Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TAFSIR PENDIDIKAN 1

“Kedudukan dan Nilai Orang yang Berilmu”

Dosen Pembimbing :
Roikhatul Jannah, M. Pd.I.

Disusun Oleh :
1. Adelia Tri Wahyuningsih (141120007)
2. Afyatul Khusna (141120009)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM BHAKTI NEGARA TEGAL

2021

i
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan sedikit dari
ilmu-Nya Yang Maha Luas sehingga upaya penulisan makalah ini dapat
terselesaikan.Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kehadirat Nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti. Tidak lupa kami  ucapkan terima kasih
kepada:
1.     Bapak Drs. H. Badrodin M.Ag selaku rektor IBN TEGAL yang telah memberi kesempatan
untuk belajar di IBN TEGAL.
2.    IbuRoikhatul Jannah,M. Pd,i. selakudosenpengampumatakuliahTafsir Pendidikan 1 yang
telahmembimbing kami dalampenyusunanmakalahini.
3. Orang tua kami yang senantiasamendo’akandanmendukung kami
dalampenyusunanmakalahini.
4.     Teman-teman PAI 2 C yang telahmembantu proses penyusunanmakalahini.
5.     Semuapihak yang telahmembantumenyelesaikanpenulisanmakalahini.
Tentunya kami
menyadaridalampenyusunanmakalahinimasihjauhdarikesempurnaankarenaketerbatasanpenge
tahuan yang kami miliki.Olehkarenaitukritikdan saran yang
membangundarisemuapihaksangat kami harapkan.
Semogamakalahinibermanfaatuntukkitasemua.

Slawi, Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Masalah................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kedudukan Orang berilmu...........................................................................
B. Derajat/nilai orang berilmu..........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
lmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam, hal ini terlihatdari
banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi
danmulia disamping hadits-hadits nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya
untuk terusmenuntut ilmu. Didalam Al qur’an, kata ilmu digunakan lebih dari 780
kali, ini bermaknabahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari al-Qur’an
sangat kental dengan nuansa-nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat
menjadi ciri penting dari agama Islam.Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an yang
artinya:”Allah meninggikan beberapaderajat (tingkatan) orang-orang yang beriman
diantara kamu dan orang-orang yang berilmu(diberi ilmu pengetahuan) dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”Ayat inidengan jelas menunjukkan
bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadimemperoleh
kedudukan yang tinggi.Ketinggian itu bukan saja karena nilai ilmu
yangdimilikinya, tetapi juga karena amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik
secara lisan,atau tulisan maupun dengan keteladanan.Keimanan yang dimiliki
seseorang akan menjadipendorong untuk menuntut ilmu, dan ilmu yang dimiliki
seseorang akan membuat dia sadarbetapa kecilnya manusia dihadapan Allah,
sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bilamelakukan hal-hal yang
dilarangnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai kedudukan orang yang berilmu dalam tafsir
O.S Ali Imran Ayat 18 ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai nilai orang yang berilmu dalam tafsir O.S Al-
Mujadalah ayat 11?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan orang yang berilmu dalam tafsir
Q.S Ali Imran ayat 18
2. Untuk mengetahui dan memahami mengnai nilai orang yang berilmu dalam
tafsir Q.S Al-Mujadalah ayat 11

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Orang berilmu


Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu
yang berarti tahu atau mengetahui.Ilmu menempati kedudukan yang sangat
penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al qur’an yang
memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-
hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut
ilmu.Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , Dalam
bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan
dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna
yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan
dikemukakan beberapa pengertian :

“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

 Q.S. ALI IMRAN :18

ْ ِ‫ش ِه َد هَّللا ُ أَنَّهُ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل ُه َو َوا ْل َماَل ئِ َكةُ َوأُولُو ا ْل ِع ْل ِم قَائِ ًما بِا ْلق‬
‫س ِط‬ َ ۚ

‫اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل ُه َو ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َح ِكي ُم‬

Artinya :

“ Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang


menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
 TAFSIR SURAHALI ;IMRAN

2
‫ش ِه َد هَّللا ُ) بين خلقه با الدالءل واالليات‬ َ ( ‫أو أخر الليل خصت با الذكر ألنها وقت الغفلة ولذة النوء‬
ٰ
َ ‫(أَنَّهُ اَل إِلَهَ) او ال معبود فى الوجود بحق (إِاَّل ُه َو) شهد بذلك‬
) ‫(وا ْل َماَل ئِ َكةُ) با اال قرار (واولو ْل ِع ْل ِم‬
‫من األنبايء والمؤمنين با ال عتقاد واللفظ (قَائِ ًما) بتدبير مصنوعاءه ونصبه على الحال والعالم‬
‫س ِط ) با العدل (اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل ه َُو)كرره تأ كيدا (ا ْل َع ِزيز) في ملكه‬
ْ ِ‫فيها معنى الجملة أي تقرب (بِا ْلق‬
‫(ا ْل َح ِكيم‬

Allah menyaksikan) artinya menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya


dengan dalil-dalil dan ayat-ayat (bahwasanya tidak ada Tuhan) yakni tidak
ada yang disembah dalam wujud ini dengan benar (melainkan Dia, dan)
menyaksikan pula atas yang demikian itu (para malaikat) dengan
pengakuan mereka (dan orang-orang yang berilmu) dari kalangan para
nabi dan orang-orang beriman, baik dengan keyakinan maupun dengan
perkataan (menegakkan keadilan) dengan mengatur makhluk ciptaan-Nya.
Manshub disebabkan kedudukannya sebagai hal, sedangkan yang menjadi
amilnya ialah arti keseluruhan yakni hanya Allahlah yang mengatur
makhluk-Nya dengan seadil-adilnya. (Tidak ada Tuhan melainkan Dia)
diulangi kembali memperkokoh perkataan sebelumnya (Yang Maha
Perkasa) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan dan
ciptaan-Nya.

 Kandungan surah ali ‘imran


1) Tidak ada tuhan yang patut disembah selain Allah SWT
2) Allah memerintahkan kita untuk menegakkan keadilan
sebagaimana malaikat dan orang-orang beriman menegakkan
keadilan.

Analisa
Surah Al-Imran ayat 18 membahas tentang ke esaan Allah SWT dan keadilan serta
kedudukan orang yang ber ilmu.
Dalam tafsir Al-Maraghi Allah SWT menjelaskan tentang wahdaniat Allah (esa atau satu
dalam arti lain tidak ada tuhan selain Allah ), dengan menegakkan bukti-bukti kejadian yang
berada dicakrawala luas, dalam diri mereka, dan menurunkan ayat-ayat tasyr’i yang
mencerminkan hal tersebut. Para malaikat memberikan kepada para Rasul tentang hal ini,

3
kemudian mereka menyaksikan dengan kesaksian yang diperkuat ilmu durariy.Ilmu durariy
adalah pengetahuan tentang sesuatu yang bisa diketahui secara naluri yang bisa diketahui
tanpa penelitian dan tanpa pengambilan dalil. Hal ini menurut para Nabi lebih kuat dari
semua keyakinan. Orang –orang yang berilmu telah memberitakan tentang kesaksian ini,
menjalaskan dan menyaksikannya dengan kesaksian yang disertai dalil dan bukti. Sebab,
orang yang mengetahui sesuatu tidak membutuhkan hujjah lagi untuk mengetahuinya.
Ketauhidan adalah pertengahanantara inkar dan syirik terhadap Tuhan. Berlaku adil dalam
hal ibadah, dan amal adalah adanya keseimbangan anatara kekuatan rohaniyah dan
jasmaniyah. Sebagai perwujudannya adalah berlaku syukur dengan menjalankan salat dan
beribadah lainnya guna meningkatkan rohani, membersikan jiwa dan memperolehkan
dirinyahal-hal yang banyak dari kebaikan (rizki), untuk memelihara dan mengurus badan. Ia
juga melarang bagi dirinya berlaku berlebih-lebihan dalam mencintai keduniaan.

B. Derajat/nilai Orang berilmu


ksistensi manusia baik posisinya sebagai makhluk sosial maupun individual tidak akan
terlepas dari kebutuhannya akan ilmu pengetahuan. Bahkan tinggi rendahnya kedudukan
manusia di muka bumi ini, salah satunya ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya, disamping
faktor lainya seperti nilai ketakwaan. Disamping itu juga, ilmu pengetahuan dapat
menentukan kualitas keimanan seseorang, sekalipun manusia itudilahirkan tidak mengetahui
apa-apa (la ta’lamuna syaia). Namun demikian, dalam perkembangan berikutnya, manusia
sebagai anak cucu Adam, mengetahui pengetahuan dengan berbagai cara dan pendekatan
dengan mendayagunakan berbagai potensi yang dimilikinya baik fisik maupun fsikis
(Burhanudin: 71).

