Anda di halaman 1dari 6

HADITS-HADITS LARANGAN KAIN SUTRA BAGI LAKI-LAKI

1. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah


Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫َم ن لِبس الحريَر في الُّد نيا لم يلَبْسه في اآلخرِة وإْن دَخ ل الجَّنَة لِبسه أهُل الجَّنِة ولم يلَبْسه هو‬
“Barangsiapa yang memakai pakaian dari sutra di dunia, dia tidak akan
memakainya di akhirat. Walaupun ia masuk surga dan penduduk surga yang
lain memakainya, namun ia tidak memakainya” (HR. Ibnu Hibban dalam
Shahih-nya, no. 5437, dishahihkan oleh Al Aini dalam Nukhabul Afkar
13/277).

2. Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫َال َتْلَبُسوا اْلَح ِر يَر َفِإَّنُه َم ْن َلِبَس ُه ِفى الُّد ْنَيا َلْم َيْلَبْسُه ِفى اآلِخَرِة‬

“Janganlah kalian memakai sutera karena siapa yang mengenakannya di


dunia, maka ia tidak mengenakannya di akhirat.” (HR. Bukhari no. 5633 dan
Muslim no. 2069). Padahal pakaian penduduk surga adalah sutera. Jadi
seakan-akan hadits di atas adalah kinayah (ibarat) untuk tidak masuk surga.
Allah Ta’ala berfirman mengenai pakaian penduduk surga,
‫َو ِلَباُسُهْم ِفيَها َح ِر يٌر‬
“Dan pakaian mereka adalah sutera” (QS. Al Hajj: 23).
3. Juga terdapat riwayat dari Hudzaifah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
، ‫ َو َال َتْأُك ُلوا ِفى ِص َح اِفَها‬، ‫َال َتْلَبُسوا اْلَح ِر يَر َو َال الِّديَباَج َو َال َتْش َر ُبوا ِفى آِنَيِة الَّذ َهِب َو اْلِفَّض ِة‬
‫َفِإَّنَها َلُهْم ِفى الُّد ْنَيا َو َلَنا ِفى اآلِخَر ِة‬
“Janganlah kalian mengenakan pakaian sutera dan juga dibaaj (sejenis
sutera). Janganlah kalian minum di bejana dari emas dan perak. Jangan
pula makan di mangkoknya. Karena wadah semacam itu adalah untuk
orang kafir di dunia, sedangkan bagi kita nanti di akhirat.” (HR. Bukhari no.
5426 dan Muslim no. 2067).

4. Begitu pula dari ‘Umar bin Khottob, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَّنَم ا َيْلَبُس اْلَح ِر يَر ِفى الُّد ْنَيا َم ْن َال َخَالَق َلُه ِفى اآلِخَرِة‬
“Sesungguhnya yang mengenakan sutera di dunia, ia tidak akan
mendapatkan bagian di akhirat” (HR. Bukhari no. 5835 dan Muslim no.
2068)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang kafir mereka bisa


mengenakan emas dan perak di dunia. Adapun di akhirat, mereka tidak akan
mendapatkan bagian apa-apa. Sedangkan orang muslim, mereka akan
mengenakan perak dan emas di surga. Dan mereka akan mendapatkan
kenikmatan yang lain yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah
didengar telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati.” (Syarh Shahih Muslim,
14: 36)
5. Dari Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ُحِّر َم ِلَباُس اْلَح ِر يِر َو الَّذ َهِب َع َلى ُذ ُك وِر ُأَّمِتى َو ُأِح َّل ِإل َناِثِهْم‬
“Diharamkan bagi laki-laki dari umatku sutera dan emas, namun dihalalkan
bagi perempuan.” (HR. Tirmidzi no. 1720).

Di antara hikmah kenapa sampai emas dan sutera dilarang:


1- Tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang kafir sebagaimana disebutkan
dalam hadits Hudzaifah di atas.
2- Tasyabbuh (penyerupaan) dengan wanita.
3- Berlebihan dalam mengenakan sutera bukanlah sifat jantan dari laki-laki.
Memang laki-laki dituntut pula untuk berhias diri namun tidak berlebih-
lebihan. (Lihat Al Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom karya Syaikh
‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, 4: 207)

Dan sutra yang dilarang adalah sutra alami yang murni yang terbuat dari
kepompong ulat sutra. disebutkan dalam fatwa islamweb :
‫ ولكننا نقول إن الحرير الذي ورد‬،‫فإننا ال ندري ما هي أسماء الحرير الموجود في األسواق‬
،‫النص الشرعي بتحريمه على الرجال هو الحرير األصلي الطبيعي الذي يخرج من دود القز‬
‫ وأما المخلوط فيجوز منه‬،‫وأما النوع المذكور وغيره من المصنوعات فال يدخل في النهي‬
‫ما كان دون النصف‬
“Maka sesungguhnya kami tidak mengetahui nama nama sutra yang ada di
pasaran. Akan tetapi kami mengatakan bahwa sutra yang dilarang oleh nash
syariat bagi kaum lelaki adalah sutra yang asli, alami yang keluar dari
kepomong ulat sutra. Adapun jenis sutra yang disebutkan demikian pula sutra
buatan lainnya maka tidak termasuk ke dalam larangan. Adapun campuran
maka yang diperbolehkan selama tidak mencapai setengahnya.”
(Fatawa Islamweb no. 98008).
Penggunaan sutra untuk selain pakaian
Perlu diketahui bahwa laki-laki tidak hanya dilarang menggunakan sutra,
namun juga dilarang sengaja duduk di atas sutra. Dari Hudzaifah
radhiallahu’anhu beliau berkata:

‫َنَهاَنا الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ْن ُلْبِس اْلَح ِر يِر َو الِّديَباِج َو َأْن َنْج ِلَس َع َلْيِه‬
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarang kami memakai pakaian sutra dan
dibaj (sutra yang bergambar), dan melarang kami duduk di atasnya” (HR.
Bukhari no. 5837).

Imam An Nawawi mengatakan:


‫َيْح ُر ُم َع َلى الَّرُج ِل اْس ِتْع َم اُل الِّديَباِج َو اْلَح ِر يِر ِفي الُّلْبِس َو اْلُج ُلوُس َع َلْيِه َو ااِل ْس ِتَناُد إَلْيِه َو الَّتَغ ِّطي ِبِه َو ِاِّتَخاُذ ُه‬
‫ َو اَل ِخ اَل َف ِفي َش ْي ٍء ِم ْن َهَذ ا إاَّل َو ْج ًها ُم ْنَك ًرا َح َك اُه الَّراِفِعُّي َأَّنُه َيُجوُز ِللِّر َج اِل‬, ‫َس ْتًرا َو َس اِئُر ُو ُجوِه اْس ِتْع َم اِلِه‬
‫ َفَأَّم ا الُّلْبُس‬, ‫ َهَذ ا َم ْذ َهُبَنا‬, ‫ َو َهَذ ا اْلَو ْج ُه َباِط ٌل َو َغ َلٌط َص ِر يٌح ُم َناِبٌذ ِلَهَذ ا اْلَحِد يِث الَّص ِح يِح‬, ‫اْلُج ُلوُس َع َلْيِه‬
. ‫ َو َو اَفَقَنا َع َلى َتْح ِريِمِه َم اِلٌك َو َأْح َم ُد َوُمَحَّم ٌد َو َداُو د َو َغ ْيُر ُهْم‬، ‫ َو َأَّم ا َم ا ِس َو اُه َفَج َّو َز ُه َأُبو َحِنيَفَة‬, ‫َفُم ْج َم ٌع َع َلْيِه‬
‫ َو َأِلَّن َسَبَب َتْح ِر يِم الُّلْبِس َم ْو ُجوٌد ِفي اْلَباِقي‬, ‫َد ِليُلَنا َح ِد يُث ُح َذ ْيَفَة‬
“Lelaki diharamkan menggunakan sutra untuk pakaian, atau untuk dijadikan
alas duduk, atau alas sandaran, atau untuk menyelimuti diri, atau sebagai
penutup sesuatu, atau segala bentuk penggunaan. Tidak ada khilaf dalam
masalah ini kecuali satu pendapat yang munkar yang disebutkan oleh Ar Raf’i
bahwa laki-laki dibolehkan duduk di atas sutra. Ini pendapat yang batil dan
sangat jelas kelirunya, tidak boleh dipegang, karena hadits shahih di atas. Ini
adalah madzhab kami. Adapun memakai pakaian sutra, maka ini disepakati
haramnya. Adapun penggunaan selain pakaian, Abu Hanifah membolehkannya.
Adapun Malik, Ahmad, Muhammad, Daud dan selainnya sepakat dengan kami
akan keharamannya. Dalil kami adalah hadits Hudzaifah. Dan karena sebab
pelarangan menggunakan pakaian sutra, ini juga terdapat pada penggunaan
sutra untuk selain pakaian” (Al Majmu’, 4/321).
Syaikh Shalih Al Fauzan ditanya: “apa hukum menggunakan selimut, bed cover
atau sprei dari sutra”? Beliau menjawab:
‫ال يجوز للرجل استعمال األغطية والفرش من الحرير ؛ ألن هللا حرمه على الرجال‬
“tidak diperbolehkan laki-laki menggunakan selimut atau sprei dari sutra,
karena Allah telah haramkan sutra bagi laki-laki” (Muntaqa Fatawa Al Fauzan,
7/95).

