Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengobatan Alternatif / Komplementer

Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan tradisional yang kembali digunakan


sebagai alternatif dari pengobatan konvesional. Dengan semakin banyaknya penelitian
mengenai cara pengobatan ini yang terbukti relatif ampuh dan aman menurut persyaratan
pengobatan modern, banyak dari cara pengobatan tradisional tersebut yang diambil sebagai
terapi pendamping atau komplemen (complement), sehingga berkembang menjadi CAM
(Complementary and Alternative Medicine) (Handoko, 2008).

Dengan perkembangan baru itu, pemilihan terapi tradisional menjadi lebih jelas
antara yang dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai terapi yang sudah diakui
dan yang masih terdaftar saja karena belum didukung dengan data penelitian yang akurat.
Dalam pengertian itu, pengobatan kompementer adalah pengobatan tradisional yang sudah
diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional yang diberikan dokter,
misalnya akupunktur dan hipnosis. Sedangkan terapi alternatif adalah pilihan pengobatan
yang tidak dilakukan dokter pada umumnya, tetapi oleh dokter khusus (naturopathy dan
homeopathy) dengan pendidikan yang berbeda, atau praktisi yang menguasai keahliannya
melalui pendidikan lain (sinshe dan tabib) (Handoko, 2008).

Pengobatan komplementer tradisional – alternatif adalah pengobatan non


konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik dan belum diterima dalam kedokteran konvensional (Handoko, 2008).

Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan Permenkes RI,


Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah (Handoko, 2008) :

1
a. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa, dan yoga.
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurveda.
c. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat
urut.
d. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah.
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient.
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EECP.

Di Indonesia hasil pengobatan komplementer tradisional – alternatif sudah banyak


dilakukan selama lebih dari satu dekade dan dijadikan bahan analisis kajian dan
penentuan kebijakan lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitas pengobatan
komplementer tradisional – alternatif. Selama ini masalah dan hambatannya adalah
(Handoko, 2008):

a. Belum menjadi program prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.


b. Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan komplementer
tradisional – alternatif.
c. Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan.
d. Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan bimbingan.
e. Masih terbatasnya pengembangan program Pelayanan Kesehatan Komplementer
Tradisional Alternatif di Pusat dan Daerah.
f. Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk Pelayanan Kesehatan Komplementer
Tradisional Alternatif.
g. Fungsi SP3T dalam penapisan Pelayanan Kesehatan Komplementer Tradisional
Alternatif belum berjalan sesuai harapan.

Selain fitoterapi, yang merupakan pendekatan logis dan berbasis ilmiah untuk
penggunaan tumbuhan obat dalam pengobatan dan penyegahan penyakit,I Negara-
Negara berkembang ada metode pelayanan kesehatan lain yang melibatkan
penggunaan tumbuhan.

2
Berbagai metode ini didasarkan pada filosopi mengenai kesehatan danpenyakit
yang pada dasarnya berbeda dengan metode pengobatan ilimiah konvensional.
Metode konvensional yang paling populer di cantum kan di bawah ini, dan masing-
masing metode akan di bahas pada bab ini (Heinrich et al., 2009) :

a. Herbalisme medis
b. Hemeopati
c. Pengobatan antroposofis
d. Terapi pengobatan bunga
e. Akupuntur
f. Hipnoterapi
g. Ayuverda

2.2. Perbedaan Pengobatan Alternatif / Komplementer dengan Pengobatan Konvensional


Kebanyakan dari pengobatan alternatif yang terkenal, menggunakan prinsip – prinsip
praktik dasar yang berbeda dari prinsip dan praktik dasar pengobatan paliatif yang
konvensional. Hal – hal itu adalah (Hadibroto dkk, 2006) :
a. Kemampuan penyembuhan yang alami
b. Orientasi pada pasien ketimbang orientasi pada dokter
c. Untuk mencapai hasil, pengobatan alternatif mengambil waktu yang lebih lama
d. Penggunaan bahan – bahan yang alami dan utuh
e. Standar kesehatan yang lebih tinggi
f. Digunakan terutama untuk penyembuhan penyakit kronis
g. Fokus pada pencegahan dan penyebab penyakit
h. Pendekatan yang holistik
i. Kemampuan tubuh untuk mengatasi penyakit
j. Bahan – bahan yang alami untuk pengobatan
k. Setiap pasien adalah individu yang unik
l. Dasar kondisi sehat adalah lancarnya aliran energi
m. Pasien sebaiknya aktif dalam upaya penyembuhan sendiri
n. Lebih memegang prinsip first do no harm

