Anda di halaman 1dari 9

Tidak semua upaya mempercantik wajah, dibolehkan secara syariat.

Karena ada
beberapa cara mempercantik diri, yang dulu menjadi adat masyarakat jahiliyah,
kemudian dilarang oleh islam. Diantaranya adalah an-Namsh (mencabut bulu yang
ada di wajah).

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

‫ت خ َْلقَ ه‬
ِ‫َّللا‬ ِ ‫ ِل ْل ُحس ِْن ال ُمغَيِ َِّرا‬،ِ‫ت َوال ُمتَفَ ِلِّ َجات‬ َ ‫ َوال ُمتَن ِ َِّم‬،ِ‫ت َوال ُموت َ ِش َمات‬
ِ ‫صا‬ ِ ‫الوا ِش َما‬ ‫لَعَنَ ه‬
َ ُ‫َّللا‬

“Allah melaknat tukang tato, orang yang ditato, al-mutanamishah, dan orang yang
merenggangkan gigi, untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari
4886, Muslim 2125, dan lainnya).

Makna al-Mutanamishah
Al-Mutanamishah adalah para wanita yang minta dicukur bulu di wajahnya.
Sedangkan wanita yang menjadi tukang cukurnya namanya an-Namishah. (Syarh
Muslim An-Nawawi, 14/106).

An-Nawawi juga menegaskan, bahwa larangan dalam hadis ini tertuju untuk bulu
alis,

‫وأن النهي إنما هو في الحواجب وما في أطراف الوجه‬

“Larangan tersebut adalah untuk alis dan ujung-ujung wajah..” (Sharh Shahih
Muslim, 14/106).

Ancaman ini Berlaku Mekipun untuk Mempercantik Diri


Kita semua sangat yakin, motivasi terbesar para wanita melakukan berbagai macam
treatment di wajahnya adalah untuk mempercantik diri, bukan untuk merusak
wajahnya. Dia berharap, agar dengan cara seperti itu, bisa lebih menarik pandangan
suaminya. Dia rela keluar banyak dana, untuk merenggut cinta sang suami. Kita
sepakat akan hal itu.

Akan tetapi, meskipun tujuannya mulia, bukan berarti bisa menghalalkan segala
cara.

Kita lihat keterangan para ulama terkait hadis ini,

Ibnul Atsir mengatakan,

‫ ترقيق الحواجب وتدقيقها طلبا لتحسينها‬:‫النمص‬


“An-Namsh adalah menipiskan bulu alis untuk tujuan kecantikan…”

Ibnul Allan mengatakan dalam Syarh Riyadhus Shalihin,

َ‫ الهتي تَأ ُم ُر َم ْن يَ ْفعَ ُل بِ َها ذَلِك‬:”ُ‫صة‬


َ ‫ “ َوال ُمتَن ِ َِّم‬.ً‫سنا‬
َ ‫ير َح‬
َ ‫ص‬ِ َ‫ وت ُ َرقِِّقُهُ ِلي‬،‫ب َغي ِْرهَا‬
ِ ‫اج‬ َ ‫ الهتي ت َأ ُخذ ُ ِم ْن‬:ُ‫صة‬
ِ ‫ش ْع ِر َح‬ ِ ‫َوالنه‬
َ ‫ام‬

“An-Namishah adalah wanita yang mencukur bulu alis wanita lain atau
menipiskannya agar kelihatan lebih cantik. Sedangkan Al-Mutanamishah adalah
wanita yang menyuruh orang lain untuk mencukur bulu alisnya.” (Dalil al-Falihin,
8:482).

Termasuk Dosa Besar


Beberapa ulama yang mengarang kitab kumpulan dosa-dosa besar, seperti Imam
Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabair, demikian pula Al-Haitami dalam kitabnya Az-
Zawajir ‘an Iqtiraf Al-Kabair menyebutkan bahwa salah satu diantara dosa yang
masuk daftar dosa besar adalah mencukur atau menipiskan bulu alis. Karena
terdapat hadis yang menyebutkan bahwa Allah melaknat para wanita yang
mencukur bulu asli di wajahnya, seperti bulu alis, meskipun itu untuk tujuan
kecantikan.

