Anda di halaman 1dari 2

Macam-Macam Makanan Yang Diharamkan

Allah Ta’ala berfirman:

‫ُحِّر َم ْت َع َلْيُك ُم اْلَم ْيَتُة َو الَّد ُم َو َلْح ُم اْلِخ نِزيِر َو َم ا ُأِهَّل ِلَغْيِر ِهَّللا ِبِه َو اْلُم ْنَخ ِنَقُة َو اْلَم ْو ُقوَذُة‬
‫َو اْلُم َتَر ِّد َيُة َو الَّنِط يَح ُة َو َم ا َأَك َل الَّسُبُع ِإاَّل َم ا َذَّك ْيُتْم َو َم ا ُذ ِبَح َع َلى الُّنُص ِب َو َأن َتْسَتْقِسُم وا‬
‫ِباَأْلْز اَل ِم ۚ َٰذ ِلُك ْم ِفْس ٌق‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih
untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib
dengan anak panah itu) adalah kefasikan.” [Al-Maa-idah/5: 3]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫َو ُحِّر َم َع َلْيُك ْم َص ْيُد اْلَبِّر َم ا ُد ْم ُتْم ُحُر ًم ا‬


“…Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram...”
[Al-Maa-idah/5: 96]

Hal-Hal Yang Hukumnya Disamakan Dengan Bangkai


Sesuatu dari anggota tubuh yang dipotong dari hewan dalam keadaan hidup, hukumnya
disamakan dengan bangkai. Berdasarkan hadits Abu Waqid al-Laitsi, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َم ا ُقِطَع ِم َن اْلَبِهْيَم ِة َو ِهَي َح َّيٌة َفُهَو َم ْيَتٌة‬.

‘Apa yang dipotong dari hewan yang masih hidup adalah bangkai.’”[1]

Bangkai Dan Darah Yang Dikecualikan


Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫ َو َأَّم ا الَّد َم اِن َفاْلَك ِبُد َو الِّطَح اُل‬، ‫ َفَأَّم ا اْلَم ْيَتَتاِن َفاْلُحْو ُت َو اْلَج َر اُد‬، ‫ُأِح َّلْت َلَنا َم ْيَتَتاِن َو َد َم اِن‬.
‘Telah dihalalkan bagi kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah, adapun kedua jenis bangkai itu
adalah bangkai ikan dan belalang, sedangkan kedua jenis darah itu adalah hati dan limpa.’”[2]

Pengharaman Keledai Piaraan


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu ia menerangkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah didatangi oleh seseorang seraya berkata, “Keledai piaraan telah
dimakan.” Kemudian beliau didatangi lagi oleh seseorang dan berkata, “Keledai piaraan telah
dimakan.” Kemudian beliau didatangi lagi oleh seseorang dan berkata, “Keledai piaraan telah
punah.” Akhirnya beliau memerintahkan seseorang untuk mengumumkan pada manusia (orang
itu berkata), ‘Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian memakan daging keledai
piaraan, sesungguhnya daging keledai piaraan itu najis.’ Aku pun menumpahkan panci yang
berisi daging keledai yang sedang mendidih.”[3]

Haramnya Memakan Setiap Binatang Yang Memiliki Taring Dari Binatang Buas Dan Setiap
Binatang Yang Memiliki Cakar Dari Jenis Burung
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu a’nhuma, ia berkata:

‫ َو َع ْن ُك ِّل ِذ ي ِم ْخ َلٍب ِم َن الَّطْيِر‬،‫َنَهٰى َر ُسوُل ِهللا َع ْن ُك ِّل ِذ ي َناٍب ِم َن الِّس َباِع‬.


“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita memakan setiap binatang yang memiliki
taring dari binatang buas dan setiap binatang yang memiliki cakar dari jenis burung.”[4]

Pengharaman Jallalah (Hewan Yang Memakan Kotoran)


Jallalah adalah hewan yang sebagian besar dari makanannya adalah hal-hal yang najis (kotoran-
pent).
Diharamkan memakannya, meminum susunya, dan menungganginya.
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu a’nhuma, ia berkata:

‫َنَهى َر ُسْو ُل ِهللا صلى هَّللا عليه وسلم َع ْن َأْك ِل اْلَج َّالَلِة َو َأْلَباِنَها‬.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita memakan jallalah dan meminum
susunya.”[5]

Dan darinya juga Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

‫ َأْو ُيْش َرَب‬،‫َنَهى َر ُسْو ُل ِهللا صلى هَّللا عليه وسل َع ِن اْلَج َّالَلِة ِفي ْاِإلِبِل َأْن ُيْر َك َب َع َلْيَها‬
‫ِم ْن َأْلَباِنَها‬.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita menunggangi unta jallalah atau
meminum susunya.”[6]

Kapan Jallalah Bisa Menjadi Halal?


Apabila hewan tersebut dikurung selama tiga hari dan diberi makan dengan makanan yang suci,
maka boleh menyembelih dan memakannya.

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, ia menerangkan bahwasanya ia mengurung ayam


jallalah selama tiga hari.[7]

Anda mungkin juga menyukai