Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

I DENGAN TUBERKULOSIS
PARU DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ningning, S. M.Kep.

Disusun oleh :
Muhamad Reza Yogaswara

NIM :
P17320320021

Tingkat II-A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah diajukan oleh :


Nama : Muhamad Reza Yogaswara
NIM : P17320320021
Program Studi : D3 Keperawatan Bogor
Tingkat : 2A
Semester :4
Judul : Asuhan Keperawatan Pada An. I Dengan Tuberkulosis Paru Di Ruang Melati
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi

Telah berhasil diuji dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai salah satu penugasan
Mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing CI Ruang Melati

(…………………..…….) (………………………...)

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA An. I DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI RUANG
MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI”. Sholawat serta salam dihaturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi masa masa kegelapan dan
menyebarkan ajaran Iman dan Islam. Semoga kita semua mendapatkan syafaat di Hari
Kiamat nanti Amin ya Robal Alamin.
Saya ucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Ningning, S. M.Kep. selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberi saya kesempatan untuk menyusun
makalah yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. I DENGAN
TUBERKULOSIS PARU DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
CIAWI ”, hingga saya dapat menambah wawasan dan juga pengalaman saya berdasarkan
studi yang kami tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah menyediakan segala
sumber pengetahuannya hingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari
betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata saya berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat dan memperluas wawasan bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bogor, 1, April 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................5

1.2. Tujuan..........................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................7

1.1. Definisi Tuberkulosis..................................................................................................7

1.2. Etiologi........................................................................................................................7

1.3. Tanda dan Gejala.........................................................................................................8

1.4. Patofisiologi+ Pathway................................................................................................9

1.5. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................11

1.6. Penatalaksanaan Medis..............................................................................................13

BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................................19

I. Pengkajian.....................................................................................................................19

II. Analisa Data..............................................................................................................26

III. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................27

IV. Rencana Keperawatan...............................................................................................27

V. Implementasi.............................................................................................................29

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................32

4.2. Kesimpulan................................................................................................................32

4.2. Saran......................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................33

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat
menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi udara (droplet dahak pasien
tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan memproduksi droplet yang
mengandung sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara.
Orang yang menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi
Tuberkulosis.
Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam MDG’s (Kemenkes, 2015). Penyakit Tuberkulosis masih
menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Hal tersebut menyebabkan gangguan
kesehatan jutaan orang pertahun penyebab utama kematian penyakit menular di
dunia . Pada tahun 2014, diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru yaitu 5,4 juta adalah
laki-laki, 3,2 juta di kalangan perempuan dan 1,0 juta anakanak. Penyebab kematian
akibat TB Paru pada tahun 2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta kematian , dimana sekitar
890.000 adalah laki-laki, 480.000 adalah perempuan dan 140.000 anak-anak (WHO,
2015). Indikator yang digunakan dalam penanggulangan TB salah satunya Case
Detection Rate CDR), yaitu jumlah proporsi pasien baru BTA positif yang ditemukan
dan pengobatan terhadap jumlah pasien baru BTA positif, yang diperkirakan dalam
wilayah tersebut (Kemenkes, 2015). Pencapaian CDR (Case Detection Rate-Angka 2
Penemuan Kasus) TB di Indonesia tiga tahun terakhir mengalami penurunan yaitu
tahun 2012 sebesar 61 %, tahun 2013 sebesar 60 %, dan tahun 2014 menjadi 46 %
(Kemenkes RI, 2015)
Laporan TB dunia oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2015,
masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor tiga di dunia
setelah India dan Cina, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per
100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000). Penderita
TBC di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 156.723 orang, Provinsi dengan
peringkat 5 tertinggi yaitu Jawa Barat sebanyak 23.774 orang, Jawa Timur sebanyak
21.606 orang, Jawa Tengah sebanyak 14.139 orang, Sumatera Utara sebanyak 11.771

5
orang, DKI Jakarta sebanyak 9.516 orang (Profil kesehatan Indonesia, 2016).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan di Kabupaten Kampar pada tahun 2018 terdapat
1.079 kasus dengan rincian perempuan 383 kasus dan laki-laki sebanyak 696 kasus
(Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, 2018)

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada An. I
dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa memahami konsep penyakit Tuberkulosis.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada An. I dengan
Tuberkulosis Paru di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi.
3. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa pada An. I dengan Tuberkulosis
Paru di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi.
4. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan pada An. I dengan Tuberkulosis
Paru di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada An. I
dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah
Ciawi
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang
dilaksanakan pada An. I dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Melati Rumah
Sakit Umum Daerah Ciawi
7. Mahasiswa mampu membandingkan konsep teori dengan kasus yang di
angkat dan dilaksanakan pada An. I dengan Tuberkulosis Paru di Ruang
Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi

6
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP PENYAKIT
1.1. Definisi Tuberkulosis
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (kemenkes RI,2015).

1.2. Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet.
Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil
tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil
tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup
bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.

7
1.3. Tanda dan Gejala
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :
1) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang panas
badan dapat mencapai 40-41C. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien
dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2) Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat
pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3) Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi
sebagian paru-paru
4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat

8
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

1.4. Patofisiologi+ Pathway


Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi
melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan
diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar
cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai
mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit
bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang 11
dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam
(Ardiansyah, 2012).

9
10
1.5. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa prosedur pemeriksaan medis yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis TBC adalah:
1. Tes kulit (Mantoux test)
kulit, atau mantoux tuberculin skin test (TST), merupakan metode yang
paling sering digunakan dalam pemeriksaan TBC. Biasanya, tes ini dilakukan di
negara-negara dengan angka kejadian TBC yang rendah, di mana kebanyakan
orang hanya memiliki TBC jenis laten di dalam tubuhnya.
Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan yang disebut dengan
tuberkulin. Itu sebabnya, tes ini disebut juga dengan nama uji tuberkulin.
Tuberkulin disuntikkan di bagian bawah lengan Anda. Setelah itu, Anda akan
diminta untuk kembali ke dokter dalam waktu 48-72 jam setelah tuberkulin
disuntikkan.
Tim medis akan mengecek apakah terdapat pembengkakan (benjolan) atau
pengerasan—atau disebut indurasi—di bagian tubuh Anda. Jika ternyata ada, tim
medis akan mengukur indurasi tersebut.
Hasil diagnosis TBC akan bergantung pada ukuran pembengkakan
tersebut. Semakin besar area yang bengkak akibat suntikan tuberkulin, semakin
besar pula kemungkinan Anda terinfeksi oleh bakteri TBC.
Sayangnya, tes kulit dengan cairan tuberkulin belum dapat menunjukkan
apakah Anda memiliki TBC jenis laten atau penyakit TBC aktif.
2. The Interferon Gamma Release Assays (IGRA)
IGRA adalah jenis pemeriksaan TBC terbaru yang dilakukan dengan
mengambil sedikit sampel darah Anda. Tes darah dilakukan untuk mengetahui
bagaimana sistem imun tubuh Anda merespons bakteri penyebab TBC.
Pada prinsipnya, sistem imun tubuh Anda memproduksi molekul yang
disebut dengan sitokin. Tes IGRA bekerja dengan cara mendeteksi salah satu jenis
sitokin bernama interferon gamma.
Terdapat dua jenis IGRA yang sudah disetujui dan sesuai dengan standar
FDA, yaitu QuantiFERON®–TB Gold In-Tube test (QFT-GIT) dan T-SPOT® TB
test (T-Spot).
Tes IGRA untuk diagnosis TBC biasanya akan berguna ketika hasil tes
kulit tuberkulin Anda menunjukkan adanya bakteri M. tuberculosis, tapi Anda
masih perlu memastikan jenis TBC tersebut.
11
3. Sputum smear microscopy
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya TBC
adalah sputum smear microscopy, atau mengambil sedikit cairan dahak untuk
diperiksa di bawah mikroskop. Anda mungkin lebih mengenalnya dengan nama
tes dahak atau pemeriksaan BTA.
Saat Anda batuk, dokter akan mengambil sampel dari dahak Anda. Dahak
kemudian akan dioleskan ke lapisan kaca tipis. Proses ini disebut dengan smear.
Setelah itu, cairan tertentu akan diteteskan ke sampel dahak tersebut.
Dahak yang telah tercampur dengan tetesan cairan tersebut akan diperiksa dengan
mikroskop untuk mengetahui adanya bakteri TBC.
Terkadang, ada cara lain yang dapat meningkatkan akurasi sputum smear,
yaitu dengan menggunakan mikroskop fluorescent. Cahaya yang dikeluarkan dari
mikroskop jenis ini menggunakan lampu berkekuatan merkuri yang tinggi,
sehingga lebih banyak area sampel dahak yang terlihat dan proses mendeteksi
bakteri akan jauh lebih cepat.
Potensi penularan TBC ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat
dalam pemeriksaan sputum atau sampel dahak. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan sputum untuk TBC, makin tinggi risiko penderita menularkan
penyakitnya kepada orang lain.
4. Rontgen thorax TB paru
Hasil rontgen dada (thorax) dapat memberikan gambaran klinis dari
kondisi paru-paru seseorang sehingga bisa mendeteksi penyakit TBC.
Pemeriksaan TBC ini mungkin dilakukan setelah satu spesimen tes dahak
BTA menunjukkan hasil positif dan dua spesimen lainnya negatif. Anda juga akan
diminta melakukan rontgen thorax apabila hasil tes Anda negatif semua dan Anda
telah diberikan obat antibiotik non-TB paru, tapi tak ada perbaikan.
Dari foto rontgen thorax dapat diketahui apakah terdapat tanda-tanda
infeksi bakteri di paru-paru. Hasil foto rontgen thorax yang abnormal menunjukan
bakteri TB aktif menginfeksi bagian paru-paru. Itu sebabnyan sering disebut
dengan gambaran tuberkulosis aktif.
Hasil rontgen abnormal ditandai dengan kemunculan area putih berbentuk
iregular di sekitar area paru-paru yang ditunjukkan dengan bayangan berwarna
hitam. Area putih tersebut merupakan lesi, yaitu kerusakan jaringan yang terjadi

