Anda di halaman 1dari 27

Makalah Agama Tentang Organ Tubuh Manusia

Berdasarkan Hukum Dan Dalilnya

Disusun oleh:
Wia Wulanda (17020019)
Mata Kuliah: pendidikan agama 3

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
AL – ISLAM TUNAS BANGSA BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2020
A. Jual Beli Organ Manusia
Tindakan jual beli organ tubuh kembali mengemuka. Orang-orang rela menjual organ
tubuhnya kepada sindikat karena mendapat iming-iming uang yang tidak sedikit.

Secara hukum positif, praktik jual beli organ tubuh dilarang. Tindakan ini bisa
mendapatkan ancaman pidana. Lalu bagaimana hukum Islam memandangnya?
Anggota Dewan Fatwa Al Washliyah, KH Ovied R berpendapat, sesuai dengan ijma ulama
praktik jual beli organ tubuh dikategorikan haram. Tindakan menjual organ tubuh adalah
tindakan batil dengan alasan donor anggota tubuh hukumnya haram.

Landasannya terdapat dalam Alquran surah al-Maidah ayat 32. "Barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-
rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi."

Haramnya jual tubuh organ tubuh juga dikarenakan praktik donor organ tubuh masih terdapat
silang pendapat. Ada yang mutlak mengharamkannya. Sementara yang memperbolehkan
berpendapat donor harus bersifat kemanusiaan.Artinya jika praktik pemberian organ tubuh itu
disertai transaksi jual beli, maka jatuhnya menjadi haram.

Menurut Kiai Ovied, sebahagian ulama yang mengharamkan donor organ tubuh beralasan karena
organ tubuh manusia tidak boleh diubah-ubah dari tempatnya. Mengubah bentuk manusia sama
dengan menyakiti manusia itu sendiri atau mengubah ciptaan Allah baik manusia masih hidup
maupun sudah mati.

Namun sebahagian ulama ada yang membolehkan donor organ tubuh. Mereka beralasan untuk
kepentingan dan kemaslahatan yang lebih besar seperti donor mata dan ginjal yang diambil dari
orang yang telah mati agar dapat digunakan untuk orang yang masih hidup sehingga manfaatnya
dan kemaslahatannya lebih besar.

Berdasarkan kaidah fikih yang menyebutkan, Idza Ta'aradhat Al Mashalih Bada'a Biahammiha
(Apabila bertentangan sebuah kemaslahatan, maka diutamakanlah kemaslahatan yang lebih
besar). Dari kaidah ini disebutkan donor itu merupakan tindakan pertolongan dalam kebaikan dan
membawa kemaslahatan yang lebih besar.

Namun ada beberapa persyaratan cukup ketat dalam donor jenis ini. Pertama harus sesuai dengan
syari'ah agama artinya donor organ tubuh tidak dilakukan dengan cara-cara yang zalim,
pencurian, kecurangan, atau jalan yang batil.
Kedua, tidak dibenarkan dan hukumya haram menjual organ tubuh dengan alasan donor karena
miskin atau ingin mencari keuntungan finansial.

Selanjutnya, harus sesuai menurut undang-undang kesehatan dan kedokteran terhadap donor
organ tubuh manusia atau donor darah. Lalu harus ada izin orang yang ingin mendonorkan atau
izin ahli warisnya, tidak ada paksaan bagi yang ingin mendonorkan, semata-mata untuk
kemaslahatan yang dibenarkan oleh syar'i.Kemudian, tidak menyebabkan kemudratan yang lebih
besar bagi yang mendonorkan.

Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam kumpulan fatwanya juga berpendapat hampir sama. Meski
jawaban yang diberikan khusus donor mata, namun bisa diqiyaskan dengan donor organ tubuh
secara umum. Soal donor organ tubuh diperbolehkan asalkan pendonor melakukan dengan niat
kemanusiaan. Tidak boleh karena motivasi komersil. Sehingga harus ikhlas karena Allah.

Si penerima donor pun harus dipastikan bahwa setelah mengalami penyembuhan benar-benar
berkecenderungan untuk menyempurnyakan pengabdiannya kepada Allah SWT.

Bagi pendonor yang memiliki ahli waris izin ahli waris sangat diperlukan. Setidaknya tidak ada
ahli waris yang merasa keberatan. Kecuali si pendonor berwasiat semasa hidup akan
mendonorkan organ tubuhnya di hadapan ahli waris, maka donor jenis ini tidak masalah.

Hal ini juga sejalan dengan fatwa MUI tentang donor kornea mata. Seseorang yang semasa
hidupnya berwasita akan menghidupkan kornea matanya sesudah wafat dengan diketahui ahli
waris, wasiat itu dapat dilaksanakan.

B. Operasi plastik yang diperbolehkan dan dilarang

Hukum operasi plastik dengan tujuan kecantikan tidak diperbolehkan oleh syariat.


Perlu diketahui bahwa hukum operasi plastik ini ada rinciannya.

1) Operasi plastik untuk menghilangkan cacat dan aib


Hukumnya boleh karena termasuk “mengembalikan ciptaan Allah”, misalnya operasi bibir
sumbing, operasi rekonstruksi wajah setelah kecelakaan dan lain-lainnya.

2) Operasi plastik untuk kecantikan

Hukumnya adalah haram karena ini termasuk mengubah ciptaan Allah

Hal in senada dengan yang dfatwakan oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin,
beliau merinci hukum operasi plastik:

‫ التجميل نوعان‬:

‫ وهذا ال بأس به وال حرج‬، ‫… تجميل إلزالة العيب الناتج عن حادث أو غيره‬

‫ والنوع الثاني‬:

‫ وهو محرم ال يجوز‬، ‫هو التجميل الزائد وهو ليس من أجل إزالة العيب بل لزيادة الحسن‬ ….