 Q.S AL –MUJADALAH “11”

‫يا أيها الذين آمنوا إذا قيل لكم تفسحوا في المجالس فافسحوا يفسح هللا لكم وإذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع‬
‫هللا الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات وهللا بما تعملون خبير‬

Artinya :
Hai orang-orang beriman berkata kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan berkata: "Berdirilah

4
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan

 Tafsir surah Al- Mujadalah


)‫يا أيها الذين آمنوا إذا قيل لكم تفسحوا( توسعوا(في المجالس)مجلس النبي صل هللا عليه و سلم‬
‫ المجالس (فافسحوا يفسح هللا لكم) فى الجنة (وإذا قيل‬: ‫والذكر حتي يجلس من جاءكم وفيقراءة‬
‫انشزوا) قومواالى الصالة وغير ها من الخيرات ( فانشزوا) وفى قراءة بضم الشين فيهما (يرفع‬
‫هللا الذين آمنو منكم) با الطا عة فى ذلك (و) يرفع (والذين أوتوا العلم درجات) فى الجنة (وهللا‬
‫بما تعملون خبير‬.

(Hai orang-orang yang beriman, berkata dikatakan kepada kalian, "Berlapang-


lapanglah) berluas-luaslah (dalam majelis") yaitu majelis tempat Nabi saw.
berada, dan majelis zikir sehingga orang-orang yang datang kepada kalian dapat
tempat duduk. Menurut suatu qiraat lafal al-majaalis dibaca al-majlis dalam
bentuk mufrad (maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untuk kalian) di surga nanti. (Dan dikatakan, "Berdirilah kalian" ) untuk
melakukan salat dan hal-hal lainnya yang termasuk amal-amal, (maka berdirilah)
menurut qiraat lainnya kedua-duanya dibaca fansyuzuu dengan memakai harakat
damah pada huruf Syinnya (niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antara kalian) karena ketaatannya Dalam hal tersebut (dan) Dia
meninggikan pula (orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat) di
surga nanti. (Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan).
 Kandungan surah Al-Mujadilah ayat 11
1) Mereka yang berlapang-lapang dalam majelis ilmu akan
dilapangkan atau dimudahkan pula oleh Allah SWT.
2) Mereka yang diseru untuk berdiri (shalat dan melaksanakan ibadah
lainnya) lantas mereka melaksanakannya akan ditinggikan
derajatnya oleh Allah SWT.
3) Mereka yang memiliki ilmu pengetahuan akan ditinggikan
derajatnya lebih dari mereka yang hanya sekedar beriman.

 Analisis Isi Kandungan Ayat

5
Adapun esensi atau nilai yangterkandung di dalam surah Al-Mujadalah yakni terkait dengan
etikadan sopan santun di dalam pendidikanislam dan khusunya pada ayat 11 adalah
berhubungan denganmateri pendidikan dalam islamsehingga dapat di analisis sebagaiberikut :