12
akibat infeksi. Semakin luas area putih menandakan semakin besar kerusakan
yang disebabkan infeksi bakteri di paru-paru.
Dokter akan memeriksa bentukan lesi untuk melakukan diagnosis lanjutan
terhadap perkembangan penyakit tuberkulosis. Lesi dapat ditunjukkan dalam
bentuk dan ukuran yang berbeda-beda yang diklasifikasikan sebagai kavitas,
infiltrat dengan pembesaran kelenjar, dan nodul. Masing-masing lesi
menunjukkan tahap perkembangan infeksi ataupun tingkat keparahan penyakit
TBC.

1.6. Penatalaksanaan Medis


Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis
dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis
digolongkan atas dua kelompok yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat
ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin
dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri,).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa
dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit
ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat
kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat
minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar
paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB

13
diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai
dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien
tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada
foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma
menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru.Biasanya
ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes
Melitus, jantung dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
14
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan
biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak
bersemangat dan putus harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16- 20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhumungkin tinggi atau
tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering,
biasanya adanya pergeseran trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
15
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat,
tidak ada edema
5) Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat,
tidak ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-
72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena
TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat
timbul. Sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada
malam hari. Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-
41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan. Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub
kutan.
3) Respirasi Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
16
basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi
pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan. Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas,
ketakutan, mudah tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam jumlah
berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,
keletihan otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit
g. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kewaspadaan
perdarahan
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
k. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
l. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, infeksi/
kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan adalah berbagai perawatan berdasarkan penilaian klinis
dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang perawat yang dapat diterapkan pada
pasien dengan TB paru untuk meningkatkan hasil klien
4. Implementasi Keperawatan
17
Implementasi adalah tahap ke empat dari proses keperawatan. tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Tindakan yang
dilakukan mungkin sama mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah di buat
pada perencanaan. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibelitas dan
kreatifits perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui
tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah
direncanakan, dilakukan dengan rencana yang tepat,aman,serta sesuai dengan kondisi
pasien (Ode Debora, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah
ditetapkan serta menilai apakah masakah yang terjadi sudah diatasi seluruhnya,hanya
sebagian,atau belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien
untuk mengetahui kesesuain tindakan keperawatan,perbaikan tindakan
keperawatan,kebutuhan klien saat ini,perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain dan
perlu menyusun ulang prioritas diagnosa supaya kebutuhan klienbisa terpenuhui atau
teratasi (Ode Debora, 2013).

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. I DENGAN TUBERKULOSIS PARU

I. Pengkajian
1. Identitas Klien

Nama : An. I
Tanggal lahir : 22 Agustus 2007
Usia : 14 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Kp. Panggulan, Sukaraja, Bogor
Tanggal Masuk : 26 Maret 2022
Tanggal Pengkajian : 30 Maret 2022
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru

2. Identitas Penanggungjawab
Nama Ayah : Tn. A
Nama Ibu : Ny. P
Usia Ayah : 43 tahun
Usia Ibu : 40 tahun
Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
Agama : Islam
Alamat : Kp. Panggulan, Sukaraja, Bogor

3. Keluhan Utama

Sesak nafas dan batuk berdahak, dahak tidak dapat dikeluarkan.

19
4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Maret 2022 pukul 10.18 dengan
keluhan sesak nafas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak terasa
saat malam hari dan ketika sedang beraktivitas, serta batuk berdahak. Pada
saat pengkajian pada tanggal 30 Maret 2022 pasien mengeluhkan sesak,
batuk, nyeri tenggorokan, keringat dingin saat malam hari, berat badan turun
14 Kg dalam 2 bulan, BAB cair ±6 hari (4-5x/hari), badan terasa lemas,
pasien tampak kurus.

5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Riwayat Kelahiran
a. Prenatal : Ibu mengatakan sewaktu hamil trimester pertama
sering mengkonsumsi jamu-jamuan
b. Intranatal : Umur kehamilan 39-40 minggu, persalinan normal

dibantu oleh bidan dengan BB saat lahir: 3,2 kg dan


PB
saat lahir: 48 cm.
c. Postnatal : Ibu melahirkan secara spontan, bayi menangis saat

lahir, ibu mengatakan anak tidak ASI Ekslusif (sampai


usia 3 bulan), tetapi diberikan susu bantu (formula)

6. Riwayat Imunisasi

Jenis I II III IV

BCG 1 bulan

DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan

POLIO 2 bulan 3 bulan 4 bulan

CAMPAK 9 bulan

HEPATITIS B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan

7. Riwayat Tumbuh Kembang

Riwayat Pertumbuhan

20
a. BB lahir :
1) 6 bulan : 6,5 kg
2) 1 tahun : 8,7 kg
3) Saat ini : 35 kg
b. Pertumbuhan gigi
1) Usia gigi tumbuh : 5 bulan
2) Jumlah gigi saat ini : 20 buah
a. Usia menegakkan kepala : 4 bulan
b. Usia duduk : 6 bulan
c. Usia berjalan : 11 bulan
d. Kata-kata pertama : 2 bulan
e. Interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa : baik

8. Riwayat Perkembangan
a. Kemandirian dan bergaul : klien mengatakan aktif bergaul di
lingkungan rumah dan disekolah.
b. Motorik halus : Klien dapat menulis dengan baik
c. Kognitif dan Bahasa : Klien berbicara dengan jelas
d. Motorik kasar : Klien dapat melakukan aktivitas dengan
baik.

9. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI : Pertama kali diberikan saat baru

dilahirkan hingga 3 bulan

b. Pemberian susu formula : Pertama kali diberikan usia 3 bulan

c. Pemberian makanan tambahan :

- Pertama kali diberikan usia : 6 bulan

- Jenis : Bubur TIM

d. Pola perubahan nutrisi tahapan usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi

0 – 3 Bulan ASI
3 – 12 Bulan Susu formula + Bubur TIM
1-2 Tahun Susu formula + Nasi
2 tahun – sekarang Nasi

21
10. Riwayat Kesehatan Keluarga dan Genogram
Ibu klien mengatakan di keluarganya tidak ada Riwayat penyakit turunan.

