Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
105421104018
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................7
C. Tujuan............................................................................................................................................8
BAB II........................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................9
A. DEFINISI OPTIMISME...............................................................................................................9
B. ASPEK KEISLAMAN..................................................................................................................9
C. DASAR SIKAP OPTIMIS..........................................................................................................11
D. CIRI-CIRI ORANG OPTIMIS..................................................................................................12
E. MANFAAT BERSIKAP OPTIMIS UNTUK KESEHATAN FISIK DAN MENTAL...........12
BAB III.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kita dapat menyelesaikan makalah mengenai “Selalu Optimis” ini dengan sebaik mungkin.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW,
karena berkat beliau kita dapat menikmati indahnya islam dan nikmatnya ilmu hingga sampai
saat ini. Selain itu, tidak lupa pula saya ucapkan banyak terima kasih kepada Prof. dr. Veni
Hadju selaku dosen pengajar dalam mata kuliah Kedokteran Islam ini.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan, baik dalam hal materi pembahasan maupun teknik penulisan. Semoga dalam
makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan diharapkan kritik
serta saran yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana
mestinya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern ini kehidupan sangat kompleks, semakin berkembang IPTEK seharusnya
membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban kehidupan manusia. Namun
ternyata tidak berhasil mengangkat harkat martabat manusia secara hakiki. Justru sebaliknya
banyak terjadinya kegelisahankegelisahan, tidak bermaknanya kehidupan dan hampanya nilai
spiritual. Nilainilai agama banyak diabaikan dan mengalami pergeseran, dimana nilai-nilai
kehidupan ke arah ukhrowi semakin melemah. Bahkan karena kehilangan moral dan spiritual
tidak jarang menggiring manusia kearah kehidupan matrealistis dan diperbudak oleh hawa
nafsunya sendiri.
Harapan mampu menggapai kesuksesan dunia dan akhirat merupakan dambaan setiap orang.
Kehidupan yang serba instant ini mempengaruhi pola pikir manusia. Banyak diantara manusia
yang ingin meraih kesuksesan dalam waktu singkat padahal sejatinya tidak ada kesuksesan yang
diraih dengan instan tanpa perjuangan. Tak jarang harapan manusia dan keinginannya tidak
berhasil diraih Hal itu disebabkan karena kemampuan manusia tak sebanding dengan
keinginannya yang hadir tiada habisnya.
Salah satu contoh cobaan besar yang sedang dihadapi oleh seluruh umat manusia dimuka
bumi yaitu masalah pandemic covid-19 yang tidak kunjung mereda. Sudah setahun lebih sejak
kasus positif covid-19 pertama kali diberitakan. Orang-orang dibatasi gerak-geriknya,
mobilitasnya, dan kemampuannya untuk mengakses berbagai macam hal. Aturan lockdown tak
memperbolehkan orang-orang bergerak berlebihan dari satu tempat ketempat lain. Aturan ini
telah diterapkan di hamper seluruh dunia. Di Indonesia, pemerintah menerapkan pembatasan
sosial bersekala besar (PSBB) di beberapa daerah yang menjadi pusat persebaran virus. Dengan
harapan, aturan-aturan ini dapat memutus rantai persebaran virus covid-19.
Alih-alih ingin menyelesaikan satu masalah serius, justru timbul masalah lain yang tak
kalah krusial, dimana sektor ekonomi menjadi salah satu dampak terparah akibat adanya aturan
lockdown ataupun PSBB, terutama sekali bagi negara yang tergolong menengah kebawah seperti
Indonesia. Pasar-pasar, mall-mall, perkantoranperkantoran ditutup dan orang-orang tak
dibolehkan lagi berdagang karena dikhawatirkan menimbulkan kerumunan. Di mana kerumunan
itulah disinyalir yang menjadi faktor tersebarnya virus corona. Dampak dari melemahnya
perekonomiannya, banyak perusahaan-perusahaan yang memberhentikan karyawannya (PHK)
karena tak mampu membayar gaji mereka. Akibatnya, pendapatan masing-masing orang
berkurang drastis. Orang-orang 'dipaksa' berhemat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di hari-
hari selama mereka tidak memiliki pemasukan.
