Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AQIDAH AKHLAK

“MAKNA TAUHID DAN MACAM-MACAMNYA”

Oleh:
KELOMPOK II
Deviana Setia Ningrum : 2130103021
Hafiza Wahyuni : 2130103033
Hidayatul Putri : 2130103038

Dosen Pembimbing:
Dr. Ihsan Sanusi, M.Ag
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka
dengan sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Aqidah akhlak yang
bersumber dari Qur’an dan hadits dijadikan pengembangan nilai spiritual yang
dapat menghasilkan generasi berkualitas. Aqidah Islam berpangkal pada
keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud Allah, Tuhan Yang Maha
Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-sifat maupun
perbuatannya (Basyri, 1988: 43).

Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang


yang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan
akhirat. Tauhid yang tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam
kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di
dunia serta kekekalan di dalam azab neraka. Allah SWT berfirman dalam Al
Qur‟an surat An-Nisa ayat 48.

‫ك ِبهٖ َو َي ْغفِ ُر َما د ُْو َن ٰذل َِك لِ َمنْ َّي َش ۤا ُء ۚ َو َمنْ ُّي ْش ِركْ ِباهّٰلل ِ َف َق ِد ا ْف َت ٰ ٓرى ا ِْثمًا َعظِ ْيمًا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫اِنَّ َ اَل َي ْغفِ ُر اَنْ ُّي ْش َر‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena


mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain
(syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan
Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar”

Uraian diatas menjelaskan pentingnya perkara tauhid. Tauhid


diperuntukan bagi anak-anak dan dewasa, sementara dasar-dasarnya diajarkan
pada masa anak-anak. Pendidikan tauhid ini adalah pendidikan yang paling
pokok di atas hal-hal penting lainnya. Allah memerintahkan hal ini secara

1
jelas di dalam Al Qur’an melalui kisah Luqman dengan anaknya yang
tertuang dalam QS. Luqman ayat 13,

ُ َ‫ك ل‬
‫ظ ْل ٌم َعظِ ْي ٌم‬ ‫هّٰلل‬ ُ ‫َوا ِْذ َقا َل لُ ْق ٰمنُ اِل ْبنِهٖ َوه َُو َيع‬
َ ْ‫ِظ ٗه ٰي ُب َنيَّ اَل ُت ْش ِركْ ِبا ِ ۗاِنَّ ال ِّشر‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberikan pelajaran kepadnya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kedzaliman yang amat besar”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penulisan makalah ini
diantaranya sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan tauhid?


2. Apa saja macam-macam tauhid?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:

1. Mengetahi pengertian tauhid.


2. Mengetahui macam-macam tauhid.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid
Tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada ‫وحد‬,
Yuwahhidu‫ يوحد‬, Tauhidan ‫ توحدا‬.Sedangkan pengertian secara istilah tauhid
ialah meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laa ilaha illa Allah (tidak
ada Tuhan selain Allah).

Tauhid artinya mengesakan Allah. Esa berarti Satu. Allah tidak boleh
dihitung dengan satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak layak
dikaitkan dengan bilangan. Beberapa ayat al-Qur’an telah dengan jelas
mengatakan keesaan Allah. Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai
berikut:

َّ ‫هّٰللَا ُ ال‬. 1 ‫قُ ْل ه َُو هّٰللا ُ اَ َح ۚ ٌد‬.


4 ࣖ ‫ولَ ْم َي ُكنْ لَّ ٗه ُكفُ ًوا اَ َح ٌد‬.َ .3 ‫لَ ْم َيل ِْد َولَ ْم ي ُْولَ ۙ ْد‬. 2 ‫ص َم ۚ ُد‬

Artinya: Katakanlah “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.''

Dari ayat di atas dapat ditangkap penjelasan bahwa Allah itu Maha
Esa. Keesaan Allah Swt. itu menurut M. Quraish Shihab mencakup keesaan
Zat, keesaan Sifat, keesaan Perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepada
Nya. Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya
bahwa Allah Swt. tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Karena,
bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih, betapapun
kecilnya unsur atau bagian itu maka ini berarti Dia membutuhkan unsur atau
bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian ini merupakan syarat bagi
wujud-Nya.