Dibolehkan menggunakan sutra untuk pengobatan


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan kelonggaran bagi laki-laki
untuk menggunakan sutra dalam pengobatan. Dari Anas bin Malik
radhiallahu’anhu beliau berkata:
‫َر َّخ َص الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِللُّز َبْيِر َو َع ْبِد الَّرْح َمِن ِفي ُلْبِس اْلَح ِر يِر ِلِح َّك ٍة ِبِهَم ا‬
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan kelonggaran untuk Zubair dan
Abdurrahman untuk memakai sutra karena penyakit gatal yang mereka derita”
(HR. Bukhari no. 5839, Muslim no. 2076).

Ibnu Hajar mengatakan:


‫ ِفيِه َد اَل َلة َع َلى َأَّن الَّنْهي َع ْن ُلْبس اْلَح ِر ير اَل َيْد ُخ ل ِفيِه َم ْن َكاَنْت ِبِه ِع َّلة ُيَخ ِّففَها‬: ‫َقاَل الَّطَبِر ُّي‬
‫ُلْبس اْلَح ِر ير‬

“Ath Thabari menjelaskan: dalam hadits ini terdapat dalil bahwa larangan
menggunakan sutra tidak termasuk di dalamnya orang yang memiliki penyakit
yang bisa diringankan dengam memakai sutra” (Fathul Baari, 16/400).

Sehingga dibolehkan menggunakan sutra jika ada kebutuhan untuk


menyembuhkan penyakit atau kondisi darurat.
Ukuran Sutra yang Diperbolehkan
‫َعن ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َأَّن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َنَهى َع ْن ُلْبِس اْلَح ِر يِر ِإَّال َهَك َذ ا َو َر َفَع َلَنا‬
‫الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإْص َبَع ْيِه اْلُو ْس َطى َو الَّسَّباَبَة‬
“Dari Umar bin al-Khaththab Radhyiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang mengenakan sutra kecuali seperti ini (Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat dua jari tangannya, jari telunjuk dan
jari tengah)”.

‫ َنَهى َنِبُي ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ْن ُلبِس اْلَح ِر يِر ِإَّال َم ْو ِض َع ِإصْبَع ْيِن َأْو َثَالٍث‬: ‫َوِلُم ْس ِلٍم‬
‫َأوَأْر َبٍع‬
Dalam riwayat Muslim disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang mengenakan sutra kecuali seukuran dua jari, tiga atau empat.

Kesimpulan Hadits
1. Pengharaman menggunakan sutra bagi kaum laki-laki dan bukan bagi kaum
wanita
2. Di dalam hadits ini ada pengecualian mengenakan sutra hanya seukuran dua
jari, atau empat jari jika ia menempel dengan kain lain. Tapi jika sutra itu
menyendiri, maka ia tidak diperbolehkan, sedikit atau banyak seperti benang
tasbih atau tali jam dan lain sebagainya.

[Disalin dari kitan Taisirul Allam Syarh Umdatul Ahkam, Pengarang Abdulllah
bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam, Edisi Indonesia Syarah Hadits Pilihan
Bukhari – Muslim, Penerjemah Kathur Suhardi, Penerbit Darul Falah]
Referensi : https://almanhaj.or.id/3170-hukum-memakai-sutera-bagi-kaum-
laki-laki.html

Anda mungkin juga menyukai