Puji syukur peneliti panjatkan atas nikmat serta karunia Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, hidayah serta pertolongannya sehingga proposal usulan
penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kematangan
Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unibi Bandung” dapat
diselesaikan. Proposal usulan penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk maju ke tahap selanjutnya yaitu mendapatkan persetujuan mengenai tema
yang diangkat berjudul “Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kematangan
Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unibi Bandung”, serta
mendapatkan dosen pembimbing skripsi dan untuk menuju sidang skripsi yang
sesungguhnya.
Penulisan proposal usulan penelitian ini terdiri dari tiga Bab. Pada Bab I,
peneliti menjelaskan mengenai fenomena yang terjadi di Fakultas Psikologi
UNIBI. Mahasiswa tingkat akhir pada tahap perkembangannya berada di tahap
eksplorasi di mana salah satu tugasnya yaitu berkaitan dengan pekerjaan atau
karir. Akan tetapi masih terdapat mahasiswa yang bingung dalam memutuskan
pilihan karirnya yang di mana hal ini diasumsikan adanya keterkaitan dengan self-
efficacy. Pada Bab II akan dijelaskan teori yang digunakan sebagai landasan
berpikir. Dalam penelitian ini teori yang digunakan yaitu self-efficacy dari
Bandura dan kematangan karir dari Super. Selanjutnya pada Bab III akan
menjelaskan metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti.
Selama proses penyusunan proposal usulan penelitian ini, tentunya peneliti
banyak mengalami hambatan dan rintangan. Akan tetapi peneliti dapat
menyelesaikan proposal usulan penelitian ini berkat bimbingan serta dukungan
dari banyak pihak. Meskipun demikian, proposal usulan penelitian ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para dosen penguji usulan penelitian.
i
Bandung, Juni 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR BAGAN..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian................................................................13
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................................13
1.4.1 Kegunaan Teoritis............................................................................13
1.4.2 Kegunaan Praktis.............................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................14
2.1 Self-Efficacy.............................................................................................14
2.1.1 Pengertian Self-Efficacy...................................................................14
2.1.2 Dimensi Self-Efficacy.......................................................................15
2.1.3 Sumber-sumber Self-Efficacy...........................................................16
2.1.4 Proses Yang Mempengaruhi Self-Efficacy.......................................18
2.2 Kematangan Karir...................................................................................20
2.2.1 Pengertian Kematangan Karir..........................................................20
2.2.2 Aspek Kematangan karir..................................................................22
2.2.3 Perkembangan Karir Masa Remaja Akhir dan Dewasa...................23
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir...................26
2.3 Kerangka Berpikir...................................................................................29
2.4 Hipotesis..................................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................34
3.1 Rancangan Penelitian..............................................................................34
3.2 Variabel Penelitian..................................................................................34
3.2.1 Identifikasi Variabel.........................................................................34
3.2.2 Definisi Operasional Variabel..........................................................35
ii
3.3 Alat Ukur.................................................................................................35
3.3.1 Alat Ukur Self-Efficacy....................................................................36
3.3.2 Alat Ukur Kematangan Karir...........................................................37
3.3.3 Uji Validitas.....................................................................................39
3.3.4 Uji Reliabilitas.................................................................................40
3.3.5 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Self-Efficacy..........41
3.3.6 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Kematangan Karir. 41
3.4 Populasi dan Sampel...............................................................................41
3.5 Analisis Data...........................................................................................42
3.5.1 Menguji Signifikansi........................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR BAGAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
sumber informasi karir yang tersedia sehingga dalam memutuskan pilihan karir
hanya berdasar pada informasi yang diketahui seadanya. Rendahnya tingkat
kematangan karir para mahasiswa tersebut disebabkan karena beberapa faktor
seperti faktor minat, pengalaman, dan kemampuan eksplorasi karir yang dimiliki
oleh mahasiswa. Artinya, mahasiswa belum mampu mengeksplorasi dengan
memanfaatkan berbagai sumber informasi karir yang tersedia sehingga dalam
memutuskan pilihan karir hanya berdasarkan pada sumber informasi yang kurang
luas.
