Anda di halaman 1dari 10

1

Materi 10
TAHALLUL DAN MEMOTONG RAMBUT

Pokok Bahasan
A. Pengertian Tahallul dan Pembagiannya
B. Bercukur atau Memotong Rambut
C. Hukum-Hukum Yang Terkait Bercukur Atau Memotong Rambut
D. Kesalahan-kesalahan
E. Hukum-Hukum Yang Berkaitan Tentang Tahallul
F. Hukum Gundul Rambut Kepala

Pembahasan
A. Pengertian Tahallul dan Pembagiannya
Tahallul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan melakukan
perbuatan yang sebelumnya dilarang selama ihram. Tahallul dibagi menjadi
dua macam:
1. Tahallul Umrah
Tahallul umrah adalah keadaan seseorang setelah melaksanakan
semua rukun umrah dan karena itu dihalalkan (dibolehkan) melakukan
perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram umrah.

2. Tahallul haji
Tahallul haji terdiri atas dua macam:
a. Tahallul awal, yaitu keadaan seseorang yang telah melakukan dua di
antara kegiatan berikut ini:
1) Melontar Jamrah Aqabah kemudian memotong rambut kepala atau
bercukur; atau
2) Tawaf ifadhah dan sa’i kemudian memotong rambut atau bercukur.
Setelah tahallul awal, jemaah boleh berganti pakaian biasa,
memakai wewangian dan melakukan semua larangan ihram, kecuali
bercumbu dan bersetubuh dengan pasangan.
b. Tahallul tsani adalah keadaan ketika seorang jemaah telah melakukan
tiga kegiatan haji, yaitu melontar Jamrah Aqabah, memotong atau
mencukur rambut, dan tawaf ifadhah serta sa’i. Setelah tahallul tsani,
jemaah boleh bersetubuh dengan pasangannya.

B. Bercukur atau Memotong Rambut


Dalam rangkaian ibadah haji/umrah, bercukur merupakan salah satu
rukun haji/umrah, khususnya menurut mazhab Syafi’i, dan tidak sempurna
haji/umrahnya jika tidak mencukur rambut. Sedangkan menurut tiga mazhab
2

lainnya, hukum bercukur adalah wajib, jika ditinggalkan wajib membayar


dam.1
Bercukur dalam ibadah umrah dilakukan setelah jemaah umrah
melaksanakan tawaf dan sa’i. Dalam ibadah haji, praktek yang lazim
dilakukan, bercukur dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah Jemaah
melempar Jamrah Kubra. Inilah yang disebut tahallul awal. Namun, bercukur
bisa dilaksanakan baik sebelum maupun setelah lempar Jamrah Aqabah.
Madzhab Syafi’i membolehkan bercukur sebelum lontar jamrah. Ibn Umar
meriwayatkan, pada saat hari nahar, ada seorang jemaah haji yang berdiri di
dekat jumrah dan bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, saya telah
bercukur sebelum saya melaksanakan lempar jamrah.” Rasul menjawab,
“Lakukan lemparan jamrah dan tidak ada dosa” (irmi wala haraj)2 (HR. Al-
Bukhari dari Ibnu ‘Umar RA).
Menurut imam Malik mencukur sebelum lontar jamrah wajib membayar
dam, sedangan menurut imam Ahmad bercukur sebelum lontar karena alpa
atau tidak tahu tidak terkena dam, tetapi jika sengaja wajib membayar dam.3
Adapun tata cara menggunting (memotong) rambut sebagai berikut:
1. Jemaah laki-laki memotong rambut kepala atau mencukur gundul.
Rasulullah mendoakan rahmat dan ampunan tiga kali bagi yang mencukur
gundul dan sekali bagi yang memendekkannya.4 Jika mencukur gundul,
jemaah bisa memulainya dari separuh kepala bagian kanan kemudian
separuh bagian kiri;
2. Jemaah perempuan hanya memotong rambut kepala dengan cara
mengumpulkan rambutnya kemudian memotongnya sebatas ujung jari;
3. umlah rambut kepala yang dipotong minimal tiga helai rambut. Bagi
Jemaah yang tidak memiliki rambut kepala, disunatkan untuk
menempelkan dan menggerakkan alat cukur di kepala. Mencukur rambut
kepala tidak boleh digantikan dengan mencukur rambut lain, misalnya
kumis atau rambut yang lain.

