Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini.

Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat. Perhatian agama terhadap masalah kesehatan sangatlah mengagumkan. Hal itu antara lain karena berbagai aktifitas manusia dalam beribadah tidaklah terlepas dari unsur kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan trah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Sejak manusia lahir maka kepada mereka sudah ditakdirkan untuk merawat dirinya sendiri. Keperawatan telah berkembang baik sebagai ilmu maupun profesi sehingga ia telah menjadi bidang studi yang mandiri. Hal ini ditandai dengan adanya dorongan bagi seorang ibu untuk membagi dirinya kepada bayinya melalui proses penyusuan. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pekerjaan keperawatan tidak hanya berkembang sebatas kegiatan alamiah namun tumbuh dalam bentuk penalaran sehingga melahirkan berbagai kegiatan seperti observasi, eksperimen, empiris yang digali akarnya dari pemikiran kelsafatan maupun budaya. Akan tetapi penggalian pengetahuan tentang keperawatan mendorong untuk terus mencari akar yang lebih dalam lagi yaitu tidak sekedar bersumber dari keberadaan manusia dengan alam semesta akan tetapi dari hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT. Kajian tentang keperawatan yang berdasar pada aliran pemikiran positivism dan pragmatism disadari semakin menjauhkan manusia dari nilai-nilai etika universal sehingga pekerjaan keperawatan

dilihat hanya sebagai pekerjaan yang bertujuan jangka pendek. Akibatnya, tugas keperawatan tidak melahirkan suatu rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesame makhluk Allah karena hanya lahir dari motivasi untuk tujuan-tujuan jangka pendek seperti sekedar melaksanakan kewajiban, motif mencari upah. Atas dasar itu, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang didalamnya terdapat Program Studi Keperawatan, sudah barang tentu memikul tugas kesejarahan yaitu memberi corak baru terhadap studi keperawatan yang didasarkan kepada ilmu dan profesi keperawatan yang berakar dari nilai-nilai loso ajaran Islam. Sehingga dengan kajian yang demikian diharapkan bahwa seorang perawat yang berlatar belakang dari loso ajaran Islam menjadi sarjana keperawatan yang paripurna (insan al kamil) yang dapat menunjukkan integrasi antara ilmu pengetahuan keperawatan dengan muatan ajaran Islam.

BAB II PEMBAHASAN A. KESEHATAN Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan trah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah- perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berrman: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman (QS:Yunus 57). Perhatian agama terhadap masalah kesehatan sangatlah mengagumkan. Hal itu antara lain karena berbagai aktifitas manusia dalam beribadah tidaklah terlepas dari unsur kesehatan. Bagaimana ajaran Islam memandang hal ini? Kebersihan membersihkan dan menyucikan diri Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah. Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan , dan Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur. Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi. Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: Tutuplah bejana air dan tempat minummu Rumah: Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah. Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah

melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan. Perintahperintah Rasulullah SAW tersebut di atas memiliki makna bahwa kita harus menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari berbagai infeksi saluran pencernaan. Penanggulangan dan penanganan epidemi Penyakit Karantina penyakit: Nabi Muhammad SAW bersabda: Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar penanganan dan penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera dan cacar), Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya. Islam menganjurkan umatnya melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi. Makanan Makanan yang diharamkan. Firman Allah SWT : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 2. Al Baqarah, 2:173 ) Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.). Makanan sehat dan halal: Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang baik dan halal, misalnya daging, ikan, madu dan susu. Makanan-makanan yang baik dan halal bermanfaat bagi tubuh. Islam menolak paham vegetarian. Pola konsumsi yang hanya tergantung pada jenis

sayuran belaka tidak sehat bagi tubuh karena kebutuhan protein tidak dapat tercukupi hanya dari konsumsi sayuran saja. Menjaga perilaku muslim ketika makan: Islam menegaskan kepada orang muslim untuk menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa perut adalah seburuk-buruk tempat untuk diisi. Sebagian besar penyakit bersumber dari perut. Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya : Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS 4. An Nisaa : 79) Olahraga Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda. Kesehatan seksual Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam menolak pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama seseorang untuk bertindak. Pendidikan seksual Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang baik dan berakhlaq mulia. Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar mencapai kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah. Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan binatang. Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki Islam membolehkan kaum pria untuk berpoligami untuk menghindari perzinahan, namun dengan syarat-syarat tertentu . Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid, berhubungan badan melalui dubur

dan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah selesai datang bulan. Kesehatan jiwa Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin. Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan badan. Puasa Puasa, bagian dari ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan agama, sesudah pernyataan imannya. Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan perintah puasa. Betapa pentingnya berpuasa sehingga Allah menempatkan posisi hamba-Nya yang berpuasa dengan posisi yang istimewa. Puasa itu untuk-Ku. Tidak ada yang tahu. Dan Aku akan memberi pahala semau-Ku. Keistimewaan itu sudah barang tentu ada tujuan Allah agar mendapatkan hikmah pada dirinya, yaitu kesehatan dan sekaligus kebahagiaan. Janji Allah diberikan kepada orang yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nuaim: Berpuasalah maka anda akan sehat. Dengan berpuasa akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial. 1. Manfaat bagi Kesehatan Badan (jasmani). Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam oleh Dr Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan puasa sangat berguna bagi kesehatan. Antara lain: Puasa memperkecil sirkulasi darah sebagai perimbangan untuk mencegah keluarnya keringat dan uap melalui poripori kulit serta saluran kencing tanpa perlu menggantinya. Menurutnya curah jantung dalam mendistribusikan darah keseluruh pembuluh darah akan membuat sirkulasi darah menurun. Dan ini memberi kesempatan otot jantung untuk beristirahat, setelah bekerja keras satu tahun lamanya. Puasa akan memberi kesempatan pada jantung untuk memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya. Puasa memberi kesempatan kepada alat-alat pencernaan untuk beristirahat setelah bekerja keras sepanjang tahun. Lambung dan usus beristirahat selama

beberapa jam dari kegiatannya, sekaligus memberi kesempatan untuk menyembuhkan infeksi dan luka yang ada sehingga dapat menutup rapat. Proses penyerapan makanan juga berhenti sehingga asam amoniak, glukosa dan garam tidak masuk ke usus. Dengan demikian sel-sel usus tidak mampu lagi membuat komposisi glikogen, protein dan kolesterol. Disamping dari segi makanan, dari segi gerak (olah raga), dalam bulan puasa banyak sekali gerakan yang dilakukan terutama lewat pergi ibadah. 2. Manfaat bagi Kesehatan Rohani (Mental). Perasaan (mental) memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Mendapat rasa senang, gembira, rasa puas serta bahagia, merupakan tujuan bermacam-macam ikhtiar manusia sehari-hari. Bila seseorang menangani gangguan kesehatan, tidak boleh hanya memperhatikan gangguan badaniah saja, tetapi sekaligus segi kejiwaan dan sosial budayanya. Rohani datang dari Allah, maka kebahagiaan hanya akan didapat apabila makin dekat kepada pencipta-Nya. Di dalam bulan puasa disunahkan untuk makin berdekat diri dengan Allah SWT baik lewat shalat, membaca Alquran, zikir, berdoa, istighfar, dan qiyamul lail. Selama sebulan secara terus-menerus akan membuat rohani makin sehat, jiwa makin tenang. Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, makin yakin bahwa semua yang ada datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya jua. Hal ini dijelaskan dalam rman Allah antara lain: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (QS:Al Baqarah 45). Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali merugi. (QS:Al-Isra 82) Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS:Ar-Rad 28). Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.(QS:Al Fajr 27-30). 3. Manfaat Puasa bagi hubungan sosial. Dalam mengajarkan nilai ibadah itu adalah terwujudnya keseimbangan antara cinta kepada Allah dan cinta kepada manusia. Demikian juga nilai ibadah puasa, tidak hanya terjalinnya hubungan yang semakin dekat kepada Allah, tetapi juga semakin dekat dengan sesamanya.

