Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“KONSEP SPIRITUAL DAN BUDAYA”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK XI
ANGGOTA :

1. ULYA SYAFITRI M ( 04021181320044 )


2. NADIA ERVINA ( 04021181320045 )
3. RAYTIAH MARIANI ( 04021181320046 )
4. MERRY SELVIANA ( 04021181320047 )
5. DEYAN NOVIKA ( 04021181320048 )
6. AULIA HERIKA PUTRI ( 04021181320049 )
7. AYU ANJAR SARI ( 04021181320050 )

Dosen Pembimbing : Dian Wahyuni

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVRSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA

2013/2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah swt karena atas berkah dan ahmatnya,
makalah kami yang berjudul “ Konsep Spiritual dan Budaya telah berhasil kami susun.

Ide penyusunan makalah ini muncul berdasarkan referensi kami dalam memberikan
materi, misalnya ketika menerangkan konsep spiritual dan budaya yang akan lebih mudah di
pahami ketika slide yang disajikan lebih variataif. Makalah ini juga diambil dari berbagai
sumber seperti jurnal,buku dan internet sesuai dengan pengembangan pembelajaran dan
peningkatan sumber daya manusia diharapkan makalah ini mampu mengarahkan mahasiswa
Ilmu Keperawatan dalam menguasai pembelajaran Konsep Dasar Keperawatan ( KDK )
dengan lebih mudah.

Kami menyadari walaupun sudah mencurahkan kemampuan dan segenap pemikiran


semaksimal mungkin, makalah Konsep Dasar Keperawatan dengan judul Konsep Spiritual
dan Budaya ini tetap memiliki banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa,
pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik yang
sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan
mahasiswa.

Atas bantuan pengamat dan pembaca yang telah memberikan kritik dan sarannya,
kami mengucapkan terimaksih. Semoga sumbangsih terhadap makalah ini akan mendapatkan
balasan pahala yang setimpal dari Allah swt.

Indralaya, 13 Februari 2014

Kelompok IX

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................................2

Daftar Isi........................................................................................................................3

Bab 1 ( Pendahuluan )

 Latar Belakang.................................................................................................. 4
 Rumusan masalah.............................................................................................. 5
 Tujuan................................................................................................................ 5

Bab 2 ( Isi )

 Pengertian konsep spiritual dan budaya............................................................ 6


 Tujuan/manfaat konsep spiritual dan budaya .................................................. 12
Dalam ilmu keperawatan
 Hubungan konsep spiritual dan budaya............................................................ 13
dalam ilmu keperawatan
 Penerapan konsep spiritual dan budaya............................................................ 16
dalam ilmu keperawatan

Bab 3 ( Penutup )

 Kesimpulan....................................................................................................... 22
 Saran................................................................................................................. 22

Daftar Pustaka...............................................................................................................24

3
BAB I

( Pendahuluan )

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari , setiap orang pasti pernah mengalami suatu masalah.
Cara menyikapi masalah itupun berbeda-beda pada setiap orang. Cara pengambilan sikap ini
dipengaruhi oleh spiritual dan kebudayaan orang tersebut. Misalnya saja seseorang yang
sedang mengidap suatu penyakit. Cara menyikapinya oleh setiap orang berbeda- beda. Sikap
itu muncul salah satunya berdasarkan keyakinan dan kebiasaan orang tersebut . Spiritualitas,
keyakinan dan agama merupakan hal yang terpisah, walaupun seringkali diartikan sama.
Pemahaman tentang perbedaan antara tiga istilah tersebut sangat penting bagi perawat untuk
menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan yang digunakan
perawat. Kebudayaan juga berpengaruh pada sikap pasien dalam menyikapi masalah yang
sedang dihadapinya. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk bisa mnganalisa sikap pasien
agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Untuk itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep tersebut yaitu berkenaan
dengan konsep spiritual dan budaya dengan tujuan agar bisa meningkatkan pemahaman
kepada calon perawat professional tentang konsep tersebut serta bagaimana keterkaitan antara
konsep spiritual dan budaya dalam proses keperawatan dan bagaimana penerapannya dalam
praktik keperawatan. Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan
keperawatan yang holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif, bukan hanya pada masalah secara fisik namun juga
spiritual dan juga dipengaruhi oleh budaya pasien tersebut. Untuk itulah materi tentang
konsep spiritual dan budaya ini penting untuk diketahui oleh calon perawat guna
meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kebutuhan spiritual.