C. Hukum-Hukum Yang Terkait Bercukur Atau Memotong Rambut


1. Menggundul kepala lebih afdol dari pada mencukur pendek, dalilnya
Firman Allah :
ِ َ‫س ُك ْم َو ُمق‬
َ‫ص ِرين‬ َ ‫َلتَدْ ُخلُ َّن ا ْل َمس ِْجدَ ا ْل َح َر‬
َّ ‫ام ِإن شَاء‬
َ ‫َّللاُ آ ِمنِينَ ُم َح ِلقِينَ ُرؤُو‬
Terjemahan:

1
Sa’id Basyanfar, al-Mughni fi Fiqh al-Hajj wa al’Umrah, h. 304.
2
Al-Bukhari nomor hadits 1722, Muslim nomor hadits 1306.
3
An-Nawawi, al-Majmu’ Syarkh al-Muhadzab li as-Syairazi, juz 8, h. 194.
4
Al-Bukhari nomor hadits 1727-1728
3

“(yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil


Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur gundul
rambut kepala dan mengguntingnya (memotong pendek) ” (QS Al-Fath :
27)

Allah mendahulukan penyebutan orang-orang yang mencukur


gundul dari pada yang mencukur pendek.
Ibnu Umar radhiallahu ánhu berkata :
َ‫ص ِرين‬ ْ ‫ «ال َّل ُه َّم‬:َ‫س َّل َم قَال‬
ِ َ‫ َوال ُمق‬:‫ار َح ِم ال ُم َح ِلقِينَ » قَالُوا‬ َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫أَ َّن َر‬
:َ‫ قَال‬،‫َّللا‬
ِ َّ ‫سو َل‬ُ ‫ص ِرينَ َيا َر‬ ِ َ‫ َوال ُمق‬:‫ار َح ِم ال ُم َح ِلقِينَ » قَالُوا‬ ْ ‫ «ال َّل ُه َّم‬:َ‫ قَال‬،‫َّللا‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َيا َر‬
» َ‫ص ِرين‬ ِ َ‫«وال ُمق‬
َ
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu álaihi wasallam berkata, “Ya Allah
rahmatillah orang-orang yang gundul”. Maka mereka (para sahabat yang
cukur pendek) berkata, “Yang cukur pendek wahai Rasulullah (didoakan
juga)”. Nabi berkata, “Ya Allah rahmatillah orang-orang yang gundul”.
Maka mereka (para sahabat yang cukur pendek) berkata, “Yang cukur
pendek wahai Rasulullah (didoakan juga)”. Maka Nabi berkata,
“Rahmatillah juga yang cukur pendek” (HR Al-Bukhari no 1727 dan
Muslim no 1301)