3
o. Perhatian yang lebih penuh pada pasien

2.3. Lingkupan Pengobatan Alternatif / Komplementer


2.3.1. Akupuntur
Di Cina, praktek akupunktur telah dimulai dari zaman batu dengan menggunakan batu
tajam atau Bian Shi. Jarum batu Akupunktur yang diperkirakan sudah ada sejak 3000 SM ditemukan
oleh ahli arkeolog di pedalaman Mongolia.Pengobatannya sangat individudan dilakukan
berdasarkan intuisi, subjektif dan pengalaman pribadi, bukan atas dasar penelitian medis. Akupuntur
melibatkan penusukan jarum dalam berbagai ukuran ke dalam “titik meridian” dalam
tubuh manusia dengan tujuan untuk mengalihkan Chi (energi vital tubuh) untuk
meningkatkan keseimbangan tubuh atau mengembalikan kesehatan tubuh (Hadibroto dkk,
2006).
Titik Meridian adalah jalur yang sangat penting dalam tubuh manusia sebagai tempat
mengalir Chi. Chi mengalir dalam tubuh manusia memberikan energi vital untuk organtubuh agar
organ-organ tubuh dapat berfungsi dengan baik.Maka sangat penting untuk memastikan bahwa Chi
dapat mengalir dengan bebas untuk memastikan bahwa struktur dan fungsi organ tubuh bagian
dalam bekerja dengan efektif (Hadibroto dkk, 2006).
Jarum ditusukkan ke titik meridian untuk mempengaruhi Chi yang mengalir ke organ tubuh
bagian dalam, untuk meningkatkan struktur dan fungsi mereka. Jarum juga dapat digunakan untuk
daerah tertentu yang terasa sakit yang mungkin berhubungan dengan masalah dalam tubuh, seperti
cedera akibat olahraga. Sebagai contoh, sebuah jarum ditusukkan ke daerah tendon yang tertarik atau
otot yang kelelahan akan meningkatkan aliran Chi ke area tersebut. Yang akan menghilangkan rasa
sakit dan mempercepat proses penyembuhan (Hadibroto dkk, 2006).
Akupuntur dapat menyebabkan beberapa reaksi fisik, baik di sekitar daerah dimana
akupuntur dilakukan atau di daerah lain karena sel syaraf yang menghubungkan organ keotak. Ini
dapat mengaktifkan berbagai sistem dalam otak dan tubuh. Rasa sakit di salurkan melalui hormon
urat syaraf, terutama yang berhubungan dengan penerima rasa sakit.
Pereda rasa sakit yang diberikan oleh morfin bekerja pada penerima yang sama dengan
hormon urat syaraf ini. Endorphin yang diproduksi oleh otak adalah pengganti alami dari morfin dan
bekerja dengan cara yang sama. Beberapa penelitian menyatakan bahwa aksi pereda rasa sakit dari

4
akupuntur dilakukan dengan menstimulasi pembentukan endorphin dalam otak, yang dirangsang
dengan menstimulasi syaraf yang terhubung di kulit.
Kondisi – kondisi yang sering dirawat dengan akupuntur, antara lain rehabilitasi stroke,
kesehatan wanita dan penurunan berat badan, cedera olahraga, sakit pinggang, radang sendi, tekanan
darah tinggi, dan kanker (Hadibroto dkk, 2006).

2. 3. 2. Ayuverda
AYURVEDA atau AYURVEDIC adalah suatu pengobatan kuno yang berasal dari
India yang meliputi seluruh aspek gaya hidup. Kata Ayurveda berasal dari bahasaSansekerta yang
berarti ayur – hidup , dan veda - pengetahuan , atau secara harafiah berarti pengetahuan
tentang kehidupan. Merupakan salah satu metode pengobatan tertuayang pernah dicatat dan masih
digunakan hingga saat ini.
AYURVEDA atau pengobatan penyembuhan kuno India merupakan systempengobatan
holistic tertua di dunia. Pengobatan Ayurveda pertama kali dipeloporiDhanvantari sekitar 1.500
Sebelum Masehi. Namun, baru sekitar tahun 200 SebelumMasehi, pengobatan Ayurveda
ditampilkan dalam bentuk tertulis dan menyeluruh (Hadibroto dkk, 2006).
Ayurveda mengajarkan teknik operasi, tanaman obat, terapi aroma, warna dan gayahidup
sehat. Para pakar memperkirakan Ayurveda memiliki sejarah lebih panjang yaknidirintis sekitar
tahun 3.000 Sebelum Masehi yang mencakup ajaran spiritual dan perilaku.Kitab Atreya Samhita
salah satu bagian Ayurveda merupakan buku medis tertua di dunia. (Hadibroto dkk, 2006).

2. 3. 3. Hipnoterapi
Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran dimana
fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke
dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconcious), di mana tersimpan beragam
potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup.
Individu yang berada pada kondisi “hypnotic trance” lebih terbuka terhadap
sugesti dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut berlebih (phobia), trauma
ataupun rasa sakit. Individu yang mengalami hipnosis masih dapat menyadari apa
yang terjadi di sekitarnya berikut dengan berbagai stimulus yang diberikan oleh
terapis (Az- Zahrani, 2005).

5
Terapi hypnosis (hypnotherapy) kini merupakan fenomena ilmiah, namun hingga
kini masih belum terdapat definisi yang jelas, bagaimana sebenarnya mekanisme
kerja hypnotherapy. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa hipnotherapi menstimulir
otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat di
otak,encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood sehingga
dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya (Az-
Zahrani, 2005).
Hypnosis secara perlahan telah menunjukkan keberadaannya seiring dengan
semakin meningkatnya penerimaan pada dunia medis. Hypnosis banyak digunakan
dibidang seperti pengobatan dan olahraga untuk mengubah mekanisme otak manusia
dalam menginterprestasikan pengalaman dan menghasilkan perubahan pada persepsi
dan tingkah laku. Aplikasi hypnosis untuk tujuan perbaikan (therapeutic) dikenal
sebagai hypnotherapy (Az- Zahrani, 2005).
Hypnosis sangat berguna dalam mengatasi beragam kasus berkenaan dengan
kecemasan, ketegangan, depresi, phobia dan dapat membantu untuk menghilangkan
kebiasaan buruk seperti ketergantungan pada rokok, alkohol dan obat-obatan. Dengan
memberi sugesti, seseorang terapis dapat membangun berbagai kondisi emosional
positif berkenaan dengan menjadi seorang bukan perokok dan penolakan terhadap
rasa ataupun aroma rokok (Az- Zahrani, 2005).

2.3.4. Herbalisme Medis

Herbalisme medis- penggunaan obat dari tumbuhan untuk pencegahan dan


pengobatan penyakit- memiliki sejarah sepanjang sejarah umat manusia. Di inggris,
metode ini memiliki dasar sejarah yang sebagian dalam model Galenis “cairan tubuh”
( darah, empedu hitam, empedu kuning lender),”temperamen”-nya (misalnya panas,
dingin, lembab), dan kepercayaan bahwa penyakit disebabkan oleh
ketidakseimbangan cairan-cairan ini.

Herbal digunakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini dan sering


digambarkan sebagai, misalnya,”pemanas”, atau”pendingin”, seperti peppermint,
akan digunakan untuk mengobati kondisi-kondisi “panas” seperti demam. Di inggris,
herbalisme jugadi ambil dari tradisi-tradisi lain, misalnya penggunaan herba di

6
Amerika utara oleh Samuel Thomson, meskipun Thomson sendiri pada awalnya di
pengaruhi oleh herbalisme di Eropa (Heinrich et al., 2009).

Kini, herbalisme modern, yang dipraktikkan oleh herbalis medis,diambil dari


pengetahuan tradisional, tetapi metode ini semakin banyak di tapsirkan dan
diterapkan dalam konteks modern. Sebagai contoh, herbalis menggunakan
pengetahuan terkini mengenai penyebab dan akibat penyakit serta beberapa alat
diagnosisi, seperti pengukuran tekanan darah, yang di gunakan dalam pengobatan
dalam pengobatan konvensional. Beberapa aspek herbalisme zaman modern lainnya
adalah sebagai berikut (Heinrich et al., 2009) :

a. Herbalisme menggunakan suatu pendekatan holistik dengan mempertimbangkan


perasaan sehat pasien secara pisikologis dan emosional, juga kesehatan fisik.
b. Herbalis memilih herbal berdasarkan pada basis individual untuk setiap pasien
(sesuai dengan pendekatan holistic) sehingga kemungkinan besar pasien-pasien
dengan gejele fisik yang sama akan menerima kombinasi herba yang berbeda.
c. Herbalis juga bertujuan untuk menggidentifikasi penyebab dasar ( misalnya
stres) penyakit pasien dan mempertimbangkan hal ini dalamrencana pengobatan.
d. Herba di gunakan untuk merangsang kemempuan penyembuhan tubuh, untuk
“memperkuat” system tubuh, dan untuk “memperbaiki” fungsi tubuh yang
terganggu, bukan untuk mengobati gejala-gejala yang muncul secara langgsung.
e. Herba mungkin di gunakan, misalnya, dengan tujuan untuk “mengeliminasi
toksin” atau “merangsang” peredaran darah. Tujuannya adalah untuk
penyembuhan jangka panjang dari kondisi-kondisi tertentu.
Herbalis medis mengobati berbagai macam kondisi akut (misalnya
infeksi), dan yang lebih lazim, kondisi kronis. Beberapa contoh gangguan yang
biasanya dikonsultasikan orang kepada herbalis yaitu (Heinrich et al., 2009) :
a. Sindrom iritasi usus
b. Sindrom pramenstruasi
c. Gejala- gejala menopause
d. Eksim
e. Jenis-jenis arthritis

7
f. Depresi
g. Jerawat dan kondisi lainnya
h. Sistitis
i. Migrain
j. Sindrom lelah kronis
Sebagian besar informasi ini berkaitan dengan penggunaan obat herbal
tertentu yang diformulasikan sebagai sediaan fitofarmasi dan di gunakan dengan
cara yang sama dengan sediaan farmasi konfensional, biasanya dibawah
pengawasan seorang docter, untuk mengobati gejala-gejala penyakit. Penelitien
tentang efikasi dan keamanan obat herbal dan kombinasi obat herbal yang telah
di gunakan oleh praktisi obat herbal sangat sedikit. Selain itu, efikasi dan
keamanan herbalisme sebagai salah satu pendekatan pengobatan belum di
evaluasi secara ilmiah (Heinrich et al., 2009).
2.3.5. Hemeopati

Hemeopati ditemukan sekitar 200 tahun lalu oleh Samuel Hahnemann, seorang
docter dan apoteker jerman. Prinsip-prinsip pendekatan pengobatan controversial
yang dikembangkan nya ini harus di pertimbangkan berdasarkan latar belakang
praktik medis pada saat itu; lintah, pengeluaran darah, pencahar dan emetik kuat, dan
sediaan yang mengandung logam berat beracun, seperti arsenik dan merkuri, banyak
di gunakan.

Ada laporan bahwa Hahnemann tidak puas dengan strategis pengobatan yang
kasar ini dan hal ini menyebabkan ia menghentikan penggunaan obat. Selama masa
ini, ia terorong untuk melakukan percobaan dengan menggunakan kulit kayu kina
(yang digunakan untuk mengobati malaria) dan menemukan bahwa, ketika
menggunakan obat ini dalam dosis tinggi, ia mengalami gejala-gejala yang mirip
malaria (Heinrich et al., 2009).