“Operasi (plastik) ada dua macam:

1) Operasi plastik untuk menghilangkan aib akibat kecelakaan/musibah dan yang lainnya,


maka hal ini tidak mengapa dan diperbolehkan

2) Operasi plastik untuk menambah kecantikan dan bukan untuk menghilangkan aib
bahkan untuk membuat tambah cantik maka hukumnya haram dan tidak boleh.” [Fatawa
Islamiyyah 4/412]

Berikut dalil dari rincian tersebut:

1) Operasi plastik untuk menghilangkan cacat dan aib

Hukumnya boleh, dalilnya adalah kisah sahabat Urfujah bin As’ad radhiallahu ‘anhu yang
menggunakan emas untuk memperbaiki hidungnya, padahal emas haram bagi laki-laki.

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ ْن يَتَّ ِخ َذ َأ ْنفًا ِم ْن‬


َ ‫ق فََأ ْنتَنَ َعلَ ْي ِه فََأ َم َرهُ النَّبِ ُّي‬
ٍ ‫ فَاتَّ َخ َذ َأ ْنفًا ِم ْن َو ِر‬،‫ب فِي ْال َجا ِهلِيَّ ِة‬
ِ ‫يب َأ ْنفُهُ يَوْ َم ْال ُكاَل‬
َ ‫ص‬ِ ‫َأنَّهُ ُأ‬
ٍ َ‫َذه‬
‫ب‬

“Hidungnya terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman jahiliyah.


Kemudian beliau tambal dengan perak, namun hidungnya malah membusuk. Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menggunakan tambal hidung
dari emas.” [HR. An-Nasai 5161, Abu Daud 4232]
Baca juga: Melamar Wanita Yang Tidak Berjilbab Atau Ber-Tabarruj

2) Operasi plastik untuk kecantikan

Hukumnya adalah haram karena ini termasuk mengubah ciptaan Allah

Allah Ta’ala berfirman,

ْ ‫َوآل ُم َرنَّهُ ْم فَلَيُ َغيِّر َُّن‬


..َ‫خَلق‬

“dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya”. (An-Nisa’ :119)

Sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

َ ‫ت خَ ْل‬
ِ ‫ق هَّللا‬ ِ ‫ لِ ْل ُح ْس ِن ال ُم َغي َِّرا‬،‫ت‬
ِ ‫ت َوال ُمتَفَلِّ َجا‬ َ ‫ َوال ُمتَنَ ِّم‬،‫ت‬
ِ ‫صا‬ ِ ‫ت َوال ُموتَ ِش َما‬ ِ ‫لَ َعنَ هَّللا ُ ال َو‬
ِ ‫اش َما‬

“Semoga Allah melaknat orang yang mentato, yang minta ditato, yang mencabut alis,
yang minta dikerok alis, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang
mengubah ciptaan Allah.” [HR. Bukhari 4886]

Operasi untuk memperindah dan kecantikan diharamkan sedangkan untu menghilangkan


cacat atau penyakit maka diperbolehkan. As-Syaukani menjelaskan,

‫ فإنه ليس بمحرم‬،‫قوله (إال من داء) ظاهره أن التحريم المذكور إنما هو فيما إذا كان لقصد التحسين ال لداء وعلة‬

“Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘kecuali karena penyakit’ dzahir maksudnya
bahwa keharaman yang disebutkan, yaitu jika dilakukan untuk tujuan memperindah
penampilan, bukan untuk menghilangkan penyakit atau cacat, karena semacam ini tidak
haram.” [Nailul Authar, 6/229]

C. Macam-macam operasi plastik yang diperbolehkan dan dilarang yang


dibolehkan conton (bibir sumbing, menolong anggota badan yang berlebihan,
dll)

Bahkan dalam kondisi tertentu diperbolehkan memindahkan atau menghilangkan bagian


tubuhnya jika kondisi  tersebut membawa kepada penyakit yang lebih membahayakan atau
membahayakan nyawa, misalnya luka karena suatu penyakit misalnya kanker payudara
yang jika tidak diangkat akan menyebar ke anggota tubuh yang lain.
Operasi yang dilakukan tentunya harus dijalankan oleh pihak yang berkompeten dan
diiringi dengan doa kepada Allah agar diberi jalan kesembuhan atas penyakit nya.

Haram

Adapun operasi yang haram hukumnya ialah yang hanya bertujuan untuk mempercantik
atau memperindah bentuk tubuh semata karena nafsu duniawi  tanpa ada niat mengobati
atau memperbaiki suatu kecacatan. Allah berfirman :

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya.” (QS
At Tin : 4)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah sebaik baik mkhluk yang diciptakan
Allah, manusia memiliki kecantikan atau ketampanan yang relatif dan berbeda satu dengan
lainnya, meskipun begitu, manusia sering merasa kurang bersyukur dengan pemberian
Allah sehingga senantiasa berusaha untuk memperindah fisik nya hingga mengubah
ciptaan Allah dengan melakukan operasi plastik.

Operasi plastik dengan tujuan dasar kecantikan sering disebut dengan istilah bedah
kosmetik, sebagian besar dilakukan oleh wanita dimana hasrat dasar mereka adalah suka
berhias dan ingin senantiasa tampil cantik dan menarik, sesungguhnya kecantikan bukan
hanya dari fisik saja, wanita yang memiliki inner beauty, kecerdasan, kesederhanaan, dan
kecantikan alami lebih menarik di mata laki laki, wanita sholehah yang memiliki akhlak
baik dan lemah lembut juga lebih indah di mata Allah.

Operasi bedah kosmetik ini haram hukumnya sesuai firman Allah berikut : “dan akan aku
(syetan) suruh mereka mengubah ciptaan Allah lalu benar benar mereka mengubahnya”.
(QS An Nisa 119). Ayat tersebut menjelaskan kecaman atas perbuatan syetan yang
senantiasa mengajak manusia untuk melakukan berbagai perbuatan maksiat diantaranya
mengubah ciptaan Allah (taghyir khalqillah).

Salah satu cara mensyukuri nikmat allah ialah dengan menerima kondisi yang sudah Allah
berikan dan tidak berupaya untuk mengubahnya dengan jalan operasi kecuali dalam
keadaa darurat.