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

11. Riwayat Psikososial


Klien mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya saat ini. Keluarga
mengatakan klien dikelilingi oleh orang-orang yang selalu menyayanginya
dan memberikan dukungan kepada anaknya

12. Riwayat Spiritual


Klien selalu melaksanakan ibadah tepat waktu, serta aktif dalam kegiatan
keagamaan disekitar rumah

13. Kebutuhan Dasar

No Kegiatan sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit


1. Nutrisi Klien mengatakan klien Klien mengatakan semenjak
makan 3 kali/hari habis 1 sakit makan 2 kali/hari hanya
porsi. habis ½ porsi dikarenakan

22
menurunnya nafsu makan.
2. Eliminasi Klien mengatakan BAB 1 Klien mengatakan BAB ± 5
kali/hari dengan kali/hari dengan konsistensi
konsistensi padat, warna cair.
kuning kecoklatan. Klien BAK sekitar 5-7 kali
Klien BAK sekitar 3-4 kali sehari.
sehari.
3. Perawatan kebersihan klien mengatakan mandi 1 Klien mengatakan selama
diri
kali sehari dengan sabun dirawat klien belum mandi,
dan sampo untuk daerah hanya dilap oleh orang tuanya
kepalanya. 1x sehari pada pagi hari.
4. Aktivitas istirahat dan klien mengatakan klien Selama di rawat klien tidak
tidur
sekolah dari pukul 7 pagi dapat beraktivitas, klien
hingga pukul 2 siang, serta hanya berbaring di tempat
jarang berolahraga tidur.
Klien tidur sekitar 7 Klien mengatakan sulit tidur,
jam/hari. tidur hanya 4-5 jam sehari
karena tidak terbiasa dengan
lingkungan rumah sakit.

14. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum : Composmentis

b. Kuantitatif :

- Respon motoric :6

- Respon verbal :5

- Respon membuka mata :4 +

15
c. TB : 160 cm

BB sebelum sakit : 49 kg
BB saat sakit : 35 kg

23
Lingkar Kepala : 54 cm
Lingkar Lengan Atas : 15 cm
BB 35
IMT : = = 13,67 (N = 18,6-25)
TB ² 1, 6²
d. Tanda – tanda vital :

- Suhu: 36,4 oC

- Nadi: 100 x/menit

- Pernafasan: 38 x/menit

- Tekanan Darah: 90/60 mmHg

- SPO2 : 92%

e. Mata

Terlihat mata simetris kanan dan kiri, sklera anikterik, konjungtiva tidak
anemis, pupil mengecil saat terkena sinar, tidak adanya alat bantu
penglihatan dan pada perabaan bagian bawah mata tidak ada nyeri tekan
dan pada palpebra tidak terdapat edema.
f. Hidung

Terlihat hidung simetris kanan dan kiri, berbentuk normal, tidak adanya
infeksi dan secret yang keluar dari rongga hidung serta pada perabaan
dengan penekanan tidak adanya nyeri maupun benjolan pada hidung, tidak
terlihat adanya cuping hidung, pasien memakai nasal kanul.
g. Mulut

Terlihat bibir simetris, mukosa bibir kering, tidak adanya lesi pada mukosa
bibir, lidah terdapat bercak putih, gigi lengkap tidak adanya karies, dan
tidak adanya stomatitis pada permukaan rongga mulut.
h. Telinga

Terlihat daun telinga simetris, tampak bersih, tidak adanya lesi. Pada
perabaan telinga tidak ada nyeri tekan, serta tidak adanya benjolan.
i. Leher

Terlihat leher tidak terdapat lesi maupun benjolan, pada perabaan di leher
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, dan vena
jugularis.