 Analisis Isi Kandungan Ayat


Berdasarkan Kajian TekstualKata “majalis” yang merupakan bentuk jamak dari kata “majlis”
pada ayat ini mengandung beberapa penafsiran: (1) Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan
“Majlis” pada ayat ini adalah majlis Nabi Saw; (2) Qotadah, mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan majlis pada ayat ini adalah majlis dzikir; (3) Mutaqil berpendapat bahwa
majlis di sini adalah majlis pada hari jum’at; dan (4) Hasan, Yazid bin Habib serta Ibnu
Abbas berpendapat bahwa majlis disini mengandung arti medan perang atau medan
pertempuran Sementara itu, Qatadah, Dawud bin Abi Hind dan Hasan membaca “Tafassahu
dengan “Tafasaahu”, dengan memanjangkan”fa”-nya. Akar katanya diambil dari kata
“Tafassaha-
yatafasahu-tafasuhan”, artinya lapang/kelapangan atau keluasan, atau dari kata “tafaasaha-
yatafaasahu muthawa’ah, yaitu saling berlapang-lapangan. Hal ini mengandung tiga
interpretasi mengenai apa yang akan dilapangkan atau diluaskan oleh Allah Swt, yaitu: (a)
Keluasan di dalam kubur; (b) Kelapangan dada/hati; dan (c) Keluasan didunia dan di akhirat.
Hijaji (1968: 9) mengemukakan bahwa tafassahu memiliki arti kata yang sama dengan
tawassa’u, yakni keluasan. Maka barang siapa yang memberikan keluasan kepada saudaranya
dalam suatu tempat/majlis dan menghormati-nya, niscaya Allah akan memberikan kepada
orang tersebut keluasan dan kemuliaan.:
Kata unsuju merupakan bentuk perintah (fi’il Amar) dari kata “nasaja-yansuju-nasjan-
nusujan-naasijun-unsuj” yang mempunyai dua makna, yaitu pertama, “quumu” (berdirilah),
dan kedua, “irtafa’u” (tingkatkanlah). Muhammad Mahmud Hajiji mengatakan bahwa asal
pengertian nusuj itu adalah suatu yang di angkat oleh tanah. Perintah yang terkandung dalam
lafadz “unsuju” menunjukan tiga perintah yakni: (a) Menurut al-Dhahak, perintah
melaksankan shalat; (b) Menurut Mujahid, perintah untuk berperang; dan (c) Menurut
Qatadah, perintah mengerjakan setiap kebaikan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya
terulang 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian
pengetahuan dan objek pengetahuan. Kata ilmu dari
berbagai memiliki arti kejelasan (Shihab, 1996: 434), karena itu segala yang terbentuk dari
akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Misalnya dapat dilihat dalam contoh ‘a’lam (gunung-
gunung), ‘alamat dan lain sebagainya. Disamping itu untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

6
pengertian ilmu, paling tidak beberapa kata yang mengandung pengertian “tahu” seperti
“’arafa, dara’a, khabara, sya’ara, basyirah, hakim. Kata-kata turunan dari kata ‘arafa dalam
al-Quran terdapat sebanyak 34 kali dengan berbagai bentuknya (Al-Baqi, 1992: 596). Oleh
karena itu kata ‘ilmu bersinonim dengan kata ma’rifah, yang artinya tahu atau pengetahuan.
Dalam proses perkembangan sejarahnya, ilmu kemudian dipakai dalam dua hal ; yaitu
sebagai masdar atau proses pencapaian ilmu dan sebagai objek ilmu (ma’lum). Namun
demikian, M. Quraish shihab
membedakan pada tiga istilah yang memiliki akar kata yang hampir sama dengan ilmu, yaitu
‘arafa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui) dan ma’rifah (pengetahuan). Allah SWT, tidak
dinamakan ‘arif, tetapi ‘alim, yang berkata kerja ya’lam (Dia mengetahui), dan biasanya al-
Quran menggunakan kata itu untuk Allah dalam hal-hal yang diketahui-Nya, walaupun gaib,
tersembunyi atau dirahasiakan. Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul dan melebihi dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan
kekhalifahan di muka bumi ini. Sementara itu manusia, menurut al-Quran memiliki potensi
untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Berkali-kali Allah
menunjukan
betapa tinggi derajat dan kedudukan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.

7
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
1. Dalam Surat Ali Imra ayat 18 menurut tafsir Hendaklah menarik perhatian
kita tentang kedudukan mulia yang diberikan Tuhan kepada Ulil-Ilmi.
2. Dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11 dapat dianalisa bahwa Dalam ayat
tersebut al-Qur’an menuturkan kemuliaan tentang derajat antara orang yng
beriman dengan orang yang berilmu. Karena sebagin dari manusia dalam
konteks karir keimanan atau kepercayaan ada yang berangkat dari ilmu yang
mengarahkan kepad keimann, dan sebagian yang lain, ada yang berangkat
dari keimanan kemudian diarahkan untuk mencari ilmu.

B. SARAN
Demikianapa yang dapat kami sajikandalammakalahini,
semogamemberikanmanfaatbagisiapapun yangmembacanya.
Tentumakalahinimasihterdapatkesalahandankekurangan, untukitukritikdan saran
sangat kami harapkan demi menyempurnakanmakalahini.

C. DAFTAR PUSTAKA
Munir, Ahmad, 2008, Tafsir Tarbawi Mengungkap pesan al-Qur’an tentang
Pendidikan, Yogyakarta, Teras

Rakhmat, Jalaluddin, 1994, Tafsir Bil Matsur Pesan Moral al-Qur’an, Bandung,
Remaja Rosdakarya,

Al Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, Semarang:


Thoha Putra

Anda mungkin juga menyukai