B. KEPERAWATAN Islam adalah agama yang memiliki akar kata s-l-m yang berarti selamat, damai, penyerahan dan tangga. Oleh karena itu, seluruh bangunan ajaran Islam adalah membawa ajaran yang menyelamatkan kehidupan umat manusia di dunia dan di akhirat. Secara terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh secara sempurna terhadap seluruh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang dapat diketahui secara darurat (al islam: al khudlu wa al inqiyad al tamm lima ja-a bihi Nabiyu Muhammadin sallallahu alaihi wa salam wa ulima bi al dlarurat). Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian kehidupannya menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya dengan cara seperti itulah hidup menjadi bermakna.Tugas seorang muslim untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk termasuk manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasar pada agamanya. Tugas penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari ajaran dakwah yaitu mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh perbuatan makruf dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka memperoleh kehidupan yang beruntung di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki berbagai aspek. Seorang perawat juga bisa berfusngsi sebagai muballig, dai, guru dan sebagainya. Sebagaimana disinggung di muka bahwa terdapat empat prinsip etika dalam profesi keperawatan, maka akan diberi alas teologis dari sudut pandangan Islam. Pertama, penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia hendaklah memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang yang mengharap pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ulya khairun min yadu al sufla, artinya tangan di atas yaitu yang memberikan pertolongan lebih baik dari tangan yang di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Islam seseorang sebaiknya menjadi pribadi yang mandiri yaitu yang dapat menolong orang lain karena perbuatan itu pada hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri. Kedua, tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT. Seluruh perangkat tenaga

medis hanya berfungsi sebagai sebab yang mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap klien. Ketiga, seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman yang kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya karena Rasul bersabda yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak berguna kepadanya (min husni islam al mar-I tarku ma la yanihi). Keempat, seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga memperhatikan kebutuhan sik dan psikisnya. Berikut akan diuraikan beberapa prinsip keperawatan dalam Islam yaitu sebagai berikut. 1. Aspek Teologis: setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu kehendak (masyiah) dan kemampuan (istithaah). Atas dasar kehendak maka seorang muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan inovasi dalam kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan adanya kehendak dan kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang sungguh-sungguh tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu menyerahkan hasilnya menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang seperti itulah bertemunya dua hal yang seing dipandang krusial dalam pemahaman akidah yaitu antara usaha manusia dan takdir Allah. Keduanya adalah merupakan perpaduan dalam perjalanan hidup manusia yang disebut tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al Quran sebagian diantaranya menekankan manusia agar berbuat secara maksimal karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang sehingga merubah sendiri.[12] Sementara pada ayat yang lain menegaskan seakan manusia tidak berperan sedikitpun dalam perbuatannya dengan mengatakan Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan. 2. Aspek Fungsi keanusiaan yaitu khilafah dan ibadah. Tugas khilafah adalah mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan umat manusia. Dan tentunya harus diingat bahwa tugas pengelolaan yang baik harus dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang memiliki kepatutan untuk itu.[14] Selanjutnya pelaksanaan tugas khilafah yang benar pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar pula dan demikian sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim

hendaknya menggali seluruh informasi ilmu pengetahuan tentang alam semesta termasuk tugas perawatan sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang tidak muslim. Anjuran tentang hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al Quran antara lain dengan penyebutan tipologi orang berilmu itu dengan ulul albab. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berpikir. Selanjutnya dalam ayat berikutnya Allah menjelaskan tanda-tanda orang yang disebut ulul albab yaitu orang yang selalu mengingat Allah; memikirkan penciptaan langit dan bumi; dan kemudian yang mampu mengambil keputusan: ya Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan semua ayang ada di alam semesta ini sia-sia; dan terakhir pernyataan Maha Suci Allah dari sifat kekurangan dan peliharalah kami dari azab neraka. 3. Aspek akhlak yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai dengan Hadis Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau melihatNya dan andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia melihatmu (an tabud Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu yaraka). Atas dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya tidak memerlukan kendali eksternal untuk menjadi orang baik karena di dalam hatinya terdapat potensi trah yang selalu menuntunnya untuk menjadi orang yang takut berbuat maksiat.

Tujuan Penetapan Hukum Syariat Hukum Islam disebut dengan syariat dengan pengertian dasarnya adalah bermakna jalan yaitu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hukum syariat diturunkan Allah adalah semata-mata untuk kemaslahatan hambaNya oleh karena itu tidak ada dalam ajaran Islam yang dapat membuat hidup manusia menjadi susah. Justru, syariat bertujuan untuk membuat kehidupan manusia lebih mudah dan tenteram. Tujuan penetapan hukum syariat (maqashid al syariat) itu disusun oleh ulama kh ke dalam lima prinsip pemeliharaan yaitu:

10

1. Hifz Al Din, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara agama agar hidup manusia selamat dunia dan akhirat. Agama (din) adalah yang utama sebagai dasar kehidupan manusia karena tanpa agama maka hidup manusia tidak memiliki arah dan tujuan. 2. Hifz Al Nafs, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara kelangsungan hidup manusia karena manusia adalah hamba Allah dalam format tubuh yang sempurna. Oleh karena itu, tidak selayaknya kehidupan manusia menjadi susah akibat pengamalan ajaran agama. 3. Hifz Al Nasl, yaitu syariat menegaskan bahwa perlunya kelangsungan keturunan manusia sehingga semakin banyak orang yang menyembah Allah. Oleh karena itu, tindakan keperawatan yang memutuskan kelangsungan keturunan tanpa alasan yang sah maka tindakan itu terlarang dalam ajaran Islam. 4. Hifz Al aql, yaitu syariat bertujuan untuk menjaga keberadaan akal manusia sehingga akal menjadi salah satu patokan seseorang dibebani hukum syariat (taklif). 5. Hifz Al Mal, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara aturan tentang kepemilikan dan penyalurannya kepada yang berhak. Dari uraian di atas, maka kedatangan syariat adalah untuk menegaskan keberadaan manusia sebagai hamba Allah yang berkewajiban beribadah kepadaNya dan melaksanakan tugasnya mengelola segala sesuatu ciptaan Allah di alam semesta. Tugas-tugas keperawatan hendaklah disusun sejalan dengan tujuan hukum syariat. Bentuk perumusannya adalah peluang kepada manusia untuk mengerahkan segala kemampuannya untuk melakukan berbagai

eksperimen dan empiris namun harus tetap harus meyakini bahwa penentu yang terakhir adalah Allah. Peran manusia hanya sebatas usaha (al kasb) dan pilihan (al ikhtiyar). Tingkat Kebutuhan Terhadap Keperawatan Setiap tindakan dalam tugas keperawatan dibagi dalam tiga klasikasi sesuai dengan tingkat kepentingannya. Pertama, adalah tingkatan dlaruriyat yaitu suatu

11

kondisi darurat yang sedang dihadapi oleh orang yang sakit. Apabila derajat kesakitan seorang klien telah mencapai kondisi darurat sesuai dengan pertimbangan medis, maka dapat dilakukan tindakan darurat yaitu diperkenankan untuk menyimpang dari hukum konvensional syariat, dengan ukuran sekedar mengatasi suasana yang darurat. Demikian pula, petugas kesehatan dapat menunda untuk sementara waktu kepentingan Allah untuk menyelamatkan situasi darurat yang sedang dihadapi oleh hambaNya misalnya menunda sementara melaksanakan solat karena membantu pasien yang sedang kritis. Kedua, adalah tingkatan hajiyat yaitu kondisi manusia yang sangat membutuhkan untuk menopang terwujudnya hifz al nafs sebagaimana telah diterangkan di atas. Sebagian ulama mempersamakan antara dlaruriyat dengan hajiyat namun dengan derajat yang bisa berbeda. Oleh karena itu, apabila dalam dlaruriyat, seorang petugas keperawatan dapat menunda pelaksanaan ibadah atau melakukan tindakan pemotongan bagian tubuh manusia, maka dalam hajiyat tidak sampai kepada derajat itu. Ketiga, yaitu tahsiniyat yang bersifat aksesori kehidupan. Dalam hal ini hukumnya tidak wajib dan tidak haram yaitu berada pada posisi mubah. Bahkan terkadang, derajat kepentingan tahsiniyat dapat berubah menjadi haram apabila motivasi yang melandasintya justru bersifat cenderung mubazir atau bertentangan dengan tujuan syariat. Oleh karena itu, seorang petugas keperawatan dituntut kearifan guna menentukan pilihan di antara tiga alternatif kondisi yang dihadapi oleh seorang yan g sakit. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penetapan alternatif justru akan berakibat fatal yaitu pelanggaran terhadap syariat. Pilihan Hukum Dalam Perawatan Berikut ini akan dikemukakan sejumlah prinsip tentang berbagai pegangan penetapan hukum terhadap setiap yang bersifat medis. Syaikh Ahmad ibn muhammad Al Zarqa dalam kitabnya Syarh Qawaid Al Fiqhiyyah di samping juga Abd Al Hamid Hakim, Mabadi Awwalyah yang dikutip oleh Nurcholis Madjid.