Untuk tiap zat. Berdasarkan hasil penemuan nya pada percobaan-percobaan ini,
Hahnemann menekan kan tiga prinsip dasar homeopati,yang membentuk dasar
homeopati klasik (Heinrich et al., 2009) :

8
a. Suatu zat yang, di gunakan dalam dosis tinggi, menyebabkan suatu gejala atau
gejala-gejala pada orang sehat dapat di gunakan untuk mengobati gejala-gejala
tersebut pada orang sakit. Misalnya, coffea, obat yang di buat dari biji kopi ( salah
satu kandungannya, kafein, adalah stimulan system saraf pusat) dapat digunakan
untuk mengobati insomnia.
b. Dosis minimal zat tersebut harus di gunakan untuk mencegah toksisitas. Pada
mulanya, Hahnemann menggunakan zat tersebut dalam dosis tinggi, tetapi hal ini
sering menimbulkan efek toksik. Selanjutnnya, zat-zat tersebut di encerkan secara
bertahap sambil dikocok kuat (`pembentukan sukus`) pada tiap tahap. Proses ini
disebut potensial. Cara ini di klaim bahwa semakin encer obat, semakin poten
obat tersebut.
Selain prinsip-prinsip penting homeopati yang dinyatakan di atas, ahli
homeopati juga meyakinkan (Heinrich et al., 2009) :

a. Bahwa penyakit disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatasi


factor-faktor yang menantang seperti gizi buruk dan keadaan lingkungan yang
merugikan.
b. Bahwa tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit menunjukan usaha tubuh untuk
memperbaiki system.
c. Bahwa obat-obat homeopati bekerja dengan cara merangsang aktifitas
penyembuhan tubuh nya sendiri (`daya hidup`) dan bukan bekerja secara
langgsung pada proses penyakit.
d. Bahwa `daya hidup` diekspresikan secara berbeda pada setiap orang sehingga
pengobatan harus di pilih secara individual (holistik).
Perbedaan mendasar antara kedua jenis sediaan tersebut adalah (Heinrich et al., 2009) :

a. Obat-obat homeopati (umumnya) sangat encer, sedangkan obat-obat yang di gunakan


pada kekuatan materi.
b. Banyak obat homeopati (sekitar 65%) berasal dari tumbuhan, sedangkan menurut
definisi semua obat herbal berasal dari tumbuhan.
2.3.6. Pengobatan antroposofis

9
Pengobatan antroposofis adalah suatu visi filosofis mengenai kesehatan dan
penyakit berdasarkan penelitian Rudolf Steiner (1861-1925). Penelitian steiner
menyelidiki bagai mana manusia dan dunia alam dapat dijeleaskan, tidak hanya
dalam teminologi fisik, tetapi juga dalam hal jiwa dan ruh (Heinrich et al., 2009).

Steiner meyakini bahwa kesadaran tidak dapat dijelaskan dalam terminology


fisik, seperti hanya obat-obatan konvensional, dan menyelidiki bagai mana sifat jiwa
dan ruh manusia berhubungan dengan kesehatan dan fungsi tubuh. Meskipun
demikian, ia mengarahkan obat-obatan antroposofi menjadi seluas, dan bukan
alternatif, obat-obat konvensional. Steiner memandang setiap orang memiliki empat
`tubuh` atau `daya` (Heinrich et al., 2009) :

a. Tubuh fisik
b. Tubuh eterik, atau daya hidup
c. Tubuh astral, atau sadar dan waspada
d. Tubuh spiritual , atau sadar-atau diri atau ego
Dan memandang manusia terbentuk atas tiga sistem fungsi (Heinrich et al., 2009) :

a. Sistem `saraf-indera` (kepala dan tulang belakang), berfokus pada proses-proses


`pendinginan` ( misalnya perkembangan artritis).
b. Sistem `reproduktif-metabolisme`, meliputi bagian-bagian tubuh yang bergerak
konstan (misalnya anggota-anggota gerak dan sistem pencernaan) dan yang
berfokus pada proses-proses menghangatkan dan melembutkan (misalnya
demam).
c. Sistem ‘ritmik’ (jantung, paru dan peredaran darah), yang menyeimbangkan kedua
sistem lainnya.
Obat-obat antroposofis terutama berasal dari tumbuhan dan mineral,
seperti kalsium, besi, dan lembaga. Banyak produk merupakan kombinasi bahan-
bahan herbal, dan beberapa produk mengandung bahan herbal maupun mineral.
Bahan-bahan herbal dan mineral biasanya ditulis dengan nama binomial latin
bersama dengan bagian tumbuhan untuk herba. Misalnya (Heinrich et al., 2009) :
a. Aconitum napellus, planta tota (= aconite, seluruh tumbuhan)
b. Natrium carbonicum (= natrium karbonat)