Dampak memprihatinkan pandemi ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, tidak
hanya karena sifat virusnya yang menular, tetapi juga karena mobilitas penduduk dunia dan
global value chains yang memang memiliki tingkat konektifitas yang sangat tinggi. Lembaga-
lemba riset kredibel dunia, diantaranya memprediksi dampak buruk penyebaran wabah ini
terhadap perekonomian global. JP Morgan misalnya, memprediksi ekonomi dunia minus 1,1% di
2020, EIU juga memprediksi minus 2,2%. Untuk Indonesia sendiri diprediksi pertumbuhan
ekonomi dalam skenario terburuk mencapai minus 0,4%. Menurut Bank Dunia, dampak ekonomi
dari musibah pandemi ini akan membangkrutkan usaha hampir 24 juta orang di Asia Timur dan
Pasifik. Di bawah skenario terburuknya, Bank Dunia juga memprediksi hampir 35 juta orang
akan tetap dalam kemiskinan. Bahkan, melalui sejumlah skenario dengan mempertimbangkan
berbagai garis kemiskinan, Bank Dunia memperkirakan jumlah orang yang hidup dalam
kemiskinan ekstrim akan meningkat sampai 922 juta di seluruh dunia. Sebuah angka yang
fantastis (Iskandar, Possumah, and Aqbar 2020).
Tak selesai di situ, akibat adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan sosial, hal
tersebut menuntut lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal untuk
mengganti metode pembelajaran kepada murid-muridnya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan
oleh pemerintah untuk mencegah penyebarannya. Salah satunya melalui surat edaran Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tentang pencegahan penyebaran Covid-19. Melalui
surat edaran teresebut pihak Kemendikbud memberikan instruksi kepada perguruan tinggi untuk
menyelenggarakan pembelajaran online atau daring dan memerintahkan siswa untuk belajar di
rumah masing-masing (Firman and Rahman 2020).
Hal tersebut merubah total sistem pendidikan dan mekanisme pembelajaran. Para siswa
tidak bisa lagi bercengkrama dan bertatapmuka secara langsung dengan guru-guru dan teman-
temannya. Tentu saja hal semacam ini terasa berat bagi para siswa karena mereka kehilangan
kesempatan untuk berbaur dengan teman-temannya, bahkan upacara kelulusan yang menjadi
momen paling sakral dan paling dinanti-nanti oleh setiap siswa pun terpaksa diadakan secara
online dari rumah mereka masingmasing, tentu hal ini mengurangi makna kesakralan sebuah
kelulusan ataupun wisuda. Masalah baru pun terus bermunculan berkaitan dengan pembelajaran
online seperti pelajar yang tak punya fasilitas memadai untuk mengikuti pembelajaran online, tak
mampunya wali murid membeli kuota untuk mengikuti KBM anak-anak mereka, tak meratanya
kualitas jaringan internet di masing-masing daerah.
Bahkan, karena kondisinya yang begitu menghawatirkan ini, beebrapa sat lalu rumah-
rumah ibadah pun ditutup. MUI telah menfatwakan hal tersebut dalam situs resminya bahwa
dalam kondisi penyebaran COVID-19 tidak terkendali di suatu kawasan yang mengancam jiwa,
umat Islam tidak boleh menyelenggarakan shalat jumat di kawasan tersebut, sampai keadaan
kembali normal. Masyarakat juga tidak boleh menyelenggarakan aktifitas ibadah yang
melibatkan banyak masa dan diyakini dapat menjadi media penyebaran virus (Mushodiq and
Imron 2020). Keputusan ini pun menjadi pro-kontra tersendiri dikalangan masyarakat. Sebagian
masyarakat mau menerima demi kemaslahatan dan sebagian lainnya menolak karena melarang
orang-orang untuk beribadah adalah pelanggaran dosa berat, tak sedikit orang yang menganggap
munafik bagi mereka yang menutup tempat ibadah.