4
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep spiritual dan budaya dalam keperawatan ?

2. Mengapa konsep spiritual dan budaya itu penting dalam keperawatan ?

3. Bagaimana ketrkaitan konsep spiritual dan budaya dalam keperawatan ?

4. Bagaimana penerapan konsep spiritual dan budaya dalam keperawatan?

Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana konsep spiritual dan budaya dalam keperawatan.

2. Untuk mengetahui Mengapa konsep spiritual dan budaya itu penting dalam

keperawatan.

3. Untuk mengetahui Bagaimana keterkaitan konsep spiritual dan budaya dalam

keperawatan.

4. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan konsep spiritual dan budaya dalam

keperawatan.

5
BAB II

( Isi )

Pengertian Konsep Spiritual dan Budaya

Konsep Kebudayaan

Kebudayaan merupakan kumpulan cara hidup dan berfikir yang dibangun oleh
sekelompok orang dalam suatu daerah tertentu(Martsolf,1997).Kebudayaan terdiri dari
nilai,kepercayaan,tingkah laku sekelompok masyarakat.Kebudayaan juga meliputi perilaku,
peran,dan praktek keagamaan yang diwariskan turun-temurun.

Di dalam suatu kebudayaan di kaitkan dengan adanya“Kebiasaan dan ritual yang


mengatur dan menetukan hubungan sosial berdasarkan kehidupan sehari-hari sebagaimana
halnya dengan teks-teks,sastra, musik, televisi, dan film yang melalui kebiasaan serta ritual
tersebut dunia sosial dan natural ditampilkan kembali atau ditandai-dimaknai-dengan cara
tertentu yang sesuai dengan konvensi tertentu.”

Kebudayaan mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan


diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan
akan lebih baik dilakukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan
kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring
dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga yang dahulu
budaya perawat dibawah pengawasan langsung dokter,dengan berjalannya dan diakuinya
keperawatan sebagai profesi mandiri maka hak dan otonomi keperawatan telah ada sehingga
peran perawat dengan dokter bukan dibawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra
kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.

 Paradigma Keperawatan Lintas Budaya

Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan,


nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai  latar belakang budaya,
terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :

 Manusia

6
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

 Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi


kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai,
pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang
sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

 Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi


perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di
dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.

 Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan / mempertahankan budaya,

7
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger,
1991).

Konsep Spiritual

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan paling


besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan
yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik.
Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang
berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari interaksi perawat
dengan klien. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien
sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi
pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walau pun perawat dan klien mempunyai
keyakinan spiritual atau keagamaan yang tidak sama.

Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas menurut Kozier et al (2010) yaitu


agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan. Agama merupakan sistem
keyakinan dan praktik yang terorganisasi. Agama memberi suatu cara mengekspresikan
spiritual dan memberikan pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon terhadap
pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan keagamaan individu mengacu pada
penerimaan keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan ritual tertentu.

Spiritual merupakan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau


kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Dalam spiritualitas
keyakinan dan agama merupakan hal yang terpisah, walau pun seringkali diartikan sama.
Pemahaman tentang perbedaan antara tiga istilah tersebut sangat penting bagi perawat untuk
menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan yang digunakan
perawat.

 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spritual:


1. Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan
spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan
terhadap Tuhan.

8
2. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan
spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi
dalam kehidupan sehari – hari.
3. Ras / suku. Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang berbeda – beda, sehingga
proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang
dimiliki.
4. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat
menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan
dirinya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.

 Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:


a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan.
b. Menemukan arti dan tujuan hidup.
c. Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

 Menurut Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zetner, (1993) :

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan


dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang
menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan yang timbul diluar
kekuatan Manusia.

 Sedangkan menurut Mickley et al (1992) :

menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi ekstensial


dan dimensia agama. Dimensi ekstensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha
Penguasa.

 Lalu menurut (Carson, 1989) :

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan


keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau

9
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Sehingga
kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf.

Jadi, intinya Menurut Martsolf (1997) ada tiga pandangan yang menjelaskan
hubungan spiritual dengan kebudayaan,yaitu spiritual dipengaruhi seluruhnya oleh
kebudayaan,spiritual dipengaruhi pengalaman hidup yang tidak berhubungan dengan
kebudayaan,dan spiritual dapat dipengaruhi kebudayaan dan pengalaman hidup yang tidak
berhubungan dengan kebudayaan.

Kompetensi Asuhan Spiritual Pasien


Rass (2008) mendefinisikan kompetensi sebagai komponen yang mengandung
ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk mendorong kesuksesan dalam
suatu pekerjaan atau profesi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi seseorang menurut Zwell
(2008; dalam Darwinanti, 2010) :
a. Keyakinan dan nilai-nilai
Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat
mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak kreatif dan inovatif,
mereka tidak akan berusaha berpikir tentang cara baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu

b. Ketrampilan

Ketrampilan yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau


pekerjaan. Pengembangan ketrampilan secara spesifik berkaitan dengan kompetensi dapat
berdampak baik pada budaya organisasi dan kompetensi individual.

c. Pengalaman
Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman mengorganisasikan orang,
komunikasi di hadapan kelompok, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Faktor
pengalaman dapat meningkatkan kecakapan dalam kompetensi.

d. Karakteristik kepribadian

10
Orang merspon dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitarnya.
Kepribadian dapat mempengaruhi sejumlah kompetensi termasuk dalam penyelesaian
konflik, menunjukkan kepedulian interpersonal, kemampuan bekerja dalam tim, memberikan
pengaruh dan dapat membangun hubungan yang baik.

e. Motivasi
Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah. Dengan
memberikan dorongan, apresiasi terhadap suatu pekerjaan, dengan memberikan pengakuan
dan perhatian individual dapat memberi pengaruh positif terhadap motivasi.

f. Isu emosional
Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi. Adanya rasa takut
membuat kesalahan, rasa malu, merasa tidak disukai atau tidak menjadi bagian, semuanya
cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.

g. Kemampuan intelektual
Kompetensi bergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan
pemikiran analitis.

h. Budaya organisasi
Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumberdaya manusia dalam kegiatan
sebagai berikut, proses rekruitmen dan seleksi

f. Isu emosional
Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi. Adanya rasa takut
membuat kesalahan, rasa malu, merasa tidak disukai atau tidak menjadi bagian, semuanya
cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.

g. Kemampuan intelektual
Kompetensi bergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan
pemikiran analitis.

11
h. Budaya organisasi

Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumberdaya manusia dalam kegiatan


sebagai berikut, proses rekruitmen dan seleksi. karyawan, sistem penghargaan, praktik
pengambilan keputusan, filosofi.
Muchson (2012) menyatakan bahwa kompetensi seorang perawat adalah sesuatu yang
ditampilkan secara menyeluruh oleh seorang perawat dalam memberikan pelayanan profesional
kepada pasien, mencakup pengetahuan, ketrampilan dan pertimbangan yang dipersyaratkan
dalam situasi praktek. Campinha-Bacote (1995; dalam Singh, 2007) mendeskripsikan kompetensi
spiritual terdiri dari tiga komponen yaitu mendeskripsikan kompetensi spiritual terdiri dari tiga
komponen yaitu spiritual awareness, spiritual knowledge, spiritual skill. Graham (2008)
menyatakan kompetensi spiritual adalah dasar untuk mengembangkan harapan, tujuan, dan
makna hidup.

Tujuan Konsep Spiritual dan Budaya dalam Keperawatan

Konsep spiritual dan budaya ini sangat penting dalam dunia keperawatan khususnya
bagi seorang perawat untuk memahami konsep yang mendasari kesehatan spiritual. Karena
konsep spiritual ini merupakan suatu konsep yang unik yang dimiliki oleh masing-masing
individu. Seorang perawat atau ners harus memahami bahwa aspek ini adalah bagian dari
pelayanan yang komperehensif. Karena respon spiritual maupun budaya kemungkinan akan
muncul pada pasien. Kompetensi standar yang dicapai adalah perawat mampu
mengidentifikasikan aspek spiritual yang terjadi pada pasien. Dengan kompetensi dasar
sebagai berikut :

1. Perawat mampu mendefinisikan aspek spiritual pada manusia atau pasien.


2. Perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan spiritual ataupun budaya pada pasien yang
sakit.
3 . Perawat mampu memberikan alternatif cara untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan
budaya.

(Dyson,Cobb, Forman, 1997) mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual


tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan.

12
Dimensi spiritual ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan manusia. Konsep-konsep yang terkait dengan spiritual sebuah isi yang
sering muncul dalam konsep keperawatan adalah kesulitan dalam mebedakan antara spiritual
dengan aspek-aspek yang lain dari dalam diri manusia, khususnya membedakan spiritual dari
religi. Selain itu perawat juga perlu memahami perbedaan dimensi spiritual dengan dimensi
psikologi, dan memperkirakan bagaimana kebudayaan dengan spiritual sehingga dapat saling
berhubungan. Oleh karena itu perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan
spiritualnya, sebelum mebantu paseien dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien. Dengan
demikian dapat diharapkan perawat dapat lebih memberikan pelayanan keperawatan yang
berkualitas. Konsep spiritual sangat penting bagi seorang perawat karena dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku self care klien. Konsep yang perlu dipahami,
menuntun kebiasaan hidup sehari-hari, gaya hidup atau perilaku tertentu pada umumnya yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang mungkin mempunyai makna keagamaan bagi
klien. Sumber dukungan, spiritual sering menjadi sumber dukungan bagi seseorang untuk
menghadapi situasi stress. Dukungan ini sering menjadi sarana bagi seseorang untuk
menerima keadaan hidup yang harus dihadapi terutama penyakit yang dirasakan. Sumber
kekuatan dan penyembuhan, individu bisa memahami distres fisik yang berat karena
mempunyai keyakinan yang kuat. Pemenuhan spiritual dapat menjadi sumber kekuatan dan
pembangkit semangat pasien yang dapat mempercepat proses penyembuhan. Sumber konflik
pada situasi tertentu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, bisa terjadi konflik antara
keyakinan agama dan praktik.

Hubungan Konsep Spiritual dan Budaya dalam Berbagai Aspek

Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan


kebutuhan spiritual dan budaya penerima layanan keperawatan, maka perawat mutlak perlu
memiliki kemampuan mengidentifikasi atau mengenal karakteristik spiritualitas dan budaya
sebagai berikut:

 Hubungan dengan diri sendiri (Kekuatan dalam/dan self-reliance)


a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).
b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan
pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).

13
 Hubungan dengan alam Harmoni
a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim.
b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabdi dan melindungi
alam.

 Hubungan dengan orang lain

Harmonis/suportif.

a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.


b. Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dll).

Tidak harmonis

a. Konflik dengan orang lain.


b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

 Hubungan dengan ketuhanan


Agamais atau tidak agamais
a. Sembahyang/berdoa/meditasi.
b. Perlengkapan keagamaan.
c. Bersatu dengan alam.

Keterkaitan antara spiritualitas, kesehatan dan sakit

Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan untuk peka
terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat
justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena
perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting
kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam
keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi
tugasnya tetapi menjadi tanggung jawab pemuka agama.

14
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan perilaku selfcare klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu
dipahami adalah sebagai berikut:

 Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari

Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan


mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai contoh, ada agama yang
menetapkan makanan diit yang boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga
berencana ada agama yang melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk
terapi medik atau pengobatan.

 Sumber dukungan

Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang
dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama
dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik
keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan
suatu perlindungan terhadap tubuh.

 Sumber konflik

Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik
kesehatan. Misalnya ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk hukuman
karena pernah berdosa.

Empat isu nilai yang mungkin timbul antara perawat dan klien adalah:

a. Pluralisme: perawat dan klien menganut kepercayaan dengan spektrum yang luas.
b. Fear: berhubungan dengan ketidak mampuan mengatasi situasi, melanggar privacy klien,
atau merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan nilai diri sendiri.
c. Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang memberikan arti dalam kehidupan ,
tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat.
d. Bingung: bingung terjadi karena ada perbedaan antara agama dan konsep spiritual.

Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997), dalam hal ini perawat akan:

15
a. Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhannya untuk
mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai dan berhubungan serta pengampunan.
b. Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari ini, terutama ketika
menghadapi nyeri, penderitaan dan kematian dalam melakukan praktik profesional.
c. Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri sendiri.
d. Menunjukkan perasaan damai, kekuatan Menghargai keyakinan dan praktik spiritual
orang lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual perawat.
e. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang bagaimana keyakinan spiritual klien
mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit, pilihan pelayanan
kesehatan dan pilihan terapi/treatment.
f. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual klien.
g. Menyusun strategi asuhan keperawatan yang paling sesuai untuk membantu klien yang
sedang mengalami distress spiritual.

Perilaku self-care:

a. Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang lain.


b. Gali praktik yang dapat mendukung secara spiritual.
c. Hargai sistem kepercayaan orang lain.
d. Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain.
e. Cari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah stress, krisis dan kehilangan.

Penerapan Konsep Spiritual dan Budaya dalam Ilmu Keperawatan

Table Pandangan Teoritis Tentang Spiritual


Teori Aplikasi dalam keperawatan
Filosofi Memberikan pemahaman yang luas tentang dimensi
spiritual. Dari pandangana fisiologis, perawat dapat
meneliti, esensial, asal, sifat, dan nilai keyakinan spiritual
seseorang. Fisiologis membantu seseorang meneliti
keyakinan seseorang guna memahami secara logis dan
seberapa jauh spiritualisasi merupakan cara hidup
seseorang.
Teologi Pandangan ini membantu perawat mencapai pemahaman
tentang keyakinan seseorang mengenai sifat Tuhan atau
menghargai kehidupan yang lebih tinggi. Teologi
16
membentuk keyakina seseorang tentang hidup dan makna
dari pengalaman ini.
Fisiologi Pandangan gisiologis tentang spiritual membantu perawat
utuk memahami interaksi yang terjadi di antara tubuh,
pikiran dan spirit dalam sehat sakit.
Psikologis Pandangan psikologis memberi perawta suatu pamahanan
tenatng proses mental seseorang pengalaman, dan emosi
serta peran spiritual yang dimainkan dalam ekspresinya.
Perawat harus mencerna pada apa yang memberi makna
hidup pada klien. Kemana klien mencapai pedoman, dan
dari sumber apa klien mendapat dorongan dan harapan.
Sosiologi Semua orang dipengaruhi oleh masyarakat atau kelompok
dimana mereka hidup. Pandangan ini membantu perawat
memahami pentingnya individu dalam kelompok
mendapatkan hubungan dengan seseorang yang
mempunyai keyakinan serupa. Pandangan ini juga
menunjukkan kepentingan dan makna yang dimilki ritual
dan praktik bagi individu dan kelompok.

Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan


dalam diagnose keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status kesehatan
klien terakhir dari perspektif holistic, dengan spiritual sebagai prinsip kesatuan. Perawat akan
menghadapi klien dalam berbagai situasi dan selama masa sehat dan sakit.

Contoh Proses Diagnosa Keperawatan untuk Kebutuhan Kesehatan yang Berhubungan


dengan Spiritualitas.
AKTIVITAS PENGKAJIAN BATASAN KARAKTERISTIK DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Minta klien untuk Mengekspresikan kekuatiran Distres spiritual yang
menggambarkan apa yang terhadap makna hidup sebagai berhubungan dengan
memberi nilai pada kehidupan akibat penyakit terminal tantangan terhadap
keyakinan akibat
penderitaan
Tanyakan bagaimana klien Klien menyatakan “Tuhan sedang
merasakan penyakit yang menghukum saya.” Menangis
diderita ketika ditanyakan tentang

17
penyakit
Terapkan apakah penyakit Mengeluh bahwa ia berdoa lebih
telah mengubah cara klien sering tetapi tidak merasa bahwa
mematuhi ritual keagamaan Tuhan memaafkannya
Minta klien untuk Klien mengeluhkan hubungan Koping, individu tidak
menggambarkan siapa yang dekat dengan pasangan dan efektif yang
membentuk system pendukung saudara perempuannya. berhubungan dengan
mereka perasaan kehilangan
setelah kematian.
Apakah mereka member Saudara perempuannya tidak
respons terhadap perubahan mampu memberikan
yang klien alami sejak terjadi kenyamanan; berduka telah
kehilangan? membuatnya menjauhi klien
Suami adalah satu-satunya
sumber dukungan
Tetapkan apakah klien Klien mengalami insomnia dan
mempunyai gejala fisik setelah kehilangan nafsu makan
terjadi kehilangan
Tanyakan klien apakah makna Kehilangan anaknya dipandang
kehilangan terhadap pandangan sebagai tidak adil, ia tidak lagi
hidupnya dapat menemukan makna dalam
hidupnya

Batasan karakteristik harus divalidasi dan diklarifikasi dengan klien sebelum dibuat
rencana perawatan. Pada perawatan spiritual, kepentingan aspirasi spiritual perawat sendiri,
inspirasi, dan persepsi tidak saling tumpang tindih. Perawat menghindari memaksakan
keyakinan pribadinya pada klien. Setiap diagnosis harus mempunyai faktor yang
berhubungan dan akurat sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan langsung
(lihat kotak diagnosa keperawatan di kanan bawah).

Contoh rencana asuhan keperawatan untuk kesejahteraan spiritual


Tujuan Hasil yang Intervensi Rasional
diharapkan
Klien memperbarui Klien menyediakan Minta klien Dengan
hubungan dengan waktu malamnya, 5 memodifikasi jadwal menjadwalkan waktu

18
anggota keluarga hari Selama satu malam harinya 5 hari dengan kluarga akan
dalam 1 bulan. minggu,untuk Selma satu minggu memberi kesempatan
membina hubungan untuk memberikan bagi individu
dengan suami dan waktu guna membina membantu keluarga
anaknya (yang akan hubungan dengan melihat kebutuhan
dipenuhi dalam 2 keluarganya. individu untuk
minggu). memperbarui
hubungan.
minta klien kebutuhan
menceritakan menceritakan kejadian
kejadian yang memungkinkan
memberikan timbulnya pola yang
kenangan tentang menggambarkan cara
keluarganya klien menjalani
mengenai hidupnya dengan
pengalaman keluarga penuh
yang positif dan makna.membantu
membahagiakan keluarga memahami
satu sama lain
(heliker,1992).
klien mampu Minta klien Situasi yang
mengekspresikan mendiskusikan dipandang dari sudut
secara terbuka dengan keluarga pandang individu
dengan keluarga tentang makna akan meningkatkan
yang ia cintai dan hidupnya saat ini pemahaman dan
hargai dari setiap bagi dirinya,setelah sensitivitas di pihak
anggota keluarganya didiagnosa kanker keluarga .
(yang dipenuhi dalam payudara.
satu bulan)
berikan dorongan Klien yang
kepada klien untuk menghadapi penyakit
mendiskusikan terminal menemukan
bagaimana penyakit bahwa mencintai
telah mengubah orang lain dan

19
kebutuhannya untuk membiarkan orang
menunjukkan lain mencintainya
cintanya kepada adalah bagian dari
keluarganya. kesehatan
(fryback,1992).
klien meraih Klien mampu Selama kunjungan Penyampaian
kesadaran diri lebih menyusun tujuan klinik,minta klien kesadaran diri yang
tinggi. hidupnya (yang mendiskusikan lebih tinggi
dipenuhi dalam makna kesehatan mencangkup
1bulan). yang ia miliki dalam mempunyai kesadaran
hidup dan dampak tentang diri,menjalani
dari penyakit yang ia potensi yang
alami.gunakan dimiliki,dan
diskusi untuk menemukan makna
membantu klien dalam
menemukan jalan hidup(fryback,1992).
baru untuk
mengetahui makna
hidupnya.
Gunakan Pencapaian suatu
ketrampilan kesadaran tentang
mendengar makna dari penyakit
pertanyaan langsung seseorang dan
yang memberi waktu bagaimana bergerak
untuk refleksi ke arah depan
tentang bagaimana memampukan
penyakit telah seseorang untuk
mempengaruhi nilai menyusun kembali
dan filosofi hidup prioritas dan
klien. mencapai kesadaran
diri lebih baik.
minta klien Mendengarkan
menetapkan tujuan memungkinkan
realistis yg seseorang untuk

20
memaksimalkan masuk kedalam
potensinya dan yang kerangka acuan orang
melibatkan anggota lain,memahami
kluarga. pandangannya tentang
dunia,dan
mengembangkan
suatu hubungan
empati dengannya
(burnard, 1987)
Berupaya untuk
mencapai pemahaman
dan penerimaan
tentang diagnosa
seseorang sering
menyebabkan klien
sakit termina
menegakkan kembali
tujuan yang
memelihara hubungan
interpersonal(fryback,
1992)

BAB III

( Penutup )

21
Kesimpulan

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang


difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku
sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Dan Peran perawat dalam keperawatan lintas
budaya adalah menjembatini antara budaya klien dengan budaya dalam asuhan keperawatan.

Gambar 5 : Rentang Sehat - Sakit

Sehat dan sakit adalah terdapat dalam rentang sehat sakit dimana sehat berada dalam
kutub barat dan sakit berada dikutub timur. Ketika seseorang berhasil beradaptasi dengan
lingkungan maka seseorag akan sehat dan sebaliknya ketika seseorang tidak berhasil
beradaptasi dengan lingkungan maka seseorang akan sakit. Lingkungan disini berdasarkan
faktor budayanya. Sehingga sehat sakit adalah hasil dari adaptasi manusia terhadap
lingkungan budayanya.

Saran

Praktik keperawatan peka budaya harus menjadi bagian dari program atau kurikulum
pendidikan mulai dari jenjang diploma, sarjana dan magister keperawatan. Sehingga
aplikasinya nanti perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan peka terhadap budaya
klien atau pasien, dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya inilah perawat harus
bisa menganalisis atau mengkategorikan bahwa budaya klien tersebut sesuai tidak dangan
asuhan keperawatan yang diberikan. jika sesuai budaya yang seperti ini dapat dipertahankan
(preservation/maintenance) untuk membantu proses penyembuhan, namun kalau budaya
tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan proses penyembuhan maka harus diperbaiki
(restructuring/repatterning). Begitu juga jika budaya yang dibawa klien ini ada pengaruh
yang positif dan ada juga yang berdampak negatif terhadap proses penyembuhan maka hal
yang seperti ini harus dipilah antara yang diakomodasi dan negosiasi.

22
Daftar Pustaka

23
 Alimul Hidayat, Aziz. 2007. “ Pengantar Konsep Dasar Keperawatan”. Jakarta:
Salemba Medika
 Hidayat, Alimul A.2004. “Pengantar Konsep Dasar Keperawatan”.Jakarta: Salemba
Medika
 Murwani, Arita. 2008. “Pengantar Konsep Dasar Keparawatan”.Yogyakarta:
Fitramaya
 Doenges, M E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
 Potter and Perry. (2009). Fundamental keperawatan edisi 7. Mosby
Elsevier:  Singapore
 Price, S A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit. Jakarta  : EGC
 (2008). Teori Transkultural nursing. Retrieved from situs sumber
http://ayubth.blogspot.com/2008/11/teori-transcultural-nursing-dalam.html
 (2011). Teori Keperawatan Madeleine Leininger  “Culture Care : Diversity and
Universality Theory“ Retrieved from situs sumber
http://aripristiana.blogspot.com/2011/02/madeline-leininger.html
 (2012). Info Keperawatan . Retrieved from situs sumber http://bloggersahabat-
infokeperawatan.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

24

Anda mungkin juga menyukai