24
j. Jantung

Terlihat jantung simetris, pada perabaan tidak adanya pembengkakan atau


pembesaran jantung. Saat dilakukan pengetukan bagian jantung terdapat
bunyi sonor dan terdapat bunyi jantung lup dup, CRT = 3 detik serta tidak
adanya suara tambahan.
k. Thorax dan pernafasan

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada otot bantu pernafasan, fremitus
kanan dan kiri simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, getaran nafas redup di paru-
paru bagian kanan atas

Perkusi : sonor dibagian kiri, redup dibagian kanan

Aukultrasi : terdapat suara ronkhi

l. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Abdomen datar, hepar tidak terlihat, tidak ada luka, tidak ada
lesi
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : bunyi timpani
Aukultrasi : bising usus normal 12x/menit.
m. Ekstermitas dan kulit

Terlihat warna kulit sawo matang, kulit bersih, tidak ada lesi, ekstremitas
atas dan bawah lengkap, tidak ada kelainan. Saat perabaan terdapat turgor
kulit tidak elastis, akral teraba dingin, dan tidak ada edema.
n. Genitalia
Tidak ada kelainan pada genitalia

15. Data Penunjang


Pemeriksaan Diagnostik
a. Hb : 6,0 gr/dl = Rendah (Normal : 12,0-16,0gr/dl)
b. Hematokrit : 21 % = Rendah (Normal : 37-43%)
c. Eritrosit : 2.900.000/mm3 = Rendah (Normal :
4.000.000-5.900.000/mm3)
d. Leukosit : 12.500/mm3 = Tinggi (Normal : 4.000-10.000/mm3)

25
e. Trombosit : 255.000/mm3 = Normal (Normal : 150.000-440.000/mm3)

16. Terapi Medik


Infus Ringer laktat (RL) 900cc/hari
Ceftriaxone IV 1x1,5g
Flurosemide IV 2x15g
Tranfusi PRC 250ml
Tranfusi Albumin 25% 100ml

II. Analisa Data


No Data Senjang Penyebab Masalah
. Keperawatan
1. DS: Microbacterium Bersihan Jalan
 Pasien mengeluh sesak nafas tuberculosa Napas Tidak
sejak 2 minggu sebelum ↓ Efektif (D.0001)
masuk Rumah Sakit Masuk dalam lapang
 Pasien mengeluh batuk-batuk paru
 Dahak tidak dapat ↓
dikeluarkan. Sampai ke alveoli

DO : Pembentukan tuberkel

 Pasien tampak batuk dan sulit peradangan

mengeluarkan dahaknya ↓

 Terdengar suara ronkhi Infeksi primer pada


alveoli
 Getaran nafas menurun pada

paru bagian kanan atas
Produksi sekret berlebih
 SPO2 : 92%

 RR : 38x/menit
Sekret Kental
 HR : 100x/menit

Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif

26
2. DS : TBC Primer Defisit Nutrisi
 Pasien mengeluhkan lemas D.0019
 Pasien mengatakan turun berat Terjadi penyebaran
badan 14kg dalam 2 bulan hematogen bakteremia ke
 Pasien mengatakan tidak nafsu peritonium
makan
Asam lambung
DO : meningkat

 Pasien tampak lemah


 Pasien tampak kurus Mual, muntah

 Porsi makan yang diberikan


Anoreksia
tampak tidak dihabiskan
 TB : 160 cm
Defisit Nutrisi
 BB sebelum sakit : 49 kg
 BB saat sakit : 35 kg
 IMT :
BB/TB² = 35/1,6² = 13,67 (N
= 18,6-25)

III. Diagnosa Keperawatan


1. D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d. adanya penumpukan secret
ditandai dengan mengeluh sesak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit,
batuk batuk, dahak tidak dapat dikeluarkan.
2. D.0019 Defisit Nutrisi b.d anoreksia ditandai dengan turun berat badan 14kg
dalam 2 bulan

IV. Rencana Keperawatan


No Tangga Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
. l Keperawatan
1. 30 Bersihan Luaran utama : Intervensi utama : 1. Observasi
Maret Jalan Napas Bersihan Jalan Manajemen Jalan Nafas - Untuk mengetahui
2022 Tidak Nafas (L.01001) (I.01011). frekuensi dan
Efektif Setelah dilakukan Observasi kedalaman nafas

27
(D.0001) proses - Monitor jalan nafas - Mengetahui
keperawatan maka - Monitor bunyi nafas adanya bunyi
diharapkan kondisi tambahan nafas tambahan
pasien membaik - Monitor sputum - Mengetahui
dengan kriteria Terapeutik jumlah dan warna
hasil : - Posisikan semi sputum
- Batuk fowler/fowler 2. Terapeutik
berkurang - Lakukan postural - Untuk
- Sesak drainase memberikan
berkurang - Berikan minum kenyamanan
- Suara ronkhi hangat - Untuk
menurun - Berikan oksigen, jika mengencerkan
perlu sekret
Edukasi - Mengurangi sesak
- Ajarkan teknik 3. Edukasi
batuk efektif
Mempermudah
pengeluaran sekret
2. 30 Defisit Luaran utama : Intervensi utama : 1. Observasi
Maret Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi - Mengetahui status
2022 (D.0019) (L.03030) (I.03119) nutrisi pasien
Setelah dilakukan Observasi - Mengetahui porsi
proses - Identifikasi status asupan makanan
keperawatan maka nutrisi pasien
diharapkan kondisi - Monitor asupan 2. Terapeutik
pasien membaik makanan Menambah nafsu
dengan kriteria Edukasi makan pasien
hasil : - Berikan suplemen
- Porsi makan makanan
yang Kolaborasi
dihabiskan - Ajarkan diet yang
meningkat diajarkan
- Nafsu makan - - Ajarkan
pentingnya asupan
membaik
makanan bagi

28
tubuh

V. Implementasi
Tgl No
IMPLEMENTASI
Dx TTD
30 1 Observasi
Maret - Monitor pola nafas
2022 - Monitor bunyi nafas Muhamad
- Monitor sputum Reza
Terapeutik Yogaswara
- Posisikan semifowler/fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan postural drainase
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
30 2 Observasi
Maret - Identifikasi status nutrisi
2022 - Monitor asupan makanan
Terapeutik
Muhamad
- Berikan suplemen makanan
Reza
Edukasi
Yogaswara
- Ajarkan diet yang diprogramkan
- Ajarkan pentingnnya asupan makanan bagi tubuh

29
VI. Catatan Perkembangan
31 1 S : Pasien mengatakan sesak dan batuk berkurang, dahak sudah
Maret dapat dikeluarkan
22 O:
- Pasien tampak batuk
- Terdengar suara ronkhi
Muhamad Reza
- RR : 25 x/menit
Yogaswara
- HR : 80 x/menit
- SpO2 : 96%
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dihentikan
31 2 S = Pasien mengatakan nafsu makan membaik
Maret O = Porsi makan pasien habis
22 A = Masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan Muhamad Reza
Yogaswara

30
BAB IV
PENUTUP

4.2. Kesimpulan
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).

4.2. Saran
Dengan adanya uraian diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP) diberbagai
rumah sakit.
b. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan asuhan
keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam memberikan
asuhan kepereawatan kepada pasien, sehingga pasien akan mendapatkan
perawatan yang holistik dan komprehensif
c. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas dan profesional, guna terciptanya perawat- perawat yang
profesional, terampil, cekatan dan handal dalam memberikan asuhan
keperawatan

31
DAFTAR PUSTAKA

(Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI). (E-book) diakses pada 2 April 2022 pukul 00.45 WIB
(Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC). (E-book) diakses
pada 2 April 2022 pukul 00.45 WIB
Apriningsih, dr. Hendrastutik 2021 “Gejala TB Paru dan Pencegahannya”,
https://rs.uns.ac.id/gejala-tb-paru-dan-pencegahannya/ diakses pada 2 April 2022
pukul 00.45 WIB
dr. Pittara 2022 ”TBC (Tuberkulosis)” https://www.alodokter.com/tuberkulosis diakses pada
2 April 2022 pukul 00.45 WIB

32

Anda mungkin juga menyukai