Kemudian muncul masalah lain seperti penolakan jenazah positif covid-19 yang muncul
disejumlah wilayah. Sebagian dari mereka berdalih tidak mau beresiko tertular virus Covid-19
ini. Di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dilaporkan masyarakat menolak jenazah bahkan
mengusir ambulans yang membawa jenazah korban Covid-19, di Bandar Lampung juga terjadi
pengusiran jenazah untuk dimakamkan (Sari and Wahid 2020). Peristiwa ini terjadi karena
keresahan masyarakat jika terpapar virus mematikan ini. Karenanya, ditengah ketakutan
menghadapi pandemi saat ini, selain berbagai upaya yang tengah ditempuh oleh pemerintah
untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19, ada energi besar yang dapat dibangun namun
tak banyak disadari oleh masyarakat, yakni sikap optimis dalam menanggulangi bencana besar
ini. Layaknya virus yang mudah tersebar, sikap optimis juga harus mudah tersebar dan merasuki
jiwa-jiwa masyarakat, hingga tumbuh keyakinan kuat untuk bisa berdiri tegak menghadapi
pandemi dan mengakhiri keberadaan virus covid-19.
Hal yang paling krusial lainnya yang ditimbulkan oleh pendemi global adalah sikap
pesimisme yang menerka hati kaum muslim. Mereka takut jika ini adalah akhir dari kehidupan
dunia. Yang paling mereka takuti jika ini benar-benar pertanda kiamat segera terjadi adalah
pengampunan atas dosa-dosa mereka yang menggunung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sikap optimisme ?
2. Bagaimana sikap optimis dalam aspek Islam ?
3. Apa dasar sikap optimis ?
4. Bagaimana ciri orang yang bersikap optimis ?
5. Bagaimana efek optimis dalam kesehatan fisik dan mental ?
C. Tujuan
Mengetahui definisi sikap optimisme ?
Mengetahui bagaimana sikap optimis dalam aspek Islam ?
Untuk mengetahui dasar sikap optimis ?
Mengetahui bagaimana ciri orang yang bersikap optimis ?
Mengetahui bagaimana efek optimis dalam kesehatan fisik dan mental ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI OPTIMISME
Pengertian optimis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang selalu
memiliki harapan atau berpengharapan baik atau perpandangan positif dalam melakukan segala
hal. Optimis adalah sesuatu yang terlintas di dalam hati yang merupakan harapan pandangan
yang positif, ketenangan hati yang diyakini dimasa yang akan datang kebaikan. (Partono and
Rosada 2020)
Goleman (2002) menyatakan bahwa optimisme merupakan harapan kuat terhadap segala
sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa
masalah dan frustasi. Optimisme merupakan sikap yang menopang individu agar jangan sampai
terjatuh dalam kemasabodohan, keputusasaan, maupun mengalami depresi ketika individu
menghadapi kesulitan.
B. ASPEK KEISLAMAN
Optimisme adalah salah satu penggerak roda kehidupan. Dengan memiliki sikap
optimisme ini membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Namun realitas yang terjadi
diera modern ini, banyak umat Islam kehilangan rasa optimis. Masyarakat banyak mengalami
putus asa, depresi dan memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri ketika menghadapi cobaan
dan tekanan hidup. Suatu kenyataan yang berbanding terbalik mengingat al-Quran telah
mengatur segala hal termasuk perintah agar memiliki sikap optimis. Al-Qur‟an tidak
menyebutkan secara eksplisit mengenai optimisme, tetapi terdapat ayat-ayat representatif yang
mengarah pada makna optimisme.
َ َواَل تَ ِهنُ ْوا َواَل تَحْ َزنُ ْوا َواَ ْنتُ ُم ااْل َ ْعلَ ْو َن اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّم ْؤ ِمنِيْن
”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”
Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak sepatutnya orang-orang yang beriman bersikap lemah
(pesimis) dan bersedih hati jika di timpa bencana,kegagalan dll. Karena pasti ada pembelajaran
yang dapat di ambil adri ujian yang diberi oleh Allah dan pasti setiap masalah ada jalan
keluarnya.
Seseorang yang tidak memiliki keimanan dan keyakinan yang kokoh kepada Allah swt,
pasti ia mengalami putus asa. 12 Dalam Islam, Allah melarang umatnya berputus asa. Allah tidak
akan memberikan cobaan yang berat dibawah kemampuan hambanya, tetapi mengapa manusia
merasa begitu berat hingga mengalami putus asa. Padahal di dalam al-Qur‟an telah disebutkan
dalam surah Al-Baqarah ayat 286 berikut :
Maksud ayat ini adalah Allah tidak akan membebani seseorang diluar kemampuan hambanya. Ini
merupakan bentuk kelembutan hati Allah terhadap hambanya. Dalam ayat lain Allah berfirman
sebagai berikut:
Ayat ini mengindikasikan bahwa kesulitan yang Allah berikan akan membawa manusia
kepada kemudahan dan kemajuan dalam hidupnya. Dalam mencapai kesuksesan dan
menghadapi cobaan yang berat, islam tidak mengajarkan putus asa dan bunuh diri, tetapi
mengajarkan bersabar. Islam mengajarkan manusia yang terkena musibah agar kembali kepada
Allah SWT serta memperkokoh iman, karena Dia lah zat yang memiliki sifat Maha.
Sesungguhnya iman yang kokoh adalah dasar untuk meraih ketenangan jiwa dan jauh dari Allah
akan menyebabkan kecemasan. Manusia akan merasakan ketenangan dalam menjalani
kehidupan sehingga tumbuhlah sikap optimis
b. Berpikir positif
Berfikir positif Setelah diuraikan landasan dalam bersikap optimis yang pertama
yaitu keyakinan, yang kedua adalah berfikir positif, yaitu merupakan aplikasi praktis
dari iman untuk mengatasi kekalahan dan untuk mendapatkan nilai kreatif yang
berharga didalam hidup. Berfikir positif Setelah diuraikan landasan dalam bersikap
optimis yang pertama yaitu keyakinan, yang kedua adalah berfikir positif, yaitu
merupakan aplikasi praktis dari iman untuk mengatasi kekalahan dan untuk
mendapatkan nilai kreatif yang berharga didalam hidup.
Dalam Islam pemikiran yang benar sangat ditekankan sekali setelah keyakinan
ditanam dalam hatinya, dan tidak boleh menanggapi permasalahan, mensikapi serta
memutuskan suatu hal sebelum ada bukti yang jelas. Amirul Mu’minin a.s. berkata:
“Berprasangka baiklah kepada saudara-saudaramu kecuali kalau ada sesuatu yang
membuatmu memutuskan sebaliknya ; dan janganlah mengeluarkan sesuatu kata yang
buruk tentangnya bila masih ada kemungkinan yang baik padanya.”
2. Mengurangi stress
Jika Anda sering dilanda stres, cobalah menjadi pribadi yang lebih optimis. Sebab,
orang yang optimis akan lebih percaya diri dan bisa melihat potensi di dalam
dirinya.Faktor-faktor inilah yang membuat orang-orang yang optimis menjadi lebih
yakin untuk mengambil risiko dan menciptakan suasana positif di dalam
kehidupannya. Dengan demikian, stres dapat diatasi.
3. Memanjangkan umur
Mungkin manfaat optimis yang satu ini sulit dipercaya, tapi sebuah studi sudah
membuktikan kalau menjadi orang yang optimis dapat memanjangkan usia.Di dalam
studi tersebut, 34 partisipan yang merupakan atlet baseball, terbukti bisa hidup lebih
lama karena memiliki sifat optimis di dalam dirinya.Tidak hanya itu, pasien kanker
yang memiliki sifat optimis dalam melawan penyakitnya dapat hidup lebih lama
dibandingkan pasien lain yang pesimis terhadap kondisi kesehatannya.Meski
demikian, masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk membuktikan manfaat optimis
yang satu ini.
4. Meningkatkan kegigihan
Mereka yang optimis tidak akan putus asa dengan mudah. Mereka akan berusaha
sekeras tenaga untuk mencapai kesuksesan. Itulah mengapa orang-orang yang optimis
dapat meningkatkan kegigihannya dalam mencapai sebuah tujuan, dibandingkan
orang yang pesimis.
A. Kesimpulan
Sikap optimis sangat diperlukan untuk ketenangan jiwa, teruma umat Islam yang
dari kecil sudah di tanamkan nilan-nilai agama tentang bagaimana keimanan terhdapat
Allah swt.
B. Saran
Semoga setelah membaca makalah ini pikiran dan hati kita dapat berubah
perlahan-lahan menjadi orang yang punya sikap optimis kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA