Anda di halaman 1dari 4

Hukum Seputar Belahan Rambut

Memang benar, rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam panjangnya sampai


menyentuh bahunya, sebagaimana dalam banyak hadits, seperti:

‫َع ِن اْلَبَّراِء ْبِن َعاِز ٍب َيُقْو ُل َم ا َر َأْيُت ِم ْن ِذ ْي ِلَّمٍة َأْح َس َن ِم ْنُه َو ِفْي ِرَو اَيٍة َك اَن َيْض ِر ُب َشْع َر ُه َم ْنِكَبْيِه‬
Dari Bara’ bin Azib, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat rambut melampaui ujung telinga
seorang pun yang lebih bagus dari (rambut) Rasulullah.” Dalam suatu riwayat lain, “Rambut
Rasulullah sampai mengenai kedua bahunya.” (Hr. Muslim: 2337)

Diriwayatkan oleh Bukhari (3558) dan Muslim (4336) di dalam kitab Shahih keduanya hadits
dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyisir
lurus rambutnya. Dan saat itu orang-orang musyrik membelah rambut mereka sedangkan
ahli kitab (Yahudi) menyisir lurus rambut mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
suka mengikuti ahli kitab dalam perkara yang tidak terdapat perintah oleh syariat. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membelah rambut setelah peristiwa Fathu Makkah
karena orang-orang musyrik telah masuk Islam.

Di dalam kitab Sunan Abu Dawud terdapat hadits dengan sanad yang hasan dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha bahwa dia berkata, “Dahulu ketika aku hendak membelah rambut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku membuat belahan dari ubun-ubun dan rambut-
rambutnya terjuntai di antara kedua matanya” [Al-Jami’ Ash-Shahih (2824)]

Ath-Thibi rahimahullah berkata, “Maknanya: Salah satu ujung belahan terletak di ubun-ubun
sedangkan ujung yang lain terletak di dahi yang tepat di antara kedua matanya. Dan
perkataan “dan rambut-rambutnya terjuntai di antara kedua matanya” yaitu ‘Aisyah
membelah rambutnya secara lurus di antara kedua matanya dengan cara separuh rambut
berada di sisi kanan belahan dan separuh rambut yang lain berada di sisi kiri belahan.”
[‘Aunul Ma’bud (11/162)]

Ulama berselisih pendapat tentang hukum membelah rambut, apakah hukumnya


dianjurkan atau wajib?

Al-Hafidz berkata, “Yang benar bahwa membelah rambut hukumnya dianjurkan dan bukan
wajib. Ini adalah pendapat Imam Malik dan mayoritas ulama.” [Fathul Bari (5918)]

Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah ditanya tentang hukum wanita membelah rambutnya di


bagian samping?

Beliau rahimahullah menjawab,


Hal yang sunnah dalam membelah rambut adalah dengan membelahnya di tengah dari
ubun-ubun, yaitu bagian depan kepala, hingga bagian atas kepala. Karena rambut memiliki
banyak arah, baik ke depan, ke belakang, ke kanan, atau ke kiri. Maka belahan yang
disyariatkan adalah di bagian tengah kepala. Adapun belahan yang terdapat di bagian
samping, maka hal tersebut tidak disyariatkan. Karena belahan tersebut termasuk bentuk
penyerupaan kepada orang-orang kafir dan juga termasuk dalam sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ِص ْنَفاِن ِم ْن َأْهِل الَّناِر َلْم َأَر ُهَم ا َقْو ٌم َم َع ُهْم ِس َياٌط َك َأْذ َناِب اْلَبَقِر َيْض ِر ُبوَن ِبَها الَّناَس َو ِنَس اٌء‬
‫َك اِسَياٌت َعاِر َياٌت ُمِم يَالٌت َم اِئَالٌت ُر ُء وُسُهَّن َك َأْس ِنَم ِة اْلُبْخ ِت اْلَم اِئَلِة َال َيْد ُخ ْلَن اْلَج َّنَة َو َال َيِج ْد َن‬
‫ِر يَحَها َو ِإَّن ِر يَحَها َلُيوَج ُد ِم ْن َم ِس يَرِة َك َذ ا َو َك َذ ا‬
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang
miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal
baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).

Di antara ulama ada yang menafsirkan mailat mumilat dengan wanita yang menyisir
rambutnya dengan gaya sisiran yang miring dan wanita yang menyisirkan rambut wanita
yang lain dengan gaya sisiran tersebut. Akan tetapi yang tepat bahwa maksud dari mailat
adalah wanita yang condong menjauhi kewajibannya berupa rasa malu dan menunaikan
syariat agama. Sedangkan maksud dari mumilat adalah memprovokasi wanita yang lain
untuk meninggalkan kewajiban agamanya. Wallahu a’lam. [Fathul Bari (5918)

Syaikh Al-‘Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah ditanya tentang hukum
membelah rambut di salah satu sisi kepala?

Beliau rahimahullah menjawab,

Hal tersebut hukumnya makruh karena menyelisihi petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bahwa beliau di akhir hidupnya membelah rambut di bagian tengah kepala.

Dari sekian banyak riwayat tentang model rambut Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Al-
Imam An-Nawawi menyatakan kesimpulan sebagai berikut:

‫ وأن الفرق أفضل‬، ‫والحاصل أن الصحيح المختار جواز السدل والفرق‬


“Kesimpulannya pendapat yang benar yang terpilih adalah bolehnya Sadl dan Farq
(Membelah rambut), dan bahwasanya Al-Farq lebih utama.”
(Syarah Shahih Muslim : 15/90)
Wallahu a’lam, wabillahittaufiq.
HUKUM MENYAMBUNG RAMBUT

‫َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة – رضى هللا عنه – َع ِن الَّنِبِّى – صلى هللا عليه وسلم – َقاَل « َلَع َن‬
‫ َو اْلَو اِش َم َة َو اْلُم ْسَتْو ِش َم َة‬، ‫» ُهَّللا اْلَو اِص َلَة َو اْلُم ْسَتْو ِص َلَة‬
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat perempuan
yang menyambung rambutnya dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung,
perempuan yang mentato dan perempuan yang meminta agar ditato”(HR Bukhari no 5589).

‫َع ْن َأْس َم اَء ِبْنِت َأِبى َبْك ٍر – رضى هللا عنهما – َأَّن اْمَر َأًة َج اَء ْت ِإَلى َر ُسوِل ِهَّللا – صلى هللا‬
‫ َو َز ْو ُج َها َيْسَتِح ُّثِنى‬، ‫ ُثَّم َأَص اَبَها َش ْك َو ى َفَتَم َّر َق َر ْأُس َها‬، ‫عليه وسلم – َفَقاَلْت ِإِّنى َأْنَك ْح ُت اْبَنِتى‬
‫ِبَها َأَفَأِص ُل َر ْأَسَها َفَس َّب َر ُسوُل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – اْلَو اِص َلَة َو اْلُم ْسَتْو ِص َلَة‬

Dari Asma’ binti Abi Bakr, ada seorang perempuan yang menghadap Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Telah kunikahkan anak gadisku setelah itu dia sakit sehingga
semua rambut kepalanya rontok dan suaminya memintaku segera mempertemukannya
dengan anak gadisku, apakah aku boleh menyambung rambut kepalanya. Rasulullah lantas
melaknat perempuan yang menyambung rambut dan perempuan yang meminta agar
rambutnya disambung” (HR Bukhari no 5591 dan Muslim no 2122).

HUKUM TANAM (CANGKOK) RAMBUT)

‫ وليس هو من‬، ‫ ومن باب إزالة العيب‬، ‫نعم يجوز ؛ ألن هذا من باب رّد ما خلق هللا عز وجل‬
‫ بل هو‬، ‫ فال يكون من باب تغيير خلق هللا‬، ‫باب التجميل أو الزيادة على ما خلق هللا عز وجل‬
‫ وال يخفى ما في قصة الثالثة النفر الذي كان أحدهم أقرع‬، ‫من رد ما نقص وإزالة العيب‬
‫وأخبر أنه يحب أن يرد هللا عز وجل عليه شعره فمسحه الملك فرَّد هللا عليه شعره فأعطي‬
‫ شعرًا حسنًا‬.
Iya, hukumnya BOLEH, karena termasuk bab mengembalikan sesuatu yang telah diciptakan
Allah dan juga termasuk menghilangkan aib, dan tidak termasuk mempertampan diri dan
juga bukan menambah sesuatu yang telah diciptakan Allah ‘Azza wa Jalla, sehingga hal itu
tidak termasuk merubah ciptaan Allah melainkan mengembalikan sesuatu yang kurang serta
menghilangkan aib. Terdapat dalam sebuah kisah mengenai tiga orang manusia, di mana
salah seorang dari mereka kepalanya botak dan ia menuturkan bahwa ia merasa senang; jika
Allah ‘Azza wa Jalla mengembalikan rambutnya, kemudian malaikat mengusapnya, sehingga
Allah mengembalikan rambutnya dan ia diberi rambut yang bagus.[ Fatawa Ulama Baladil
Haram hal. 1185]
Hadits yang dimaksud adalah kisah tiga orang yang botak, belang dan buta yang
dikembalikan kesehatan mereka dan fisik ereka semula, berikut potongan haditsnya:

‫ َو َيْذ َهُب َع ِّنى َهَذ ا اَّلِذ ى َقِذَرِنى‬، ‫ َش َع ٌر َح َس ٌن‬: ‫ َأُّى َش ْى ٍء َأَح ُّب ِإَلْيَك ؟ َقاَل‬: ‫ َفَقاَل‬،‫ َفَأَتى اَألْقَر َع‬: ‫َقاَل‬
‫ َو ُأْع ِط َى َش َع ًرا َح َس ًن‬،‫ َفَذ َهَب َع ْنُه‬،‫ َفَم َسَح ُه‬: ‫ َقاَل‬. ‫الَّناُس‬

“Selanjutnya malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak, dan bertanya kepadanya:
apa yang paling engkau dambakan? Ia menjawab : rambut yang indah, dan sembuhnya
penyakit yang aku derita dan menyebabkan orang lain memperolok-olokku. Sepontan
malaikat tersebut mengusapnya, dan sekejap penyakitnya hilang, serta ia dikarunia rambut
indah”[ HR. Bukhari-Muslim]

Anda mungkin juga menyukai