Anda di halaman 1dari 12

MANFAAT KAIDAH HUKUM ISLAM

Oleh :
Bimas Ardiansyah
Fikri Muh.Zulfikar
Firman
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Manfaat Kaidah Hukum Islam ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas sebagai mahasiswa . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang kaidah-kaidah fiqih dan manfaatnya bagi para pembaca dan juga
bagi penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Sayamenyadari,makalahyangsayatulisinimasihjauhdarikatasempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalahini.

Takalar, 30 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI Sampul........................................i

KataPengantar..........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BABIPendahuluan....................................................................................................1

A. LatarBelakangMasalah...................................................................................1
B. RumusanMasalah............................................................................................1
C. TujuanPembahasan.........................................................................................1
BABII.......................................................................................................................2
A. Pengertiankaidahfiqih.....................................................................................2
B. Manfaatkaidahfiqih.........................................................................................3
C. Dasar pengambilankaidahfiqih.......................................................................3
D. Proses pembentukankaidahfiqih.....................................................................4
E. Hal-halyangharusdiperhatikandalampenerapankaidahfiqih............................7
BABIIIKesimpulan..................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DaftarPustaka...........................................................................................................9
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Fiqih adalah ilmu hukum yang mengatur manusia agar berbuat sesuai
dengan syariah agama islam. Manusia sangat membutuhkan fiqih, karena jika
tidak ada fiqih maka manusia bisa semena-mena dalam menjalani hidup, terlalu
bebas. Dan dengan fiqih ini membuat manusia yang bebas menjadi lebih tertata
dan membuat kehidupan menjadi lebih baik.
Dalam mempelajari fikih, maka kita perlu mengetahui kaidah nya pula.
kaidah adalah dasar hukum-hukum fikih atau pondasi-pondasi fiqih. Jika kita
mempelajarisuatuilmu,makakitaperlumemahamidasar-dasarnya,dandiilmu fiqih
ini, kaidah-kaidah adalah dasar nya.
Dalam makalah ini, kami akan mencoba menerangkan tentang aspek dari
kaidahfiqih,termasukpengertian,manfaat,dasarpengambilan,danhal-halyang
perludiperhatikan.

B. RumusanMasalah
1. Mengerti dan memahami pengertian kaidahfiqih
2. Mengerti dan memahami manfaat kaidahfiqih
3. Mengerti dan memahami dasar pengambilan kaidahfiqih
4. Memahami proses pembentukan kaidahfiqih
5. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan kaidahfiqih
C. TujuanPembahasan
Makalah ini disusun bertujuan agar kita mengetahui, memahami dan
mengerti tentang hal-hal yang berhubungan dengan kaidah-kaidah fiqih, mulai
dari definisi, manfaat dan penerapan kaidah fiqih.
2

BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Kaidah Fiqih


Al-Quwaid bentuk jamak dari kata qaidah (kaidah). Para ulama
mengartikan qaidah secara etimologis dan terminologis. Dalam arti bahasa,
qaidah bermakna asas, dasar, atau fondasi, baik dalam arti yang konkret
maupun abstrak, seperti kata-kata qawaid al-bait, yang artinya fondasi rumah,
qawaid al-adin, artinya dasar-dasar agama, qawaid al-‘ilm, artinya kaidah-
kaidah ilmu.[1] Dengan demikian kaidah-kaidah fikih secara
etimologis yaitu dasar-dasar atau asas-asas yang bertalian dengan masalah-
masalah atau jenis-jenisfikih.[2]
Para ulama dalam mendefinisikan kaidah fikih berbeda-beda, berikiut
para ulama mendefinisikan kaidah fikih:

1. AbuZahra
Merurutnya kaidah fikih yaitu kumpulan hukum-hukum yang serupa yang
kembali kepada qiyas/analogi yang mengumpulkan.

2. Al –Jurjani
Menurutnya kaidah fikih yaitu ketetapan yang kulli (menyeluruh atau general)
yang mencakup seluruh bagian-bagiannya.

3. Imam Tajjuddinal-Subki
Kaidah adalah sesuatu yang bersifat general yang meliputi bagian yang banyak
sekali, yang bisa dipahami hukum bagian tersebut dengan kaidah tadi.

4. IbnuAbidin
Kaidah yaitu sesuatu yang dikembalikan kepada hukum dan dirinci dari
hukum.

5. Imamal-Suyuthi
Kaidah yaitu hukum kulli (menyeluruh, general) yang meliputi bagian-
bagiannya.[3]
B. Manfaat kaidahfiqih

Adapun manfaatnya adalah untuk memberi kemudahan didalam


menemukanhukum-hukumuntukkasus-kasushukumyangbarudantidakjelas
nahs-nya
1. Dengan mengetahui kaidah-kaidah fikih kita akan mengetahui asas-asas
umum fikih. Sebab kaidah-kaidah fikih itu berkaitan dengan materi fikih
yang banyak sekali jumlahnya. Dengan kaidah-kaidah fikih kita
mengetahuibenangmerahyangmewarnaifikihdanmenjadititiktemudari
masalah-masalahfikih.
2. Denganmemperhatikankaidah-kaidahfikihakanlebihmudahmenerapkan
hukum bagi masalah yang dihadapi, yaitu dengan memasukkan masalah
tadi atau menggolongkannya kepada salah satu kaidah fikih yangada.
3. Dengan kaidah fikih akan lebih arif di dalam menerapkan fikih
dalam waktu dan tempat yang berbeda untuk keadaan dan adat kebiasaan
yangberlainan.
4. Dengan menguasai kaidah-kaidah fikih, bisa memberikan jalan keluar dari
berbagai perbedaan pendapat di kalangan ulama, atau setidaknya
menguatkan pendapat yang lebih mendekati kepada kaidah-kaidahfikih.
5. Orang-orang yang mengetahui kaidah-kaidah fikih akan mengetahui yang
rahasia-rahasia dan semangat hukum-hukum islam (ruh al-hukm) yang
tersimppul di dalam kaidah-kaidah fikih.
6. Orang yang menguasai kaidah-kaidah fikih di samping kaidah-kaidah
ushul, akan memiliki keluasan ilmu, dan hasil ijtihadnya akan lebih
mendekati kepada kebenaran, kebaikan, dankeindahan.[4]

C. Dasar pengambilan kaidahfiqih

Adapun dasar pengambilan kaidah fiqih sebagai berikut :

1. Dasar formal

3
Kaidah fiqihiyyah adalah hukum-hukum furu’ yang dikumpulkandalam
satu kalimat yang sempurna dan pengertiannya dapat mencakup banyak
satuan hukum furu’ yang sejenis, misalnya soal niat. Dalam ibadah niat
menjadi kriteria sah tidaknya suatu perbuatan. Jadi yang dimaksud dasar
formal yaitu hukum-hukum furu’ yang ada dalam untaian satu kaidah yang
memuat satu masalah tertentu, ditetapkan atas dasar nash, baik dari Al-
Quran maupun as- Sunnah. Dasar formal penyusunan kaidah fikih ialah
dasar-dasar ulama yang digunakan dalam melakukan istinbath dan
ijtihad.Misalnya dalam surat Al-Bayyinah: 5 dan Hadis nabi Riwayat
Bukhari dan Muslim dari sahabat Umar bin Khatob: “Innamal a’malu
biniat”, diistinbathkan untuk berniat dalam melakukan setiap perbuatan
ibadah.[5]
2. Dasarmaterial
Adapun dasar material yaitu bahan-bahan yang dijadikan kata-kata
kaidah, terkadang dari nash hadis. Kaidah dari hadis berlaku untuk semua
lapangan hukum baik ibadah, muamalah, munakahat, jinayah. Disamping
kaidah fiqiyyah yang dirumuskan dari lafadh hadis, maka dapat dipastikan
bahwa kaidah fikih itu hasil rumusan ulama yang kebanyakan sulit
ditemukan siapa perumusnya.[6]

D. Proses pembentukan kaidahfiqih

Sulit diketahui siapa pembentuk pertama kaidah fikih, yang jelas


dengan meneliti kitab-kitab kaidah-kaidah fikih dan masa hidup penyusunnya
ternyata kaidah fikih tidak terbentuk sekaligus, tetapi berbentuk secara
bertahap dalam proses sejarah hukum islam. Dalam pengambilan kaidah-
kaidah fiqih tentu tidak sembarangan dan harus ada dasar-dasar dalam
pengambilan suatu kaidah.adapun proses pembentukan kaidah fikih yaitu
sebagai berikut:

1. Sumber hukum islam : Al-Qur’an danhadis

4
2. Kemudian muncul ushul fiqh sebagai metodologi di dalam penarikanhuku
(istinbath al-ahkam). Dengan metodologi ushul fiqh yang menggunakan
pola pikir deduktif menghasilkanfiqih.
3. Fikih ini terdapat banyak materi yang kemudian oleh para ulama-ulama
yang di dalam ilmunya di bidang fiqih, diteliti persamaannya dengan
menggunakan pola pikir induktif, kemudian dikelompokkan, dan tiap-tiap
akhirnya disimpulkan menjadi kaidah-kaidahfikih.
4. Kaidah-kaidahtadidikritisikembalidenganmenggunakanayatdanbanyak
Hadis,terutamauntukdinilaikesesuaiannyadengansubstansiayat-ayatAl-
Quran dan Hadisnabi.
5. Apabila sudah dianggap sesuai dengan ayat-ayat Al-Quran dan banyak
hadis nabi, baru kaidah fikih tadi menjadi kaidah fikih yangmapan.
6. Apabila sudah menjadi kaidah yang mapan dan akurat, makaulama-ulama
fikih menggunakan kaidah tadi untuk menjawab tantangan perkembangan
masyarakat, baik di bidang sosial, ekonomi, politik, dan budaya, akhir-
akhirnya memunculkan fikihbaru.
7. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila ulama memberi fatwa,
terutama dalam hal-hal baru yang praktis selalu menggunakan kaidah-
kaidahfikih.
8. Qanum yaitu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan masyarakat
dari sisi individu maupun harta benda, seperti yang telah disinggung
sebelumnya.[7]

5
Bagan Penjelasan Kaidah Fiqih

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan dasar kaidah fiqih yaitu:
1. Menentukan SkalaPrioritas
Dalam pengambilan kaidah-kaidah fiqih tentu harus mempertimbangkan
suatu pilihan, karena pilihan yang diambil akan menentukan hasil untuk
kedepannya. Jika salah dalam mengambil kaidah-kaidah fiqih maka akan
berpengaruh untuk kedepannya. Maka dari itu harus membuat skala
prioritas, harus bisa memposisikan mana yang harus diutamakan dan mana
yang harus diakhirkan. Para ulama mengatakan “Jika mampu memilih
secara tepat maka mampu pula menempatkan sesuatu pada tempatnya”.[8]
2. DhabithAl-Fiqh
Dhabith (jamaknyya al-dhawabith) adalah kumpulan yang serupa dari bab-
bab fiqih yang khusus. Dari situ perbedaan antara kaidah fiqih dengan
dhabithfiqhadalahkaidahfiqihyangmengumpulkancabang-cabang(furu’)
daibabyangbermacam-macam.Sedangkandhabithmengumpulkanbanyak

6
cabang dari satu bab fiqih. Proses pembentukannya sebenarnya sama
perbedaannya hanya ruang lingkup cakupannya saja.[9]

E. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan kaidahfiqih


1. Kehati-hatian dalamPenggunaannya.
Dalam menggunakan kaidah fiqih harus hati-hati agar masalah dan
kaidah yang digunakan untuk memecahkan masalah bisa secara tepat.Agar
hasilnya tepat maka masalah harus diteliti terlebih dahulu, yaitu meliputi
(1)ruang lingkup masalah, (2) apa masalah yang dihadapi, (3) mencari
hubungan antara masalah dengan dengan prioritas yang harus dipilih, (4)
ruang lingkup masalah dan menyangkut bab-bab tertentu dari bidang islam
sehingga bisa diselesaikan dengan dhabith, (5) hubungan masalah dengan
teori-teorifiqih.[10]
2. Ketelitian dalam Mengamati Masalah-masalah diluar Kaidah yang
digunakan.
Hal ini penting karena setiap kaidah fiqih memiliki pengecualian
(istitsnaiyat) yang tidak tercakup dalam kaidah tertentu. Dengan itu , kita
bisa terhindar dari kesalahan memasukkan masalah yang akan dipecahkan
kedalam kaidah, yang sesungguhnya masalah itu adalah pengecualian dari
kaidahyangdipakai.Makinluasruanglingkupsuatukaidah,makasemakin
banyak pula masalah yang harus dipecahkan.[11]
3. Hubungan Antara Kaidah Satu dengan Kaidahlainnya.
Dalam penerapan kaidah fiqih perlu diperhatikan hubungan antara
kaidah yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan kaidah yang
lainnya. Hal ini tidak mudah karna harus menguasai keseluruhan kaidah
fiqih dari yang terkecil hingga terbesar dalam sistem suatu kaidah.[12]

7
8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Para ulama mengartikan qaidah secara etimologis dan terminologis. Dalam
arti bahasa, qaidah bermakna asas, dasar, atau fondasi, baik dalam arti yang
konkret maupun abstrak, seperti kata-kata qawaid al-bait, yang artinyafondasi
rumah, qawaid al-adin, artinya dasar-dasar agama, qawaid al-‘ilm, artinya
kaidah-kaidahilmu.Dandalampenerapankaidahfiqihmemilikimanfaatsalah
satunya kita akan mengetahui asas-asas umum fikih, lebih mudah menerapkan
hukum bagi masalah yang dihadapi, dan masih banyak lagi. Dan dalam
pengambilan dasar kaidah fiqih ada dua dasar yaitu dasar formal dan material,
dan dalam pengambilan dasar kaidah fiqih ada hal-hal yang perludiperhatikan
dalam pengambilannya yaitu: menentukan skala prioritas, Dhabith Al-
Fiqh. Dalam penerapan kaidah fiqih ada hal-hal yang harus diperhatikan
yaitu: Kehati-hatian dalam Penggunaannya, Ketelitian dalam Mengamati
Masalah-masalah diluar Kaidah yang digunakan, Hubungan Antara Kaidah
Satu dengan Kaidahlainnya.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis ingin meminta saran dan
masukan dari segala pihak yang membaca makalah ini agar dapat membuat
makalah lebih baik lagi kedepanya.
Daftar Pustaka

Rahman, A. Rahman.1976. Qaidah-qaidah Fiqih. Jakarta: Bulan Bintang.cet. I.


Djazuri, A.2006. Kaidah-kaidah Fiqih. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Muchtar, Kamal Dkk. 1995. Ushul Fiqih. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf.

[1] A. Djazuri. Kaidah-kaidah Fiqih. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006. hlm.
2.
[2] Asyumuni A. Rahman. Qaidah-qaidah Fiqih. Jakarta: Bulan Bintang.1976.cet.
I.
[3] A. Djazuri. Kaidah-kaidah Fiqih. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006.
hlm. 2-4.
[4] A. Djazuri. Kaidah-kaidah Fiqih. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006.
hlm. 26.
[5] Kamal Muchtar, Dkk. Ushul Fiqih. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf. 1995.
hlm. 189-190.
[6] Kamal Muchtar, Dkk. Ushul Fiqih. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf. 1995.
hlm. 191.
[7] A. Djazuri. Kaidah-kaidah Fiqih. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006. hlm.
13-14.
[8]A. Djazuri. Kaidah-kaidah Fiqih. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006. hlm.
163.
[9]A. Djazuri. Kaidah-kaidah Fiqih. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2006. hlm.
178.
[10]A.Djazuri.Kaidah-kaidahFiqih.Jakarta:KencanaPrenadaMedia.2006.hlm. 183.
[11]A.Djazuri.Kaidah-kaidahFiqih.Jakarta:KencanaPrenadaMedia.2006.hlm. 187.
[12]A.Djazuri.Kaidah-kaidahFiqih.Jakarta:KencanaPrenadaMedia.2006.hlm. 190.

Anda mungkin juga menyukai