Dalam hadits Abu Huroiroh Nabi mendoakan yang gundul ‫غ ِف ْر‬ َّ


ْ ‫الل ُه َّم ا‬
َ‫“ ِل ْل ُم َح ِلقِين‬Ya Allah ampunilah yang gundul” sebanyak tiga kali, dan pada
kali yang ketiga Nabi mendoakan ampunan juga bagi yang cukur pendek
(HR Al-Bukhari no 1728)
Nabi mendoakan yang gundul 2 atau 3 kali, sementara yang cukur
pendek hanya didoakan sekali. An-Nawawi berkata َ‫علَى أ َ َّن ا ْل َح ْلق‬ ِ ْ ‫َو‬
َ ُ‫اْل ْج َماع‬
‫ض ُل‬ َ
َ ‫“ أ ْف‬Ijmak bahwasanya gundul lebih afdol” (al-Majmuu’9/188)
Keutamaan menggundul kepala ini hanya berkaitan dengan lelaki.
Nabi bersabda:
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫اء التَّ ْق‬
ِ ‫س‬َ ‫الن‬ َ ‫ ِإنَّ َما‬،‫اء َح ْل ٌق‬
ِ ‫ع َلى‬ ِ ‫س‬ ِ ‫ع َلى‬
َ ‫الن‬ َ ‫َلي‬
َ ‫ْس‬
“Tidak ada gundul atas wanita, yang wajib bagi mereka cukur pendek”
(HR Abu Dawud no 1984 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Adapun wanita hanya cukup memotong rambutnya seukuran ruas
jari5. Jika ia bisa menggabungkan rambutnya semua lalu mencukur seruas
jari, jika tidak maka dia mencukur ujung-ujung rambutnya dari sisi-sisi
yang berbeda-beda seruas jari.

5
Karena wanita membutuhkan rambutnya untuk berhias bagi suaminya.
4

2. Para ulama telah sepakat bahwa mencukur atau menggundul dari


seluruh bagian kepala itu yang terbaik.
Akan tetapi mereka berselisih barapa kadar minimal mencukur
pendek rambut atau menggundul kepala? 6. Tentu yang lebih hati-hati
adalah menggundul atau mencukur pendek dari seluruh bagian sisi kepala
a. Disunnahkan untuk mencukur atau menggundul bagian kanan kepala
terlebih dahulu baru kemudian bagian kiri kepala.7
b. Meskipun menggundul lebih baik daripada mencukur pendek, akan
tetapi jika seseorang melakukan umroh tamattu’ menjelang
pelaksanaan haji, maka ia tidak menggundul kepalanya, akan tetapi
cukup mencukur pendek agar menyisakan rambutnya untuk digundul
tatkala tanggal 10 Dzulhijjah8.

