PERPADUAN DAARUL MUGHNI AL-MAALIKI Kp.cibeber II, Ds. cikahuripan ,Kec. Klapanunggal Bogor-Jawa Barat PEMBIMBING: -Ustd.Muhammad Syamsuri S.pdi -Ustd.Rahmatullah S.pdi Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb
ا ما بعد,الحمد هللا و شكر ا هلل...
Dengan segala puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi segala nikmat nya untuk saya sehingga saya dapat menulis makalah ini dengan sebaik baiknya. Sholawat serta salam saya curahkan kepada baginda alam nabi Muhammad SAW.yang telah membawa zaman jahiliyyah kepada jaman yang telah berbahagia saat ini. Yang saya hormati pimpinan pondok pesantren Daarul Mughni Al- maaliki yakni KH.Musthofa Mughni, beserta para dewan guru yang senantiasa memberi segala ilmunya untuk kami di setiap waktunya. Dan terimakasih kepada sahabat seperjuangan saya yang telah memberi saya motivasi sehingga dapat terlaksana nya makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi banyak manfaat bagi para pembaca walaupun makalah ini banyak memiliki kekurangan karna pada hakikatnya kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT. Hukum mewarnai rambut menurut Islam.
Dalam Alquran tidak dijelaskan secara spesifik mengenai aturan
menyemir rambut. Sebab, Al Quran adalah sumber hukum Islam utama yang menjelaskan hal-hal yang sifatnya universal. Namun, dalam hadits dijelaskan tentang menyemir rambut untuk menghilangkan uban. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah Muhammad SAW bersabda.
Artinya: “Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tapi hindari warna hitam.” Lantas, warna apa yang diperbolehkan untuk mewarnai rambut dengan tujuan menghilangkan uban? Selain hitam tentu boleh, misalnya coklat, kuning, merah, dan sebagainya. Jadi, cat rambut yang halal adalah semua warna kecuali hitam. Namun ingat, tujuannya untuk menutupi uban, bukan untuk gaya-gayaan, apalagi pamer biar terkesan cantik biar dinaksir cowok idaman. Nah, bagaimana jika kita belum punya uban tapi pengen punya rambut berwarna? Apakah boleh menyemirnya dengan cat warna selain hitam? Hukumnya adalah boleh. Kenapa? Sebab, tidak ada larangan dalam syariat Islam, baik dalam Alquran maupun hadits yang melarang mewarnai rambut dengan coklat, merah, biru, hijau, kuning, pink, ungu, oranye, putih, dan sebagainya. Dalam kaidah usul fikih, hukum asal segala sesuatu yang tidak dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah adalah halal dan mubah. Dalil Bolehnya Warnai Rambut dengan Warna Selain Hitam َ ارى ال َ ص َ إِنَّ أَ َبا ه َُري َْر َة – رضى هللا عنه – َقا َل إِنَّ َرسُو َل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َقا َل « إِنَّ ْال َيهُودَ َوال َّن َف َخالِفُو ُه ْم، ون َ َيصْ ُب ُغ Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak menyemir uban. Oleh karena itu selisihilah mereka” (HR Bukhari no 3275 dan Muslim no 80) Hadits ini adalah yang menunjukkan adanya anjuran untuk mengubah warna uban dengan yang lainnya dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi yang memiliki ciri khas tidak mau mengubah warna uban. َّ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل أُت َِى ِبأ َ ِبى قُ َحا َف َة َي ْو َم َف ْتح َم َّك َة َو َر ْأ ُس ُه َولِحْ َي ُت ُه َك صلى هللا- ِ الث َغا َم ِة َب َياضً ا َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َعنْ َج ِاب ِر ب ِ « َغ ِّيرُوا َه َذا ِب َشىْ ٍء َواجْ َت ِنبُوا الس ََّوا َد-» عليه وسلم. Dari Jabir bin Abdillah, Abu Quhafah (bapak dari Abu Bakr, pent) didatangkan ke hadapan Nabi saat Fathu Makkah dalam kondisi rambut kepala dan jenggotnya putih semua bagaikan tsaghomah (pohon yang daun dan bunganya berwarna putih, pent). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Ubahlah uban ini dengan sesuatu namun jauhilah warna hitam” (HR Muslim no 5631). ان ِبالس ََّوا ِد َّ ُون فِى آخ ِِر ِ الز َم َ « َي ُكونُ َق ْو ٌم َي ْخضِ ب-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا ٍ ْن َعب ِ َع ِن اب ُون َرائ َِح َة ْال َج َّن ِة َ » َك َح َواصِ ِل ْال َح َم ِام الَ َي ِريح. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di akhir zaman nanti akan ada sekelompok orang yang menyemir rambutnya dengan warna hitam bagaikan tembolok burung dara. Mereka tidak akan mencium bau surga” (HR Abu Daud no 4212, dinilai shahih oleh al Albani). Dua hadits shahih di atas menunjukkan dengan tegas bahwa menyemir uban dengan warna hitam itu dilarang secara umum baik orang yang sudah sangat tua ataupun tidak. Di samping itu larangan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk salah satu umatnya itu berlaku untuk seluruh mereka kecuali ada dalil yang mengkhususkannya. Bahkan hadits yang kedua menunjukkan bahwa menyemir uban dengan warna hitam itu termasuk dosa besar. Oleh karena itu Ibnu Hajar al Haitami al Makki mengkategorikan perbuatan ini sebagai dosa besar sebagaimana dalam al Zawajir. Pernyataan beliau tersebut dikuatkan oleh hadits berikut ini. قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:وعن أبي الدرداء قال: “”من خضب بالسواد سود هللا وجهه يوم القيامة. Dari Abu Darda’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menyemir uban dengan warna hitam maka Allah akan menghitamkan wajahnya pada hari Kiamat nanti” (Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 10/355 mengatakan, “Diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu Abi Ashim dari Abu Darda’ secara marfu’ dan sanadnya lembek/tidak terlalu lemah”). ال خالق لهم: ال ينظر هللا إليهم – أو قال، يكون في آخر الزمن قوم يصبغون بالسواد: عن مجاهد قال-. Dari Mujahid, seorang tabiin, “Di akhir zaman nanti ada sekelompok orang yang menyemir rambutnya dengan warna hitam. Allah tidak akan memandang mereka atau tidak ada bagian dari akherat untuk mereka” (Riwayat Abdur Razaq dalam al Mushannaf no 20182). يعني، بلغنا أنه يشتعل في رأسه ولحيته نار: قال، عن معمر أن رجال سأل فرقد السبخي عن الصباغ بالسواد يوم القيامة. Dari Ma’mar, ada seorang yang bertanya kepada Farqad al Sibkhi tentang menyemir rambut dengan warna hitam. Beliau berkata, “Ada riwayat yang mengatakan bahwa hukuman perbuatan tersebut adalah rambut kepala dan jenggot orang yang melakukan hal itu akan dibakar dengan api pada hari Kiamat nanti” (Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq no 20189). ُ َفلَما َن َغصّ ْال َوجْ ه َواأْل َسْ َنان َت َر ْك َناه، ِيدا َ ” َعنْ ِابْن شِ َهاب َقا َل ” ُك َّنا ُن َخضِّب ِبالس ََّوا ِد إِ ْذ َك ً ان ْال َوجْ ه َجد Dari Ibnu Syihab az Zuhri, beliau berkata, “Kami semir uban dengan warna hitam ketika wajah masih tampak muda. Namun ketika wajah sudah tidak lagi muda dan gigi sudah ompong maka kami biarkan sebagaimana apa adanya” (Riwayat Ibnu Abi Ashim dalam kitab al Khidhab dan dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari). Berdasarkan riwayat ini sebagian orang mengatakan bahwa larangan menyemir dengan warna hitam itu hanya berlaku untuk orang yang sudah sangat tua yang semua rambut kepala dan jenggotnya sudah beruban sedangkan orang yang keadaan dan usianya belum sebagaimana Abu Quhafah maka tidak dosa jika menyemir uban dengan warna hitam. Namun pendapat semacam ini jelas kurang tepat dengan beberapa alasan. Pertama, riwayat tersebut adalah perkataan seorang tabiin dan pendapat seorang tabiin sama sekali tidak bisa dijadikan sebagai dalil. Kedua, perkataan dan perbuatan siapapun tidak bisa menjadi dalil jika bertolak belakang dengan hadits Nabi. Tiga hadits yang telah kami sampaikan di atas adalah dalil yang menunjukkan kelirunya orang-orang yang mengatakan adanya rincian dalam masalah ini. SabdaNabi kepada Abu Quhafah, ‘Jauhilah warna hitam’ tidaklah menunjukkan adanya rincian dalam masalah ini. Terlebih lagi jika mencermati dua hadits berikutnya. Ketiga, al Albani mengomentari perkataan az Zuhri, “Di samping riwayat ini tidak layak dijadikan hujah karena faktor yang telah kami