Arnett menyebutkan (dalam Santrock, 2012) berdasarkan tahapan
perkembangannya, mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan
tinggi dapat digolongkan transisi dari masa remaja ke nasa dewasa yang disebut
emerging adulthood yang terjadi dari usia 15 sampai 25 tahun. Pada usia awal dua
puluhan keinginan untuk pengambilan keputusan karir biasanya menjadi sangat
serius seiring dengan eksplorasi mereka terhadap berbagai kemungkinan karir
yang ingin mereka geluti. Di perguruan tinggi hal demikian sering kali berarti
memilih jurusan atau spesialisasi pekerjaan di bidang tertentu. Memasuki awal
hingga pertengahan usia dua puluhan, banyak individu yang sudah menuntaskan
pendidikan atau pelatihan mereka dan mulai bekerja paruh waktu.
Menurut Super (dalam Sharf, 2013) berkenaan dengan karir individu
dalam tahap perkembangannya, mahasiswa berada pada tahap eksplorasi karir
yang berlangsung pada usia 15-25 tahun. Tahap ini mencakup segala usaha
individu untuk mendapatkan segala informasi yang lebih lengkap dan akurat
mengenai hal-hal tentang pekerjaan, memilih alternatif karir, memutuskan karir
dan mulai bekerja. Pada tahapan ini individu memiliki tugas perkembangan karir
yaitu crytallizing di mana individu akan mengklarifikasi tentang apa yang mereka
lakukan, specifying di mana individu akan menentukan pilihan karir sehingga
dapat menemukan pekerjaannya, serta implementing di mana individu akan
membuat perencanaan yang lebih matang dan mendalam untuk dapat memenuhi
tujuan karir mereka. Selanjutnya menurut Super menjelaskan, bahwa usia
mahasiswa (18-25 tahun) telah sampai pada tahap spesifikasi dan implementasi
preferensi dalam bekerja.
5
Hal serupa juga diungkapkan oleh Vaillant (dalam Santrock, 2012), yang
menjelaskan bahwa mahasiswa termasuk kategori dewasa awal (sekitar usia 20-30
tahun) merupakan tahap adaptasi dengan kehidupan. Individu dewasa awal mulai
membangun apa yang ada pada dirinya, mencapai kemandirian, sehingga bisa
dianggap mampu dan mempunyai peran atau posisi dalam masyarakat.
Selanjutnya Dariyo (dalam Tangkeallo, Purbojo, Sitorus, 2014) mengatakan
bahwa periode mahasiswa dianggap sebagai periode realistik, masa dewasa awal
ditandai dengan adanya keinginan untuk mengaktualisasikan segala bentuk ide
dan pemikiran yang diperoleh selama menjalankan pembelajaran di tempat
pendidikan, untuk persiapan masa depannya nanti. Pada masa dewasa muda,
individu akan menggunakan pengetahuan yang telah diketahui untuk mengejar
tujuan di masa depan seperti berkeluarga, berkarir dan bekerja.
Bekerja merupakan sesuatu yang memiliki berbagai macam fungsi, tidak
hanya sebagai penopang hidup seseorang, tetapi juga supaya berguna bagi
kehidupan masyarakat, dengan bekerja seseorang akan memperoleh hal-hal
mengenai status, afiliasi dan berbagai produk masyarakat Brown & Lent (2013).
Sehingga bekerja merupakan salah satu komponen pokok dalam aktivitas
kehidupan seseorang dan bisa mempengaruhi keseluruhan kepuasan hidup
individu. Bekerja sangat berkaitan dengan karir, seperti dikemukakan oleh Super
Brown & Lent (2013) yang menyebutkan bahwa karir merupakan segala
rangkaian peristiwa yang berlangsung dalam kehidupan seseorang, karena dalam
kehidupan sebagian besar waktu individu akan digunakan untuk bekerja. Dengan
bekerja individu dapat berinteraksi dengan individu lain sehingga bekerja sangat
berperan dalam proses kehidupan karir individu.
Karir dapat diperoleh melalui pekerjaan (job) seperti tukang jahit; hobi
seperti pebulutangkis; profesi seperti dokter atau guru; dan dapat diperoleh
melalui peran hidup seperti pemimpin masyarakat. Menurutnya, bekerja sebagai
apapun yang terpenting ditandai oleh adanya keberhasilan dan kemakmuran
personal dan finansial, maka apa yang individu kerjakan dapat disebut sebagai
karir (Surya dalam Indah 2017). Menurut (Healy dalam Indah 2017) karir dapat
terjadi pada individu yang mencakup sebelum bekerja (preoccupational), selama
6
ketika terkait dengan pengembangan karir, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
peran jenis kelamin berkaitan dengan kematangan karir.