Beberapa contoh tindakan operasi plastik yang diharamkan yaitu :

Menyambung Rambut atau Membuat Tatto


Dilakukan dengan cara menyambung rambut agar terlihat lebih panjang dan indah,
mengubah bentuk rambut dari keriting menjadi lurus sehingga menipu orang lain.
Membuat tatto dilakukan dengan melukis atau membuat tanda secara kekal pada anggota
tubuh dengan menusuk nusuk jarum menggunakan warna warna tertentu untuk tujuan
kecantikan dan dipamerkan. Padahal hukum bertato dalam islam sudah jelas bukan?

Perbuatan ini haram dan dilaknat Allah, Rasulullah bersabda dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Ibn Umar “Allah melaknat orang yang melakukan penyambungan
rambut dan membuat tatto, baik pelaku atau orang yang disuruh membuat tatto”.

Mengubah Jenis Kelamin dengan Mengubah Jenis Kelamin Laki Laki Menjadi
Perempuan atau Sebaliknya

Hal ini jelas tidak sesuai syariat islam karena mengubah takdir yang telah ditentukan Allah
seperti sabda Rasulullah berikut “Allah melaknat orang orang yang berusaha menyerupai
laki laki menjadi perempuan atau dari perempuan menjadi laki laki”. (HR Ibn Abbas)

Memakai Kawat Gigi

Termasuk perbuatan yang dilarang karena memiliki unsur penipuan dan menghias diri
secara berlebihan, umumnya dilakukan karena ingin tampil lebih menarik atau mengikuti
trend belaka. tanam gigi menurut islam juga tidak diperbolehkan jika bertujuan secara
berlebihan. Rasulullah bersabda “yang merenggangkan gigi untuk kecantikan, mereka itu
yang mengubah ubah ciptaan Allah”. (Imam Al Qurthubi Rahimahullah dalam tafsirnya)

Sulam Bibir dan Sulam Alis

Hal ini tidak dibenarkan dalam syariat islam karena termasuk merubah ciptaan Allah dan
menyakiti diri sendiri sebagaimana diketahui proses nya dilakukan dengan digambar
menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam kulit hingga lapisan kulit kedua yang
tentu akan menyaktkan diri sendiri. Perbuatan tersebut dilarang seperti pada hadist
berikut “larangan tersebut adalah untuk alis dan ujung ujung wajah” (Sharh Shahih
Muslim 14/106)

Membesarkan Payudara dengan Implan

Tidak diperkenankan jika hanya bertujuan untuk berbangga dan mempertontonkan


kecantikan diri. Hal tersebut merupakan kebiasaan wanita jaman jahiliyah dulu kala yang
tidak mengenal ilmu agama dan hanya diamanfaatkan sebagi budak lelaki. Allah berfirman
dalam QS Al Ahzab : 33

“dan hendaklah amu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang orang jahiliyah dahulu”.

Wanita barangkali memang merasa lebih percaya diri dengan bentuk tubuh yang indah,
apalagi jika berhubungan dengan suami, mereka akan merasa bangga jika tubuhnya
disukai oleh suami, boleh saja memperindah bentuk tubuh dengan cara alami yang tidak
merusak ciptaan Allah misalnya dengan olahraga rutin, makan makanan yang bergizi, dan
memakai masker kacang panjang yang dihaluskan untuk mengencangkan payudara. Tetapi
jika sampai memaksakan keadaan seperti operasi implan payudara maka hal itu tidak
dibenarkan dalam islam.

Melakukan Operasi Pada Selaput Dara (mengembalikan keperawanan)

yang dilakukan untuk menutup aib dan penipuan karena pernah berbuat zina atau maksiat
dimana hal tersebut hanya mementingkan nafsu duniawi semata. Selain itu, aurat wanita
tersebut akan terlihat oleh orang lain sehingga hal ini tidak diperbolehkan dalam syariat
islam karena tidak dalam keadaan yang darurat. Hal ini haram karena lebih banyak
mudharat (bahaya) nya daripada manfaat nya, seperti firman Allah berikut “tidak boleh
melakukan perbuatan yang membuat mudharat baik permulaan ataupun balasan”. (HR
Ibnu Majah)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa operasi plastik yang dilakukan karena
bertujuan untuk memperbaiki cacat atau kekurangan pada tubuh yang termasuk kategori
darurat sehingga menyulitkan diri untuk melakukan aktivitas sehari hari halal hukumnya
atau boleh dilakukan.

Sedangkan operasi yang bertujuan karena ingin mempermanis diri, mengubah penampilan,
memperkuat citra dan lain sebagainyahanyakarena kehendak nafsu duniawi dengan
mengubah ciptaan Allah maka hal tersebut haram, tidak boleh dilakukan.Salah satu cara
mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menerima segala yang diberikan Nya. Islam
memiliki berbagai syariat yang terbaik, jika dilarang berarti mengarah pada keburukan,
jika diwajibkan atau dianjurkan berarti mengarah pada kebaikan. Semoga kita senantiasa
bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan.
D. Pengambilan daging untuk ditambal di organ lainnya

dapun pembahasan hukum operasi plastik belum dijumpai dalam kitab-kitab fiqih klasik.
Pembahasan tentang operasi plastik baru-baru ini dijumpai seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini ada tiga permasalahan yang terjadi dalam
operasi plastik atau face off ini. Diantara kasus tersebut, yaitu :

1. Operasi plastik yang bertujuan untuk memperbaiki oragan atau sel-sel yang kurang
sempurna atau rusak agar dapat berfungsi seperti sediakala. Operasi ini dilakukan terhadap
orang yang mempunyai cacat fisik, baik cacat sejak lahir maupun cacat yang disebabkan
oleh hal-hal tertentu. Pelaksanaan operasi plastik ini meliputi :

Operasi plastik pada cacat bawaan lahir, misalnya bibir sumbing, dan mata buta. 

Operasi plastik pada luka bakar, misalnya wajah yang terkena air aki
atau organ tubuh yang tersiram air panas, dan cacat yang lain yang diakibatkan kecelakaan

2. Operasi plastik yang bertujuan untuk memperindah atau mempercantik bentuk tubuh.
Operasi ini dilakukan untuk membuat organ atau bagian tubuh lebih menarik. Operasi ini
disebut operasi plastik cosmetika atau operasi plastik pada tulang-tulang muka.

