Anda di halaman 1dari 1

Beberapa Faidah dari

Kisah Meninggalnya
Abu Thalib

oleh M. Saifudin Hakim — 11 Oktober 2022

Waktu Baca: 4 menit

Abu Thalib adalah seseorang yang telah


banyak berjasa membantu dakwah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, Abu
Thalib tetap enggan untuk mengucapkan
kalimat “laa ilaaha illallah”. Bahkan ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan Abu Thalib untuk
mengucapkan kalimat ini di akhir hayatnya,
dia tetap saja enggan untuk
mengucapkannya. Berikut ini kisah
selengkapnya.

‫ِ – صلى‬%&‫ول ا‬ ُ ‫س‬ ُ ‫ب ا ْل َوفَاةُ َجا َءهُ َر‬ٍ ِ‫ت أَبَا طَال‬ ْ ‫ض َر‬ َ ‫?َا َح‬%
‫ َو َعبْ َد‬، ٍ ‫شام‬ َ ‫ا& عليه وسلم – فَ َو َج َد ِعن ْ َدهُ أَبَا َج ْه ِل بْ َن ِه‬
‫ِ – صلى‬%&‫ول ا‬ ُ ‫س‬ ُ ‫ال َر‬ َ ‫ َق‬، ‫ير ِة‬ ِ
َ ‫ي َة ْب ِن ْا?ُغ‬% ‫ِ ْب َن أ َ ِبى أ ُ َم‬%&‫ا‬
ُ%&‫ ا‬%Sِ‫َ إِ َل َه إ‬S ‫ ُق ْل‬، ‫م‬U ‫ب » يَا َع‬ ٍ ِ‫ َ ِبى طَال‬W – ‫ا& عليه وسلم‬
‫ال أَبُو َج ْه ٍل َو َعبْ ُد‬ َ ‫ فَ َق‬. « ِ%&‫ش َه ُد َل َك ِب َها ِعن ْ َد ا‬ ْ َ ‫ َكلِ َم ًة أ‬،
‫ل ِة َعبْ ِد‬% ‫ب َع ْن ِم‬ ُ ‫ أَتَ ْر َغ‬، ‫ب‬ٍ ِ‫ َة يَا أَبَا طَال‬%‫ِ بْ ُن أ َ ِبى أ ُ َمي‬%&‫ا‬
– ‫ِ – صلى ا& عليه وسلم‬%&‫ول ا‬ ُ ‫س‬ ُ ‫ب فَ َل ْم َيز َْل َر‬ ِ ِ‫ل‬%‫ْا?ُط‬
‫ال أَبُو‬ َ ‫ى َق‬%‫ َحت‬، ‫ان ِب ِت ْل َك ْا? َ َقا َل ِة‬ِ ‫ َويَ ُعو َد‬، ‫ض َها َع َليْ ِه‬ ُ ‫يَ ْع ِر‬
‫ َوأَبَى أ َ ْن‬، ‫ب‬ ِ ِ‫ل‬%‫ل ِة َعبْ ِد ْا?ُط‬% ‫ل َم ُه ْم ُه َو َع َلى ِم‬% ‫آخ َر َما َك‬ ِ ‫ب‬ ٍ ِ‫طَال‬
ُ%&‫ ا‬%Sِ‫َ إِ َل َه إ‬S ‫ول‬ َ ‫ يَ ُق‬.

“Ketika Abu Thalib hendak meninggal dunia,


maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendatanginya. Di sisi Abu Thalib ada Abu
Jahal bin Hisyam dan ‘Abdullah bin Abi
Umayyah bin Mughirah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Thalib,
“Wahai pamanku! Katakanlah ‘laa ilaaha
illallah’, suatu kalimat yang dapat aku jadikan
sebagai hujjah (argumentasi) untuk
membelamu di sisi Allah”. Maka Abu Jahal
dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata,
“Apakah Engkau membenci agama Abdul
Muthallib?” Maka Rasulullah terus-menerus
mengulang perkataannya tersebut, sampai
Abu Thalib akhirnya tidak mau
mengucapkannya. Dia tetap berada di atas
agama Abdul Muthallib dan enggan untuk
mengucapkan ‘laa ilaaha illallah’.” (HR.
Bukhari no. 1360 dan Muslim no. 141)

Beberapa faidah yang bisa diambil dari kisah


di atas adalah:

Pertama, orang-orang Quraisy mengetahui


bahwa kalimat tauhid bisa membatalkan
peribadatan mereka kepada berhala yang
mereka sembah. Artinya, mereka betul-betul
memahami bahwa kalimat tauhid itu adalah
lawan dari perbuatan kemusyrikan yang
selama ini mereka lakukan. Sehingga jika Abu
Thalib sampai mengucapkan kalimat tauhid,
itu artinya Abu Thalib telah membenci agama
kemusyrikan.