12

1. Al Umur bi maqashidiha yaitu segala pekerjaan ditentukan oleh maksudnya. Hal ini dimaksudkan dalam penetapan perbuatan sebagai ibadah. 2. Al Yaqin la yuzalu bi al syakksesuatu yang sudah diyakini tidak bisa dibatalkan oleh keraguan. Dengan demikian seorang perawat yang sudah menetapkan sebuah keputusan berdasar keyakinan maka hal itu tidak dapat dianulir oleh suatu keraguan. Prinsip keyakinan ini diperlukan sebagai bentuk perwujudan tanggung jawab dan tanggung gugat. 3. Al Ashl baraat al dzimmah yaitu prinsipnya manusia bebas dari tanggungan. Seorang perawat hanya diminta pertanggungjawaban atas tindakan medis yang dilakukannya bukan oleh tindakan orang lain. 4. Al ijtihad la yunqadl bi al ijtihad yaitu sebuah ijtihad tidak bisa dibatalkan oleh ijtihad yang lain. Seorang perawat yang telah menetapkan sebuah ketetapan medis berdasar pada prinsip teori keilmuan maka keputusannya tidak bisa dibatalkan oleh pemikiran yang lain. 5. Al Masyaqqat tajlib al taisir yaitu kesulitan akibat beratnya tanggungan mengundang kemudahan. Seorang perawat yang mengjhadapi kesulitan, maka pada saat yang sama hukum syariat kembali menjadi mudah. 6. Idza dlaqa al amr ittasaa, yaitu apabila situasi sedang sempit maka hukum berubah menjadi luas dan juga sebaliknya apabila situasi sudah lapang maka hukum kembali menjadi sempit. 7. La dlarara wa la dlirara, yaitu tidak boleh merugikan atau dirugikan orang lain. Hal ini berpatokan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama. Oleh karena itu, tidak selayaknya seorang tenaga perawat menciptakan kesusahan bagi orang yang sakit. 8. Al Dlarar yuzalu, yaitu bahaya harus selalu diousahakan untuk

menghilangkannya. Hal ini didasarkan bahwa tujuan syariat adalah untuk menghilangkan kesusahan bagi manusia. 9. Al Dlarurat tubih al mahzurat, yaitu keadaan darurat berakibat memboleh sesuatu yang terlarang alasannya tentunya adalah untuk sekedar menjaga kelangsungan kehidupan manusia. Maka dalam hal ini, perawat dapoat mengambil tindakan darurat yanhg semula tidak dibolehkan hukum guna

13

menjaga agasr seseorang klien tetap hidup. Namun kebolehan terhadap yang terlarang hanya sebatas tidak mengakibatkan kematian. 10. Al Dlarurat tuqaddari bi qadariha, yaitu darurat harus ditentukan batasnya dan sebatas itulah dibolehkan tindakan yang semula terlarang. 11. Ma jaza li udzrin batlala bi zawalihi, yaitu sesuatu yang dibolehkan kar ena adanya uzur syari maka hal itu dibatalkan juga karena ketidak adanya uzur syari. 12. Idza zala al mani ada al mamnu yaitu apabila yang melarang itu telah hilang maka boleh yang terlarang. Seorang perawat yang yakin bahwa ia telah membersihkan diri dari najis dari klien, maka pada saat itu ia boleh kembali melaksanakan solat. 13. Al dlararu la yuzalu bi mitslih, artinya kemudratan tidak bisa dihilangkan dengan datangnya darurat yang lain. Setiap keadaan darurat mempunyai ketentuan sendiri. 14. Yutahammalu al dlarar al khas li dafi al dlarar al am, yaitu bahaya khusus harus ditanggung untuk menolak bahaya yang umum. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menghasilkan kemanfataan yang lebih besar dibanding kepentingan perseorangan. 15. Al dlarar al asyadd yuzalu bi aldarar al akhha, yaitu kemudratan yang lebih keras dihilangkan dengan menempuh bahaya yang lebih ringan. 16. Idza taaradla mafsadatanio ruiya azamuhuma dlararan [birtikab akhahima], yaitu apabila bertemu dua bahaya maka yang harus dhindarkan yang lebih besar bahaya nya dengan menempuh yang lebih ringan. 17. Yukhtaru ahwan al syarrain, yaitu dipilih yang lebih ringan dari dua keburukan. 18. Mala yudraku kulluh la yutraku kulluh, yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh semuanya maka tidak boleh ditinggalkan semuanya. 19. Daru al mafasid aula mion jalab al mashalih, yaitu menghindari bahaya lebih utama daripada meraih manfaat. Karena menolak kerusakan lebih mendesak untuk memelihara keberadaan manusia. 20. Al dlarar yudfau bi qadar al imkan, yaitu bahaya harus dihindarkan sed apat meungkin.