3. Operasi plastik yang bertujuan untuk menggantikan anggota organ tubuh yang rusak
akibat dari suatu penyakit. Pelaksanaan operasi plastik ini meliputi: 

Auto Transpalasi, yaitu transpalasi dimana donor dan resipiennya satu individu. Seperti
orang yang pipinya dioperasi karena membusuk, maka untuk memulihkan bentuk tersebut
diambil daging dari anggota tubuh yang lain.

Homo Transpalasi, yaitu transpalasi dimana donor dan resipiennya individu yang sama
jenisnya. Jenis disini maksudnya adalah manusia dengan manusia. Misalkan donor ginjal
kepada orang yang memerlukan.

Hetero Transpalasi, yaitu transpalasi dimana donor dan resipiennya individu yang
berlainaan jenisnya, seperti transpalasi yang donornya adalah hewan, sedangkan
resipiennya adalah manusia.

Terkait permasalahan tentang operasi plastik atau  face off  pada wajah atau anggota tubuh
lainnya belum dijelaskan dalam al-Qur'an dan hadits. Untuk menetapkan hukum
pelaksanaan operasi plastik dari segi Hukum Islam diperlukan adanya istimbath hukum,
yaitu bahwa didalam beristimbath diperlukan ijtihad.

Karena operasi plastik belum dijumpai pada masa nabi dan para sahabat tentunya dalam
menetapkan hukum tidak asal-asalkan melainkan ada proses ijtihad para ulama secara teliti
dan rinci.

Menurut penulis hukum operasi plastik pada awalnya diharamkan karena merubah bentuk
wajah atau anggota badan lainnya tidak sesuai pemberian yang Maha Kuasa. Akan tetapi
dalam situasi tertentu diperbolehkan melakukannya. Hukum boleh adanya operasi plastik
didasarkan pada kaidah ushul fiqh yang berbunyi "Jika berkumpul dua bahaya, maka wajib
kalian mengambil bahaya yang paling ringan".

Dalam hal ini dijelaskan bahwa prinsip didalam Islam segala sesuatu yang menimbulkan
kemadlorotan harus dihilangkan, tetapi apabila kita menghadapi dua masalah yang
mendatangkan kemadlorotan, maka kemadlorotan yang lebih besar diusahakan agar
dihilangkan dengan menggantikan menjadi kemadlorotan yang lebih ringan. 

Ada beberapa perbedaan hukum mengenai operasi plastik. Perbedaan tersebut berdasarkan
situasi yang terjadi atau didahadapi korban operasi plastik. Diantara hukum operasi
menurut Islam ialah :

1. Hukum operasi plastik yang dilakukan dalam keadaan atau situasi dhlorurot misalkan
operasi plastik yang bertujuan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak akibat cacat bawaan
lahir atau karena kecelakaan maka diperbolehkan berdasarkan pada hadits

"Berobatlah kamu wahai hamba-hamba Allah SWT, karena sesungguhnya Allah tidak
meletakkansuatu penyakit kecuali Dia juga meletakkan obat penyembuhannya, selain
penyakit yang satu, yaitu penyakit tua". (Hadist riwayat Ahmad in hanbal, Al-Tirmidzi).

Hukum memperbolehkan operasi plastik yang lainnya adalah jika tidak melakukan operasi
plastik ditakutkan akan timbul kemadlorotan atau dampak buruk yang lebih besar.
Selanjutnya operasi plastik dilakukan untuk menciptakan kemaslahatan sehingga
meminimalisir kemadlorotan yang ada.

2. Konteks yang kedua mengenai operasi plastik adalah dengan tujuan memperindah atau
menyempurnakan anggota tubuh yang kurang sempurna. Penulis beranggapan pada
masalah ini operasi plastik dilarang.

Dalam hal ini para ulama' sepakat melarang atau tidak diperbolehkan. Karena pada hal
tersebut dilakukan berdasarkan hawa nafsu dan sikap ingin pamer sehingga akan
menimbulkan sikap sombong dan membanggakan pada diri sendiri.

Alasan lain adalah karena operasi plastik yang dilakukan atas dasar ingin memperindah
atau mempercantik anggota tubuh adalah ingin bersenang-senang tanpa memperhatikan
efek yang timbul atau dampaknya.
Pendapat ini berdasarkan dengan "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
SWT kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan
kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan". (QS. Al-Qashas ayat 77)

Dasar yang lain terkait masalah ini adalah

 "Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu". (QS. al-Ahzab ayat 33)

3. Permasalahan yang ketiga tentang operasi plastik ialah operasi plastik yang bertujuan
untuk menggantikan anggota organ tubuh yang rusak akibat dari suatu penyakit. Dalam hal
ini hukum menurut agama Islam. Dua hal yang membahas mengenai operasi plastik.
Pertama tentang donor organ manusia individu dan sesama manusia hal tersebut
diperbolehkan selama hal tersebut darurat dan manusia yang mendonorkan organ sudah
meninggal dan ikhlas organnya diambil untuk orang lain.

Pendapat tersebut dikuatkan dengan dasar al-Qur'an "Dan janganlah kamu membunuh
dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." Akan tetapi jika yang
mendonorkan adalag oran yang masih hidup maka tidak diperbolehkan karena sama
dengan perlahan membunuh dirinya sendiri atau menghilangkan salah satu fungsi organ
tubuh yang telah Allah berikan.

Kedua adalah jika yang mendonorkan hewan, jika hewan tersebut halal menurut Islam
maka diperbolehkan, tetapi jika yang mendonorkan adalah hewan haram seperti babi maka
dilarang sesuai hadits nabi "Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat, serta
menjadikan bagi setiap penyakit itu obatnya, Dari itu berobatlah kamu, tetapi jangan
berobat dengan yang haram!"(H.R Abu Dawud No. 3372).