6
Menurut madzhab Hanafi minimal ¼ rambut kepala yang digundul atau dicukur pendek,
menurut madzhab Asy-Syafi’iyah minimal 3 helai rambut yang digundul atau dicukur pendek (lihat
Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab 8/199-200), dan menurut madzhab Malikiyah dan Hanabilah
maka harus seluruh bagian kepala kena, baik gundul maupun cukur pendek. (lihat al-Mughni, Ibnu
Qudaamah 3/355). Pendapat yang terakhir yang lebih kuat dan lebih hati-hati karena firman Allah
ِ َ‫سكُ ْم َو ُمق‬
َ‫ص ِرين‬ َ ‫“ ُم َح ِلقِينَ ُرؤُو‬dengan mencukur gundul dan memotong pendek rambut kepala” (QS
Al-Fath : 27), bersifat umum mencakup seluruh kepala, bahkan dalam bahasa Arab jika ada yang
mencukur hanya 3 helai rambut atau memotong pendek 3 helai rambut maka tidak dikatakan ‫ق‬ ُ ‫ا ْل َح ْل‬
(gundul) dan ‫صي ُْر‬ ْ
ِ ‫( التَق‬cukur pendek). Didukung pula dengan praktik Nabi shallallahu álaihi
wasallam dan para sahabatnya tatkala mengamalkan ayat ini, tidak diantara seorangpun dari mereka
yang mencukur atau menggundulu sebagian kepala saja. Dan perbuatan Nabi ini merupakan
penjelasan dari mutlaqnya perintah dalam ayat, maka wajib kembali kepada penjelasan Nabi
shallallahu álahi wasallam. (Lihat Al-Mughni 3/355)
7
Anas bin Malik berkata
ٌ ‫ف ِإلَى ا ْلبُد ِْن فَنَ َح َرهَا َوا ْل َحجَّا ُم َجال‬
:َ‫ َوقَال‬،‫ِس‬ َ ‫ ث ُ َّم ا ْن‬،ِ‫سلَّ َم َر َمى َج ْم َرة َ ا ْل َعقَ َبة‬
َ ‫ص َر‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ِ ‫أ َ َّن َرسُو َل‬
َ ‫هللا‬
َ‫ط ْل َحة؟‬
َ ‫ «أَيْنَ أَبُو‬:َ‫ِق ْاْلخ ََر» فَقَال‬ َّ ‫ق الش‬ ُ
ِ ‫ «ا ْح ِل‬:َ‫ ث َّم قَال‬،“ ‫س َمهُ فِي َم ْن يَلِي ِه‬ َ َ‫ فَ َحلقَ ِشقهُ اْل ْي َمنَ فَق‬،ِ‫ع ْن َرأْ ِسه‬
َ ْ َّ َ َ ‫بِيَ ِد ِه‬
َ ‫فَأ َ ْع‬
»ُ‫طاهُ ِإيَّاه‬
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu álaihi wasallam melempar jamrot al-Áqobah, lalu beliau
menuju ke onta maka beliaupun menyembelihnya sementara tukang cukur duduk. Lalu Nabi
memberi isyarat kepada tukang cukur agar mencukur kepalanya, maka tukang cukur tersebut
menggunduli bagikan kepala kanan, lalu Nabi membagikan rambutnya kepada orang yang dekat
dengannya. Lalu Nabi berkata, “Gundul bagian kiri kepala”. Lalu beliau berkata, “Kemana Abu
Tolhah?”, lalu Nabi memberikan rambutnya (cukuran dari kiri kepala beliau-pen) kepada Abu
Tolhah” (HR Muslim no 1305)
8
Tatkala Nabi shallallahu álaihi wasallam dan para sahabat berhaji wada’ mereka tiba di
Mekah pada tanggal 4 dzulhijjah, yaitu hanya sekitar 6 hari sebelum tanggal 10 Dzulhijjah. Maka
Nabi memerintahkan para sahabat untuk berumroh dan bertahallul dengan mencukur pendek rambut
mereka. Beliau berkata kepada mereka:
‫ َوأَقِي ُموا َح ََل اًل َحتَّى ِإذَا َكانَ َي ْو ُم الت َّ ْر ِو َي ِة‬،‫ص ُروا‬
ِ َ‫ َوق‬،ِ‫صفَا َوا ْل َم ْر َوة‬ ِ ‫ فَطُوفُوا ِبا ْل َب ْي‬،‫أَحِ لُّوا ِم ْن ِإح َْرا ِمكُ ْم‬
َّ ‫ت َو َبيْنَ ال‬
ِ ‫فَأ َ ِهلُّوا بِا ْل َح‬
‫ج‬
“Bertahallullah kalian dari ihrom kalian, maka thowaflah kalian di ka’bah dan saí-lah kalian antara
shofa dan marwa, dan cukur pendeklah kepala kalian, dan menetaplah kalian dalam kondisi tidak
berihrom hingga jika tiba hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) maka berihromlah lagi untuk haji” (HR
Muslim no 1216)
Ibnu Hajar berkata :
5

D. Kesalahan-kesalahan
Pertama: Tidak benar persepsi yang berkembang di masyarakat
bahwasanya yang boleh mencukur hanyalah orang yang sudah bertahallul, jika
tidak maka tidak boleh. Bahkan jika seseorang mencukur kepalanya sendiri
maka sah.
Kedua: Sebagian wanita langsung mencukur rambut mereka di bukit
marwa begitu selsai saí sehingga banyak diantara mereka yang tersingkap
rambutnya. Padahal rambut adalah áurot
Ketiga: Sebagian jamaáh lelaki begitu sampai di marwa mencukur
sedikit rambut mereka dengan niatan akan melanjutkan untuk menggundulnya
di salon. Sesungguhnya ini hanya pekerjaan sia-sia, hendaknya langsung saja
ke salon untuk mencukur pendek atau gundul.

E. Hukum-Hukum Yang Berkaitan Tentang Tahallul


1. Apakah boleh mencukur rambut hanya sebagian saja tatkala
bertahallul?
Para ulama 4 madhzab sepakat bahwa menggundul kepala lebih afdol,
demikian juga tatkala mencukur pendek maka lebih afdol jika cukuran tersebut
mencakup seluruh sisi kepala. Akan tetapi mereka berselisih ukuran minimal
sah-nya mencukur pendek rambut menjadi tiga pendapat :
Pertama: Wajib mencukur seluruh sisi kepala. Ini adalah pendapat Hanabilah
dan Malikiyah
Kedua: Jika sudah mencukur seperempat bagian sisi kepala maka sudah sah,
adapun jika kurang dari seperempat kepala maka tidak sah.
Ketiga: Jika mencukur 3 helai rambut maka sudah sah.
Kesimpulan: Yang lebih afdhol -dengan kesepakatan para ulama- adalah
mencukur rambut dari segala sisi kepala. Adapun mencukur sebagian kepala -
apalagi hanya kurang dari seperempat sisi kepala- maka ini adalah sah menurut
madzhab Syafií namun tidak sah meurut 3 madhzab yang lain.
Selain itu cara mencukur hanya dengan mencukur 3 helai rambut saja
atau yang semisalnya maka tidak menunjukan dampak yang nampak di kepala.
Padahal Allah berfirman
ِ َ‫س ُك ْم َو ُمق‬
َ‫ص ِرين‬ َ ‫ُم َح ِلقِينَ ُرؤُو‬

ْ َ‫ج فَأ َ َّخ َر ْال َح ْلقَ ِْل َ َّن َبيْنَ دُ ُخو ِل ِه ْم َو َبيْنَ َي ْو ِم الت َّ ْر ِو َي ِة أ َ ْر َب َعةَ أَي ٍَّام فَق‬
‫ط‬ ِ ‫ِإنَّ َما أ َ َم َرهُ ْم ِبذَلِكَ ِْلَنَّ ُه ْم يُ ِهلُّونَ َب ْعدَ قَلِي ٍل ِب ْال َح‬
“Sesungguhnya Nabi hanyalah memerintahkan mereka untuk mencukur pendek karena sebentar lagi
mereka akan berihrom lagi untuk haji, maka penggundulan ditunda. Karena antara masuknya mereka
ke Mekah hingga hari tarwiyah hanya 4 hari” (Fathul Baari 3/431)
6

“Dengan mencukur rambut (gundul) kepala dan mengguntingnya


(memendekannya)” (QS Al-Fath : 27)
Maka harus ada dampak dan atsar yang nampak dalam tahallul, yaitu
tercukurnya rambut, adapun hanya 3 helai rambut maka tidak tercapai tujuan
tersebut.
Maka kami menganjurkan bahwa seseorang berusaha melakukan yang
terbaik dan yang lebih sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu álaihi wasallam
dimana Nabi dan para sahabatnya tidak pernah dalam bertahallul hanya
mencukur sebagian kepalanya saja. Wallahu A’lam.

2. Apakah orang yang boleh mencukurkan rambut harus sudah


bertahallul terlebih dahulu?
Tidak ada dalil yang mempersyaratkan bahwa yang boleh melakukan
pencukuran atau penggundulan hanyalah orang yang dalam kondisi sudah
bertahallul. Bahkan jika seseorang yang berihram menggundul atau mencukur
pendek kepalanya sendiri maka tidak mengapa dan tidak terlarang. Yang
dituntut oleh syariát adalah terjadinya gundul maupun cukur tatkala bertahallul.
Bahkan seseorang yang mencukur dirinya sendiri masuk dalam
keumuman firman Allah:
ُ ‫ث ُ َّم ْليَ ْق‬
‫ضوا تَفَثَ ُه ْم‬
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan
mereka (QS Al Hajj: 29)

Dan diantara tafsir dari at-Tafats (kotoran) adalah rambut kepala.


Demikian juga keumuman firman Allah
ِ َ‫س ُك ْم َو ُمق‬
َ‫ص ِرين‬ َ ‫ُم َح ِلقِينَ ُرؤُو‬
“Dengan mencukur rambut (gundul) kepala dan mengguntingnya
(memendekannya)” (QS Al-Fath : 27)
Dan jika kita mewajibkan para jamaáh haji dan umroh tidak boleh
mencukur sendiri maka secara otomatis kita telah mewajibkan mereka untuk
perlu kepada orang lain yang dalam kondisi tidak berihram. Dan tentunya ini
bukanlah sifat ibadah-ibadah pada umumnya -seperti sholat dan puasa- yang
tidak memerlukan orang lain.
Namun tentu jika orang lain yang mencukur akan lebih baik dan lebih
sesuai sunnah Nabi shallallahu álaihi wasallam.
Anas bin Malik berkata
‫ف ِإ َلى ا ْلبُد ِْن فَنَ َح َرهَا‬ َ ‫ص َر‬َ ‫ ث ُ َّم ا ْن‬،‫س َّل َم َر َمى َج ْم َرةَ ا ْل َعقَ َب ِة‬ َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫سو َل‬ ُ ‫أَ َّن َر‬
َ َ‫ فَ َح َلقَ ِشقَّهُ ْاْل َ ْي َمنَ فَق‬،‫ع ْن َر ْأ ِس ِه‬
:‫ ث ُ َّم قَا َل‬،“ ‫س َمهُ فِي َم ْن يَ ِلي ِه‬ َ ‫ بِيَ ِد ِه‬:َ‫ َوقَال‬،‫س‬ٌ ‫َو ْال َحجَّا ُم َجا ِل‬
»ُ‫طاهُ ِإيَّاه‬ َ ‫ط ْل َحةَ؟ فَأ َ ْع‬
َ ‫ «أَيْنَ أَبُو‬:َ‫ِق ْاْلخ ََر» فَقَال‬ َّ ‫ق الش‬ ِ ‫«ا ْح ِل‬
7

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu álaihi wasallam melempar jamrot al-


Áqobah, lalu beliau menuju ke onta maka beliaupun menyembelihnya
sementara tukang cukur duduk. Lalu Nabi memberi isyarat kepada tukang
cukur agar mencukur kepalanya, maka tukang cukur tersebut menggunduli
bagikan kepala kanan, lalu Nabi membagikan rambutnya kepada orang yang
dekat dengannya. Lalu Nabi berkata, “Gundul bagian kiri kepala”. Lalu beliau
berkata, “Kemana Abu Tolhah?”, lalu Nabi memberikan rambutnya (cukuran
dari kiri kepala beliau-pen) kepada Abu Tolhah” (HR Muslim no 1305)

Dan jika yang mencukur orang lain maka tentu lebih rapi dan lebih bersih.

3. Bolehkah bagi para wanita -setelah thowaf dan sa’i umroh – untuk
menunda memotong rambut mereka di kamar hotel?
Tidak mengapa hal tersebut, akan tetapi selama ia belum bertahallul dari
umrohnya maka seluruh larangan ihrom masih berlaku

F. Hukum Gundul Rambut Kepala


Hukum gundul atau botak atau mencukur habis rambut kepala tergantung
maksudnya. Jika maksudnya adalah untuk tahallul haji dan umrah, itu
diperintahkan. Jika maksudnya karena hajat (kebutuhan), lalu menggundul
habis rambut kepala, juga dibolehkan. Sedangkan jika maksudnya sebagai syiar
ibadah atau menganggap hal itu sebagai ibadah, maka termasuk dalam bid’ah.
Adapun selain tujuan tadi, maka dibolehkan.

Ibnu Taimiyah rahimahullah merinci hukum gundul menjadi empat


macam:
1. Menggundul habis rambut kepala ketika haji dan umrah, ini termasuk yang
diperintahkan. Hal itu diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, didukung
dengan dalil Al Quran dan Hadits serta ijma’ (kesepakatan) para ulama.
Allah Ta’ala berfirman,
َ‫ص ِرينَ ًَل تَخَافُون‬
ِ َ‫س ُك ْم َو ُمق‬ َ ‫َلتَدْ ُخلُ َّن ْال َمس ِْجدَ ْال َح َر‬
ْ ‫ام‬
َّ ‫إن شَا َء‬
َ ‫َّللاُ آ ِمنِينَ ُم َح ِلقِينَ ُر ُءو‬
“(Yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram,
insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan
mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut.” (QS. Al Fath: 27).

Telah ada hadits yang mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bahwasanya beliau menggundul rambutnya saat haji dan umrahnya.
Begitu pula hal ini dilakukan oleh para sahabat beliau. Di antara mereka ada
yang menggundul habis saat tahallul, ada pula yang memendekkannya.
8

Namun menggundul habis saat tahallul lebih utama daripada memendekkan.


Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan,
َ‫ ال َّل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم َح ِلقِين‬: ‫ص ِرينَ ؟ قَا َل‬
ِ َ‫َّللا َوا ْل ُمق‬ ُ ‫ يَا َر‬: ‫{ ال َّل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم َح ِلقِينَ قَالُوا‬
ِ َّ ‫سو َل‬
َّ ‫سو َل‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫ يَا َر‬: ‫ ال َّل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم َح ِلقِينَ قَالُوا‬: ‫ص ِرينَ ؟ قَا َل‬ِ َ‫َّللا َوا ْل ُمق‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ يَا َر‬: ‫قَالُوا‬
} َ‫ص ِرين‬ ِ َ‫ َوا ْل ُمق‬: ‫ص ِرينَ ؟ قَا َل‬ ِ َ‫َوا ْل ُمق‬
“Ya Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.” Para sahabat
berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau cuma sekedar
memendekkan?” Beliau masih bersabda, “Ya Allah, ampunilah mereka
yang menggundul habis.” Para sahabat balik bertanya, “Wahai Rasulullah,
bagaimana cuma sekedar memendekkan?” Beliau masih bersabda, “Ya
Allah, ampunilah mereka yang menggundul habis.” Para sahabat kembali
bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cuma sekedar memendekkan?”
Baru beliau menjawab, “Dan juga bagi yang memendekkan.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan pada para sahabat
yang tidak membawa hadyu (hewan sembelihan) saat haji wada’ agar
memendekkan rambut kepalanya selepas umrah yaitu saat itu melakukan
thawaf keliling Ka’bah dan bersa’i dari Shafa dan Marwah. Kemudian
selepas melakukan haji, barulah mereka menggundul habis rambut
kepalanya. Jadi ketika itu digabunglah antara memendekkan dan
menggundul habis.

2. Menggundul rambut kepala karena ada hajat atau kebutuhan seperti untuk
tujuan berobat. Ini juga dibolehkan berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan
ijma’ (kesepatan para ulama). Karena Allah Ta’ala memberikan keringanan
bagi orang yang berihram yang pada asalnya dilarang menggundul rambut,
namun boleh jika memang ada gangguan di kepalanya. Allah Ta’ala
berfirman,
‫ضا أَ ْو ِب ِه أَذاى ِم ْن َر ْأ ِس ِه‬
‫ي َم ِح َّلهُ فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َم ِري ا‬
ُ ْ‫س ُك ْم َحتَّى َي ْبلُ َغ ْال َهد‬
َ ‫َو ًَل تَ ْح ِلقُوا ُر ُءو‬
ٍ‫سك‬ ُ ُ‫صدَقَ ٍة أَ ْو ن‬
َ ‫صيَ ٍام أَ ْو‬ِ ‫فَ ِفدْيَةٌ ِم ْن‬
“Dan janganlah kalian mencukur kepala kalian, sebelum korban sampai ke
tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kalian yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya
berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban.” (QS. Al
Baqarah : 197).
Sebagaimana disebut pula dalam hadits Ka’ab bin ‘Ujrah ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat, ada kutu-kutu yang jatuh dari
kepalanya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,
“Apakah kutu-kutu itu mengganggumu?” Dia menjawab, “Iya.”
9

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukurlah rambutmu


kemudian sembelihlah seekor kambing atau berpuasalah selama tiga hari
atau berilah makan seukuran satu faroq untuk enam orang miskin.” (HR.
Bukhari dan Muslim, hadits ini diterima validnya oleh para ulama).

3. Menggundul karena sebab ibadah dan zuhud bukan karena sedang haji atau
umrah. Misalnya yang dilakukan oleh sebagian orang yang ingin bertaubat
dengan menggundul rambutya, atau menjadikan mencukur atau
menggundul rambut sebagai syiar agama (seperti yang kita saksikan pada
pendeta Budha, -pen), maka ini termasuk perbuatan bid’ah. Juga
menjadikan gundul sebagai tanda kesempurnaan zuhud atau sempurna
dalam ibadah, sampai menganggap afdhol antara yang menggundul dari
yang tidak menggundul, termasuk pula menganggap taubat itu mesti dengan
menggundul rambut, ini semua termasuk bid’ah yang tidak diperintahkan
oleh Allah. Seperti itu tidak dianggap wajib atau sunnah oleh para ulama.
Seperti itu tidak pernah dilakukan oleh para sahabat, tabi’in, dan para ulama
yang zuhud dan giat ibadah. Barangsiapa yang meyakini bid’ah itu sebagai
suatu yang wajib atau sunnah padahal tidak demikian, dan itu mengantarkan
pada ketaatan pada Allah dan dijadikan tanda sebagai sempurnanya agama,
tanda taubat yang sempurna, atau tanda zuhud dan ahli ibadah, anggapan
seperti ini adalah anggapan sesat yang sudah keluar dari jalan Allah, hanya
sekedar mengikuti jalan setan.
4. Menggundul rambut kepala bukan untuk nusuk (haji/umrah), bukan karena
kebutuhan, bukan pula untuk mendekatkan diri pada Allah atau
menunjukkan syiar agama, untuk masalah ini para ulama memiliki dua
pendapat. Pertama, hukumnya makruh dan ini adalah pendapat madzhab
Maliki dan selainnya. Kedua, hukumnya mubah atau boleh dan ini pendapat
makruf dalam madzab Abu Hanifah dan Syafi’iyah. Karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak yang mencukur
sebagian rambutnya, maka beliau berkata,
ُ‫عوهُ ُك َّله‬
ُ َ‫احْ ِلقُوهُ ُك َّلهُ أَ ْو د‬
“Cukurlah semua atau tinggalkan semua.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun didatangkan bayi yang berusia tiga
hari lantas beliau menggundul habis rambutnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari qaza’. Yang


dimaksud qaza’ adalah menggundul sebagian rambut kepala dan
membiarkan yang lain. Jika demikian berarti menggundul seluruh rambut
kepala itu boleh.
10

Di masa silam, menggundul habis rambut kepala adalah syiar ahli


bid’ah karena Khawarij biasa menggundul habis rambut kepala mereka.
Sebagian mereka menganggap bahwa menggundul seperti itu adalah tanda
sempurnanya taubat dan ibadah. Dalam hadits yang shahih riwayat
shahihain bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat bersumpah
tentang orang Khawarij maka datanglah seseorang pada tahun penaklukkan
kota Makkah dalam keadaan berjenggot lebat namun rambutnya gundul.
(Majmu’atul Fatawa, 21: 116-119).

Suasana Tahallul

Anda mungkin juga menyukai