Ini di antara salah satu sisi mengapa orang-


orang musyrik jaman dahulu itu lebih
memahami makna kalimat tauhid daripada
orang-orang musyrik jaman sekarang.

Kedua, Abu Jahal bin Hisyam dan ‘Abdullah


bin Abi Umayyah menyebutkan argumentasi
kepada Abu Thalib agar Abu Thalib tidak
mengatakan kalimat tauhid. Argumentasi ini
adalah argumentasi yang sangat jelek dan
tercela, yaitu “Apakah Engkau membenci
agama Abdul Muthallib?”

Ini adalah sikap mengikuti nenek moyang


yang tercela, untuk menolak ajaran agama
Islam yang lurus. Padahal, nenek moyang
mereka tersebut berada di atas agama yang
batil, yaitu agama kemusyrikan. Allah Ta’ala
menceritakan tentang mereka,

‫ا َع َلى آثَا ِر ِهم‬%‫م ٍة َو إِن‬% ُ ‫ا َو َج ْدنَا آبَاءنَا َع َلى أ‬%‫بَ ْل َقا ُلوا إِن‬
‫م ْهت َ ُدو َن‬k

“Bahkan mereka berkata, “Sesungguhnya


kami mendapati bapak-bapak kami menganut
suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-
orang yang mendapat petunjuk dengan
(mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az-Zukhruf
[43]: 22)

Demikian juga firman Allah Ta’ala ketika


menceritakan Fir’aun,

‫ُو َلى‬W‫ا‬ ِ ‫ال ا ْل ُق ُر‬


ْ ‫ون‬ ُ َ‫ال فَ َما ب‬
َ ‫َق‬

“Fir’aun berkata, “Maka bagaimanakah


keadaan umat-umat yang dahulu?” (QS.
Thaaha [20]: 51)

Ketiga, pengaruh jelek dari teman pergaulan


yang buruk. Oleh karena itu, hendaknya
waspada dan menjauh dari bergaul dengan
teman-teman yang berpotensi membawa
kejelekan. Abu Thalib enggan mengucapkan
kalimat tauhid, karena ketika dia sudah sakit
parah dan hendak meninggal dunia, dia
ditemani oleh teman-teman yang buruk.

Keempat, jika seseorang dipastikan


meninggal dalam kondisi kekafiran, maka
tidak boleh dimintakan ampunan (maghfirah)
dan tidak boleh didoakan.

Hal ini berkaitan dengan ayat yang turun


berkenaan dengan kisah Abu Thalib dan
berisi larangan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk memintakan ampunan bagi Abu
Thalib. Allah Ta’ala berfirman,

‫ َو َل ْو‬lَ ‫ش ِر ِك‬ْ ‫ست َ ْغ ِف ُروا ْ لِ ْل ُم‬


ْ َ‫ل ِذي َن آ َمنُوا ْ أَن ي‬% ‫ َوا‬U‫ ِبي‬% ‫َما َكا َن لِلن‬
‫اب‬
ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫ ُه ْم أ‬%‫ َل ُه ْم أَن‬l َ % َ‫َكانُوا ْ أ ُ ْولِي ُق ْربَى ِمن بَ ْع ِد َما تَب‬
ِ ‫ا ْل َج‬
ِ ‫حيم‬

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-


orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,
walaupun orang-orang musyrik itu adalah
kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi
mereka, bahwa orang-orang musyrik itu
adalah penghuni neraka jahanam.” (QS. At-
Taubah [9]: 113)

Kelima, demikian pula status hukum person


tertentu yang jelas meninggal dunia di atas
kekafiran adalah kekal di neraka,
sebagaimana firman Allah Ta’ala yang telah
disebutkan di atas, yaitu,

ِ ‫اب ا ْل َج‬
ِ ‫حيم‬ َ % َ‫ِمن بَ ْع ِد َما تَب‬
ْ َ ‫ ُه ْم أ‬%‫ َل ُه ْم أَن‬l
ُ ‫ص َح‬

“ … sesudah jelas bagi mereka, bahwa orang-


orang musyrik itu adalah penghuni neraka
jahanam.” (QS. At-Taubah [9]: 113)

Keenam, sesungguhnya hidayah taufik itu


tidak ada yang memilikinya kecuali Allah
Ta’ala. Bahkan manusia yang paling mulia
pun, yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
tidak memiliki hidayah taufik. Lalu bagaimana
mungkin dengan orang-orang yang
kedudukannya berada di bawah beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫َ َي ْه ِدي َمن َي‬%&‫ن ا‬% ‫ت َو َل ِك‬


‫شا ُء َو ُه َو‬ َ ْ‫ تَ ْه ِدي َم ْن أ َ ْحبَب‬Sَ ‫ َك‬%‫إِن‬
‫أ َ ْع َل ُم ِب ْا? ُ ْهت َ ِدي َن‬

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat


memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash [28]:
56)

Ketujuh, bahwa syafaat Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam kepada Abu Thalib adalah
pengecualian dari firman Allah Ta’ala,

َ ‫اف ِع‬
l ِ ‫الش‬
% ‫شفَا َع ُة‬
َ ‫فَ َما تَنفَ ُع ُه ْم‬

“Maka tidak berguna lagi bagi mereka


(orang-orang kafir) syafa’at dari orang-orang
yang memberikan syafa’at.” (QS. Al-
Muddatsir [74]: 48)

Akan tetapi, syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi


wa sallam kepada Abu Thalib itu bukan untuk
mengeluarkan Abu Thalib dari neraka. Namun
hanya untuk meringankan adzab di neraka.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari
Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, dia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang ketika paman beliau, Abu Thalib,
sedang diperbincangkan, beliau bersabda,

ٍ ‫ض اح‬ َ ‫ فَيُ ْج َع ُل ِفي‬،‫القيَا َم ِة‬


َ ‫ض ْح‬ ِ ‫شفَا َع ِتي يَ ْو َم‬ َ ‫ل ُه تَنْفَ ُع ُه‬% ‫َل َع‬
‫اغ ِه‬
ِ ‫م ِد َم‬k ُ ‫ يَ ْغلِي ِمن ْ ُه أ‬،‫ا ِر يَبْ ُلغُ َك ْعبَيْ ِه‬%‫ِم َن الن‬

“Semoga syafa’atku berguna baginya pada


hari kiamat, sehingga dia tidak diletakkan
dalam neraka yang dalam, yang tingginya
sebatas kedua mata kakinya, namun itu pun
menjadikan ubun-ubun kepalanya mendidih.”
(HR. Bukhari no. 6564 dan Muslim no. 210)

Baca juga: Kisah Pemuda Ahli Tauhid


Yang Pemberani

@Rumah Lendah, 29 Syawal 1441/ 21 Juni


2020

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

Referensi:

Taqyiidusy Syawaarid minal Qawaa’id wal


Fawaaid, karya Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
‘Abdillah Ar-Rajihi, hal. 64-66.

Tags: ABU THALIB KISAH ABU THALIB

PAMAN NABI

PELAJARAN DARI KISAH ABU THALIB SEJARAH

SEJARAH ISLAM SEJARAH NABI SIRAH

SIRAH NABAWIYAH TENTANG ABU THALIB

M. Saifudin Hakim
- Alumnus Ma'had Al-'Ilmi Yogyakarta
(2003-2005). - Pendidikan Dokter FK
UGM (2003-2009).

Artikel Terkait

Berhala Ketiga di Muka Bumi:


Kisah Kaum Tsamud
OLEH ARIF MUHAMMAD NURWIJAYA, S.PD

" 20 MEI 2023 #2

Berhala Kedua di Muka Bumi:


Kisah Kaum ‘Ad
OLEH ARIF MUHAMMAD NURWIJAYA, S.PD

" 18 MEI 2023 #0

Panglima Khalid bin Walid Diganti


Karena Kemaslahatan Tauhid
OLEH DR. RAEHANUL BAHRAEN, M.SC, SP.PK

" 18 MARET 2019 # 3

Tinggalkan Balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas
yang wajib ditandai *

Komentar *

Nama *

Email *

Situs Web

KIRIM KOMENTAR

Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-


Atsari (YPIA).

Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412


Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia,
55284.

Media Partner

YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM

Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA

Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa


Bunayya

Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi

Ikuti Kami

$ % & 

Tentang Kami / Donasi / Pasang Iklan /


Kontak

© 2023 Muslim.or.id - Memurnikan Aqidah Menebarkan


Sunnah
×

Anda mungkin juga menyukai