Jadi menurut paparan diatas ada beberapa pendapat tentang permasalahan operasi plastik
face off. Ada tiga pendapat atau pembagian operasi plastik. Yang pertama jika operasi
plastik dilakukan karena tujuan memperbaiki fungsi organ tubuh yang buruk atau karena
kecacatan bawaan lahir atau karena kecelakaan maka diperbolehkan menurut pendapat
ulama.

Kedua jika operasi plastik yang dilakukan dengan tujuan memperindah atau
menyempurnakan organ tubuh sebagian ulama melarang. Karena tujuan bisa saja
bersenang-senang atau pamer sehingga bisa menimbulkan sifat sombong.

Ketiga adalah tranplantasi organ tubuh manusia individu dan manusia sesama manusia.
Diperbolehkan jika yang mendonorkan manusia yang sudah meninggal dan jenazah ikhlas
untuk mendonorkan, melarang jika manusia pendonor masih hidup.
Selanjutnya jika pendonor hewan halal maka diperbolehkan, jika pendonor hewan haram
maka dilarang. Apabila keadaan terpaksa atau dalam keadaan darurat untuk mengambil
hewan haram maka diperbolehkan.

Keadaan seperti itu dari pihak pasien maka hukum ibadahnya setelah
melakukan transplantasi organ hewan haram tetap sah. Diibartkan dengan manusia yang
hidup dalam tubuhnya menyimpan feses dan beribadah, maka ibadah tersebut dihukumi
sah.

E. Donor mata atau organ lainnya yang sudah meninggal

Donor mata (at-tabarru bi al-ain, eye donation) adalah pemberian kornea mata kepada
orang yang membutuhkannya (resipien). Kornea mata tersebut umumnya diambil dari
mayat, lalu ditransplantasikan (dicangkokkan) kepada resipien.

Pengangkatan kornea mata mayat harus dilaksanakan kurang dari 6 jam sejak donor
dinyatakan meninggal, dan dalam waktu 24 jam sudah harus dicangkokkan ke resipien.
Meski umumnya diambil dari mayat, dimungkinkan pula kornea mata diambil dari donor
yang masih hidup. (Yusuf bin Abdullah al-Ahmad, Ahkam Naql Adha` al-Insan fi a-Fiqh
al-Islami, Riyadh : 1425 H).

Hukum syari yang rajih (kuat) dalam masalah ini menurut kami sebagai berikut : jika
donor mata berasal pendonor hidup hukumnya mubah. Jika dari mayat hukumnya haram.

Bolehnya donor mata dari orang hidup, dikarenakan ada dalil syari yang menetapkan hak
milik organ tubuh dan tiadanya risiko kematian donor mata. Syaikh Abdul Qadim Zallum
menyatakan boleh secara syari seseorang yang masih hidup mendonorkan satu atau lebih
organ tubuhnya kepada orang lain secara sukarela, karena adanya hak milik orang itu atas
organ tubuhnya, dengan syarat tidak mengakibatkan kematian pendonor. (Abdul Qadim
Zallum, Hukm al-Syari fi al-Istinsakh, hal. 9).

Menurut Syaikh Abdul Qadim Zallum kalau seseorang matanya tercongkel akibat
perbuatan orang lain, dia berhak mengambil diyat (tebusan) atau memaafkan orang itu.
Jika memaafkan, berarti dia menyumbangkan diyat, yang artinya dia mempunyai hak milik
atas diyat. Adanya hak milik atas diyat, artinya ada hak milik atas organ tubuh yang
disumbangkan dalam bentuk diyat.

Ringkasnya, bolehnya memaaafkan artinya adalah penetapan hak milik organ tubuh.
Dalam hal ini telah terdapat nash-nash yang membolehkan memberikan maaf dalam
qishash (QS Al-Baqarah : 178) dan berbagai diyat. Sabda Nabi SAW,"Barangsapa
tertimpa musibah pembunuhan atau penganiayaan fisik, dia berhak memilih salah satu dari
tiga pilihan; menuntut qishash, mengambil diyat, atau memaafkan." (HR Ahmad, Abu
Dawud, dan Ibnu Majah). (Imam Syaukani, Nailul Authar, hal. 1405).

Adapun jika donor mata berasal dari mayat, hukumnya haram. Alasannya ada 2 (dua):
pertama, ketika seseorang meninggal, hilanglah hak miliknya atas apa pun, baik hartanya,
tubuhnya, atau isterinya. Buktinya, hartanya wajib diwariskan, tubuhnya wajib
dikuburkan, dan isterinya wajib menjalani masa iddah.

Maka orang yang meninggal tidak boleh lagi melakukan tasharruf (perbuatan hukum) atas
tubuhnya, misalnya mendonorkan atau berwasiat kepada ahli warisnya mendonorkan
organ tubuhnya. Wasiat ini tidak sah, karena merupakan wasiat atas sesuatu yang tidak lagi
dimiliki. Kaidah fiqih menyatakan: Man laa yamliku at-tasharrufa laa yamliku al-idzin
fiihi. (Barangsiapa tidak berhak melakukan tasharruf, tidak berhak pula memberikan izin
melakukan tasharruf). (Az-Zarkasyi, al-Mantsur fi al-Qawaid, 3/211; M. Shidqi al-Burnu,
Mausuah al-Qawaid al-Fiqhiyah, 11/1081; Hasan Ali al-Syadzili, Hukm Naql Adha` Al-
Insan fi Al-Fiqh al-Islami, hal.109).

Kedua, mayat mempunyai kehormatan yang wajib dijaga. Yaitu tidak boleh dianiaya
misalnya dicincang, dicongkel matanya, dipenggal lehernya, dan sebagainya. Sabda Nabi
SAW, "Memecahkan tulang mu`min yang sudah mati, sama dengan memecahkannya saat
dia hidup."(HR Ahmad, Malik, dan Ad-Daruquthni).

