Anda di halaman 1dari 29

STEM CELL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

DOSEN PENGAJAR :

dr. Ahmad Husairi, M.Ag, M.Imun


Gt. M. Irhamna Husin, M.Pd. I
Hj. Maisarah, S. Pd. I, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2018
Anggota Kelompok :

1. Alya Nabilahsaffa Maulidinna (1810911320024)


2. Athiya Nadifa (1810911320030)
3. Akmal Rizky Harun (1810911310034)
4. Bagaskara Adji Prayudhistya (1810911310019)
5. Cindy Oktaviani (1810911120006)
6. Fadhil Muhammad Dzakiamir (1810911210074)
7. Gita Shabella (1810911220067)
8. Layla Shafia Ramandani (1810911320031)
9. Laila Fitri (1810911120008)
10. Muhammad Arief Rachman (1810911310012)
11. Muhammad Ananda Putera (1810911310035)
12. Puspita Aisyiyah (1810911220056)
13. Riznadia Agustina (1810911220057)
14. Siti Amira Fauziah (1810911320020)
15. Vania Puspitasari Sangadi (1810911320023)
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul
"Stem Cell Dalam Perspektif Islam". Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan sumber referensi dari berbagai sumber termasuk internet sehinggat dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu ungkapan terimakasih kami ucapkan kepada
:

1. dr. Ahmad Husairi, MAg,M.Imun


2. Gt. M. Irhamna Husin, M.Pd. I
3. Hj. Maisarah, S. Pd. I, M.Pd
Serta para anggota kelompok 8 yang sudah membantu menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini agar lebih rampung dan layak untuk dibaca. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ilmiah berjudul "Stem Cell Dalam Perspektif Islam" ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin,13 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................................ 5

1.4 Manfaat Makalah .............................................................................................................. 5

1.5 Metode Penulisan ............................................................................................................. 6

1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 7

2.1 Pengertian Stem Cell ........................................................................................................ 7

2.2 Jenis-Jenis Stem Cell ........................................................................................................ 8

2.3 Manfaat Stem Cell dalam Dunia Kedokteran ................................................................ 10

2.4 Hukum Penggunaan Stem Cell Menurut Islam ............................................................. 13

2.5 Dampak Stem Cell ........................................................................................................ 17

2.6 Hukum Berobat dengan Darah Manusia ....................................................................... 18

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 21

3.2 Saran ............................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada nabi Muhammad dan
tak ada keraguan didalamnya seperti yang diterangkan dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 2
:

َ‫ْب ۛ ِفي ِه ۛ ُهدًى ِل ْل ُمت َّ ِقين‬ ُ َ‫َٰذَ ِل َك ْال ِكت‬


َ ‫اب ََل َري‬
Artinya : “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”

Segala sesuatu yang sudah ada disemesta ini sudah diterangkan secara jelas dalam Al-Quran
baik yang telah lalu ,sekarang dan masa yang akan datang begitu pula ilmu yang kita pelajari saat
ini mulai dari Matematika, Teknologi, Sains, Ilmu Pengetahuan Modern dan masih banyak lagi
ilmu yang belum diketahui manusia. Kita sebagai manusia mempunyai kewajiban untuk menuntut
ilmu dan mengajarkan ilmu yang telah dimiliki untuk beribadah dan meningkatkan mutu
kehidupan hal tersebut telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an Keberhasilan yang semakin mutakhir
dalam sistem pengobatan belum mampu menjawab secara konfrehensif dalam dunia medis di
Dunia. Penemuan dunia medis masih belum memberikan solusi yang tuntas terhadap beberapa
jenis penyakit seperti HIV/AIDS. Dalam sistem pengobatan suatu macam penyakit terdapat tradisi
masyarakat yaitu keberhasilan mengatasi sakit ringan dengan beristirahat, melakukan proses
pengobatan, menjalani diet, dan lainnya. Namun, kita tidak dapat menampik kemungkinan bahwa
suatu saat, salah satu organ tubuhnya tidak berfungsi lagi dengan baik. Pada saat inilah, tergantung
pada sifat kerusakan organ. Orang itu harus menjalani pembedahan atau mengganti sama sekali
organ tubuhnya yang rusak melalui transplantasi. Mengganti organ tubuh yang sakit atau rusak
sebenarnya sama sekali bukanlah inovasi abad modern. Jeff E. Zhorne pada 2003 menyatakan
bahwa sejak awal abad ke-8 SM, para ahli bedah Hindu telah melakukan transplantasi kulit untuk
mengganti hidung yang hilang karena penyakit sipilis, perang fisik, atau hukuman atas suatu
kejahatan.

1
Autotransplantasi, homotransplantasi (Allotransplantasi), heterotransplantasi adalah
merupakan jenis transplantasi organ lainnya yang juga sudah dikenal di dunia kedokteran
bedah. Pada transplantasi dari manusia ke manusia (alotransplantasi), sering kali terjadi
penolakan. penolakan ini sebagian besar dapat diatasi dengan penyesuaian donor dan
penerima, disertai dengan pemberian obat yang menekan respons imun. Risiko penolakan
pada xenotransplantasi lebih berat karena perbedaan antara donor dan penerima jauh lebih
besar. Xenotransplantasi juga dapat mentransmisikan infeksi (seperti virus) dari binatang ke
manusia. Retrovirus menjadi perhatian utama karena banyak contoh virus pindah dari satu
spesies ke spesies lain dan saling menginfeksi.