3
Adapun keesaan dalam sifat-Nya, mengandung pengertian bahwa
Allah memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya
dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa kata yang digunakan untuk
menunjuk sifat tersebut sama. Sebagai contoh, kata rahim merupakan sifat
bagi Allah, tetapi juga digunakan untuk menunjuk rahmat atau kasih sayang
makhluk. Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih sayang Allah
berbeda dengan rahmat makhluk-Nya. Allah Esa dalam sifat-Nya, sehingga
tidak ada yang menyamai substansi dan kapasitas tersebut. Keesaan dalam
perbuatan-Nya mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di alam
raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya, kesemuanya
adalah hasil Perbuatan Allah semata. Sedangkan keesaan dalam beribadah
merupakan perwujudan dari ketiga keesaan di atas.

‫اي َو َم َماتِيْ هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِمي ۙ َْن‬


َ ‫صاَل تِيْ َو ُن ُسكِيْ َو َمحْ َي‬
َ َّ‫قُ ْل اِن‬

Artinya: Katakanlah ”sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku,


semuanya karena Allah, Pemelihara seluruh alam.” (Q.S. al-An’am [6]:162)

Dari sini dapat disimpulkan bahwa segala bentuk peribadatan harus


ditujukan hanya kepada Allah semata. Hanya Allah yang wajib disembah.
Tidak boleh peribadatan itu ditujukan kepada selain Allah Swt. keesaan Allah
Swt. sangat penting ditanamkan dalam hati setiap orang yang mengimani
adanya Allah Swt.

Oleh karena itu, untuk mendukung ketercapaian keimanan tersebut


harus didukung dengan pemahaman mengenai llmu tauhid dan cabang-cabang
lain dari ilmu tauhid. Dengan pemahaman yang utuh seperti ini, diharapkan
bisa memudahkan seseorang untuk bertauhid yang benar.

Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan


yang benar dengan segala kekhususannya. Dari makna ini sesungguhnya
dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia,
bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk

4
Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah
sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Tauhid merupakan suatu ilmu yang mengulas tentang wujud Allah,


yakni sifat-sifat yang wajib dan mesti ada pada-Nya. Makna tauhid yaitu
meneguhkan bahwa Allah maha Esa tak ada sekutu bagi-Nya. yang pertama
kali yang diajarkan oleh seorang rasul adalah makna tauhid ibadah, yaitu
menyembah hanya kepada Allah dan tak boleh menyembah selain-Nya, entah
itu berdoa maupun atau yang sesuai dengan ketentuan yang telah disyariatkan.
Definisi lain terkait ilmu tauhid adalah pembenaran bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah, sebagai sebuah prinsip berlandaskan iman.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa


tauhid merupakan pengesaan terhadap Allah SWT. sebagaimana syahadat
yang diucapkan di dalam shalat fardhu begitupun rukun Islam yang pertama.

Pengertian Tauhid menurut para ahli, diantaranya:

1. Jubaran Mas’ud

Beliau menyatakan bahwa tauhid bermakna beriman kepada Allah,


Tuhan yang Esa, atau juga sering disamakan dengan kata “ ‫ “ )الالهاالهللا‬tiada
Tuhan SelainAllah).

2. Syeikh Muhammad Abduh

Tauhid merupakan suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah,


sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifatyang boleh disifatkan kepada-
Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.

3. Zainuddin

Tauhid berasal dari kata “wahid” ‫ واحد‬yang artinya“satu”. Dalam


istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya Allah,

5
maka segala pikiran dan teori berikut argumentasinya yang mengarah kepada
kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut dengan Ilmu Tauhid.

4.Hakeem Hameed

Tauhid sebagai sebuah kepercayaan ritualistik dan perilaku ceremonial


yang mengajak manusia menyembah realitas hakiki (Allah) dan menerima
segala pesan-Nya yang disampaikan lewat kitab-kitab suci dan para Nabi
untuk diwujudkan dalam sikap yang adil, kasih sayang, serta menjaga diri dari
perbuatan maksiat dan sewenang-wenang demi mengerjakan perintah dan
menjauhi larangan-Nya.