14

21. Al hajat tanzil manzilat al dlarurat, yaitu kebutuhan menempati kedudukan darurat, oleh karena itu sesuatu kebutuhan maka hukumnya dipersamakan dengan darurat. 22. Al adat muhakkamah, yaitu adat itu menjadi hukum yang diakui sebagai sumber hukum. 23. La yunkar taghayyur al ahkam bi taghayyur al azman, yaitu tidak dapat diingkari bahwa perubahan hukum waktu. 24. Al baqa ashal min al ibtida, yaitu bertahan lebiuh mudah daripada memulai. 25. Al tasharruf ala al rayat manuthun bi al mashlahah, yaitu aplikasi hukum kepada rakyat terfgantung kepada maslahat yang akan diperoleh. Oleh karena itu, hukum tidak boleh melahirkan kesulitan bagi manusia. 26. Idza taazzarat al haqiqah yusharu ila al majaz, artinya apabila kesulitan menerima makna hakikat maka dibawa ke makna kiasan. 27. Idza taazzara imal al kalam yuhmal, yaitu jika pelaksanaan bunyi lafaz mengalami kesulitan maka boleh diabaikan. 28. La hujjat maa al ihtimal, yaitu tidak bisa dijadikan hujjah berdasarkan hukum kemungkinan. Oleh karena itu, seorang perawat yang akan menetapkan kondisi sebuah pekerjaan perawatan hendaklah berdasar kepada keyakinan bukan pradugaan. 29. La ibrat li al tawahhum, yaitu tidak boleh ada pertimbangan berdasarkan dugaan. 30. Al ashl asyya al ibahat, yaitu pada asalnya segala perkara itu adalah dibolehkan kecuali ada petunjuk yang lain. 31. Al hukm yaduru maa al illat, yaitu hukum itu berjalan bersama alasannya. Hilangnya illat maka hukumnya akan berubah. 32. Ma la yatimm al wajib illa bihi fahua wajib, yaitu sesuatu yang diperlukan untuk sempurnanya hal yang wajib maka ia juga wajib. akibat karena terjadinya perubahan

15

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kar telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al Maaidah, 5: 3). Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu
maupun masyarakat.

B. SARAN Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah begitu pula makalah ini tentu tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu segala macam tegur dan sapa dari pembaca sangat di nanti dengan tangan terbuka.

16

DAFTAR PUSTAKA

Suarli dan Yanyan Bahtiar, Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis, Penerbit Erlangga, Jakarta, tt., hal. 100.hal. 101 Siti Maryam, dkk, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2008, hal. 25. hal. 101. Marilyn M. Friedman, Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik, Edisi 3, alih bahasa Ina Debora R.L. & Drs. Yoakim Asy, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998, hal. 62. hal. 67 Suarli dan Yanyan Bahtiar, op. cit., hal. 102. [8]John Tingle and Alan Cribb, Nursing Law and Ethics, Third Edition, Blackwell Publishing, Oxford, United Kingdom, 2007, hal. 21.hal. 26. Q.S. Al Dzariyat [51]: 56. [11]Dakwah menurut Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayat Al Musytarsyidin adalah (hats al nas ala al khair wa al huda, wa al amr bi al maruf wa al nahyi an al munakr li yafuzu bi saadat al ajil wa ajil). Departemen Agama RI. (2004). Al Quran dan Terjemahnya. Jakarta: CV Penerbit 3Art Elizabeth Johnson Taylor. (2002). Spiritual Care, Nursing Theory, Research, and Practice. Prentice Hall: New Jersey G. Golberg. (1998). Connection: an exploration of spirituality in nursing care. Journal of Advanced Nursing; 27, 836-842 G. Hussein Rassool. (2000). The Crescent and Islam : Healing, Nursing and The Spiritual Dimension. Some Considerations Toward An Understanding of The Islamic Perspectives On Caring. Journal of Advanced Nursing; 32(6), 1476-1484 H. Isep Zainal Arifin. (2004). Terapi Rohani Islam Sebagai Alternatif Pengobatan. Makalah. Tidak dipublikasikan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (1994). Sistem Kedokteran Nabi, diterjemahkan oleh HS Agil Husin Al Munawar dan Abd. Rahman Umar. Semarang: Dina Utama Semarang

17

Anda mungkin juga menyukai