Materi 10
TAHALLUL DAN MEMOTONG RAMBUT
Pokok Bahasan
A. Pengertian Tahallul dan Pembagiannya
B. Bercukur atau Memotong Rambut
C. Hukum-Hukum Yang Terkait Bercukur Atau Memotong Rambut
D. Kesalahan-kesalahan
E. Hukum-Hukum Yang Berkaitan Tentang Tahallul
F. Hukum Gundul Rambut Kepala
Pembahasan
A. Pengertian Tahallul dan Pembagiannya
Tahallul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan melakukan
perbuatan yang sebelumnya dilarang selama ihram. Tahallul dibagi menjadi
dua macam:
1. Tahallul Umrah
Tahallul umrah adalah keadaan seseorang setelah melaksanakan
semua rukun umrah dan karena itu dihalalkan (dibolehkan) melakukan
perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram umrah.
2. Tahallul haji
Tahallul haji terdiri atas dua macam:
a. Tahallul awal, yaitu keadaan seseorang yang telah melakukan dua di
antara kegiatan berikut ini:
1) Melontar Jamrah Aqabah kemudian memotong rambut kepala atau
bercukur; atau
2) Tawaf ifadhah dan sa’i kemudian memotong rambut atau bercukur.
Setelah tahallul awal, jemaah boleh berganti pakaian biasa,
memakai wewangian dan melakukan semua larangan ihram, kecuali
bercumbu dan bersetubuh dengan pasangan.
b. Tahallul tsani adalah keadaan ketika seorang jemaah telah melakukan
tiga kegiatan haji, yaitu melontar Jamrah Aqabah, memotong atau
mencukur rambut, dan tawaf ifadhah serta sa’i. Setelah tahallul tsani,
jemaah boleh bersetubuh dengan pasangannya.
1
Sa’id Basyanfar, al-Mughni fi Fiqh al-Hajj wa al’Umrah, h. 304.
2
Al-Bukhari nomor hadits 1722, Muslim nomor hadits 1306.
3
An-Nawawi, al-Majmu’ Syarkh al-Muhadzab li as-Syairazi, juz 8, h. 194.
4
Al-Bukhari nomor hadits 1727-1728
3
5
Karena wanita membutuhkan rambutnya untuk berhias bagi suaminya.
4
6
Menurut madzhab Hanafi minimal ¼ rambut kepala yang digundul atau dicukur pendek,
menurut madzhab Asy-Syafi’iyah minimal 3 helai rambut yang digundul atau dicukur pendek (lihat
Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab 8/199-200), dan menurut madzhab Malikiyah dan Hanabilah
maka harus seluruh bagian kepala kena, baik gundul maupun cukur pendek. (lihat al-Mughni, Ibnu
Qudaamah 3/355). Pendapat yang terakhir yang lebih kuat dan lebih hati-hati karena firman Allah
ِ َسكُ ْم َو ُمق
َص ِرين َ “ ُم َح ِلقِينَ ُرؤُوdengan mencukur gundul dan memotong pendek rambut kepala” (QS
Al-Fath : 27), bersifat umum mencakup seluruh kepala, bahkan dalam bahasa Arab jika ada yang
mencukur hanya 3 helai rambut atau memotong pendek 3 helai rambut maka tidak dikatakan ق ُ ا ْل َح ْل
(gundul) dan صي ُْر ْ
ِ ( التَقcukur pendek). Didukung pula dengan praktik Nabi shallallahu álaihi
wasallam dan para sahabatnya tatkala mengamalkan ayat ini, tidak diantara seorangpun dari mereka
yang mencukur atau menggundulu sebagian kepala saja. Dan perbuatan Nabi ini merupakan
penjelasan dari mutlaqnya perintah dalam ayat, maka wajib kembali kepada penjelasan Nabi
shallallahu álahi wasallam. (Lihat Al-Mughni 3/355)
7
Anas bin Malik berkata
ٌ ف ِإلَى ا ْلبُد ِْن فَنَ َح َرهَا َوا ْل َحجَّا ُم َجال
:َ َوقَال،ِس َ ث ُ َّم ا ْن،ِسلَّ َم َر َمى َج ْم َرة َ ا ْل َعقَ َبة
َ ص َر َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو ِ أ َ َّن َرسُو َل
َ هللا
َط ْل َحة؟
َ «أَيْنَ أَبُو:َِق ْاْلخ ََر» فَقَال َّ ق الش ُ
ِ «ا ْح ِل:َ ث َّم قَال،“ س َمهُ فِي َم ْن يَلِي ِه َ َ فَ َحلقَ ِشقهُ اْل ْي َمنَ فَق،ِع ْن َرأْ ِسه
َ ْ َّ َ َ بِيَ ِد ِه
َ فَأ َ ْع
»ُطاهُ ِإيَّاه
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu álaihi wasallam melempar jamrot al-Áqobah, lalu beliau
menuju ke onta maka beliaupun menyembelihnya sementara tukang cukur duduk. Lalu Nabi
memberi isyarat kepada tukang cukur agar mencukur kepalanya, maka tukang cukur tersebut
menggunduli bagikan kepala kanan, lalu Nabi membagikan rambutnya kepada orang yang dekat
dengannya. Lalu Nabi berkata, “Gundul bagian kiri kepala”. Lalu beliau berkata, “Kemana Abu
Tolhah?”, lalu Nabi memberikan rambutnya (cukuran dari kiri kepala beliau-pen) kepada Abu
Tolhah” (HR Muslim no 1305)
8
Tatkala Nabi shallallahu álaihi wasallam dan para sahabat berhaji wada’ mereka tiba di
Mekah pada tanggal 4 dzulhijjah, yaitu hanya sekitar 6 hari sebelum tanggal 10 Dzulhijjah. Maka
Nabi memerintahkan para sahabat untuk berumroh dan bertahallul dengan mencukur pendek rambut
mereka. Beliau berkata kepada mereka:
َوأَقِي ُموا َح ََل اًل َحتَّى ِإذَا َكانَ َي ْو ُم الت َّ ْر ِو َي ِة،ص ُروا
ِ َ َوق،ِصفَا َوا ْل َم ْر َوة ِ فَطُوفُوا ِبا ْل َب ْي،أَحِ لُّوا ِم ْن ِإح َْرا ِمكُ ْم
َّ ت َو َبيْنَ ال
ِ فَأ َ ِهلُّوا بِا ْل َح
ج
“Bertahallullah kalian dari ihrom kalian, maka thowaflah kalian di ka’bah dan saí-lah kalian antara
shofa dan marwa, dan cukur pendeklah kepala kalian, dan menetaplah kalian dalam kondisi tidak
berihrom hingga jika tiba hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) maka berihromlah lagi untuk haji” (HR
Muslim no 1216)
Ibnu Hajar berkata :
5
D. Kesalahan-kesalahan
Pertama: Tidak benar persepsi yang berkembang di masyarakat
bahwasanya yang boleh mencukur hanyalah orang yang sudah bertahallul, jika
tidak maka tidak boleh. Bahkan jika seseorang mencukur kepalanya sendiri
maka sah.
Kedua: Sebagian wanita langsung mencukur rambut mereka di bukit
marwa begitu selsai saí sehingga banyak diantara mereka yang tersingkap
rambutnya. Padahal rambut adalah áurot
Ketiga: Sebagian jamaáh lelaki begitu sampai di marwa mencukur
sedikit rambut mereka dengan niatan akan melanjutkan untuk menggundulnya
di salon. Sesungguhnya ini hanya pekerjaan sia-sia, hendaknya langsung saja
ke salon untuk mencukur pendek atau gundul.
ْ َج فَأ َ َّخ َر ْال َح ْلقَ ِْل َ َّن َبيْنَ دُ ُخو ِل ِه ْم َو َبيْنَ َي ْو ِم الت َّ ْر ِو َي ِة أ َ ْر َب َعةَ أَي ٍَّام فَق
ط ِ ِإنَّ َما أ َ َم َرهُ ْم ِبذَلِكَ ِْلَنَّ ُه ْم يُ ِهلُّونَ َب ْعدَ قَلِي ٍل ِب ْال َح
“Sesungguhnya Nabi hanyalah memerintahkan mereka untuk mencukur pendek karena sebentar lagi
mereka akan berihrom lagi untuk haji, maka penggundulan ditunda. Karena antara masuknya mereka
ke Mekah hingga hari tarwiyah hanya 4 hari” (Fathul Baari 3/431)
6
Dan jika yang mencukur orang lain maka tentu lebih rapi dan lebih bersih.
3. Bolehkah bagi para wanita -setelah thowaf dan sa’i umroh – untuk
menunda memotong rambut mereka di kamar hotel?
Tidak mengapa hal tersebut, akan tetapi selama ia belum bertahallul dari
umrohnya maka seluruh larangan ihrom masih berlaku
2. Menggundul rambut kepala karena ada hajat atau kebutuhan seperti untuk
tujuan berobat. Ini juga dibolehkan berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan
ijma’ (kesepatan para ulama). Karena Allah Ta’ala memberikan keringanan
bagi orang yang berihram yang pada asalnya dilarang menggundul rambut,
namun boleh jika memang ada gangguan di kepalanya. Allah Ta’ala
berfirman,
ضا أَ ْو ِب ِه أَذاى ِم ْن َر ْأ ِس ِه
ي َم ِح َّلهُ فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َم ِري ا
ُ ْس ُك ْم َحتَّى َي ْبلُ َغ ْال َهد
َ َو ًَل تَ ْح ِلقُوا ُر ُءو
ٍسك ُ ُصدَقَ ٍة أَ ْو ن
َ صيَ ٍام أَ ْوِ فَ ِفدْيَةٌ ِم ْن
“Dan janganlah kalian mencukur kepala kalian, sebelum korban sampai ke
tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kalian yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya
berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban.” (QS. Al
Baqarah : 197).
Sebagaimana disebut pula dalam hadits Ka’ab bin ‘Ujrah ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat, ada kutu-kutu yang jatuh dari
kepalanya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,
“Apakah kutu-kutu itu mengganggumu?” Dia menjawab, “Iya.”
9
3. Menggundul karena sebab ibadah dan zuhud bukan karena sedang haji atau
umrah. Misalnya yang dilakukan oleh sebagian orang yang ingin bertaubat
dengan menggundul rambutya, atau menjadikan mencukur atau
menggundul rambut sebagai syiar agama (seperti yang kita saksikan pada
pendeta Budha, -pen), maka ini termasuk perbuatan bid’ah. Juga
menjadikan gundul sebagai tanda kesempurnaan zuhud atau sempurna
dalam ibadah, sampai menganggap afdhol antara yang menggundul dari
yang tidak menggundul, termasuk pula menganggap taubat itu mesti dengan
menggundul rambut, ini semua termasuk bid’ah yang tidak diperintahkan
oleh Allah. Seperti itu tidak dianggap wajib atau sunnah oleh para ulama.
Seperti itu tidak pernah dilakukan oleh para sahabat, tabi’in, dan para ulama
yang zuhud dan giat ibadah. Barangsiapa yang meyakini bid’ah itu sebagai
suatu yang wajib atau sunnah padahal tidak demikian, dan itu mengantarkan
pada ketaatan pada Allah dan dijadikan tanda sebagai sempurnanya agama,
tanda taubat yang sempurna, atau tanda zuhud dan ahli ibadah, anggapan
seperti ini adalah anggapan sesat yang sudah keluar dari jalan Allah, hanya
sekedar mengikuti jalan setan.
4. Menggundul rambut kepala bukan untuk nusuk (haji/umrah), bukan karena
kebutuhan, bukan pula untuk mendekatkan diri pada Allah atau
menunjukkan syiar agama, untuk masalah ini para ulama memiliki dua
pendapat. Pertama, hukumnya makruh dan ini adalah pendapat madzhab
Maliki dan selainnya. Kedua, hukumnya mubah atau boleh dan ini pendapat
makruf dalam madzab Abu Hanifah dan Syafi’iyah. Karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak yang mencukur
sebagian rambutnya, maka beliau berkata,
ُعوهُ ُك َّله
ُ َاحْ ِلقُوهُ ُك َّلهُ أَ ْو د
“Cukurlah semua atau tinggalkan semua.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun didatangkan bayi yang berusia tiga
hari lantas beliau menggundul habis rambutnya.
Suasana Tahallul