5.Muhammad Taqi

Beliau berpendapat bahwa Tauhid bermakna meyakini ke-Esaan


Allah.Keyakinan ini berarti meyakini bahwa Allah adalah satu dalam hal
wujud,penciptaan, pengatur, pemerintah, penyembahan, meminta pertolongan,
merasaTakut, berharap, dan tempat pelabuhan cinta. Intinya tauhid
menghendaki agar seorang muslim menyerahkan segala urusan dan hatinya
hanya kepada Allah.

B. Macam-Macam Tauhid
Berdasarkan jenis dan sifat keyakinan tauhid, para ulama membagi
ilmu tauhid dalam empat bagian; yaitu:

1. Tauhid yang berhubungan dengan ke Tuhanan yaitu mempercayai bahwa


hanya kepada Allah-lah kita harus berTuhan, beribadah, memohon
pertolongan, tunduk, patuh dan merendah serta tidak kepada yang lain. Tauhid
ini mengandung makna bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Semua amal
ibadah harus disandarkan kepada-Nya.

6
َ‫صينَ لَهُ ٱل ّدِينَ ۗ ْٱل َح ْم ُد هَّلِل ِ َربّ ِ ْٱل ٰعَلَ ِمين‬ ُ ‫ى ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ه َُو فَٱ ْد‬
ِ ‫عوهُ ُم ْخ ِل‬ ُّ ‫ه َُو ْٱل َح‬

Artinya: Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan dia; Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya.
segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. (Q.S. al-Mukmin [40] : 65)

2. Tauhid yang berhubungan dengan sifat Allah yang Maha Memelihara yaitu
mempercayai bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya pencipta, pemelihara,
penguasa dan pengatur alam semesta ini. Tauhid ini juga mengandung
pengertian keyakinan atas keesaan Allah dalam penciptaan alam. Allah adalah
al-KhƗliq. Hanya Allah Pencipta dan Penguasa alam semesta.

‫ك‬ َ ‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ال ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْال َعلَ َق َة مُضْ غ ًَة َف َخلَ ْق َنا ْالمُضْ غَ َة عِ ٰظمًا َف َك َس ْو َنا ْالع ِٰظ َم لَحْ مًا ُث َّم اَ ْن َشْأ ٰن ُه َخ ْل ًقا ٰا َخ ۗ َر َف َت َب‬
َ ‫ار‬
‫هّٰللا ُ اَحْ َسنُ ْال َخالِقِي ۗ َْن‬.

Artinya: Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu
sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.(Q.S.al-
Mukminin [23] : 14)

3. Tauhid yang berhubungan dengan kesempurnaan sifat Allah yaitu


mempercayai hanya Allah Swt. yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan
terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan.

‫ت ِبغَ ي ِْر عِ ْل ۗ ٍم ُسب ْٰح َن ٗه َو َت ٰع ٰلى َعمَّا يَصِ فُ ْو َن‬ ُ ِ ‫َو َج َعلُ ْوا هّٰلِل‬
ٍ ۢ ‫ش َر َك ۤا َء ْال ِجنَّ َو َخلَ َق ُه ْم َو َخ َرقُ ْوا لَ ٗه َب ِني َْن َو َب ٰن‬

Artinya: Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin sekutu-sekutu


Allah, padahal Dia yang menciptakannya (jin-jin itu), dan mereka berbohong
(dengan mengatakan), “Allah mempunyai anak laki-laki dan anak
perempuan,” tanpa (dasar) pengetahuan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari
sifat-sifat yang mereka gambarkan. (Q.S. Al-An’am [6] : 100)

7
4. Tauhid yang berhubungan dengan kekuasaan Allah yaitu mempercayai
bahwa Allah sebagai satu-satunya Zat yang menguasai alam semesta, tidak
ada lagi zat lain yang turut serta dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada sekutu atas
kekuasaan Allah di jagat raya ini. Allah adalah al-Malik, Maha Raja di atas
raja-raja yang ada di dunia

َ ‫ك ِممَّنْ َت َش ۤا ۖ ُء َو ُتع ُِّز َمنْ َت َش ۤا ُء َو ُت ِذ ُّل َمنْ َت َش ۤا ُء ۗ ِب َي ِد‬


ۗ ‫ك ْال َخ ْي ُر‬ َ ‫ك َمنْ َت َش ۤا ُء َو َت ْن ِز ُع ْالم ُْل‬
َ ‫قُ ِل اللهم ٰمل َِك ْالم ُْلكِ ُتْؤ تِى ْالم ُْل‬
26 ‫ك َع ٰلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر‬
َ ‫ ِا َّن‬.

