses penyembuh- an jalan lahir maupun involusi
rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Selain
karena fungsi hormonal tubuh yang bersang- kutan belum kembali aktif bekerja.
Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam tenggang waktu itu, kemungkinan yang
terjadi bisa macam-macam. Di antaranya infeksi atau malah perdarahan. Sebabnya,
mukosa jalan lahir setelah persalinan sangat peka akibat banyaknya
vaskularisasi/aliran darah, hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan lahir. Dengan
berjalannya waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan normal kembali
3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul
ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun
ketakutan bakal hamil lagi.
Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. Itu
sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram dengan
air dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah putih bisa turun dan tak
menempel di mata. Namun agar tak bau apek dan tetap harum disarankan
menggunakan ratus pewangi. Tentu saja pantangan semacam itu untuk kondisi
jaman sekarang dirasa memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering
beraktivitas di luar rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5
atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air
dingin, katanya, justru lebih baik ketimbang air hangat karena bisa melancarkan
produksi ASI.
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan
terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek organ
vital kaum Hawa. Termasuk makanan bersantan dan pedas karena pencernaannya
bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya. Begitu juga ikan dan telur
asin serta makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan
bau anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat disusui. Selain juga, proses
penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang
pepaya dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan
yang banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga
merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan
tubuh. Sedangkan durian memang tak dianjurkan karena kandungan kolesterolnya
tinggi, selain memicu pembentukan gas yang bisa mengganggu pencernaan.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru
lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi
yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.
363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan
komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara:
a. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah
pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang
penduduk dari masing-masing RT.
b. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna,
tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
c. Mempelajari data penduduk yang meliputi:
· Jenis kelamin
· Umur
· Mata pencaharian
· Pendidikan
· Agama
d. Mempelajari peta desa
e. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci
keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang
pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari
bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Saat ibu sedang hamil muda ( 1 sampai 3 bulan ) tidak melakukan pekerjaan
yang berat karena dapat menyebabkan keguguran pada janin .
b) Selalu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung vitamin A , D , E , K.
c) Selalu rutin untuk memeriksakan kandungan kepada tim medis ( dokter
kandungan atau bidan ) .
d) Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-aspek-sosial-budaya-yang.html
online 3/03/201 1
http://siwisan.wordpress.com/2010/09/28/kesehatan-ibu-dan-anak-persepsi-
budaya-dan-dampak-kesehatannya/ online 23/03/2011
http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang-
kesehatan-dan-penyakit/online 23/03/2011
F.Swasono,Meutia.(1998).Kehamilan,Kelahiran, Perawatan Ibu Dan Bayi Dalam
konteks Budaya. Jakarta:Salemba 4.