Jenis kelamin merupakan faktor internal dalam kesiapan seseorang dalam
mengatasi tugas-tugasnya terutama pada usia untuk memasuki dunia kerja (Sisca
2015). Jenis kelamin dibagi menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam
memilih jurusan ataupun pekerjaan (karir) dapat dikatakan bahwa seseorang yang
memiliki kematangan karir akan siap dalam mengatasi tugas-tugas yang diprediksi
dan mereka akan mampu berpartisipasi dalam pekerjaannya. Menurut penelitian
yang dilakukan MacNair dan Brown (dalam Sisca 2015), kematangan karir
perempuan lebih tinggi daripada kematangan karir laki-laki, hal tersebut
dikarenakan dalam menjalin hubungan dengan orang lain perempuan cenderung
berinteraksi secara langsung sehingga akan jauh lebih mudah untuk mencari dan
mendapatkan informasi tentang karir. Pada laki-laki cenderung berfokus pada
dirinya sendiri untuk menjadi lebih mandiri. Penelitian Patton & Creed (dalam
Patton 2019) juga menemukan bahwa hubungan antara tujuan karir dan eksplorasi
karir perempuan yang memiliki self-efficacy, lebih kuat dibandingkan dengan
laki-laki. Dalam penelitian juga ditemukan bahwa perempuan memiliki
kematangan karir yang lebih baik jika dibandingkan dengan kematangan karir
laki-laki.
Namun berbeda hal dengan penelitian yang dilakukan oleh Jatmika (2015)
yang membandingkan nilai kematangan karir laki-laki dan perempuan mahasiswa
tingkat akhir Fakultas Sosial dan Humaniora UBM. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa tidak ada perbedaan nilai kematangan karir antara laki-laki dan perempuan,
hal ini menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki
kemampuan dalam perencanaan karirnya. Begitu juga dengan penelitian Safarina
(2016) dalam penelitiannya mengenai efikasi diri dan kematangan karir
menemukan bahwa efikasi diri berperan dalam memberikan sumbangan terhadap
kematangan karir. Pada penelitian Safarina (2016) juga meneliti tentang
perbedaan kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin, hasil penelitian
menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir antara jenis kelamin
laki-laki dan perempuan. Tetapi di negara seperti Afrika selatan (Watson dalam
14
Safarina 2016) dan Nigeria (Achebe dalam Safarina 2016) yang menyebutkan
bahwa laki-laki memiliki kematangan karir lebih tinggi, suatu hal yang sangat
kontradiktif yang didapat dari hasil penelitian dan tidak menunjukkan keajegan
tingkat kematangan karir antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, maka
peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan antara Self-Efficacy dengan
Kematangan Karir serta perbedaan kematangan karir antara laki-laki dan
perempuan pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas
Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung”.
2.1 Self-Efficacy
2.1.1 Pengertian Self-Efficacy
Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Menurut
Bandura (1997) self-efficacy yaitu keyakinan individu akan kemampuannya
mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai. Bagaimana orang bertingkah laku
dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan
kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan
keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang
memuaskan.
Self-efficacy (Bandura, 1997) memiliki beragam dampak, keyakinan
semacam itu mempengaruhi tindakan yang orang pilih untuk diikuti, berapa
banyak usaha yang mereka lakukan dalam usaha yang diberikan, berapa lama
mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, ketahanan
mereka terhadap kesulitan, apakah pola pikir mereka menghalangi diri atau
membantu diri sendiri, serta bagaimana stres dan depresi yang mereka alami
dalam mengatasi tuntutan lingkungan yang membebani, dan tingkat pencapaian
yang mereka sadari. Selanjutnya Bandura (1997), menyatakan bahwa self-efficacy
merupakan sebuah faktor yang penting dalam menentukan berhasil tidaknya
seseorang.
Suharsono dan Istiqomah (2014) juga mengatakan bahwa self-efficacy
merupakan suatu keyakinan seseorang akan kemampuan untuk berhasil dalam
situasi sosial tertentu, self-efficacy memegang peran utama bagaimna seseorang
mencapai tujuan, tugas dan tantangan. Kusrieni (2014) mengatakan bahwa efikasi
diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri yang paling
berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari hari, karena self-efficacy yang
dimiliki oleh setiap individu sangat berpengaruh dalam menentukan tindakan
17
18
yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk berbagai pikiran
tentang kejadian yang akan dihadapi.
Baron dan Greenberg (Rahmawati dkk, 2014) menjelaskan bahwa self-
efficacy sebagai suatu keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk
melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik dan self-efficacy lebih bersifat lebih
spesifik dan terbatas dibandingkan dengan kepercayaan diri dan harga diri. Suroso
(2014) juga menjelaskan bahwa self-efficacy mengacu pada seberapa besar
keyakinan seseorang pada kemampuannya melakukan sejumlah aktivitas karir dan
kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas karir dan juga self-efficacy merupakan
keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas
karir yang didasarkan atas kesadaran diri terhadap pentingnya pekerjaan, nilai dan
harapan pada hasil yang akan dicapai.
Berdasarkan definisi dan penjelasan yang dirumuskan oleh beberapa ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan sikap atau perasaan yakin
atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak ragu dalam
tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang
disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain,
memiliki dorongan untuk berprestasi serta mengenal kelebihan dan
kekurangannya. Self-efficacy berperan sebagai keyakinan pada diri individu dalam
menentukan suatu pilihan, dan membuat keputusan. Individu dengan self-efficacy
yang kuat dapat dengan mudah dalam menentukan suatu pilihan dan pengambilan
keputusan untuk menjalankan masa depan.
1. Proses Kognitif
Keyakinan yang kuat akan mempengaruhi pola pemikiran yang dapat
meningkatkan atau melemahkan performansinya. Orang-orang yang memiliki self
efficacy yang tinggi mengambil perspektif masa depan dalam menata kehidupan
mereka. Banyak perilaku manusia, yang bertujuan, diatur oleh pemikiran yang
mewujudkan tujuan-tujuan yang diwujudkan. Pengaturan tujuan pribadi
dipengaruhi oleh penilaian kemampuan diri. Semakin kuat self-efficacy yang
dirasakan, semakin tinggi tujuan yang ditetapkan seseorang untuk diri mereka
sendiri dan semakin kuat komitmen mereka (Bandura & Wood, dalam Bandura,
1997). Tujuan yang menantang meningkatkan tingkat motivasi dan pencapaian
kinerja.
2. Proses Motivasi
Kemampuan untuk motivasi diri dan tindakan bertujuan berakar pada
aktivitas kognitif. Bayangan masa depan dapat dimulai dari pemikiran saat ini
hingga pemikiran untuk kedepannya. Individu akan termotivasi untuk
menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tujuannya. Kebanyakan motivasi
manusia dihasilkan secara kognitif. Dalam motivasi kognitif, orang memotivasi
diri mereka sendiri dan memandu tindakan mereka secara antisipatif melalui
latihan pemikiran. Mereka membentuk keyakinan tentang apa yang dapat mereka
lakukan, mereka mengantisipasi kemungkinan hasil yang positif dan negatif dari
kegiatan yang berbeda, dan mereka menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri
dan merencanakan tindakan yang dirancang untuk mewujudkan masa depan yang
berharga dan menghindari tindakan yang tidak menyenangkan. Self-efficacy
memegang peranan penting pada pengaturan kognitif, khusunya motivasi.
3. Proses Afektif
Self-efficacy memiliki peran penting dalam regulasi afektif pada diri
individu. Tiga cara self-efficacy mempengaruhi besarnya tingkat emosionalitas
individu, yaitu melalui pelatihan pada kontrol diri individu yaitu melalui
pemikiran, tindakan, dan afek. Cara yang berorientasi pada pemikiran dalam
pengaturan afektif mengambil dua bentuk. Self-efficacy menciptakan bias
perhatian dan mempengaruhi apakah peristiwa kehidupan ditafsirkan, diwakili
23
secara kognitif, dan diambil dengan cara yang ramah atau emosional yang
mengganggu. Bentuk kedua dari pengaruh pada kemampuan kognitif yang
dirasakan untuk mengendalikan emosional yang mengganggu yaitu melatih
pikiran ketika hal tersebut mengganggu aliran kesadaran.