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan,


Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan
Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun
yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh,
Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Ali Imran [3] : 26)

Terdapat tiga macam tauhid menurut Ibnu Taimiyah. Pada abad


ketujuh hijriah, Ibnu Taimiyah membuat konsep tauhid yang memiliki
beberapa konsekuensi sangat berat. Ketiga macam tauhid tersebut berupa
rububiyah, uluhiyah dan al-asmâ’ was-shifât. Sebenarnya, ketiga istilah
tersebut sudah dikenal dan beredar luas sejak sebelum era Ibnu Taimiyah.
Akan tetapi hanya sebagai istilah lepas, bukan istilah terintegrasi dalam
konsep berjenjang tentang tauhid

1. Tauhid Rububiyah

Macam tauhid yang pertama adalah tauhid rububiyah. Pada perspektif


Ibnu Taimiyah, Tauhid rububiyah sebagai jenjang pertama tauhid merupakan
keyakinan bahwa pencipta serta pengatur alam semesta hanyalah Allah SWT
saja. Dalam hal ini, seluruh golongan manusia diklaim sudah bertauhid.

Ibnu Taimiyah mengatakan:

8
َ ‫ ْال ُمت‬،‫َوِإنَّ َما التَّوْ ِحي ُد الَّ ِذي َأ َم َر هَّللا ُ بِ ِه ْال ِعبَا َد هُ َو تَوْ ِحي ُد اُأْللُو ِهيَّ ِة‬
ُ‫ َده‬Yْ‫د هَّللا ُ َوح‬Yَ Yَ‫َأ ْن يُ ْعب‬Yِ‫ ب‬،‫َض ِّمنُ لِتَوْ ِحي ِد الرُّ بُوبِيَّ ِة‬
‫ونُ هَّللا ُ َأ َحبَّ ِإلَى‬Y‫ َويَ ُك‬،ُ ‫ ْدعَى ِإاَّل هَّللا‬Yُ‫ َواَل ي‬،ُ ‫ افُ ِإاَّل هَّللا‬Yَ‫ َواَل يُخ‬،ِ ‫دِّينُ ُكلُّهُ هَّلِل‬Y‫ونُ ال‬Y‫ فَيَ ُك‬،‫ ْيًئا‬Y‫ ِه َش‬Yِ‫ ِر ُكونَ ب‬Y‫اَل ي ُْش‬
‫ َويَ ْعبُ ُدونَ هَّللا َ َويَت ََو َّكلُونَ َعلَ ْي ِه‬،ِ ‫ َويُ ْب ِغضُونَ هَّلِل‬،ِ ‫ فَي ُِحبُّونَ هَّلِل‬،‫ْال َع ْب ِد ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء‬

Artinya: “Sesungguhnya tauhid yang diperintahkan oleh Allah kepada para


hamba-Nya hanyalah Tauhid Uluhiyah yang sudah mencakup tauhid
rububiyah, dengan cara menyembah Allah tanpa menyekutukannya dengan
sesuatu pun sehingga agama seluruhnya menjadi milik Allah, tak ditakuti
selain Allah, tak diseru kecuali Allah, Allah menjadi yang paling dicintai dari
apa pun sehingga cinta dan marah karena Allah, dan menyembah Allah dan
pasrah terhadap Allah.” (Ibnu Taimiyah, Minhâj as-Sunnah, juz III, halaman
289-290)

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah Mengartikan bahwasanya Allah lah yang patut disembah


oleh makhluk-Nya, maksudnya adalah Tauhid ini merupakan keyakinan
bahwa Allah swt. yang patut menerima ibadah makhluk, dan hanya Allah lah
yang patut disembah. Kita melakukan peribadahan dan bersujud dengan niat
karena Allah swt. Allahlah yang menjadi tempat segala bergantung. Firman
Allah di dalam QS- Al-Fatihah : 5

ُ‫ك نَ ْستَ ِعي ْۗن‬


َ ‫د َواِيَّا‬Yُ ُ‫ك نَ ْعب‬
َ ‫اِيَّا‬.

