Anda di halaman 1dari 2

Distribusi kasus Leptospirosis di Indonesia

Pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus Leptospirosis pada manusia, di laporkan sebanyak
667 kasus dan 93% hasil laboratorium konfirmasi dengan angka kematian 8%. Pada tahun 2010
kasus Leptospirosis di Indonesia di laporkan sebanyak 410 kasus dengan 46 kasus kematian
(CFR 11, 2%). Kasus tersebut ditemukan di delapan (8) provinsi : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bengkulu, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Selatan. Pada
periode tahun 2009 sd 2011 kasus Leptospirosis di Indonesia semakin meningkat. Tahun 2011
merupakan kasus paling banyak dengan 857 kasus dengan 82 kasus kematian (CFR 9, 56%) hal
tersebut di karenakan terjadinya KLB di provinsi Di Yogyakarta. Tahun 2012 kasus mengalami
penurunan yaitu 222 kasus dan 28 kematian akan tetapi angka kematian meningkat CFR 12, 6%
di karenakan meningkatnya kasus kematian di kota Semarang. Tahun 2013 di laporkan terjadi
sebanyak 640 kasus dengan kematian 60 kasus (CFR 9,37%) meningkatnya jumlah kasus karena
terjadi KLB di Kabupaten Sampang Madura. Sedangkan tahun 2014 hingga bulan Oktober
dilaporkan sebanyak 411 kasus dengan kematian sebanyak 56 kasus (CFR 13,63%).

Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri


berbentuk spiral dari genus Leptospira yang pathogen, yang ditularkan
secara langsung dan tidak langsung dari hewan ke manusia. Definisi penyakit
zoonosa (zoonosis) adalah penyakit yang secara alami dapat ditularkan dari
hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya.
Leptospirosis merupakan zoonosis yang diduga paling luas penyebarannya di
dunia, di beberapa negara dikenal dengan istilah “demam urin tikus”, tetapi
dikarenakan sulitnya diagnosis klinis dan mahalnya alat diagnostik banyak
kasus Leptospirosis yang tidak terlaporkan. Faktor lemahnya surveilans,
keberadaan vektor dengan tingginya populasi tikus dan kondisi sanitasi
lingkungan yang jelek dan kumuh akibat banjir merupakan faktor-faktor
penyebab terjadinya kasus Leptospirosis.
Dari aspek penyebabnya, Leptospirosis adalah suatu bakterial zoonosis. Dari
aspek cara transmisinya Leptospirosis merupakan salah satu direct zoonoses
(host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan satu
vertebrata saja. Penyakit ini bebas berkembang di alam diantara hewan
baik liar maupun domestik dan manusia merupakan infeksi terminal yaitu
manusia tidak menularkan. Dari aspek ini penyakit tersebut termasuk
golongan anthropozoonoses, karena manusia merupakan “dead end” infeksi.
Leptospirosis disebut pula sebagai “Weills’ Disease”, yang diberikan sebagai
penelitian dan penghargaan kepada penemu pertama bakteri ini yaitu Adolf
Weill di Heidelberg, Jerman (1870), melaporkan adanya penyakit tersebut
pada manusia dengan gambaran klinis seperti demam, pembesaran hati
dan limpa, ikterus dan ada tanda-tanda kerusakan pada ginjal.
Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa Weill’s Disease
2 Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis
disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae. Sejak itu berapa
jenis Leptospira dapat diisolasi baik dari manusia maupun hewan.
Leptospirosis pada manusia mempunyai beberapa nama seperti Weill’s
Disease, Mud Fever, Canicola Fever, Hemorrhagic Jaundice, Trench Fever,
Swineherd’s Disease.
Spektrum penyakit ini pada manusia sangat luas, mulai dari infeksi subklinis
sampai sindroma berat yang melibatkan infeksi multi organ dengan angka
kematian yang cukup tinggi. Sindroma Leptospirosis ikterik dengan gagal
ginjal (Renal failure) sudah dilaporkan oleh Weill’s 100 tahun lalu.

Anda mungkin juga menyukai