Anda di halaman 1dari 3

Fitrah wanita adalah menyukai kecantikan, perhiasan dan semacamnya.

Namun wahai saudari


muslimah, ada beberapa peringatan ketentuan umum yang wajib kita perhatikan berkaitan
dengan az-zinah (berhias). Baik berhias dengan sesuatu yang nampak seperti pakaian ataupun yang
tersembunyi. Demikian juga berkenaan dengan anggota tubuh yang boleh ditampakkan di depan
mahram dan yang harus ditutup dari orang yang tidak boleh melihatnya.
Ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama: Tidak boleh berdandan dengan menggunakan bahan yang haram atau dengan cara yang
haram
Syaikh Amr Abdul Mun‟im Salim hafizhahullah menyebutkan beberapa contoh berdandan dengan
menggunakan bahan yang haram atau dengan cara yang haram yaitu:
‫ أو ت ده ين ال ش عر ب ما ف يه دهن خ نزي ر أو خمر‬، ‫ أو ال و شم‬، ‫ أو ن تف ال حواجب‬، ‫ك و صل ال ش عر م ث ال‬

“Berdandan dengan menyambung rambut, mencabut bulu alis, mentato, memberi minyak pada
rambut dengan menggunakan minyak babi atau khamr”.

Kedua: Tidak boleh berdandan dengan dandanan yang menyerupai lawan jenis
Baik dengan memotong rambut kepala menyerupai laki-laki, memakai pakaian yang khas atau
identik dengan laki-laki, sepatu khas laki-laki, atau berjalan menyerupai cara jalannya laki-laki.
Sebagaimana Islam tidak menginginkan laki-laki lemah gemulai maka Islam juga tidak
menginginkan perempuan gagah perkasa.

Adanya larangan perempuan menyerupai laki-laki menunjukan bahwa perbuatan ini merupakan
dosa besar. Larangan Allah ada dua macam yaitu makruh dan haram. Larangan haram terdiri dari
dosa kecil dan dosa besar, menyerupai lawan jenis adalah salah satu contoh dosa besar. Abdullah
bin „Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
‫ ل عن ر سول هللا ص لى هللا ع ل يه و س لم ال مخ ن ث ين من ال رجل –ر ض يى هللا ع نهما –عن أب ي ع بدهللا ب ن ع باس‬: ‫ق ال‬
، ‫ءا س نال نم ت الج رتمالو‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menjadi waria karena bersikap
sebagaimana perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain:

‫ وال م ت ش بهات من ال ن ساء ب ال رجال‬، ‫ص لى هللا ع ل يه و س لم ال م ت ش به ين من ال رجال ب ال ن ساء‬ ‫ل عن ر سول هللا‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan
yang menyerupai laki-laki”. (HR. Bukhari)
Ketika perempuan menyerupai laki-laki maka ia keluar dari fitrah yang lurus yang Allah berikan
padanya, fitrah yang sesuai dengan sifat fisik dan kemampuan fisik kerja perempuan dan fungsi
seksual perempuan. Adapun yang menjadi tolak ukur menyerupai lawan jenis adalah menyerupai
kekhasan pada perempuan atau laki-laki.

Ketiga: Tidak boleh berdandan dengan perbuatan yang termasuk mengubah ciptaan Allah.
Contohnya adalah tafalluj (merenggangkan antara gigi taring dan gigi seri), atau menyambung
rambut, tato, mencabuti bulu alis.
Berdasarkan hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
‫ وامغ يرات ل خ لق هللا‬، ‫ وال م ت ف لجات ل لح سن‬، ‫ وال م ت نم صات‬، ‫ وال نام صات‬، ‫ وال م توا شمات‬، ‫ل عن هللا ال وا شمات‬
“Allah melaknat wanita yang mentato dan yang minta untuk ditato, wanita yang mencabuti bulu alis dan
wanita yang meminta agar alisnya dicabut, dan wanita yang merengganggangkan gigi karena motivasi
kecantikan dan mengubah ciptaan Allah Ta’ala”. (Muttafaqun „alaih)
Yang menjadi poin larangan dalam hadits ini adalah mengubah ciptaan Allah dan semata-mata
dengan tujuan kecantikan karena hukumnya haram. Mengubah ciptaan Allah ada dua macam yaitu
untuk menghilangkan cacat atau aib dan yang kedua khusus dalam rangka kecantikan. Contoh,
menghilangkan cacat atau aib yaitu operasi bibir sumbing atau menggunakan behel karena gigi
yang berjejal untuk memperbaiki susunan normal gigi maka ini hukumnya boleh karena tujuan
utamanya adalah menghilangkan aib dan catat. Pada hakikatnya hal ini bukan mengubah ciptaan
Allah melainkan mengembalikan pada bentuk normal atau bentuk asli ciptaan Allah.

Tolak ukur mengubah ciptaan Allah adalah bersifat permanen atau bertahan lama, adapun yang
sifatnya sementara maka hal ini tidak mengubah ciptaan Allah seperti memberikan warna pada
rambut uban dan kuku ini diperbolehkan syariat. Meluruskan rambut keriting yang bersifat
sementara bukan permanen maka ini tidak mengapa, pemutih wajah/whitening yang bersifat
sementara boleh, begitu juga memakai celak.

Yang disebut dalam hadits di atas adalah wanita karena umumnya pelakunya pada masa nabi
adalah para wanita. Seandainya dilakukan oleh laki-laki maka hukumnya sama saja, seperti bertato.
Kenapa tato di masa jahiliyah dilakukan oleh wanita? Karena tatonya adalah tato kecantikan.

Maka perbuatan-perbuatan ini yang mengubah ciptaan Allah, mengubah fitrah yang telah Allah
berikan pada perempuan terdapat unsur menentang ciptaan Allah dan bagusnya rupa yang Allah
berikan, di sisi yang lain ini adalah perbuatan tasyabbu‟ yaitu menampakkan sesuatu yang tidak
asli/palsu yang tidak terdapat pada dirinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ال م ت ش بع ب ما ل م ي عط ك الب س ث وب ي زور‬

“Seorang yang membuat kesan pada publik dengan sesuatu yang tidak nyata (tidak terdapat pada dirinya)
seperti seorang yang memakai dua kain kebohongan (yang menutupi bagian atas dan bawah tubuhnya)”.
(Muttafaqun „alaihi)
Contoh, pakaian kebohongan adalah pakaian khas ulama di daerah tertentu, ada orang yang bukan
ulama di daerah tersebut mengenakan pakaian khas ulama sehingga orang-orangpun menyangka
bahwa ia adalah ulama padahal bukan, ini adalah contoh memakai dua kain kebohongan.

Contoh lainnya di daerah kita ada pakaian khas tentara kemudian seseorang yang bukan tentara
memakai pakaian tersebut sehingga menimbulkan kesan pada orang-orang bahwa ia adalah tentara
padahal bukan.

Ada orang yang rambutnya sudah beruban semua lalu ia semir dengan warna hitam maka ia
tergolong menampakkan sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Imam An Nawawi mengatakan,

، ‫ ي ن ك ثر ب ذل ك ع ند ال ناس‬، ‫ م بأن ي ظهر أن ع نده ما ل يس ع نده‬، ‫ ال م ت ك بر ب ما ل يس ع نده‬: ‫ مع ناه‬: ‫ق ال ال ع لماء‬


‫ ف هو مذموم ك ما ي ذم من ل بس ث وب ي زوار‬، ‫وي تزي ن ب ال باطل‬

“Ulama menyampaikan makna hadits ini yaitu orang yang menyombongkan diri dengan sesuatu
yang tidak ia miliki dengan menampakkan sesuatu yang sebenarnya tidak ia miliki, ia
menyombongkan diri dengan hal tersebut di depan banyak orang, ia mempercantik diri dengan
sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Maka orang yang semacam ini tercela sebagaimana
tercelanya orang yang memakai dua kain kebohongan” (Syarh Shahih Muslim, 84/4).

Bersambung Insyaallah..

Penulis: Atma Beauty Muslimawati

Transkrip kajian ustadz Dr. Aris Munandar, SS, MPI hafizhahullah dalam pembahasan kitab Ahkamuz
Zinah lil Mar’ah karya Syaikh Amr Abdul Mun‟im Salim hafizhahullah
Artikel Muslimah.or.id

© 2023 muslimah.or.id
Sumber: https://muslimah.or.id/15192-ketentuan-ketentuan-umum-dalam-berdandan-bagi-wanita-
bag-1.html

Anda mungkin juga menyukai