Artinya: “Hanya kepada Engkaulah yang kami menyembah dan Hanya kepada
Engkaulah kami memohon segala pertolongan”.

Di dalam ayat tersebut Allah swt. mengajarkan kepada manusia untuk


menyembah hanya kepada-Nya. Jadi, sebagai makhluk Allah manusia
beribadah dan berdoa hanya kepada Allah sehingga terhindarlah semua dari
bentuk kesyirikan Allah dengan yang lain. Secara makna tauhid Uluhiyah
adalah keyakinan kepada Allah sebagai Tuhan yang Maha Esa. Seperti firman
Allah dalam surat al-Baqarah (2): 163, disebutkan bahwa Artinya: Dan

9
Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.

3. Tauhid Al-asmâ’ was-shifât

Tauhid Al-asmâ’ was-shifât. Adapun tauhid al-asma’ was-shifat definisikan


oleh Ibnu Taimiyah dan pengikutnya sebagai berikut:

‫حيحة من‬YY‫ة الص‬YY‫ وهو اإليمان بكل ما ورد في القرآن الكريم واألحاديث النبوي‬:‫توحيد األسماء والصفات‬
‫أسماء هللا وصفاته التي وصف بها نفسه أو َوصفه بها رسوله على الحقيقة‬.

Artinya: “Tauhid al-Asma’ was-Shifat, yakni beriman pada semua yang ada
dalam al-Qur’an yang mulia dan hadits-hadits nabi yang sahih yang terdiri
dari nama-nama Allah dan sifat-sifatnya yang disifati sendiri oleh Allah dan
Rasul secara hakikat.” (Syahatah Muhammad Saqar, Kasyf Syubahât as-
Shûfiyah, halaman 27).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu tauhid berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah menyatukan
atau mengesakan. Sedangkan tauhid menurut istilah Islam adalah mengakui
keesaan Allah, mengesakan Allah, dengan cara menyatukan unsur pikiran,
perasaan, lisan, dan perbuatan. Selain itu, juga terdapat definisi-definisi tauhid
menurut para ahli, maka segala pikiran dan teori argumentasinya yang
mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut dengan Ilmu
Tauhid.

Terdapat beberapa macam tauhid, diantaranya menurut Ibnu Taimiyah


menyebutkan ada ttiga macam tauhid tersebut berupa rububiyah, uluhiyah dan
al-asmâ’ was-shifât.

B. Saran
Bagi pembaca dan masyarakat lainnya, dimasa sekarang nilai ketauhidan
dapat dirasakan kekurangannya, yang mana tidak tertanamnya suatu nilai
ketauhidan dalam diri para pelaku, sehingga perlu kiranya ada penanggulangan
dalam hal ini. Yang mana aspek yang paling intinya adalah keyakinan, hal ini
karena apabila keyakinan seseorang hilang, maka akan mudah terjerumus dalam
pengaruh hawa nafsu. Namun sebaliknya apabila keyakinan seseorang itu kuat,
terjaga, terpenuhi kebutuhannya. Maka akan senantiasa berpegang teguh pada
keyakinan yang diyakininya, meskipun banyak rintangan yang menghadangnya.
Dari sinilah peranan tauhid supaya bisa tertanam dalam hati setiap manusia untuk
mencegah jatuhnya nilai keimanan manusia

11
DAFTAR PUSTAKA

Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Departemen P & K, 1989), , h. 1091.

Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus,Ibid, h. 6.

Hanafi, Pengantar Tauhid Islam (Jakarta : Pustaka al-Husna Baru, 2003), h. 1.

Sunoto “Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah”, Skripsi,


JurusanPendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah, STAIN Surakarta 2010.

Departemen Agama, Al-Qur‟an Al Karim dan terjemahan Bahasa Indonesia (Kudus:


Menara Kudus,

2006) hal. 2

Departemen Agama, Al-Qur‟an Al Karim dan terjemahan Bahasa Indonesia (Kudus:


Menara Kudus,2006

12

Anda mungkin juga menyukai