sebutkan (yaitu pendapat tabiin, pent), secara makna riwayat tersebut juga tidak menunjukkan adanya rincian dan juga tidak menunjukkan bahwa az Zuhri berpendapat haramnya semir dengan warna hitam untuk orang yang semua rambutnya sudah memutih. Karena riwayat tersebut hanya menceritakan perbuatan dan sikap az Zuhri dan hal ini semata tidaklah menunjukkan haramnya bersemir dengan warna hitam untuk orang yang semua rambutnya sudah memutih. Secara implisit riwayat tersebut menunjukkan bahwa az zuhri sama sekali belum menjumpai hadits yang melarang bersemir dengan warna hitam. Oleh karena itu, beliau mengambil tindakan hanya dengan dasar perasaan. Bersemir dengan warna hitam ketika wajah masih nampak muda dan tidak lagi bersemir dengan warna hitam setelah berusia lanjut. الزهْ ِرىُّ َي ْخضِ بُ ِبالس ََّوا ِد ُّ ان َ َقا َل َمعْ َم ٌر َو َك. Bahkan Ma’mar, salah seorang murid az Zuhri malah mengatakan, “Az Zuhri itu bersemir dengan warna hitam” (Riwayat Imam Ahmad 2/309 dengan sanad yang shahih sampai kepada Ma’mar). Dalam riwayat ini Ma’mar menjelaskan bahwa Az Zuhri bersemir dengan warna hitam, tanpa memberi rincian atau mengkhususkannya dalam kondisi tertentu. Ditambah lagi, aku tidak tahu secara persis, apakah sanad Ibnu Abi Ashim sampai ke Zuhri itu shahih ataukah tidak” (Ghayatul Maram karya Al Albani hal 70-71, cetakan al Maktab al Islami 1414 H) Ini Juga Berlaku untuk Perempuan? Sebagian ulama berpendapat bahwa larangan menyemir uban dengan warna hitam itu hanya berlaku untuk laki-laki dan tidak berlaku untuk wanita. رخص في صباغ الشعر بالسواد للنساء: عن قتادة قال. Dari Qatadah, seorang tabiin, beliau berkata, “Dibolehkan menyemir uban dengan warna hitam bagi perempuan” (Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam al Mushannaf no 20182). Dalam Tahdzib as Sunan, Ibnul Qoyyim berkata, “Sebagian ulama membolehkan bersemir dengan warna hitam untuk wanita dengan tujuan berdandan untuk suami namun hal ini terlarang untuk laki-laki. Inilah pendapat Ishaq bin Rahuyah. Seakan-akan beliau berpendapat bahwa larangan semir rambut dengan hitam itu hanya untuk laki-laki. Wanita dibolehkan mewarnai kuku tangan dan kakinya, suatu yang tidak dibolehkan untuk laki-laki” (Aunul ma’bud 9/251, Syami
Namun, jika dilihat dari manfaat, faedah dan maslahatnya, mewarnai
rambut yang bertujuan untuk gaya-gayaan dan biar terlihat stylish, bukan untuk menghilangkan uban sebagaimana dianjurkan Nabi Muhammad SAW, rasa-rasanya banyak mudarat dan keburukannya. Jadi, sebaiknya dihindari saja ya. Kecuali misalnya Anda sudah bersuami-istri dan salah satu pasangan ingin rambutnya dicat dengan tujuan membahagiakan dan hubungan rumah tangga semakin harmonis-bergairah, maka diperbolehkan. Dalam hal ini tergantung niatnya. Jika niat dan tujuannya baik, selama bukan cat rambut hitam, maka boleh. Tapi jika niatnya untuk pamer, maka tidak boleh karena masuk riya’. Seperti Anda tahu, riya’ adalah perbuatan yang dekat dengan syetan. Hukum mewarnai rambut akan menjadi haram jika niat dan keinginannya untuk menyerupai orang-orang kafir. Kenapa? Sebab, tasyabuh dengan orang kafir hukumnya haram. Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” Maka, hukum mengecat rambut dengan niat menyerupai (tasyabuh) dengan orang kafir tidak diperbolehkan. Namun, siapa orang kafir yang dimaksud? Hanya Allah yang tahu. Saran dari redaksi Islamcendekia.com, sebaiknya hindari mewarnai rambut karena niatnya pasti untuk bergaya dan pamer. Padahal dalam Islam, mengecat rambut selain warna hitam tujuannya untuk menutupi uban. Meski dalam ilmu fikih tidak ada larangan mengecat rambut selain warna hitam, tapi jika dilihat dari aspek kemaslahatan, justru banyak mudharat dan keburukannya. Ujung-ujungnya, kita ingin dikagumi banyak orang karena memiliki warna rambut yang cetar membahana. Lagipula, warna rambut asli ciptaan Allah malah jauh lebih bagus kok.