Dalam cara yang berorientasi pada tindakan, self-efficacy mengatur
keadaan emosional dengan mendukung tindakan yang efektif untuk mengubah
lingkungan dengan cara mengubah potensi emosinya. Cara yang berorientasi pada
afek melibatkan self-efficacy untuk memperbaiki keadaan emosional yang tidak
menyenangkan, seperti dengan latihan mengendalikan kecemasan, suasana hati
yang depresi, dan reaksi-reaksi stres biologis.
4. Proses Seleksi
Individu merupakan bagian dari produk lingkungan. Individu memilih
lingkungan mereka dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dan itu
akan mempengaruhi gambaran individu tersebut. Self-efficacy memiliki peran
penting dalam individu untuk memilih jenis aktivitas dan lingkungannya. Individu
akan memilih lingkungan yang mampu meningkatkan potensi yang dimilikinya.
Individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan memilih dan bertahan pada
kegiatan yang dirasa sulit.
masa depan. Persiapan yang dilakukan tersebut meliputi menacari informasi karir,
memahami diri dalam bentuk menelusuri dan menemukan bakat dan minat,
memilih karir di masa depan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai karir yang sesuai dengan tuntutan tugas perkembangan karir pada
masa remaja hingga dewasa awal. Kematangan karir ini secara umum
menggambarkan tentang orientasi karir dari individu yang mencakup komponen
perencanaan karir dan eksplorasi karir serta kemampuan dalam mengambil
keputusan karir dan pengetahuan mengenai dunia kerja.
individu untuk menggunakan sumber daya seperti orang tua, kerabat lainnya,
teman, guru, para konselor, buku-buku dan film-film. Selain keinginan, eksplorasi
karir juga berkaitan dengan seberapa banyak informasi yang telah diperoleh
individu dari sumber tersebut. Eksplorasi karir berbeda dengan perencaan karir,
perencanaan karir fokus dengan pemikiran dan perencanaan mengenai masa depan
sedangkan eksplorasi karir berkaitan dengan penggunaan sumber daya, tetapi
keduanya berfokus pada sikap terhadap kerja.
3. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Merupakan gagasan di mana individu harus mengetahui bagaimana
keputusan karir menjadi penting dalam konsep kematangan vocational Super.
Konsep ini berhubungan mengenai kemampuan menggunakan pengetahuan dan
pemikiran untuk membuat rencana karir. Dalam pengambilan keputusan, individu
diberi situasi di mana orang lain harus membuat keputusan karir dan diminta
untuk memutuskan keputusan yang terbaik. Sehingga individu harus tahu
bagaimana membuat keputusan karir yang baik untuk dirinya sendiri.
4. Informasi dunia kerja. ( World of Work Information)
Konsep informasi dunia kerja ini memiliki dua komponen dasar. Pertama
berhubungan dengan pengetahuan terhadap tugas-tugas penting perkembangan
seperti, ketika orang lain akan mengeksplor minat-minat dan kemampuan-
kemampuan mereka, bagaimana orang lain belajar mengenai pekerjaan-pekerjaan
mereka dan alasan mengapa terdapat orang-orang yang merubah pekerjaannya.
Konsep berikutnya mencakup pengetahuan terhadap tugas-tugas pekerjaan pada
beberapa pekerjaan yang dipilih dan juga perilaku bekerja. Beberapa mahasiswa
sering memiliki informasi yang keliru mengenai bagaimana mendapatkan suatu
pekerjaan dan bagaimana berperilaku sewaktu mereka mendapatkan suatu
pekerjaan.
Orientasi karir adalah istilah umum yang mencakup konsep-konsep
perencanaan karir, eksplorasi karir, pengambilan keputusan, dan informasi dunia
kerja. Skor total orientasi karir memberikan satu ringkasan dari setiap keempat
aspek tersebut.
27
a. Faktor Keluarga
Keluarga memiliki peran penting dalam kematangan karir seseorang. Keluarga
adalah lingkungan sosial pertama di mana pengalaman masa kecil atau
perilaku orang-tua sebagai role model ikut serta membentuk karakter dan
pandangan anak. Penick dan Jepsen (dalam Seligman, 1994) mengemukakan
bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang lebih berpengaruh dalam
kematangan karir, daripada faktor lain seperti gender atau sosial-ekonomi.
b. Faktor Internal Individu
Faktor internal individu terhadap kematangan karir mencakup self esteem
(harga diri), self expectation (pengharapan diri), self efficacy (keyakinan akan
kemampuan diri), locus of control, minat, bakat, keterampilan, dan
kepribadian.
c. Faktor Sosial-Ekonomi
Faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi kematangan karir individu dibagi
lagi menjadi tiga, yaitu lingkungan, status sosial ekonomi serta jenis kelamin.
karir yaitu crytallizing dimana inidividu mengklarifikasi tentang apa yang mereka
lakukan, specifying dimana individu menentukan pilihan karir mereka sehingga
dapat menemukan pekerjaannya, serta implementing dimana individu membuat
perencanaan yang lebih matang untuk memenuhi tujuan karir mereka.