F. Pencangkokan dengan organ orang lain

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan, hukum transplantasi atau cangkok organ
tubuh diperbolehkan selama sesuai dengan ketentuan syariat. Sebaliknya, jika tidak
memenuhi ketentuan syariat, cangkok organ tak boleh dilakukan. Ketentuan hukum
mengenai cangkok organ tersebut tertuang dalam fatwa yang dikeluarkan MUI pada 2010.
Fatwa tersebut menegaskan, pencangkokan yang diperbolehkan jika melalui hibah, wasiat
dengan meminta, tanpa imbalan, atau melalui bank organ tubuh. Donor organ tubuh dari
orang meninggal juga diperbolehkan dengan syarat kematiannya disaksikan dua dokter
ahli.
Transplantasi dihukumi boleh, karena salah satu dasarnya adalah adanya maslahat yang
lebih besar. Maslahat itu ditentukan oleh kesaksian tim medis berdasarkan analisis
kedokteran yang kuat. "Namun, transplantasi diharamkan bila didasari tujuan komersial.
Tidak boleh diperjualbelikan," kata Ketua MUI, Ma'ruf Amin, beberapa waktu lalu. Ketua
Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (NU) Zulfa Musthofa, mengatakan, kesimpulan
yang sama diputuskan pula oleh NU. Bahkan, hukum transplantasi tersebut disepakati
dalam Muktamar NU Kesimpulannya, transplantasi organ tubuh menurut hukum Islam
diperbolehkan. Dengan catatan, jelas Zulfa, syarat dan ketentuan syariatnya terpenuhi. Di
antara syarat itu adalah persetujuan dari pemilik organ tersebut. “Kalau tidak ada izin itu,
tidak boleh.”
Hukum cangkok organ juga dibahas di Forum Bahtsul Masail pada Kongres ke-16
Muslimat NU beberapa waktu lalu. Tiga narasumber tampil memberikan pandangan terkait
masalah ini, yaitu Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub MA (Rais Syuriah PBNU Bidang Fatwa
yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal), Prof Dr Dra Istibsjaroh SH MA (praktisi hukum
Islam), dan Dr Imam Susanto (dokter spesialis bedah).

KH Ali Mustafa mengatakan, sebagai sesuatu yang tidak pernah terjadi pada masa
Rasulullah SAW, transplantasi organ tubuh manusia sempat diperselisihkan hukumnya
oleh ulama. Ada pendapat yang membolehkan, ini sesuai dengan hadis Bukhari dan
Muslim yang menyebutkan, organ tubuh akan hancur kecuali tulang ekor. “Karena itu,
memanfaatkan sesuatu yang apabila tidak dimanfaatkan akan hancur adalah hal yang baik,
jadi hukumnya boleh,” kata Mustafa. Namun, adapula yang mengharamkan. Mereka yang
berpendapat seperti ini, salah satunya berpegang pada surat Ali Imran ayat 109 yang

intinya menyebutkan, apa saja yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah, manusia
menggunakan saja. “Jadi, memberikan sesuatu yang tidak kita miliki kepada orang lain
hukumnya haram,” jelas Mustafa. Kedua pendapat ini, menurut dia, saling bertolak
belakang. Namun, pendapat yang rajih (kuat) dalam transplantasi organ tubuh adalah
pendapat pertama yang memperbolehkan, dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan.

G. Kloning kepada hewan, manusia, dan tumbuhan


Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk mendapatkan
tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan induknya.[4]

Kloning pada hewan

Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada hewan katak, tikus,
kera dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang berhasil hanyalah
percobaan Kloning pada domba. Awal mula proses pengkloningan domba adalah dengan
mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau ambingnya lalu sifat khusus
yang berhubungan dengan fungsi ambing ini dihilangkan, kemudian inti sel tersebut
dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba, setelah inti selnya dibuang kemudian
ditanamkan kedalan rahim domba agar memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi
janin dan akhirnya di hasilkan bayi domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode
genetic yang sama dengan domba pertama yang menjadi sumber pengambilan sel ambing.

Kloning pada embrio

Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang terbentuk dari
pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel embrio itu dibagi
dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang berpotensi untuk
membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu dipisahkan agar masing-masing
menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio pertama yang menjadi
sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat ditanamkan dalam rahim
perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri kedua dari suami bagi isteri
pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Yang selanjutnya akan menghasilkan
lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio yang sudah ada. Lalu akan terlahir
anak kembar yang terjadi melalui proses Kloning embrio ini dengan kode genetik yang
sama dengan embrio pertama yang menjadi sumber Kloning.

Kloning  pada manusia

Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung
dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan
mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian digabungkan
dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini –setelah bergabung
dengan inti sel tubuh laki-laki– lalu ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan agar
dapat memeperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan
sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan laki-
laki yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh.

Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perempuan saja tanpa
memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh
seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan dengan sel telur
perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini –setelah bergabung dengan inti sel
tubuh perempuan– lalu ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memperbanyak diri,
berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang
dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan perempuan yang
menjadi sumber pengambilan sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil
dilakukan pada hewan domba.

Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang diturunkan
hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh, baik laki-laki
maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan
induknya dalam hal penampilan fisiknya –seperti tinggi dan lebar badan serta warna kulit–
dan juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat asli. Dengan kata lain,
anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari induknya. Sedangkan
ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel
diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang ahli, maka
tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil
usaha, bukan sifat asli.

C. Manfaat dan Kerugian Kloning

Adapun manfaat dari Kloning diantaranya adalah:

Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan,
meningkatkan produktivitasnya.

Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit kronis-guna


menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping terhadap
kesehatan manusia.

Untuk memperoleh hormone pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi gen dan
diagnosis penyakit genetic.
Selain terdapai bnayak manfaat Kloning juga menimbulkan kerugian, antara lain:

Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.

Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.

Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara’. Seperti, hokum pernikahan, nasab,


nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan lain-lain.[8]

D. Hukum Kloning

Menurut syara’ hokum Kloning pada tumbuhan dan hewan tidak apa-apa untuk dilakukan
dan termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Dari hal itu memanfaatkan tanaman dan
hewan dalam proses Kloning guna mencari obat yang dapat menyembuhkan berbagai
penyakit manusia –terutama yang kronis– adalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan
hukumnya sunnah (mandub), sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi
berbagai obat-obatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Imam Ahmad
telah meriwayatkan hadits dari Anas RA yang telah berkata, bahwa Rasulullah SAW
berkata:

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia


menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !”

Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik RA, yang
berkata:

”Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui. Mereka
berkata,’Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ?”

Maka Nabi SAW menjawab :

“Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya…”

Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk memperbaiki kualitas
tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan
seperti sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan proses
Kloning untuk  mempertinggi produktivitas hewan-hewan tersebut dan
mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia,
terutama penyakit-penyakit yang kronis. Demikianlah hukum syara’ untuk Kloning
manusia, tanaman dan hewan.[9]

Kloning pada manusia haram menurut hukum Islam dan tidak boleh dilakukan. Dalil-dalil
keharamannya adalah sebagai berikut :

Anak-anak produk proses Kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak alami.
Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk manusia dan
dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunan. Allah
SWT berfirman :

ْ ُ‫ق ال َّزوْ َجي ِْن ال َّذ َك َر َوااْل ُ ْنثَى ِم ْن ن‬


‫طفَ ٍط ِإ َذا تُ ْمنَى‬ َ َ‫َوَأنَّهُ خَ ل‬

“dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan


perempuan, dari air mani apabila dipancarkan.” (QS. An Najm : 45-46)

Allah SWT berfirman :

“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya.” (QS. Al Qiyaamah : 37-38)

Anak-anak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki), tidak akan
mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika dihasilkan dari proses peminda-
han sel telur-yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh-ke dalam rahim perempuan
yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan
yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih.
Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak terdapat
ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT :

‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َواُ ْنثَى‬

“Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan.” (QS. Al Hujuraat : 13)
Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah
mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas RA, yang mengatakan
bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :

“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat
laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu Majah)

Berdasarkan dalil-dalil itulah proses Kloning manusia diharamkan menurut hukum Islam
dan tidak boleh dilaksanakan.[10]

E. Hukum Kloning menurut MUI

Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tangga123-


27 Rabi’ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000 M. dan membahas tentang Kloning, setelah

Menimbang,

bahwa salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah Kloning, yaitu “suatu
proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer dari sel janin yang sudah
beerdiferensiasi dari sel dewasa”, atau “penggandaan makhluk hidup menjadi lebih
banyak, baik dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam indung telur pada tahap
sebelum terjadi pemisahan sel-sel bagian-bagian tubuh”

bahwa masyarakat senantiasa mengharapkan penjelasan hukum Islam tentang Kloning,


baik Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan, hewan, dan terutama Kloning terhadap manusia;

bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang hukum
Kloning untuk dijadikan pedoman.

Memperhatikan:

Kloning tidak sama dengan, dan sedikit pun tidak berarti, penciptaan, melainkan hanya
sekedar penggandaan.

Secara umum, Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan membawa


kemanfaatan dan kemaslahatan kepada umat manusia.
Kloning terhadap manusia dapat membawa manfaat, antara lain : rekayasa genetik lebih
efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan organ tubuh pengganti (jika
memerlukan) yang biasa diperoleh melalui donor, dengan Kloning ia tidak akan lagi
merasa kekurangan ginjal, hati, jantung, darah, dan sebagainya, karena ia bisa
mendapatkannya dari manusia hasil teknologi Kloning.

Kloning terhadap manusia juga dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak
sedikit; antara lain :

menghilangkan nasab anak hasil Kloning yang berakibat hilangnya banyak hak anak dan
terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul dari nasab;

institusi perkawinan yang telah disyari’atkan sebagai media berketurunan secara sah
menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses reproduksi dapat dilakukan tanpa melakukan
hubungan seksual;

lembaga keluarga (yang dibangun melalui perkawinan) akan menjadi hancur, dan pada
gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral (akhlak), budaya, hukum, dan syari’ah
Islam lainnya;

tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara laki-laki dan
perempuan;

hilangnya maqashid syari’ah dari perkawinan, balk maqashid awwaliyah (utama) maupun
maqashid tabi’ah (sekunder).

Pendapat dan saran peserta sidang.

Mengingat

Firman Allah S WT : “Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dariNva. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. al-
Jatsiyah [45].- 13).

Firman Allah SWT : “Dan Kami telah memuliakan anak-anakAdam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari Yang baik-baik, dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas rraakhluk vang telah Kami ciptakan ” (QS.
al-Isra'[I7]: 70).
8. Firman Allah SWT : “..f apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang
dapat menciptakan seperti ciptaan-Nva sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka. Katakanlah, ‘Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan
Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa (QS. al-Ra’d [13]: 16)

firman Allah SWT : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakar manusia dari saripati
(berasal) dari tanah. Kemudiar Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan ; dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air man: itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpa. darah itu Kami jadikan segumpal daging, dar. segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulan, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan dagiri 27 Kemudian Kami
jadikan dia makhluk (berbentuk) lain. Maha sucilah Allah, Pencipta Paling baik” (QS. al-
Mu’minun (23]: 12-14).

Kaidah Fiqhiyah : “Menghindarkan kerusakan (hal-hal yang negatif) diutamakan dari pada
mendatangkan kemaslahatan”

Memutuskan Menetapkan

Fatwa musyawarah nasional n-i majelis ulama indonesia tentang Kloning.

Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapuyang berakibat pada pelipatgandaan


manusia hukumnya adalah haram.

Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang


dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkakemudaratan (hal-hal negatif).

Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen ata-_ praktek Kloning terhadap manusia.

Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa mengikuti
perkembangan teknologi Kloning, meneliti peristilahan dan permasalahatannya, serta
menyelenggarakan kajiarkaj ian ilmiah untuk menj elaskan hukumnya.

Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk mendorong
pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang menyelenggarakan
penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa genetika pada selain bidang Kloning
manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera merumuskan
kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi untuk dijadikan pedoman
bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap muslim yang
memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan
fatwa ini.[11]

H. Penisbatan nasab dengan pemeriksaan DNA

Sebagaimana ditetapkan oleh syariat, nasab seorang anak kepada ibunya ditetapkan
berdasarkan hubungan alamiah (genetik). Hal ini dapat ditetapkan melalui hasil tes DNA
yang dapat menjelaskan penciptaan anak itu dari seorang laki-laki dan perempuan tertentu.
Sedangkan nasab seorang anak kepada ayahnya hanya dapat ditetapkan berdasarkan
pengakuan syariat, bukan berdasarkan hubungan alamiah. Artinya, seorang anak yang
terlahir dari hasil perzinaan tidak dapat dinisbatkan kepada lelaki yang menzinai ibu anak
itu, karena persetubuhannya tersebut tidak melalui akad nikah yang diakui oleh syariat.
Tapi, anak itu tetap dianggap sebagai anak ibunya, karena dialah yang mengandung dan
melahirkannya, sehingga hukum-hukum yang berkaitan dengan nasab ini –seperi
pewarisan, hubungan mahram, dan lain sebagainya— berlaku untuk anak tersebut. 

Nasab anak itu tidak dinisbatkan kepada lelaki yang berzina dengan ibunya, kecuali
jika persetubuhannya dengan ibu si anak berada di dalam akad nikah yang sah, atau
bahkan akad nikah yang tidak sah atau terjadi akibat wath`usy syubhat (persetubuhan di
luar hubungan nikah yang sah dan dilakukan tanpa sepengetahuan pelakunya baik
mengenai hukumnya maupun mengenai perbuatan itu sendiri, Penj.), seperti persetubuhan
dalam akad nikah yang tidak sah. Jika tidak ada akad nikah yang sah, akad yang tidak sah
atau tidak terjadi wath`usy syubhat, maka nasab anak itu tidak dapat dinisbatkan kepada
sang lelaki berdasarkan ijmak para ulama, dan inilah yang diambil dalam undang-undang
negara Mesir.

Dengan demikian, penisbatan nasab seorang anak kepada seorang lelaki adalah bagian
dari akad nikah yang sah, atau akad tidak sah, atau akibat wath`usy syubhat. Tapi, seorang
hakim wajib berusaha dengan cara apapun untuk menisbatkan nasab itu kepada ayahnya.
Sehingga, jika hakim dapat membuktikan bahwa anak tersebut berasal dari pernikahan
yang sah atau hatinya condong kepada hal itu, maka ia wajib menetapkan nasab tersebut.
Namun, jika ia tidak melihat adanya akad yang sah atau akad yang kurang rukun atau
syaratnya, maka ia tidak boleh menisbatkan nasab anak itu kepada lelaki yang menzinai
ibu sang anak. Hal ini meskipun terbukti terdapat hubungan antara keduanya melalui tes
DNA, karena sebagaimana dijelaskan di atas, nasab anak kepada bapaknya hanya
didasarkan pada pengakuan syariat, bukan hubungan alamiah.

KESIMPULAN

1. Haramnya jual tubuh organ tubuh juga dikarenakan praktik donor organ tubuh masih
terdapat silang pendapat. Ada yang mutlak mengharamkannya. Sementara yang
memperbolehkan berpendapat donor harus bersifat kemanusiaan.Artinya jika praktik
pemberian organ tubuh itu disertai transaksi jual beli, maka jatuhnya menjadi haram
2. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘kecuali karena penyakit’ dzahir
maksudnya bahwa keharaman yang disebutkan, yaitu jika dilakukan untuk tujuan
memperindah penampilan, bukan untuk menghilangkan penyakit atau cacat,
karena semacam ini tidak haram.” [Nailul Authar, 6/229
3. Adapun operasi yang haram hukumnya ialah yang hanya bertujuan untuk
mempercantik atau memperindah bentuk tubuh semata karena nafsu duniawi tanpa
ada niat mengobati atau memperbaiki suatu kecacatan. Allah berfirman :
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik
baiknya.” (QS At Tin : 4)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah sebaik baik mkhluk yang
diciptakan Allah, manusia memiliki kecantikan atau ketampanan yang relatif dan
berbeda satu dengan lainnya, meskipun begitu, manusia sering merasa kurang
bersyukur dengan pemberian Allah sehingga senantiasa berusaha untuk
memperindah fisik nya hingga mengubah ciptaan Allah dengan melakukan operasi
plastik

Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan sel
induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari inti
sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun manusia.

Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain: Kloning pada tumbuhan, Kloning pada
hewan, Kloning pada embrio,dan Kloning  pada manusia.

Adapun mengenai hukum Kloning dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum
Kloning dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Kloning yang di perbolehkan, dan
Kloning yang tidak diperbolehkan.

Sedangkan Mengenai Kloning yang diperbolehkan adalah Kloning yang meninmbulkan


kemaslahatan bagi manusia antara lain yaitu Kloning pada tanaman dan hewan adalah
untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, mencari
obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit kronis.

Sedangkan Kloning yang tidak diperbolehkan adalah Kloning terhadap manusia yang
dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak sedikit; antara lain :
menghilangkan nasab, menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syarat.
Daftar Pustaka
Lutfi Asy-Syaukani, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih
Kontemporer (Pustaka Hidayah: Bandung.1998) hal.141

[2] Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya (PB UIN: Jakarta.
2003) hal.4

[3] Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam (LTN NU dan


Diantama: Surabaya. 2004) hal.544

[4] Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya …….hal.4

[5] Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. WordPress.com. 2007)

[6] Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. WordPress.com. 2007)

[7] Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam hal.544

[8] Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. WordPress.com. 2007)

[9] Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. WordPress.com. 2007)

[10] Abdul Qadim Zallum terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syar’i fi Al
Istinsakh, Naqlul A’dlaa’, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul In’asy Ath Thibbiyah,
Al Hayah wal Maut ( Darul Ummah: Beirut, Libanon, Cetakan. 1997) hal. 48

[11]Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada


tangga123-27 Rabi’ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000

https://www.dar-alifta.org/ViewFatwa.aspx?ID=124&LangID=5&MuftiType=0diakses
pada tanggal 5 juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai