Anda di halaman 1dari 7

KHITAN, SYARIAT NABI IBRAHIM

ALAIHISSALLAM 

Khitan merupakan salah satu ajaran yang


diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi
Ibrahim Alaihissallam untuk dilaksanakan, disebut
sebagai “kalimat” (perintah dan larangan). Beliau
Alaihissallam telah menjalankan perintah tersebut
secara sempurna, sehingga beliau dijadikan Allah
Subhanahu wa Ta'ala sebagai panutan dan imam
seluruh alam. Dalam surat al Baqarah Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
ٍ ‫وإِ ِذ ابَتلَى إِب ر ِاهيم ربُّه بِ َكلِم‬
‫ات فَ أَمَتَُّه َّن قَ َال‬ َ ُ َ َ َْ ْ َ
‫ال‬ ِ ‫ك لِلن‬
ُ َ‫َّاس إِ َم ًاما قَ َال َو ِم ْن ذُِّريَّيِت قَ َال اَل َين‬ ِ ‫إِيِّن ج‬
َ ُ‫اعل‬ َ
ِِ ِ
َ ‫َع ْهدي الظَّالم‬
‫ني‬
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-
nya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu
imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata:
"(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah
berfirman: "JanjiKu (ini) tidak mengenai orang-
orang yang lalim". [al Baqarah : 124].

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

‫يم َحنِي ًفا‬ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ‫مُثَّ أَوحينا إِلَي‬


َ ‫ك أَن اتَّب ْع ملةَ إ ْب َراه‬
َ ْ ََْ ْ
ِ ِ
َ ‫َو َما َكا َن م َن الْ ُم ْش ِرك‬
‫ني‬
"Kemudian Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang
yang hanif". Dan bukanlah dia termasuk orang-
orang yang mempersekutukan".

Khitan termasuk fitrah yang disebutkan


dalam hadits shahih. Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'anhu, ia berkata :

‫ف‬ ِ ‫ اخلِتَ ا ُن و‬: ‫الفطْ رةُ مَخْس‬ ِ


ُ ‫االس ت ْح َد ُاد َو َنْت‬
ْ َ ُ َ
ُّ َ‫ا ِإلبْ ِط َو َت ْقلِْي ُم األَظْ َفا ِر َوق‬
ِ ‫ص الشَّا ِر‬
‫ب‬
"Lima dari fitrah yaitu khitan, istihdad
(mencukur bulu kemaluan), mencabut bulu ketiak,
memotong kuku dan mencukur kumis".[ HR Muslim
dalam Minhaj (1/541) dan Bukhari dalam Fathul
Bari (10/334)]
Di dalam Musnad Ahmad dari Ammar bin
Yasir Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : ”Telah
bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Sebagian dari fitrah adalah: berkumur-kumur,
istinsyaq (menghirup air dari hidung), mencukur
kumis, siwak, memotong kuku, membersihkan
lipatan pada badan, mencabut bulu ketiak, istihdad,
khitan dan bersuci".[ HR Ahmad (4/264), Ibnu
Majah, no. 294. Hadits hasan. Lihat Shahih Jami`, al
Albani, no. 5782.]
Maksud dari fitrah adalah, pelakunya
disifati dengan fitrah yang telah Allah Subhanahu
wa Ta'ala fitrahkan hambaNya atas hal tersebut,
dan Dia telah menganjurkannya demi
kesempurnaan sifat mereka. Pada dasarnya sifat-
sifat tersebut tidak memerlukan perintah syariat
dalam pelaksanaannya, karena hal-hal tersebut
disukai dan sesuai oleh fitrah.
Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, fitrah
itu terbagi dua. Fitrah yang berhubungan dengan
hati dan dia adalah makrifat kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, mencintai serta
mendahulukanNya dari yang lain. Dan yang kedua,
fitrah amaliah dan dia hal-hal yang disebut di atas.
Yang pertama mensucikan ruh dan membersihkan
kalbu, sedangkan yang kedua mensucikan badan,
dan keduanya saling membantu serta saling
menguatkan. Dan pokok fitrah badan adalah khitan.
[ Tuhfatul Maudud, Ibnul Qayyim, hlm. 100.]

Khitan bermula dari ajaran Nabi Ibrahim,


sedangkan sebelumnya tidak ada seorangpun yang
berkhitan [Ahkamul Qur`an, Ibnul Arabi (1/36)].

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu


Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Ibrahim
berkhitan setelah berumur delapan puluh tahun”.
[ HR Bukhari dalam Fathul Bari (11/88) dan Muslim
(7/97)]

Setelah Nabi Ibrahim Shallallahu 'alaihi wa


sallam, tradisi dan sunnah khitan berlanjut bagi
semua rasul dan para pengikut mereka, sampai
kepada al Masih, bahwa dia juga berkhitan. Orang
Nashrani mengakui dan tidak mengingkari khitan
tersebut, sebagaimana mereka mengakui haramnya
daging babi, haramnya uang penghasilan hari Sabat,
mereka mengakui shalat menghadap Shakhrah
(sebuah batu sebagai kiblat Yahudi di Masdjid al
Aqsha, Pen), dan mereka mengakui untuk tidak
berpuasa lima puluh hari, yang puasa tersebut
mereka namakan dengan "puasa besar".[ Tuhfatul
Maudud, Ibnul Qayim, hlm. 98.] 

HIKMAH DAN FAIDAH KHITAN


[Lihat Tuhfatul Maudud, Ibnul Qayim, hlm.
46-49.] 

1. Khitan merupakan kemulian syariat yang Allah


Subhanahu wa Ta'ala peruntukkan untuk
hambaNya, memperbagus keindahan zhahir dan
bathin, menyempurnakan agama Hanif bapak para
nabi dan rasul, sebagai nenek moyang bagi
keturunan Ismail dan Ishaq; dialah Nabi Ibrahim.
Khitan merupakan celupan dan tanda Allah
Subhanahu wa Ta'ala terhadap hambaNya. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman : 

ًَ‫َح َس ُن ِم َن اللَّ ِه ِصْبغَة‬ ِ ِ


ْ ‫صْبغَةَ اللَّه َو َم ْن أ‬
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih
baik shibghahnya daripada Allah?" [al Baqarah :
138].
2. Sebagai tanda 'ubudiah kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala, sebagaimana dahulu, bahwa memberi
tanda pada telinga atau badan pada budak sahaya
sebagai pertanda penghambaan diri mereka kepada
majikannya. Jika budak tersebut lari dari
majikannya, ia dikembalikan kepadanya melalui
perantara tanda tersebut. Maka tidak ada yang
mengingkari, barangsiapa yang telah berkhitan
dengan memotong kulit tersebut, berarti dia telah
menghambakan dirinya kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala, sehingga semua orang mengetahui,
barangsiapa yang melakukan khitan, berarti dia
adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
3. Khitan merupakan kesucian, kebersihan dan
hiasan bagi hambaNya yang hanif.
4. Dengan berkhitan -terutama seorang wanita-
dapat menetralkan nafsu syahwat. Jika dibiarkan
tidak berkhitan, maka akan sejajar dengan perilaku
hewan. Dan jika dipotong habis, maka membuat dia
akan sama dengan benda mati, tidak mempunyai
rasa. Oleh karenanya, kita mendapatkan, orang
yang tidak berkhitan, baik dia laki-laki maupun
perempuan, tidak puas dengan jima` (hiperseks).
Dan sebaliknya, kesalahan ketika mengkhitan bagi
wanita, dapat membuatnya menjadi dingin
terhadap laki-laki.

5. Bagi wanita yang berkhitan dapat mencerahkan


wajah dan memuaskan pasangan.

ِ
ُ ‫ت خًت ْنِت‬ َّ ‫صا ِريَة أ‬
ْ َ‫َن ْام َرأًَة َك ان‬ َ ْ‫َع ْن أ ُِّم َعطيَّةَ اْأَل ن‬
‫ اَل‬: ‫بِالْ َم ِد ْينَ ةَ َف َق َال هَلَا النَّيِب ص لى اهلل عليه وس لم‬
ِ ِ ِ
‫ب إِىَل اْ َلب ْع ِل‬
ُّ ‫َح‬
َ ‫َحظَى ل ْل َم ْرأَة َوأ‬ ْ‫كأ‬ َ ‫ُتْن ِه ِكي فَِإ َّن ذل‬
"Dalam hadits Ummu `Athiah, bahwa
seorang wanita di Madinah berprofesi sebagai
pengkhitan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata kepadanya: "Janganlah dihabiskan.
Sesungguhnya, itu akan menguntungkan wanita dan
lebih dicintai suami" [11] 

6. Setan berdiam pada tempat-tempat


yang kotor, termasuk pada kulit yang tidak
berkhitan. Setan meniupkan pada kemaluannya,
yang tidak dia tiup pada orang yang berkhitan.

Anda mungkin juga menyukai