Menurut Seligman (1994) salah satu faktor yang mempengarui
kematangan karir adalah faktor internal individu, dimana salah satunya adalah
self-efficacy. Self efficacy Bandura (1997), yaitu keyakinan individu akan
kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai. Self-efficacy Bandura
(1997) dapat mempengaruhi tindakan yang orang pilih untuk dikuti, berapa
banyak usaha yang mereka lakukan, berapa lama mereka akan bertahan dalam
menghadapi rintangan , ketahanan mereka terhadap kesulitan, bagaimana stres
yang mereka alami dalam mengatasi tuntutan lingkungan yang membebani, dan
tingkat pencapaian yang mereka sadari. Bandura (dalam Santrock, 2012),
menyatakan bahwa self-efficacy merupakan sebuah faktor yang penting dalam
menentukan berhasil tidaknya seseorang.
Self-efficacy menurut Bandura (1997) memiliki 3 dimensi yaitu, level,
general dan strength. Level merujuk pada keyakinan individu atas kemampuan
yang dimiliki terhadap tingkat kesulitan tugas Bandura (1997). Semakin yakin
individu bisa menyelesaikan tugas yang sulit, maka individu akan lebih jelas dan
matang dalam merencanakan karirnya, karena individu tersebut bisa
menyesuaikan pekerjaan yang diinginkan dengan kemampuannya. Generality
berkaitan dengan keyakinan individu akan kemampuanya melaksanakan tugas di
berbagai aktivitas Bandura (1997). Individu dengan self-efficacy tinggi akan lebih
mudah merencanakan karirnya dengan jelas dan matang karena dia memiliki
keyakinan bahwa dia mampu bekerja di berbagai aktivitas dipekerjaan yang dia
minati. Terakhir yaitu strength, aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan
keyakinan atau pengharapan akan kemampuannya Bandura (1997). Individu yang
memiliki pengharapan yang mantap, maka akan bertahan dalam usahanya
mencapai tujuan karirnya yang telah direncanakan. Kerena dia yakin akan
kemampuannya, maka individu tersebut bisa merencanakan karir dengan matang.
34
hasil penelitian dan tidak menunjukkan keajegan tingkat kematangan karir antara
laki-laki dan perempuan.
Dalam usaha untuk mencapai kematangan karir, mahasiswa sering kali
mengalami hambatan sehingga diperlukan usaha dan keyakinan dari mahasiswa
untuk mengatasi hambatan tersebut. Self-efficacy akan mengembangkan usaha
untuk meningkatkan dan mempersiapkan keterampilan dan kemampuan yang
mereka miliki dalam rangka meraih karir yang mereka inginkan, serta berusaha
mengatasi hambatan yang mahasiswa hadapi dalam rangka pencapaian karir.
Mahasiswa dengan self-efficacy tinggi juga berarti meyakini diri sendiri untuk
berhasil dan sukses, memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan
tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan
itu tidak berhasil. Self-efficacy juga mempengaruhi besarnya usaha dan ketahanan
mahasiswa dalam menghadapi kesulitan. Selain itu mahasiswa dengan self-
efficacy tinggi memandang tugas-tugas sulit sebagai tantangan untuk dihadapi
daripada sebagai beban yang harus dihindari. Sementara mahasiswa dengan self-
efficacy rendah dalam mengerjakan tugas akan cenderung menghindari tugas
tersebut, mahasiswa akan merasa sulit untuk memacu diri dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan Al-Arifin (2015). Mahasiswa dengan self-efficacy tinggi
akan mempunyai keyakinan tentang kemampuan dalam melakukan suatu tugas
yaitu mencapai kematangan karir, sebaliknya mahasiswa yang memiliki self-
efficacy rendah akan memiliki keyakinan yang rendah pula mengenai usaha untuk
mencapai kematangan karirnya.
Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah maka mereka akan
mengindari tugas yang menantang, memiliki komitmen yang lemah terhadap karir
yang ingin dicapainya, enggan mencoba suatu hal karena memikirkan kelemahan
yang dimiliki, cepat menyerah dalam mencapai karirnya, merasa gagal atau ingin
mundur ketika dalam kesulitan. Akan tetapi individu yang memiliki self-efficacy
yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan, tidak merasa ragu
karena mempunyai kepercayaan akan kemampuannya. Individu yang mempunyai
self-efficacy tinggi maka mereka akan terus berusaha dengan tekun, tidak mudah
menyerah dalam suatu kesulitan dalam mecapai keberhasilan karirnya. Sehingga
37
individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi percaya bahwa dirinya mampu
berhasil dan sukses. Oleh karena itu dengan memiliki self-efficacy yang tinggi
maka mahasiswa diharapkan mampu menentukan keputusan karirnya dimana
mahasiswa dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat sehingga
nantinya dapat mencari informasi mengenai pekerjaan yang diinginkan, dimana
hal ini terkait dengan kematangan karir Al-Arifin (2015).
38
Laki-laki
Mahasiswa Fakultas
Psikologi UNIBI Self-Efficacy Kematangan Karir
Perempuan
39
Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan
kerangka berpikir di atas yaitu:
H1: Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI.
H2: Terdapat perbedaan kematangan karir pada Mahasiswa Fakultas
Psikologi UNIBI yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
BAB III
METODE PENELITIAN
38
41
instrumen yang digunakan yaitu berupa angket atau kuesioner. Jenis angket yang
digunakan yaitu tertutup di mana angket disajikan dalam bentuk sedemikian rupa
sehingga responden tinggal memberikan tanda pada kolom yang sesuai (Arikunto,
2015).
3.3.1 Alat Ukur Self-Efficacy
Alat ukur self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini diambil dan
diadaptasi dari Putri (2018) yang menyusun alat ukur berdasarkan konsep teori
self-efficacy dari Bandura (1997). Reliabilitas dari alat ukur ini sebesar 0,8 artinya
alat ukur ini memiliki derajat reliabilitas tinggi. Alat ukur ini mengukur dimensi-
dimensi self-efficacy yang meliputi level, generality, dan strength. Skala self-
efficacy tersebut menggunakan sistem penilaian skala likert yang terdiri dari
empat kategori yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS
(Sangat Tidak Sesuai). Alat ukur ini memiliki 32 aitem yang terdiri dari
pernyataan favorable dan unfavorable. Pada aitem favorable jawaban SS diberi
skor 4, S (Sesuai) diberi skor 3, TS (Tidak Sesuai) diberi skor 2, dan STS ( Sangat
Tidak Sesuai) diberi skor 1. Sedangkan pada aitem unfavorable diberi skor
dengan urutan sebaliknya yaitu jawaban SS diberi skor 1, S (Sesuai) diberi skor 2,
TS (Tidak Sesuai) diberi skor 3, dan STS ( Sangat Tidak Sesuai) diberi skor 4.
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
43
Aitem
No Dimensi Indikator
.
Favorable Unfavorable
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Aitem
No Dimensi Indikator
Favorable Unfavorable
terjadi karena seharusnya tidak ada kesalahan pengukuran atas subjek yang
ditunjukkan oleh konsistensi skor-skor tersebut. Lebih luas lagi pengertian
reliabilitas tes menunjukkan sejauh mana perbedaan individual dalam skor tes
dapat disebabkan oleh perbedaan individu pada atribut yang diukur, bukannya
disebabkan oleh faktor instrumen yang buruk atau situasi tes yang tidak kondusif.
Stabilitas dan konsistensi data tes hasil pengukuran merupakan bukti bahwa
instrumen yang digunakan memiliki karakteristik reliabel.
Penelitian ini menggunakan metode single administration, yaitu teknik
yang dilaksanakan melalui proses pengukuran hanya satu kali kepada sekelompok
individu sebagai subjek dengan alasan pendekatan ini mempunyai nilai praktis
dan dipandang lebih efisien. Dalam penelitian ini digunakan teknik Alpha
cronbach untuk menguji reliabilitas alat ukur tersebut. Data penelitian dihitung
menggunakan bantuan SPSS windows version 20.0.