Al-Haitami mengatakan,

ِ ‫ص ُل َو ْال َو ْش ُم َو ْش ُر ْاْل َ ْسن‬


ُ ‫َان َوالته ْن ِم‬
‫يص‬ ْ ‫يرة ُ الث ه َمانُونَ َحتهى الثها ِلثَةُ َوالث ه َمانُونَ ْال َو‬
َ ‫ْال َك ِب‬

Dosa besar nomor 80 hingga 83 : menyambung rambut, tato, ngikir gigi, dan an-
Namsh.

Selanjutnya, al-Haitami menyebutkan beberapa dalil yang menunjukkan bahwa itu


dosa bsar. (az-Zawajir, 1/234)

Mengapa Sulam Alis Dilarang?


Dalam salah satu situs yang mengupas serba-serbi keluarga, dijelaskan proses
sulam alis.

Salah satu diantara proses yang dilangsungkan dalam sulam alis adalah alis
dibersihkan dan dibentuk. Alis dirapikan dengan alat cukur alis atau pinset.
Terutama bulu-bulu yang tumbuh di luar garis ideal.

Selanjutnya, dilakukan proses penyulaman. Setelah krim anestesi dirasa sudah


bekerja, proses sulam pun dimulai. Menggunakan alat khusus (embroidery pen)
untuk mengaplikasikan tinta dan menghasilkan salur-salur yang mirip bulu alis.
Untuk proses seperti yang disebutkan, tidak keluar dari larangan yang disebutkan
dalam dalil.

Bagaimana Hukum Sulam Alis


Dalam Islam?
May 7, 2017 by poer

Hukum Sulam Alis Dalam Islam – Wanita memang selalu diidentikan


dengan keindahan dan kecantikan. Berbagai cara dilakukan oleh para wanita
agar penampilannya semakin sempurna. Salah satunya adalah dengan
melakukan sulam alis.
Ya, sulam alis memang akhir-akhir ini banyak digandrungi kaum hawa.
Sebenarnya tren sulam alis sudah ada sejak tahun 90-an, namun pada saat
itu cara yang digunakan masih belum modern.

Untuk kamu yang belum tahu, sulam alis merupakan kegiatan men-tato alis
menggunakan jarum dan tinta. Tapi yang menjadi pertanyaan, bagaimana
hukum sulam alis dalam Islam? Apakah boleh atau malah haram? Berikut ini
penjelasannya.

Wanita memang dianjurkan untuk mempercantik dirinya, namun tidak semua


cara boleh dilakukan secara syariat. Salah satunya adalah sulam alis.

Dari Abdullah bin Mas’ud Ra, beliau berkata:

ِ‫تِِخ ْلق ّه‬


َ‫َِِللا‬ ْ ‫ِ هل ْل ُح‬،‫تِِوال ُمتف هِّلجاته‬
‫س هنِِال ُمغ هِّيرا ه‬ ‫ِوال ُمتن هِّمصا ه‬،‫شماته‬
‫تِِوال ُموت ه‬
‫شما ه‬
‫َِِللاُِِالوا ه‬
ّ ‫عن‬
“Allah melaknat tukang tato, orang yang ditato, Al mutanamishah, dan orang
yang merenggangkan gigi, untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah.”
(HR. Bukhari 4886, Muslim 2125, dan lainnya).

Kata Al mutanamishah meruapakan para perempuan yang meminta dicukur


bulu di wajahnya. Dan orang yang mencukur disebut dengan an-Namishah.
(Syarh Muslim An-Nawawi).

Beliau juga menegaskan larangan tersebut berlaku untuk bulu alis.

‫لوأنِالنهيِإنماِهوِفيِالحواجبِوماِفيِأطرافِالوجه‬
“Larangan tersebut adalah untuk alis dan ujung-ujung wajah..” (Sharh Shahih
Muslim, 14/106).

Mungkin ada yang bertanya, sulam alis adalah untuk mempercantik diri bukan
untuk merusaknya, jadi sah-sah saja jika dilakukan. Mereka para wanita
berdalih dengan melakukan sulam alis, maka suami mereka akan semakin
cinta pada mereka.

Ya, semua setuju akan hal itu. Meskipun tujuannya adalah ingin
membahagiakan suami yang merupakan salah satu kewajiban istri, akan
tetapi bukan berarti semua cara bisa dihalalkan.

Kita merujuk pada keterangan para ulama berikut ini:

Ibnu Katsir mengatakan:

‫ِترقيقِالحواجبِوتدقيقهاِطلباِلتحسينها‬:‫النمص‬
“An-Namsh adalah menipiskan bulu alis untuk tujuan kecantikan…”

Ibnu Allan dalam kitab Syarh Riyadhus Shalihin mengatakan:

‫ِا ّلتيِتأ ُخذُ ه‬:ُ‫امصة‬


ِ‫ِِم ْنِِش ْع هر‬ ‫ِا ّلتيِتأ ُم ُرِِم ْنِِ وال ّن ه‬:”ُِ‫ِ“وال ُمتن هِّمصة‬.ً‫ِوتُرقهِّقُهُِِ هلي هصيرِِحسنا‬،‫بِِغي هْرها‬
‫اج ه‬
‫ح ه‬
ْ
ِ‫يفع ُلِِبههاِذ هلك‬
“An-Namishah adalah wanita yang mencukur bulu alis wanita lain atau
menipiskannya agar kelihatan lebih cantik. Sedangkan Al Mutanamishah
adalah wanita yang menyuruh orang lain untuk mencukur bulu alisnya.” (Dalil
Al Falihin, 8:482)

Melakukan sulam alis termasuk ke dalam dosa besar. Imam Adz-Dzahabi di


dalam kitabnya Al Kabair dan Al Haitami di dalam kitabnya Az-Zawajir’an
Iqtiraf Al Kabair yang menyebutkan diantara yang termasuk dosa besar
adalah mencukur atau menipiskan bulu alis mata.

Karena Alloh dalam firman-Nya juga telah melaknat para wanita yang
mencukur bulu asli di wajahnya, termasuk di dalamnya bulu alis, walaupun
dengan tujuan untuk memperindah di wajahnya.

Mengapa Islam Melarang Sulam Alis?

Dalam proses menyulam, alis dibersihkan dan dibentuk. Kemudian alis


dirapikan menggunaka alat cukur. Terutama bulu-bulu yang ada di luar garis
ideal.

Lalu dilakukanlah proses penyulaman. Setelah krim anestasi sudah bekerja,


baru proses sulam dimulai. Alat untuk menyulam dinamakan embrodery
pen yang berfungsi menerapkan tinta dan menghasilkan salur-salur mirip bulu
alis.
Lalu apa alasan Islam melarang sulam alis? Berikut ini penjelasaannya.
1. Mengubah Ciptaan Alloh
Alloh telah menciptakan manusia dengan ciptaan yang sebaik-baiknya. Mulai
dari ujung rambut hingga ujung kaki, tak ada yang perlu diragukan lagi. Kita
sebagai manusia wajib hukumnya mensyukuri dengan apa yang telah Alloh
berikan

Nah, alis merupakan salah satu anggota tubuh yang wajib disyukuri.
Mengubah ciptaan-Nya sama saja mendurhakai dan Alloh akan sangat murka
jika seseorang hamba melakukan hal tersebut.

Selain mendurhakai, perbuatan tersebut juga bisa dikatakan menghina Sang


Pencipta karena seolah-olah ciptaan-Nya salah. Padahal Dia adalah Yang
Maha Sempurna.

2. Menyakiti Diri Sendiri


Banyak hadis yang menyebutkan bahwa kita dilarang meenganiaya diri
sendiri. Kita pasti tahu proses melakukan sulam alis, di mana alis diditatto
atau dugambar menggunakan jarum yang dimasukan ke dalam lapisan kulit
kedua, tentu ini akan menyiksa diri sendiri.

Salah satu amanah Allooh kepada diri kita adalah dnegan menjaga seluruh
organ tubuh kita. Jangan sampai apa yang telah diberikan, malah kita rusak.
Ibarat kita memberi sesuatu kepada sesorang lalu orang tersebut merusak
pemberian kita, pasti hati hita akan sakit dan kecewa.

Bayangkan jika itu terjadi pada Alloh, Sang Maha Pencipta, yang memberi kita
segalanya. Tentu sangat merugi jika Alloh sudah marah kepada kita.

3. Mengingkari Nikmat Alloh


Salah satu cara mensyukuri nikmat yang telah diberikan Alloh adalah dengan
tidak menerima segala apa yang telah ditentukan-Nya, termasuk alis. Para
wanita yang gemar melakukan sulam alis bisa dipastikan mereka kuffur
nikmat.

Apa yang Alloh berikan dirasa kurang sempurna, sehingga mereka berusaha
merubahnya dengan caranya sendiri.
Pendapat yang Melarang Tentang Cukur Alis

Islam mendasarkan suatu perkara diputuskan tentunya tidak boleh bertentangan dengan prinsip rukun
iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan
Akhlak dengan Iman. Mengenai masalah cukur alis pun harus kita dasarkan pada dalil-dalil yang ada
dalam Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW.
Di dalam bahasa arab, mencukur bulu alis disebut dengan Al Mutanasmishah, dan orang yang dicukur bulu
alisnya disebut dengan An Namishah. “An-Namishah adalah wanita yang mencukur bulu alis wanita lain
atau menipiskannya agar kelihatan lebih cantik. Sedangkan Al-Mutanamishah adalah wanita yang
menyuruh orang lain untuk mencukur bulu alisnya.” (Dalil Al Falihin, 482)
Dalil Al Falihin di atas menjadi pengertian awal dari cukur alis wanita apalagi dilakukan hanya untuk
kelihatan lebih cantik. Hal ini menjadi alasan kuat untuk melarang wanita dalam cukur alis.

1. Larangan Untuk Mengubah Ciptaan Allah

“Dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya.
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita
kerugian yang nyata.” (QS An Nisa : 119)
Dalil ini digunakan juga oleh para ulama yang melarang wanita untuk mencukur alis. Hal ini karena
dianggap bahwa mencukur alis, mengikirnya,bahkan ada yang sampai ditato adalah mengubah bentuk asal
atau asli dari ciptaan Allah. Untuk itu hal ini menjadi larangan.

Dari dalil ini mereka berpendapat bahwa kita tidak berhak untuk merubah-rubah dari apa yang Allah
ciptakan bahkan kita harus membiarkan apapun jadinya, walau bagi kita itu kurang baik, indah atau
sempurna. Akan tetapi di hadapan Allah tentu saja itu adalah yang terbaik dan sudah dalam bentuk yang
sesempurna mungkin.

2. Hadist Larangan Mengubah Ciptaan Allah

“Allah melaknat tukang tato, orang yang ditato, al-mutanamishah, dan orang yang merenggangkan gigi,
untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah.” (HR Bukhari)
Selain dalam Al-Quran larangan mencukur alis juga tetdapat dalam Hadist Rasulullah SAW. Hal ini juga
termasuk jika wanita melakukan cukur alis. Laknat Allah akan menimpanya. Untuk itu hal ini dijadikan
para ulama sebagai dasar dalam melarang wanita mencukur alisnya.

Tentu tidak ada manusia manapun yang ingin dalam laknat Allah atau dalam murka Allah. Sesungguhnya
laknat dan murka Allah adalah pedih dan tidak akan ada yang sanggup untuk bertahan atas murka Allah.
Ulama yang memiliki pandangan dilarnagnya cukur alis, tentu sangat mendorong wanita dan melarang
agar jangan sampai Allah laknat hanya gara-gara kita menginginkan kecantikan di dunia semata.

3. Hadist Larangan Mencukur Alis

“Semoga Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dirinya atau meminta ditatokan, yang mencukur
bulu alisnya atau meminta dicukurkan, yang mengikir giginya supaya kelihatan indah dan mengubah
ciptaan Allah. Kemudian beliau berkata : Mengapa aku tidak melaknat orang-orang yang telah dilaknat
oleh Rasulullah saw dalam Kitabullah, yakni firman Allah : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (HR Bukhari)
Selain dari itu, disampaikan kembali larangan cukur alis dalam sebuah Hadist riwayat Bukhari. Hal ini
semakin menjadikan dasar atau memperkuat pendapat para ulama yang melarang wanita untuk cukur alis.
Larangan ini tentu berlaku di waktu dan tempat manapun tanpa terkecuali, termasuk ketika dalam acara
pernikahan atau pesta.

Dapat kita lihat bahwa pendapat ulama yang melarang cukur alis tentu didasarkan pada Dalil di Al-Quran
dan Hadist. Pendapat ini tentunya menjadi pilihan bagi yang meyakininnya, tentu harus konsekwen untuk
melaksanakannya.

Mencukur alis mata, baik sebagian atau secara keseluruhan ternyata


diharamkan dalam fikih Islam. Inilah pandangan fikih paling masyhur dan
mu'tabar (yang populer) dalam fikih Islam. Dalam beberapa hadis
disebutkan pelarangan bagi perempuan maupun laki-laki yang mencukur
alis mata mereka. Fikih Islam mengistilahkan perbuatan tersebut dengan
namsh. Arti kata namsh sendiri berarti mencabut atau mencukur bulu alis.

Perempuan yang mencabut atau mencukur alisnya disebut dengan an-


namishah. Sementara, perempuan yang menyuruh orang lain mencabut
atau mencukur alisnya atau menjadikannya sebagai suatu bisnis
kecantikan diistilahkan dengan al-mutanammishah. Ada beberapa nas
hadis yang secara sharih (tegas) mengecam para namishah dan al-
mutanammishah.

Salah satu hadis yang paling tegas menyebutkan, “Rasulullah SAW


melaknat perempuan-perempuan yang mencukur alisnya atau minta
dicukurkan alisnya.” (HR Abu Daud, dengan sanad yang hasan). Hadis
lainnya yang semakna juga menyebutkan, “Rasulullah SAW melaknat
perempuan-perempuan yang minta dicukur alisnya.” (HR Bukhari).

Para ulama menambahkan, mencukur atau mencabut alis tersebut tetap


saja haram walau hanya bertujuan untuk perawatan kecantikan. Adapun
untuk tujuan sebagai simbol-simbol tertentu seperti yang dipakai wanita
malam tentu hal ini lebih diharamkan lagi. Para ulama mengategorikan
berhias sampai mencabut atau mencukur alis adalah kategori berlebih-
lebihan yang diharamkan oleh Islam.

Hal ini ditegaskan oleh Imam Nawawi yang sangat keras mengecam
wanita yang bersolek secara berlebih-lebihan. Menurut Imam Nawawi,
namishah seperti yang disebutkan dalam hadis riwayat Abu Daud tersebut
adalah wanita yang mencukur alisnya sehingga menjadikan alisnya tipis
sekali. Namun, Imam Nawawi hanya fokus pada alis. Adapun bulu-bulu
lainnya selain alis yang ada di sekitar muka, ia tidak mengategorikannya
dalam pengharaman hadis tersebut.

Para ulama yang mengecam para namishah dan al-mutanammishah juga


berpatokan pada ayat Alquran. Allah SWT berfirman, “Dan akan aku
(setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar
mengubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung
selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS
an-Nisa [4]: 119).

Para ulama sepakat, mengubah ciptaan Allah SWT yang telah ditetapkan-
Nya dalam kodrat makhluk adalah haram. Seperti mengubah jenis kelamin
atau mengubah bentuk tubuh. Namun, jika bentuk tubuh yang tidak
sempurna atau cacat ingin diubah dengan cara pengobatan, hal ini
diperbolehkan.

Mengubah bentuk alis mata sama halnya dengan mengubah hidung yang
pesek menjadi mancung, mengubah bentuk bibir dari tipis menjadi tebal,
dan seterusnya. Perbuatan ini seakan tidak mensyukuri nikmat yang telah
diberikan Allah, atau menganggap ciptaan Allah tidaklah sempurna
sehingga butuh penyempurnaan dari tangan manusia.

Hadis-hadis terkait namishah dan al-mutanammishah umumnya berisikan


kecaman. Pengharamannya bukan sekadar tidak diperbolehkan, melainkan
juga diiringi dengan hukuman dan laknat bagi orang yang melakukannya.
Hal ini menandakan pelaku namishah dan al-mutanammishah
mendapatkan hukuman serius dalam Islam.

Dalam dunia medis, mencukur alis juga berdampak buruk bagi kesehatan.
Para ilmuwan kesehatan menyimpulkan, menyukur alis dapat berdampak
buruk pada mata dan kesehatan organ tubuh lainnya. Inilah hikmah di balik
penegasan Rasulullah yang melarang untuk mencukur alis mata.

Kendati jumhur ulama menyepakati akan keharaman mencukur alis mata,


beberapa ulama dari kalangan Mazhab Hanbali lebih longgar dalam hal ini.
Ulama Hanbali berpendapat, diperbolehkan bagi perempuan untuk
merapikan sedikit rambut-rambut di alisnya. Demikian juga menebalkan
alis dengan pensil rias dengan tujuan untuk berhias. Hal demikian
diperbolehkan dalam Mazhab Hanbali dengan seizin suami.

Anda mungkin juga menyukai