Retrovirus tidak selalu menimbulkan tanda atau gejala penyakit yang jelas pada
awalnya. Kalau ada retrovirus saat xenotransplantasi dan menginfeksi penerima, ia dapat
menyebar dan bisa menjadi pembawa infeksi pada populasi yang luas sebelum terjadi infeksi
nyata. Kalau xenotranplantasi menjadi pilihan untuk terapi pada manusia, maka diperlukan
penelitian yang meliputi preklinik dan klinik.

Transplantasi organ di dunia kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan yang mulia
yang bertujuan untuk menyehatkan/mengembalikan fungsi organ seseorang sehingga
kualitas hidup mereka meningkat. Namun, pada pelaksnaanya harus didasarkan atas
peraturan hukum yang berlaku dan standar operasional prosedur yang berlaku di tiap rumah
sakit sebagai pelaksana/ penyedia pelayanan transplantasi organ. Kasus transplantasi organ
yang sering terjadi antara lain adalah transplantasi hati dan ginjal.

Hingga kini, dikenal dua jenis cara donor organ, yaitu lewat organ tubuh yang
didonorkan orang yang masih hidup (ortho living transplantation/OLT) dan organ tubuh
orang yang sudah meninggal (kadaver).

Dalam literatur hadist juga dituturkan peristiwa Ufrajah, seorang sahabat Nabi SAW.
yang kehilangan hidung dalam suatu pertempuran dan diganti dengan hidung palsu dari
perak. Hidung peraknya beberapa waktu kemudian menimbulkan bau yang tidak sedap,
sehingga ia meminta nasihat Nabi SAW. Nabi SAW kemudian menganjurkan agar ia
mengganti hidung perak itu dengan hidung palsu lain dari emas .

2
Stem cell membuka perspektif baru untuk ilmu kedokteran. Mungkin kita bisa
mengembangkan pengobatan baru dengan menggantikan sel-sel yang sudah rusak dengan sel-sel
induk yang berpotensi tumbuh sebagai sel-sel baru yang sehat. Stem cell atau sel punca adalah sel
dengan kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Sel tersebut memiliki
beberapa sifat dasar yang menjadi ciri-cirinya, seperti memiliki kemampuan memperbanyak diri
tanpa merubah sifat morologis termasuk karyotipenya (jumlah kromosomnya) dan dapat
dipertahankan dalam keadaan “tidak terdiferensiasi” untuk jangka waktu yang lama.

Stem cell telah menjadi fokus utama tidak hanya untuk reseachrhers tetapi juga masyarakat
karena potensinya dalam terapi berbasis sel. Tanpa memandang masalah etika seputar sel induk
embrionik manusia, sel induk dewasa manusia menjadi alternatif pilihan untuk transplantasi.
Dalam upaya untuk meminimalkan masalah etika transplantasi sel induk embrio manusia, banyak
breaktroughs telah dilakukan, seperti ANT (Altered Nuclear Transfer) dan IPS (Induced
Pluripotent Stem Cell). Pengembangan teknologi sel punca dalam memproduksi model pengujian
akan banyak membantu dalam pengujian obat potensial, yang dapat mengurangi potensi efek
samping dan jumlah percobaan klinis manusia.

Walaupun kalangan ilmiah pada umumnya tanpa ragu-ragu mendukung penelitian tentang
sel induk embrionik, namun karena karaktersitik penelitian steam cell menggunakan manusia atau
bagian dari manusia sebagai bahan dasarnya. Umumnya kontroversi tersebut berkisar pada
penggunaan stem cell embrio (embryonic stemcell) karena harus merusak atau membunuh embrio
(cabang bayi) dalam proses pengambilannya. Kalangan yang kontra dengan penelitian stem cell
embrio berpendapat bahwa membunuh calon manusia untuk kepentingan Perkembangan sains
dalam ilmu kedokteran telah menemukan sesuatu yang memberikan harapan dalam bidang
pengobatan.

Dalam sistem transplantasi organ yang sudah menjadi salah satu sistem pengobatan sejak
abad ke-8 SM sudah semakin berkembang pesat dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern. Pada tahun 1981 para peneliti menemukan metode pengembangan stem sel
embrio mencit sebagai salah satu bentuk pengembangan dari sistem transplantasi dan memerlukan
waktu 20 tahun untuk menemukan metode tersebut pada manusia. Stem sel merupakan sel induk
yang merupakan cikal bakal sel-sel dalam tubuh lainnya. Pengembangan penelitian dalam dunia
medis memberikan kontribusi dalam kehidupan manusia, salah satu karya yang besar adalah stem

3
sel. Stem sel secara revolusioner membuka peluang untuk memperbaiki kerusakan pada bagian
tubuh dengan menggunakan sel sehat baru dengan cara transplantasi stem sel. Temuan dalam dunia
medis tersebut berperan penting pada regenerasi sel pada beberapa penyakit.

Sistem pengobatan untuk beberapa penyakit-penyakit seperti gangguan fungsi hati, ginjal
terminal, jantung kronik serta stroke menjadi target pencapaian stem sel, maka angka harapan
hidup semakin meningkat. Bahkan penggunaan stem sel pada penyakit neurologi lainnya menjadi
fokus utama pada beberapa penelitian. Penemuan teknologi stem sel sungguh suatu terobosan luar
biasa di dunia kedokteran. Dengan sebuah sel inti, penyakit yang tidak bisa disembuhkan seperti
Parkinson dan Alzheimer, suatu saat mungkin bukan lagi menjadi penyakit yang sulit diatasi.
Transplantasi stem sel tidak diperlukan donor tertentu yang memiliki kesesuaian untuk dilakukan
transplantasi. Secara medis Stem sel memang memiliki karakteristik istimewa hingga bisa
digunakan sebagai ‘solusi’ untuk penyakit yang hingga kini tidak dapat disembuhkan.

4
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan stem cell ?


2. Apa manfaat dari stem cell ?
3. Bagaimana hukum stem cell menurut Al-Qur’an ?
4. Bagaimana dampak stem cell ?
5. Hukum berobat dengan darah manusia ?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan yang ingin dicapai dalm penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang stem cell


2. Untuk memahami lebih mendalam mengenai stem cell dalam prespektif islam
3. Untuk mengetahui kolerasi atau hubungan stem cell dalam islam

1.4 Manfaat Makalah

Berdasarkan topik yang penulis angkat dalam makalah ini, manfaat yang didapat antar lain:

1. Agar dapat mengerti apa yang dimaksud dengan stem cell


2. Agar dapat mengetahui apa fungsi dari stem cell
3. Agar pembaca mengerti bagaimana hukum penggunaan stem cell dalam Islam
4. Agar pembaca mengetahui apa dampak positif dan negatif dari stem cell

5
1.5 Metode penulisan

Dalam penulisan makalah ini, metode penulisan yang digunakan adalah :

1. Metode Pustaka

Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka
yang berhubungan dengan masalah yang dibahasa, berupa jurnal.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder, yang diperoleh dari buku-
buku literatur.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan maklah ini, yaitu :

BAB I : Pedahuluan

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan makalah, manfaat makalah,
metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Pembahasan

Bab ini menjelaskan secara rinci tentang stem cell dalam perspektif islam manfaat
stem cell,hukum stem cell dalam Al-Qur’an, dan dampak stem cell.

BAB III : Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai stem cell dalam perspekti islam, serta
saran-saran yang penulis berikan dalam pemecahan masalah stem cell dalam
perspektif islam.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stem Cell

Sesuai dengan kata yang menyusunnya (stem = batang; cell = sel), stem cell adalah sel
yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubuh organisme,
termasuk manusia. Seperti batang pohon yang menjadi tumpuan bagi pertumbuhan ranting dan
daunnya, stem cell juga merupakan awal dari pembentukan berbagai jenis sel penyusun tubuh
(Halim dkk., 2010).

Stem cell merupakan sel dari embrio, fetus, atau sel dewasa yang berkemampuan untuk
memperbanyak diri sendiri dalam jangka waktu yang lama, belum memiliki fungsi spesifik, dan
mampu berdiferensasi menjadi tipe sel tertentu yang membangun sistem jaringan dan organ dalam
tubuh (Rantam dkk.,2009).

Padanan kata stem cell dalam bahasa Indonesia antara lain: sel punca, sel induk, sel dasar,
sel stem, sel tunas, sel promordial, dan sel batang. Hasil konsultasi Komisi Bioetika Nasional
(KBN) dengan Pusat Bahasa diusulkan bahwa istilah sel punca atau sel batang sebagai padanan
baku Bahasa Indonesia untuk stem cell. Selanjutnya, KBN memilih sel punca sebagai padanan
baku untuk stem cell dalam Bahasa Indonesia (Soenarso dkk., 2007).

Karakteristik sel punca antara lain yaitu (Budiman, 2016) :

a. Mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi.


Sebagian besar sel dalam tubuh mempunyai bentuk dan fungsi yang tidak dapat diubah.
Sebagai contoh, sel saraf sudah berkembang sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk
dan fungsi yang khusus dan tidak dapat diubah bentuk dan fungsinya menjadi sel lain. Sel
punca mempunyai karakteristik yang berbeda dengan sel tubuh yang sudah matang, sel punca
merupakan sel yang berada pada stadium awal perkembangan sel, belum mempunyai bentuk
dan fungsi yang khusus.

7
Sel punca mampu berkembang (berdiferensiasi) menjadi sel yang lainnya. Dalam hal
ini sel punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel
otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain.

b. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-regenerate/self-


renew).
Dalam hal ini sel punca mempunyai kemampuan untuk dapat membuat salinan sel yang
persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel (Budiman, 2016).

2.2 Jenis-Jenis Stem cell

Jenis-jenis stem cell berdasarkan potensi atau kemampuan berdiferensiasinya yaitu (Virgi,
2006) :

1. Totipotent.
Dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam stem cell totipotent
adalah zigot (telur yang telah dibuahi).
2. Pluripotent.
Dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal: ektoderm, mesoderm, dan endoderm,
tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembryonik seperti plasenta dan tali pusat. Yang
termasuk stem cell pluripotent adalah embryonic stem cells.
3. Multipotent.
Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic stem cells.
4. Unipotent.
Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan non-stem cell, stem cell
unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-
renew).

8
Jenis-jenis stem cell berdasarkan sumbernya yaitu (Virgi, 2006) :

1. Zygote.
Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur.
2. Embryonic stem cell.
Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50 – 150 sel
kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa
embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah dikembangkan
teknik pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga
dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat mengurangi
kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
3. Fetus.
Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
4. Stem cell darah tali pusat.
Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem cell dari darah
tali pusat merupakan jenis hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis stem
cell ini ke dalam adult stem cell.
5. Adult stem cell.
Adult stem cell yaitu sel yang diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari:
a. Sumsum tulang
Stem cell dari sumsum tulang ada 2 jenis meliputi:
- hematopoietic stem cell, selain dari darah tali pusat dan dari sumsum tulang,
hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari darah tepi.
- stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem cell.
b. Jaringan lain pada dewasa seperti pada susunan saraf pusat, adiposit (jaringan lemak),
otot rangka, dan pankreas.

Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi menjadi sel yang
sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan
lain. Misalnya: neural stem cell dapat berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari
sumsum tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya

9
2.3 Manfaat Stem Cell dalam Dunia Kedokteran

Para ahli di bidang kedokteran sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk
menggunakan stem cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cell untuk
mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip terapi adalah dengan melakukan
transplantasi stem cell pada organ yang rusak. Tujuan dari transplantasi stem cell ini adalah:

1. Mendapatkan pertumbuhan dan pekembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan atau organ
tubuh manusia.
2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel-sel
baru yang ditransplantasikan.

Peran stem cell dalam riset antara lain yaitu (Virgi, 2006) :

1. Terapi Gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa
transgen ke dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem cell ini
berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai
sifat self renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang,
selain itu hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel,
sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker.
Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai
jaringan .
4. Terapi sel berupa replacement therapy. Oleh karena stem cell dapat hidup di luar organ tubuh
manusia misalnya di cawan petri, maka dapat dilakukan manipulasi terhadap stem cell itu
tanpa mengganggu organ tubuh manusia. Stem cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat
ditransplantasi kembali masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit
tertentu.

Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell (Virgi, 2006) :

10
1. Penyakit autoimun. Misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah
diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum
tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan
dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh
sel-sel imun matur yang tidak mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen).
Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi
ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga sistem imun tubuh
kembali seperti semula.
2. Penyakit degeneratif. Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga
bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah dimanipulasi
dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut dapat berdiferensiasi
menjadi sel-sel organ tertentu yang menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat
penyakit degeneratif.
3. Penyakit keganasan. Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun.
Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah
lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya.

Ada beberapa alasan penggunaan stem cell dalam Cell Based Therapy (Virgi, 2006):

1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi dapat bersifat
autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi organ yang
membutuhkan organ donor yang sesuai (match), transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa
organ donor yang sesuai.
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam jumlah besar
dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit yang tersisa tidak
cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metode
transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di atas.

4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan dan berinteraksi
dengan jaringansekitarnya.

11
Keuntungan dan kerugian pemakaian jenis stem cell tertentu dalam Cell-based Therapy
(Virgi, 2006) :

1. Keuntungan embryonic stem cell:


- Mudah didapat dari klinik fertilitas.
- Bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh.
- Immortal. Berumur panjang, dapat berproliferasi beratus-ratus kali lipat pada kultur.
- Reaksi penolakan rendah.
2. Kerugian embryonic stem cell:
- Dapat bersifat tumorigenik. Artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tak
berdiferensiasi dapat menimbulkan kanker.
- Selalu bersifat allogenik sehingga berpotensi menimbulkan penolakan.
- Secara etis sangat kontroversial.
3. Keuntungan umbilical cord blood stem cell (stem cell dari darah tali pusat):
- Mudah didapat (tersedia banyak bank darah tali pusat).
- Siap pakai, karena telah melalui tahap prescreening, testing dan pembekuan.
- Kontaminasi virus minimal dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.
- Cara pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti donor.
- Risiko GVHD (graft-versus-host disease) lebih rendah dibandingkan dengan
menggunakan stem cell dari sumsum tulang, dan transplantasi tetap dapat dilakukan
walaupun HLA matching tidak sempurna atau dengan kata lain toleransi terhadap
ketidaksesuaian HLA matching lebih besar dibandingkan dengan stem cell dari sumsum
tulang.
4. Kerugian umbilical cord blood stem cell:
- Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik yang tidak
terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan follow up setelah donor beranjak dewasa.
- Jumlah stem cell relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah stem cell
yang diperlukan resipien dengan yang tersedia dari donor, karena jumlah sel yang
dibutuhkan berbanding lurus dengan usia, berat badan dan status penyakit.
5. Keuntungan adult stem cell:
- Dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan imun.
- Sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih sederhana.

12
- Secara etis tidak ada masalah.
6. Kerugian adult stem cell:
- Jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur sehingga sulit
mendapatkan adult stem cell dalam jumlah banyak.
- Masa hidupnya tidak selama embryonic stem cell.
- Bersifat multipoten, sehingga diferensiasi tidak seluas embryonic stem cell yang bersifat
pluripoten.

2.4 Hukum Penggunaan Stem Cell Menurut Islam

Pandangan agama Islam sebagai salah satu agama yang sangat memperhatikan moral dan
etika terhadap penelitian stem sel. Selain itu, Islam adalah agama yang berdasarkan pada akal,
seperti sabda nabi bahwa tiada agama bagi yang tiada berakal. Sebagai agama yang berdasarkan
akal tersebut, Islam sangat mendukung ilmu pengetahuan dengan menganjurkan pemeluknya
(muslimin dan muslimah) untuk terus mempelajari ilmu pengetahuan tersebut dimulai dari usia
yang sangat dini (dalam ayunan) sampai mati. Selain itu, ayat Al Qur’an yang pertama diturunkan,
yaitu Iqra, memerintahkan agar umat Islam mendalami ilmu dengan membaca ayat-ayat Allah,
baik ayat-ayat kauliyah (Al Qur’an) maupun ayat-ayat kauniyah (alam). Selanjutnya, banyak sekali
ayat-ayat Al Qur’an yang memerintahkan manusia untuk berfikir dan mempelajari ilmu
pengetahuan yang Allah SWT tunjukkan, termasuk ilmu pengetahuan berhubungan dengan
makhluk hidup (misalnya penciptaan, tingkah laku, pertumbuhan, dan sebagainya). Tidak
terkecuali tentunya dengan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan stem cell research,
apalagi di dalam ilmu tersebut terkandung manfaat yang sangat besar bagi berjuta umat manusia
yang mengalami penderitaan akibat sakit yang tiada berkesudahan dan sulit dicari obatnya.

Walaupun tidak secara gamblang dinyatakan di dalam Al Quran mengenai stem cell research,
namun sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, stem cell research mendapat kedudukan yang mulia
dalam pandangan Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk mempelajari ilmu tersebut secara
mendalam sebagai pengabdian terhadap kekuasaan Allah (Hablumminallah) dan juga sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap sesama manusia (hamblumminannas).

Namun sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, agama Islam juga tidak
melupakan nilai moral dan etika dalam penelitian tersebut. Karena belum ada hukum Islam yang

13
mengatur mengenai Stemcell research, maka masalah ini akan menimbulkan pro dan kontra pada
banyak ulama dan ahli fiqh terutama pada penggunaan embryonic stem cell.

Secara hukum, penggunaan embryonic stem cells lebih dekat dengan hukum menggugurkan
kandungan yang diharamkan menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Musyawarah
Ulama tahun 1972 dan Musyawarah Nasional (Munas) MUI tahun 1983. Namun Fatwa MUI
tersebut ada pengecualiannya yaitu memperbolehkan menggugurkan kandungan apabila
kandungan tersebut membahayakan si ibu atau membawa penyakit menular yang berbahaya.
Karena pengguguran kandungan untuk tujuan riset (stemcell research) sangatlah berbeda dengan
pengguguran kandungan dengan alasan kesehatan, maka diperlukan hukum atau dalil tersendiri
untuk memutuskan boleh tidaknya stemcell research dengan menggunakan embryonic stemcell
dari hasil menggugurkan kandungan. Tidak disangsikan lagi, hukum tersebut akan menimbulkan
perdebatan yang cukup alot antara kubu yang pro dan kontra stem cell research. Apapun
keputusannya, stemcell research dengan menggunakan embryonic stem cell kemungkinan besar
akan terus berlanjut.

Pemanfaatan janin yang mengalami keguguran atau janin sisa hasil pembuahan bayi tabung
untuk kepentingan stem cell research mungkin tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Janin
tersebut lebih berguna daripada dibuang secara sia-sia. Pemanfaatan tersebut dapat juga menjadi
ibadah bagi pelakunya karena digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Khusus mengenai
bayi tabung, fatwa MUI memperbolehkan asal sel telur dan sperma untuk membuat bayi tersebut
adalah dari kedua orang tua yang sah menurut hukum Islam, sehingga janin sisa tersebut dapat
digunakan untuk kepentingan stemcell research.

Pembuatan stem cell melalui SCNT (kloning) mempunyai tendensi untuk menimbulkan
perdebatan yang sengit pula. Selama ini belum ada fatwa ataupun hukum fiqih yang mengatur
mengenai kloning tersebut. Walaupun demikian, sebagian besar ulama mengharamkan kloning
dengan alasan proses tersebut tidak melalui hukum Islam (misalnya perkawinan) dan ikut
campurnya pihak ketiga dalam proses reproduksi tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwa
kloning untuk keperluan stem cell research mungkin berbeda dengan kloning untuk mendapatkan
keturunan yang dalam hukum Islam harus melalui ikatan perkawinan. Pencipataan manusia dalam
Islam jelas hanya oleh Allah SWT sebagai yang terkandung dalam Al Qur’an surat An Nisa ayat
1 yang memiliki arti sebagai berikut:

14
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari jiwa
yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Jika dirunut secara teliti, proses kloning menurut banyak pemuka agama Islam menganggap
sebenarnya fenomena tersebut merupakan pembuktian kebenaran Al Qur’an dalam proses
pembuahan Nabi Isa A.S., yang tiada berayah. Penciptaan Nabi Isa A.S. yang tanpa seorang bapak
memunculkan persepsi seperti itu, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Imran ayat
47.

[3.47]. Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak
menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.

Dalam Islam, niat merupakan sesuatu yang sangat fundamental. Dengan demikian, niat
dalam melaksanakan stem cell research tersebut sangat menentukan baik buruknya stem cell
research. Apabila stem cell research digunakan untuk membantu umat manusia, misalnya
menyembuhkan manusia dari berbagai penyakit, maka kegiatan tersebut adalah sangat baik dan
Allah SWT akan memberikan anugerah terhadap amalnya tersebut. Hal tersebut sebagaimana
disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut;

Artinya : Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As
Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi Al Hikmah itu, ia
benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (QS Al-Baqarah 2:269).

Sebaliknya, apabila digunakan untuk kejahatan (misalnya menciptakan monster yang


mengganggu umat manusia), maka kegiatan tersebut sangat berlawanan dengan ajaran Islam dan
wajib untuk ditentang. Pengambilan dan penggunaan embryonic stem cell untuk stem cell research
tersebut perlu diperhitungkan pula dalam pembuatan fatwa tersebut. Yang masih menjadi sebuah
polemik dalam islam adalah cara pengambilan tersebut disamakan dengan pembunuhan
(pengorbanan/sacrifice) ataukah tidak, dan masalah batasan umur janin yang boleh digugurkan

15
(Note: embryonic stemcell diambil dari janin yang masih sangat muda, sekitar 4 s/d dibawah 3
bulan). Banyak kalangan yang berpendapat bahwa sebelum ditiupkan ruh ke dalam janin tersebut
(sekitar hari ke 40), maka janin tersebut belum merupakan manusia, sehingga mengambil janin
dibawah usia tersebut tidak dianggap sebagai pembunuhan (Tadjudin, 2006).

Karena perbedaan tersebut, maka sangatlah baik lagi apabila tokoh-tokoh Islam, misalnya
Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengatur atau mengeluarkan fatwa mengenai stem cell research
tersebut termasuk cara mendapatkan embryonic stem cell dan penggunaannya yang tidak
bertentangan dengan moral dan etika Islam. Aturan dan fatwa tersebut dapat menjadi acuan bagi
pemerintah untuk membuat peraturan mengenai stem cell research, dan sekaligus acuan buat kaum
muslim yang terlibat dalam penelitian tersebut. Sebelum menerbitkan fatwa tersebut, ada baiknya
agar MUI mempelajari lebih jauh mengenai stemcell research, mencari masukan serta mengambil
nasehat dari ahli-ahli biologi atau kedokteran yang terlibat dalam penelitian tersebut. Sehingga,
fatwa dari MUI tersebut dapat menjadi arahan moral dan etika yang sangat berharga bagi
pelaksanaan stem cell research (Sofyan, 2008).

2.5 Dampak Stem Cell

Umumnya, setiap teknologi memiliki kekurangan dan kelebihannya tersendiri. Begitu juga dengan
teknologi stem cell yang memiliki kekurangan dan kelebihan.

 Dampak Positif dalam Penggunaan Stem Cell

Stem cell pada embryonic stem cell :

1) Representatif dari klinik fertilitasi


2) Bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh.
3) Immortal, dapat berproliferasi beratus/ratus kali lipat pada kultur
4) Reaksi penolakan rendah

Stem cell pada umbilical cord blood (stem cell stem cell dari darah tali pusat) :

1) Mudah didapat (tersedia banyak bank darah tali pusat).


2) Siap pakai, karena telah melalui tahap prescreening, testing,dan pembekuan.
3) Kontaminasi virus minimal dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.

16
4) Cara pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti pendonor.
5) Risiko GVHD (graft-versus-host disease)lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan
stem celldari sumsum tulang' dan transplantasi tetap dapat dilakukan walaupun HLA
matching tidak sempurna atau dengan kata lain toleransi terhadap ketidaksesuaian HLA
matching lebih besar dibandingkan dengan stem celldari sumsum tulang.

Stem sell pada adult stem cell:

1) Dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan imun.
2) Sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih sederhana.
3) Secara etis tidak ada masalah.

 Dampak Negatif dalam Penggunaan Stem Cell

Stem cell pada embryonic stem cell :

1) Dapat bersifat tumorigenik, Artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tak berdiferensiasi
dapat menimbulkan kanker.
2) Selalu bersifat allogenik sehingga berpotensi menimbulkan penolakan.
3) Secara etis sangat kontroversial.

Stem sell pada umbilical cord blood stem cell:

1) Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik yang tidak terdeteksi
saat lahir sehingga diperlukan follow up setelah donor beranjak dewasa.
2) Jumlah stem cell relatif terbatas sehingga ada ketidak sesuaian antara jumlah stem cell yang
diperlukan resipien dengan yang tersedia dari donor karena jumlah sel yang dibutuhkan
berbanding lurus dengan usia,berat badan, dan status penyakit.

Stem sell pada adult stem cell :

1) Jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur sehingga sulit mendapatkan
adult stem celldalam jumlah banyak.
2) Masa hidupnya tidak selama embryonic stem cell.

17
3) Bersifat multipotensi, sehingga diferensiasi tidak seluas.

2.6 Hukum Berobat dengan Darah Manusia

Dalam permasalahan ini, para ulama sudah banyak menyampaikan fatwanya tetang
pengobatan menggunakan darah. Terdapat dua pendapat didalam kalangan para ulama mengenai
darah itu najis atau tidak.

1) Ulama yang berpedapat bahwa darah itu najis :

Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya “Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam
wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi
karena sesungguhnya semua itu kotor.” (Al An’am: 145).

Bahkan Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan ijma’ bahwa darah adalah najis. Beliau
berkata, “Dalil-dalil mengenai kenajisan darah jelas, aku tidak mengetahui adanya khilaf salah
satupun di antara kaum muslimin”. Imam Ahmad rahimahullah ditanya mengenai darah, “apakah
darah dan muntahan sama menurutmu?”, Beliau menjawab: “Darah tidak diperselisihkan oleh
manusia (kenajisannya), adapun muntahan maka diperselisihkan.”

Begitu juga Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditanya: “Orang yang ada sedikit darah
di bajunya, apakah ini shalat dengan baju tersebut atau ia menunggu (misalnya kedaaan dokter
setelah operasi) sampai ada baju yang bersih baginya?”.Beliau menjawab:“Ia shalat dengan
keadaannya saat itu jika tidak memungkinkan membersihkan/mencucinya atau menggantinya
dengan yang bersih/suci, ia shalat sebelum keluar waktunya. Berdasrakan firman Allah Ta’ala,
“bertakwalah semampu kalian” (At-Taghabun: 16). “

Wajib bagi seorang muslim agar mencuci dan membersihkan darah atau menggantinya
dengan pakaian yang bersih jika ia mampu. Jika tidak mampu maka ia shalat sebagaimana
keadaannya. Ia tidak perlu mengulang shalatnya sebagaimana keterangan dari ayat dan
sebagaimana pula Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ما نهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم‬

“Apa yang aku larang maka jauhilah dan apa yang aku perintahkan maka lakukanlah sesuai dengan
kemampuan kalian” (Muttafakun ‘alaihi)

18
2) Ulama yang berpendapat darah tidak najis

Pendapat ini lebih kuat dari pendapat yang mengatakan bahwa daram itu hukumnya najis
dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut.

 Hukum asal sesuatu suci sampai ada dalil yang mengharamkan


 Makna najis (dalam surat Al-An’am 145) maknanya bukan najis secara hakikat akan tetapi
najis maknawi. Sebagaiman Allah Ta’ala berfirman tentang kaum munafikin, “Berpalinglah kalian
darinya karena sesungguhnya mereka adalah najis,” (QS. At-Taubah: 95) yakni najis kekafirannya
tapi tidak kafir tubuhnya.
 Para sahabat dahulunya berperang dengan luka di tubuh dan baju tetapi tidak ada perintah
untuk membesihkannya.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Kaum muslimin (yaitu para sahabat) biasa
mengerjakan shalat dalam keadaan luka.”

Begitu juga kisah ketika Umar bin Khattab ditusuk oleh Abu Lu’luah, beliau berkata, “Tidak
ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” Lalu ‘Umar shalat dalam keadaan
darah yang masih mengalir.” Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
berkata,“Perlu diketahui bahwa darah yang keluar dari manusia selain dua jalan (keluar dari qubul
dan dubur) tidak membatalkan wudhu baik sedikit ataupun banyak semisal darah mimisan dan
darah yang keluar dari luka.”

Bila seseorang mengambil pendapat bahwa darah itu najis maka jelas tidak bisa
menggunakan darah untuk pengobatan, sedangkan untuk orang yang mengambil pendapat bahwa
darah itu tidak najis maka bisa menggunakan darah untuk pengobatan dengan memperhatikan
kaidah-kaidahnya. Secara umum darah diharamkan untuk dimakan sebagaimana dalam ayat
berikut,“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi…” (QS.
Al- Baqarah: 173). Ulama menjelaskan suatu kaidah berdasarkan hadits, jika sesuatu diharamkan
memakannya maka di haramkan juga untuk menjualnya dan memanfaatkannya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya jika Allah mengharamkan kepada suatu
kaum memakan sesuatu maka (Allah) haramkan harganya atas mereka”.

Syaikh Abdullah Al-Faqih menjelaskan, “Adapun menjual darah maka tidak ada khilaf para
ulama akan keharamannya, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkan darah, dan
menegaskan haramnya langsung dinisbatkan pada dzatnya (yaitu darah), maka haram di sini

19
mencakup secara umum penggunaan dari berbagai bentuk pemanfaatan” Adapun jika daurat dan
hanya jalan satu-satunya, maka boleh menggunakan darah sebagaimana fatwa ulama yang sudah
sangat banyak mengenai bolehnya tranfusi darah manusia asalkan darah tersebut tidak diperjual-
belikan. Allah Ta’ala berfirman. “Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkanNya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya” (Al-An’am : 199)

Ibnu ‘Abidin berkata,“Boleh berobat dengan meminum kencing, darah, mengkonsumsi


mayat, jika memang diberitahu oleh dokter muslim yang terpercaya dan tidak didapatkan obat
mubah lainnya”. Demikian juga diriwayatkan oleh Abdurrazzak dalam mushannafnya, “Seseorang
datang kepada ‘Atha, ia menyayat menggores tubuhnya tubuh di atas area hati/hepar untuk
mengeluarkan darah, kemudian ini meminumnya karena penyakit yang ia derita,kemudian ‘Atha
memberikan rukhsah/keringanan dalam hal ini. Kemudian Ibnu Juraij berkata: ‘Allah telah
mengharamkannya’ ‘Atha berkata: ‘Itu darurat’. Ibnu Juraij berkata lagi: ‘Itu Jika diketahui bisa
menjadi obat, akan tetapi ini belum tidak diketahui khasiatnya.” Dari sini bisa kita simpulkan
bahwa memanfaatkan darah hukum asalnya adalah haram, kecuali jika keadaan darurat dan
merupakan satu-satunya jalan. Untuk hal sepele contohnya seperti operasi kecantikan tidak
dibenarkan menggunakan darah sebagai pengobatan karena tidak termasuk kategori darurat.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stem cell adalah suatu sel yang memunyai sifat self renewal (memperbaharui diri) atau
biasa disebut totipotensi dan sifat plastisitas yang dapat berdiferensiasi serta memperbanyak diri
menjadi berbagai macam sel untuk membentuk individu.

Berdasarkan kemampuan diferensiasi, stem sel terbagi menjadi 4, yaitu :


1. Sel totipotent: bisa menjadi semua jaringan, misalnya: sel zygot.
2. Sel pluripotent: bisa menjadi banyak jaringan, misalnya: inner cell mass dari embrio berumur
>4 hari sampai dengan 3 bulan yang biasa disebut dengan embrionic stem cell.
3. Sel multipotent: hanya mampu membentuk beberapa jaringan, misalnya: sel darah atau sel
yang sudah dewasa yang biasa disebut adult stem cell.
4. Sel unipotent: sel induk yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu,sehingga
hanya mampu membentuk sel yang sama, tetapi memiliki kemampuan memperbarui diri
yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel induk.

Hukum penggunaan stem cell dalam pandangan Agama Islam adalah mubah atau boleh
dilakukan, jika dilakukan tidak mendapat pahala dan jika tidak dilakukan tidak mendapat dosa.
Hukum dalam konteks ini adalah stem cell yang digunakan adalah adult stem cell yang digunakan
untuk pengobatan dan bersifat darurat.

Namun, jika stem cell dipergunakan untuk hal yang dapat merugikan umat manusia maka
hukumnya adalah haram dan menyebabkan dosa seperti penggunaan embryonic stem cell karena
stem cell embrional memang menimbulkan mudarat pada embrio karena memanipulasi embrio
serta bersifat teratogenik (dalam bahasa yunani "membuat monster") yang menyebabkan sel
berkembang dengan tidak normal yang menyebabkan kerusakan. Kemudaratan membiarkan
pasien dengan penyakit yang menimbulkan penderitaan berkepanjangan jauh lebih besar
dibandingkan dengan kemudaratan stem cell embrional untuk kepentingan pengobatan,tetapi suatu
kemudaratan tidak boleh dihilangkan dengan menimbulkan kemudaratan yang lain, sehingga
hukum stem cell embrional menjadi haram menurut para alim ulama.

21
3.2 Saran
Teknologi dalam bidang kesehatan selalu berkembang dan metode terapi stem cell
merupakan terobosan yang inovatif dan efektif dalam menyembuhkan beragam penyakit. Maka
kita juga bisa turut berpartisipasi dalam mengikuti perkembangannya. Namun, dalam
mendapatkan stem sell banyak terjadi pro dan kontra. Hukum dari penggunaan stem cell
tergantung pada niatnya, jika untuk keperluan mendesak seperti pengobatan suatu penyakit atau
penelitian ilmu pengetahuan maka boleh dilakukan dan haram jika menentang takdir Allah dan
menunjukkan keangkuhan manusia, oleh karena itu niatkan dengan yang baik. Stem cell baik untuk
tujuan pengobatan maupun penelitian tergolong sebagai hajat dalam dunia kedokteran, maka dari
itu kita harus turut berpartisipasi dalam mendukung dan membantu tercapainya terobosan baru
stem cell yang baik dan halal untuk masa depan.

22
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Literasi

Schneider M, Angele P, Järvinen TAH, Docheva D. 2018. Rescue plan for Achilles:
Therapeutics Steering The Fate and Functions Of Stem Cells in Tendon Vol 129.

Atmosukarto, Ines. 2005. Penelitian Berbasis Stem Cell : Harapan dan Kontroversinya.
BioTrends.

Sandra Ferry, Murti Harry, Aini Nurul, Sardjono Caroline, Setiawan B.2008. Potensi Terapi
Sel Punca dalam Dunia Kedokteran dan Permasalahannya.

Halim D, Murti H, Sandra F, Boediono A, Djuwantono T, Setiawan B. 2010. Stem cell: Dasar
Teori dan aplikasi Klinis. Jakarta : Erlangga.

Rantam FA, Ferdiansyah, Nasronudin, Purwati. 2009. Stem cell exploration method of
isolation andculture.

Soenarso WS, Rahayu EC, Sriharjo S. 2007. Prospek dan tinjauan bioetik pengambangan
teknologi kloning sel punca untuk terapi di bidang kedokteran. Deputi Bidang Pengembangan
Sistem Iptek Nasional. Kementrian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta.

Hartono, B. Sel Punca : Karakteristik, Potensi dan Aplikasinya. J. Kedokt Meditek 2016 Vol.
1 No. 60 : 73.

Saputra, V. Dasar-dasar stem cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu kedokteran. Cermin
Dunia Kedokteran 2006 No. 153 : 21-23.

Al-Bagha, Mustofa Daib. Mukhtashar Shohih Bukhari, Cet 7. Beirut: al Yamamah Li at-

Thiba’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1999.

23
Al-Burnu, Muhammad Shiddiq bin Ahmad. Al-Wajiz Fi Idhahi Qawa’id al-Fiqh al-Kulliyah.

Beirut: Muassah al-Risalat, 1996.

Fadel, Hossam E. Prospects and Ethics of Stem Cell Research; an Islamic Perpective, Jima,39.

May 2007.

Al-Fanjari, Ahmad Syauqi. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Jusuf, Ahmad Aulia. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) Dan Potensi

Pengembangannya. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Dipresentasikan pada diskusi panel Realitas baru dan prospek perkembangan seputar terapi sel

punca (Stem Cell), Sabtu 24 Mei 2008. Jakarta: R. Rapat PB IDI.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI 2012

,Tafsir al-Qur’an Tematik. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan

Diklat Kementrian Agama RI, 2012.

Al-Maliki, Abu Abdillah, Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi. Al-Jami' Li

Ahkamil Qur'an Wal Mubayyin Li Ma Tadhommanahu Minas Sunnati Wa Ayil Qur'an, jilid 6.

Beirut – Lebanon: Mu'assisah Ar-Risalah.

Muslim, Imam abi al-Husain. Shohih Muslim, Cet. 1. Riyadh: Dar al-Salam Li al-Nasyr wa al-

Tauzi’, 1998.

Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, penerjemah Mudzakir AS. Bogor: Litera

Antar Nusa,2013.

B. Internet

24
http://islamqa.info/ar/ref/3794

http://www.binbaz.org.sa/fatawa/2458

http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=7041

25

Anda mungkin juga menyukai