10
2.3.7. Aromaterapi

Tumbuhan aromatis dan ekstraknya telah digunakan pada kosmetik dan parfum
serta untuk keperluan religious selama ribuan tahun, meskipun hanya sedikit
kaitannya dengan penggunaan terapeutik minyak-minyak atsiri. Dasar-dasar
aromaterapi berkaitan dengan Rene-Maurice Gattefosse, seorang ahli kimia pembuat
parfum dari Prancis, yang pertama kali menggunakan istilah aromaterapi pada tahun
1928 (Heinrich et al., 2009).

Aromaterapi adalah penggunaan terapeutik zat-zat aromatic yang diekstraksi


dari tumbuhan. Kelompok paling penting pada zat-zat ini adalah minyak atsiri.
Minyak ini biasanya diperoleh dari bahan tumbuhan (misalnya akar, daun, bunga,
biji) dengan cara destilasi, meskipun tindakan fisik (menggunakan pengempaan dan
tekanaan) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh beberapa minyak atsiri,
terutama yang diperoleh dari kulit buah sitrus. Beberapa aspek penting untuk
penggunaan minyak atsiri dalam aromaterapi dijelaskan berikut ini (Heinrich et al.,
2009) :

a. Aromaterapis menyakini bahwa minyak atsiri dapat digunakan tidak hanya


untuk pengobatan dan pencegahan penyakit, tetapi juga efeknya terhadap mood,
emosi dan rasa sehat.
b. Aromaterapi diklaim sebagai suatu terapi holistik; dalam hal ini, aromaterapis
memilih suatu minyak atsiri, atau kombinasi minyak atsiri, disesuaikan dengan
gejala, kepribadian, dan keadaan emosi masing-masing klien. Pengobatan dapat
berubah pada kunjungan pasien berikutnya.
c. Minyak atsiri dijelaskan tidak hanya dengan rujukan terhadap reputasi sifat-sifat
farmakologisnya (misalnya antibakteri, antiradang), tetapi juga melalui hal-hal
yang tidak dikenali pada obat-obat kovensional (misalnya keseimbangan,
member energi).
d. Aromaterapis menyakini bahwa kandungan minyak atsiri, atau kombinasi
minyak, bekerja secara sinergistis untuk meningkatkan efikasi atau mengurangi
terjadinya efek-efek merugikan yang terkait dengan kandungan kimia tertentu.

11
Aromaterapi digunakan secara luas sebagai suatu pendekatan untuk
meredakan stres, dan banyak minyak atsiri diklaim sebagai ‘perelaksasi’. Banyak
aromaterapis juga mengklaim bahwa minyak atsiri dapat digunakan dalam
pengobatan berbagai kondisi. Banyak pengguna menggunakan sendiri minyak atsiri
untuk perawatan kecantikkan, membantu relaksasi, atau mengobati penyakit ringan
tertentu, banyak diantaranya tidak cocok untuk pengobatan sendiri.
Aromaterapi juga digunakan dalam berbagai pelayanan kesehatan kovensional,
seperti dalam perawatan paliatif, unit perawatan intesif, unit kesehatan jiwa dan pada
unit-unit khusus yang merawat pasien HIV/AIDS, cacat fisik, dan ketidakmampuan
belajar yang parah (Heinrich et al., 2009).
Metode lain untuk penggunaan minyak atsiri yang dilakukan oleh aromaterapis
atau dalam perawatan sendiri antara lain (Heinrich et al., 2009) :
a. Penambahan minyak atsiri ke dalam air mandi dan air untuk mencuci kaki (air
harus diaduk dengan kuat untuk membantu disperse).
b. Dihirup
c. Kompres
d. Digunakan dalam peralatan aromaterapi (misalnya alat pembakar dan penguap).
Minyak-minyak atsiri harus merujuk pada nama binomial latin spesies
tumbuhan yang menghasilkan minyak tersebut. Bagian tumbuhan yang digunakan
harus dinyatakan secara khusus, dan terkadang spesifikasi lebih lanjut diperlukan
untuk menjelaskan jenis senyawa kimia dalam suatu tumbuhan tertentu; misalnya,
Thymus vulgaris CT timol menjelaskan jenis senyawa kimia suatu spesies timi yang
memiliki timol sebagai kandungan kimia utamanya (Heinrich et al., 2009).

