Anda di halaman 1dari 4

INI LHO ATURAN PEMAKAIAN SKINCARE DALAM TINJAUAN ISLAM

Kemajuan teknologi dan ilmu kedokteran dewasa ini dapat membuat kulit manusia lebih
terlihat putih. Tidak hanya dari kalangan kaum hawa saja yang mengenal istilah “skincare”,
namun kaum adam pun sekarang sudah banyak yang mengetahuinya. Perlu defisi jelas mengenai
makna skincare yang sudah dikenal masyarakat luas tersebut. Dalam buku Fiqih Kontemporer
Kesehatan Wanita karya dr. Raehanul Bahraen dijelaskan bahwa ada perbedaan makna antara
“membuat kulit putih”, dengan membuat kulit “lebih sehat dan cemerlang”. Membuat kulit putih
biasanya dengan cara mengurangi atau menghilangkan sel pigmen berwarna hitam pada kulit.
Sedangkan membuat “kulit lebih sehat dan cemerlang” adalah menjaga kesehatan kulit dan
memberi nutrisi baik sehingga ia terlihat lebih putih dan cemerlang.

Membuat putih kulit ada dua alternatif:

Pertama, mengubah kulit menjadi putih. Dalam hal ini ada dua hal, apakah mengubah
selamanya atau sementara waktu.

Kedua, mengembalikan putih seperti semula. Hal ini karena kulitnya berubah disebabkan satu
hal, misalnya penyakit.

Alternatif pertama di atas terbagi menjadi dua, yaitu jika ia mengubah kulit agar putih
untuk selamanya, maka Islam memandang haram hukumnya. Misalnya, seorang aktris
dikarenakan ingin tampil menawan di atas panggung, ia kemudian melakukan operasi mengubah
bentuk tubuh dan warna kulit. Upaya ini termasuk kategori perbuatan mengubah ciptaan Allah
yang diharamkan. Sebagaimana Allah SWT. berfirman :

           
    
dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya.
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia
menderita kerugian yang nyata. (Q.S An Nisa’ : 119)
Adapun hadits Rasulullah Muhammad Saw. Yang mengharamkan perbuatan di atas,
sebagaiman disampaikan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud ia berkata:

‫ق‬ ْ ‫ت‬
َ 6 ‫خَل‬ ِ ‫ ِن ْال ُم َغيِّ َرا‬6 ‫ُس‬
ْ ‫ت لِ ْلح‬
ِ ‫ ا‬6‫ت َو ْال ُمتَفَلِّ َج‬ َ ‫ت َو ْال ُمتَنَ ِّم‬
ِ ‫صا‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْستَوْ ِش َما‬
َ ‫ت َوالنَّا ِم‬
ِ ‫صا‬ ِ ‫لَ َعنَ هَّللا ُ ْال َوا ِش َما‬
.ِ ‫هَّللا‬

“Allah melaknat perempuan yang menato dan yang meminta ditato, yang menghilangkan bulu di
wajahnya dan yang meminta dihilangkan bulu di wajahnya, yang merenggangkan giginya
supaya terlihat cantik, juga perempuan yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari no. 5943
dan Muslim no. 2125)

Pendapat alternatif pertama selanjutnya adalah, bolehnya mengubah menjadi putih untuk
sementara waktu, sebab ini tidak termasuk mengubah ciptaan Allah SWT. Misalnya
menggunakan krim pemutih yang bersifat sementara saja. Karena apabila krim tersebut sudah
tidak digunakan atau sudah pudar, maka kulit akan kembali lagi ke warna semula. Demikian
halnya dengan perawatan yang dilakukan di salon-salon kecantikan untuk membuat kulit terlihat
lebih sehat dan putih. Namun jika perawatannya dihentikan maka kulit akan kembali seperti
semula.

Alternatif kedua, yakni mengembalikan putih seperti semula. Hal ini bisa disebabkan karena
factor alamiah, seperti penyakit. Dalam pandangan Islam, ini tidak termasuk ke dalam bentuk
mengubah ciptaan Allah, tetapi hanya mengembalikan ciptaan Allah ke bentuk semula. Pendapat
ini sebagaimana diriwayatkan oleh sahabt Urfujah bin As’ad, ia pernah menggunakan emas
untuk memperbaiki hidunya, sedangkan emas sendiri diharamkan bagi laki-laki.

َ ‫َأ َم َرهُ النَّبِ ُّي‬6َ‫ ِه ف‬6‫َأ ْنتَنَ َعلَ ْي‬6َ‫ق ف‬


ُ‫لَّى هللا‬6‫ص‬ ٍ ‫ا ِم ْن َو ِر‬66ً‫ فَاتَّخَ َذ َأ ْنف‬،‫ب فِي ْال َجا ِهلِيَّ ِة‬
ِ ‫يب َأ ْنفُهُ يَوْ َم ْال ُكاَل‬ َ ‫ص‬ ِ ‫َأنَّهُ ُأ‬
ٍ َ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ ْن يَتَّ ِخ َذ َأ ْنفًا ِم ْن َذه‬
‫ب‬

Bahwa hidung beliau terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman jahiliyah.
Kemudian beliau tambal dengan perak, namun hidungnya malah membusuk. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menggunakan tambal hidung dari emas.
(HR. An-Nasai 5161, Abu Daud 4232, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
Sementara itu, Imam Ibnul Jauzi menjelaskan, bolehnya menggunakan emas ataupun perak jika
untuk tujuan pengobatan, ia berkata, “ Adapun obat-obatan yang bisa menghilangkan bintik noda
dan memperindah wajah demi untuk membahagiakan suami, maka saya berpendapat hal ini tidak
apa-apa (boleh).

SUMBER :

dr. Raehanul Bahraen, 2017. Fiqih Kontemporer Kesehatan Wanita. Jakarta : Pustaka Imam
Asy-Syafii.

Anda mungkin juga menyukai