Parameter untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas alat
ukur menurut Guilford yaitu:
3.3.6 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Kematangan Karir
UNIBI angkatan dari 2013, 2014, 2015, 2016, 2017 dan ditambah dengan
mahasiswa konversi pindahan dari universitas lain yang sedang menyusun skripsi
berjumlah 78 orang.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang merupakan objek penelitian
atau yang diteliti sesuai dengan karakteristik yang dimiliki populasi. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling yang
berarti peneliti tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Cara pengambilan sampel
yang digunakan yaitu dengan sampling kuota. . Sampling kuota adalah teknik
untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan tercapai (Sugiyono, 2018).
Kuota sampel ditentukan dengan menyetarakan jumlah sampel mahasiswa
yang berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Penyetaraan sampel tersebut
dilakukan untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian. Cara menentukan kuota
sampel yang disetarakan tersebut adalah dengan menghitung jumlah Mahasiswa
Fakultas Psikologi UNIBI yang berjenis kelamin laki-laki dan menetapkan jumlah
yang didapatkan sebagai kuota untuk sampel berjenis kelamin laki-laki, kemudian
menggunakan jumlah yang sama untuk sampel berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan data yang didapat dari Admin Fakultas Psikologi UNIBI,
mahasiswa berjenis kelamin laki-laki yang terdaftar sebagai mahasiswa akhir aktif
di Fakultas Psikologi UNIBI dan termasuk pada angkatan 2013–2017 adalah
sebanyak 52 orang. Oleh karena itu, kuota yang ditetapkan adalah 22 orang untuk
masing-masing sampel dari jenis kelamin, sehingga total sampel yang digunakan
adalah 44 orang. Dengan demikian, sampel penelitian ini adalah Mahasiswa ahir
Fakultas Psikologi UNIBI berjumlah 44 orang, yang diambil dari angkatan 2013-
2017 dengan menggunakan teknik sampling kuota.
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2017).
Penentuan metode statistik yang digunakan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penelitian dan jenis data. Seperti yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan kematangan
karir. Sehingga teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah uji
korelasi. Sebelum dilakukan uji korelasi peneliti terlebih dahulu melaksanakan uji
asumsi yang menyangkut uji normalitas dan uji linearitas. Melalui uji normalitas
ini dapat diketahui apakah distribusi kedua variabel tersebut normal atau tidak. Uji
linearitas dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel yang ada. Apabila
hasil uji normalitas data berdistribusi normal dan linear maka digunakan teknik
uji korelasi Pearson Product Moment jika data berbentuk ordinal atau tidak
normal maka digunakan uji Rank Spearman (Sugiyono, 2017).
Untuk membantu proses analisis peneliti menggunakan statistical for
social science (SPSS) versi 22.0.
Adapun kriteria dalam menetapkan derajat kekuatan atau keeratan korelasi
dapat digunakan kriteria sebagai berikut (Hasanudin, 2009):
berdistribusi normal dan homogen maka data dapat langsung diolah menggunakan
teknik perhitungan statistika parametrik untuk uji beda yaitu Independent t-test
[ CITATION Sug18 \l 1057 ] . Jika tidak maka akan diolah menggunakan uji beda
Mann-Whitney.
51
DAFTAR PUSTAKA
Amadi, C.C., Joshua, M.T., & Asagwara, C.G. 2007. Assessment of the
Vocational Maturity of Adolescent Students in Owwerri Education Zone of
Imo State, Nigeria. J. Hum. Ecol., 21, 4, 257-263.
Baron, R.A. & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1 (penerjemah Ratna
Djuwita, dkk.). Jakarta: Erlangga.
Coertse, S. & Schepers, J.M. 2004. Some Personality and Cognitive Correlates of
Career Maturity. Journal of Industrial Psychology, 30 (2), 56-73.
Dhillon, U. & Kaur, R. 2005. Career Maturity of School Children. Journal of the
52
Fatmasari, D. (2016). Hubungan antara konsep diri dan dukungan orang tua
dengan kematangan karir pada siswa SMA. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lestari, W.T. (2016). Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kematangan Karir
Pada Mahasiswa Tingkat Akhir [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.
Santrock, J.W. (2012). Life Span Development Edisi Ketigabelas Jilid II. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
53
Tangkeallo, G.A., Purbojo, dan Sitorus, (2014). Hubungan Antara Self Efficacy
Dengan Orientasi Masa Depan Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Psikologi
Perkembangan.