Sedikit efek merugikan yang berkaitan dengan pengobatan aromaterapi


telah dilaporkan;sebagian besar laporan berkaitan dengan kasus-kasusdermatitis
kontak pada pasien atau aromaterapis. Efek merugikan sementara yang bersifat
ringan,seperti mengantuk, sakit kepala dan mual, dapat terjadi setelah pengobatan
aromaterapi. Secara umum disarankan untukmenghindari penggunaan minyak atsiri
selam kehamilan, terutama selama trimester pertama.Penggunaan minyak atsiri
tertentu juga harus dihindari oleh pasien epilepsy (Heinrich et al., 2009).

12
2. 3. 8. Terapi Pengobatan Bunga

Pengobatan bunga Bach dikembangkan oleh Dr Edward Bach (1886-1936),


seorang dokter dan ahli homeopati. Teorinya adalah bahwa dengan mengobati respons
emosional dan mental pasien terhadap penyakitnya, gejala-gejala fisik akan dapat
diredahkan.

Ia mengidentifikasi 38 keadaan psikologis negative (misalnya iri, putus asa, rasa


bersalah, tidak dapat memutuskan) dan mencari obta-obat alam yang dapat digunakan
untuk memperbaiki berbagai keadaan pikiran yang negatif ini (Heinrich et al., 2009).

Bach mengembangkan 38 obat bunga, di antaranya terdiri atas bunga-bunga liar


tunggal dan pohon-pohon berbunga, dan 1 yang diperoleh dari mata air alami. Ia
bertujuan bahwa masing-masing obat digunakan untuk keadaan emosional atau mental
tertentu. Misalnya (Heinrich et al., 2009)

1. Gentian (Gentiana amarella) untuk perasaan murung.


2. Holly (Ilex aquifolium) untuk perasaan iri.
3. Impatiens (Impatiens glandulifera) untuk ketidaksabaran.
4. Pinus (Pinus sylvestris) untuk rasa bersalah.
5. Rock rose (Helianthemum nummularium) untuk perasaan takut.
Bach juga mengembangkan suatu sediaan yang dinamakan obat penyelamat
(Recue Remedy), yang merupakan kombinasi lima obat lainnya: Impatiens (Impatiens
glandulifera), bintang Betlehem (Ornithogalum umbellatum), prem ceri (Prunus
cerasifera), Rock rose (Helianthemum nummularium), dan Clematis (Clematis vitalba).
Bach menganjurkan sediaan ini untuk digunakan dalam situasi yang sulit mendesak,
seperti syok, sangat ketakutan dan kehilangan (Heinrich et al., 2009).

Meskipun terdapat banyak laporan yang bersifat anekdot mengenai keuntungan


obat-obat bunga, tidak ada penelitian eksperimenta maupun klinis tentang efek-efeknya
yang terkenal. Obat-obat bunga diklaim secra luas sama sekali tidak menimbulkan efek
merugikan. Efek-efek merugikan tidak mungkin terjadi, mengingat bahwa sediaan
tersebut hanya mengandung bahan-bahan yang sangat encer.

13
Namun, karena obat-obat bunga mengandung alkohol, obat-obat ini mungkin
tidak sesuai untuk beberapa orang. Penggunaan suatu obat bunga secara berlebihan dapat
mengkwatirkan jika seseorang mengandalkan terapi mandiri dengan menggunakan obat-
obat bunga untuk kondisi-kondisi seperti ansietas atau depresi, yang mungkin
membutuhkan penanganan medis dan bantuan professional lainnya (Heinrich et al.,
2009).

14

Anda mungkin juga menyukai