Anda di halaman 1dari 6

10 CARA UNTUK MENGHINDARI GANGGUAN SYETAN

Oleh: H.Abdussalam Masykur Lc,MA.


Menurut Imam Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam kitabnya “Tafsir Al-
Qayyim”, ada sepuluh cara untuk menghindari gangguan syetan, yaitu sebagai
berikut:
a. Memohon perlindungan kepada Allah SWT dengan membaca Ta’awwudz, yaitu:
“A’udzu billahi minas syaithani ar-rajiim”. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:
         
  
“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah
yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.Q.S.Fusshilat: 36.
Di riwayatkan di dalam sahih Bukhari, dari ‘Ady bin Tsabit,
dari Sulaiman bin Shard, ia berkata: Aku pernah duduk bersama
Nabi saw, dan [pada saat itu] ada dua orang laki-laki yang saling
mencaci maki, kemudian salah satunya wajahnya merah dan
urat lehernya membesar, maka Nabi saw bersabda:
“Sesungguhnya aku mengajarkan satu kalimat yang jika ia
membacanya maka akan hilang apa yang ia dapatkan [dalam
dirinya], seandainya ia membaca “A’udzu billahi minas syaithani
ar-Rajiim” maka hilang darinya apa yang ia dapatkan”
b. Membaca dua surat yang di namakan “Mu’awwidzataani”, yaitu
surat Al-Falaq dan surat An-Naas, sesungguhnya pada kedua
surat ini terdapat pengaruh yang menakjubkan dalam meminta
perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan syetan dan
menolak syetan serta berlindung dari padanya. Oleh karena itu
Nabi saw bersabda: “Maa ta’awwadza al-muta’awwidzuuna bi
mitslihaa” [Tidaklah orang-orang yang meminta perlindungan itu
berta’awwud yang lebih hebat selain keduanya].
Telah di jelaskan bahwa Nabi saw memohon perlindungan
dengan membaca kedua surat ini setiap malam ketika akan tidur
dan memerintahkan kepada ‘Uqbah agar membaca keduanya
setiap setelah shalat.
Nabi saw bersabda: “Inna man qara’ahumaa ma’a suurati
al-Ikhlash tsalaatsan khiina yumsii, wa tsalaatsan khiina
yushbihu, kafataahu min kulli syai’” [Sesungguhnya barangsiapa
membaca keduanya bersama surat Al-Ikhlas sebanyak tiga kali
ketika di sore hari, dan tigakali ketika di pagi hari, maka itu akan
mencukupinya dari segala sesuatu].
c. Membaca Ayat Kursi. Di dalam Hadits Sahih din riwayatkan dari
haditsnya Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah ra, ia berkata:
Rasulullah saw pernah memberikan tugas kepadaku untuk
menjaga harta zakat di bulan Ramadhan, kemudian datang
seseorang kemudian mengambil makanan, maka aku
menangkapnya, kemudian aku katakan: “Sungguh benar-benar
aku akan melaporkan kamu kepada Rasulullah saw, kemudian
menyebut kesempurnaan Hadits, hingga syetan itu berkata:
“Apabila engkau berlindung di tempat tidurmu, maka bacalah
Ayat Kursi, maka sesungguhnya Allah SWT akan tetap
menjagamu dan tidak ada syetan yang mendekati kamu hingga
subuh, maka Nabi saw berkata: Syetan itu jujur kepadamu
[dalam hal ini], padahal ia pembohong, itulah syetan].
d. Membaca Surat Al-Baqarah, ini berdasarkan Hadits Sahih dari
Sahal bin Abdullah, dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda: “ Laa taj’aluu buyuutakum qubuuran,
wa innal baita alladzii tuqra’u fiihi al-baqarah laa yadkhuluhu as-
syaithaan” [ Janganlah kamu jadikan rumah kamu seperti kuban
(yang sepi), dan sesungguhnya rumah yang di dalamnya di
bacakan surat Al-Baqarah itu tidak di masuki oleh syetan].
e. Membaca dua ayat dari akhir surat Al-Baqarah, ini berdasarkan
Hadits Sahih dari Abu Mas’ud Al-Anshari ra, ia berkata:
Rasulullah saw bersabda: “Man qara’a al-aayataini min aakhiri
suuratil baqarah fii lailatin kafataahu” [ Barangsiapa membaca
dua ayat dari akhir surat Al-Baqarah pada suatu malam, maka
keduanya mencukupinya].
Dan di riwayatkan di dalam sunan At-Tirmidzi, dari Nu’man
bin Basyir ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Innallaha kataba
kitaaban qabla an yakhluqa al-khalqa bi alfai ‘aam, anzala minhu
aayataini khatama bihimaa suratal Baqarah, falaa yuqra’a fii
daarin tsalatsa layaalin fayuqirru bihaa as-syaithaan”
[Sesungguhnya Allah telah mencatat [menentukan] ketentuan
(taqdir) dua rubu tahun sebelum menciptakan semua makhkluk-
Nya, Allah menurunkan darinya dua ayat yang dengan keduanya,
Allah mengakhiri surat Al-Baqarah, maka keduanya tidaklah di
baca di suatu rumah selama tiga malam sehingga syetan tinggal
di dalamnya].
f. Membaca awal surat Khaamiim Al-Mukmin [Ghafir], yaitu:
“Haamiim, tanzilul kitaabi minallahi al-‘Aziz Al-‘Aliim,
ghaafirizzanbi wa qaabilit taubi syadidil ‘iqaabi dzit thauul, laa
ilaaha illaa huwa ilaihil mashiir” [40:1-3] bersama Ayat Kursi
[2:255], ini berdasarkan Hadits Tirmidzi, dari Abdur Rahman bin
Abu Bakar, dari Ibnu Abi Mulaikah, dari Zuraarah bin Mush’ab,
dari Abi Salamah, dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah
saw bersabda: “Man qara’a Haamiim al-mukmin [ghaafir] ilaa
“ilaihil mashiir” wa ayatal kursi hiina yushbihu hafidza bihaa
hatta yumsii, waman qara’ahaa hiina yumsii hafidza bihaa hattaa
yushbihu” [Barangsiapa membaca Haamiim al-mukmin [ghafir]
sampai kalimat “ilaihil mashiir” dan ayat al-kursi ketika di pagi
hari, maka ia di jaga dengannya hingga sore hari, dan
barangsiapa membacanya di sore hari, maka ia di jaga
dengannya hingga pagi hari].
g. Membaca: “Laa ilaaha illaallahu wahdahuu laa syariika lah, lahul
mulku wa lahul hamdu, wahuwa ‘alaa kulli syai’in qadiir” seratus
kali, ini berdasarkan riwayat hadits di dalam kedua kitab sahih
[Bukhari dan Muslim], dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah
saw bersabda:
“Man qaala :[Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu,
mlahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai’in qadiir ]
mi’ata marrah, kaanat lahuu ‘idlu ‘asyri riqaab, wa kutibat lahu
mi’atu hasanah, wa muhiyat ‘anhu mi’atu sayyi’ah, wa kaanat
lahu hirzan minas syaithaan yaumahu hattaa yumsii, walam ya’ti
ahadun bi afdhala mimmaa jaa’a bihi illaa rajulun ‘amila akytsara
min dzalik”
Artinya: “Barangsiapa membaca [Laa ilaaha illallah…..] 100
kali, maka baginya sama dengan memerdekakan 10 budak, di
catat untuknya 100 kebaikan, di hapus darinya 100 kesalahan,
dan itun baginya menjadi pelindung dari godaan syrtan pada hari
itu hingga sore hari, dan tidak ada seorangpun yang dating
dengan lebih baik kecuali orang yang mengamalkan lebih
banyakn lagi dari jumlah ini”.
Ini adalah bentuk perlindungan yang sangat penting dan
banyak manfaatnya, mudah dan gampang bagi siapa saja yang
di mudahkan oleh Allah SWT.
h. Memperbanyak Zikir kepada Allah SWT, ini adalah benteng
perlindungan yang paling bermanfaat dan peling kuat, mkarena
tu Rasulullah saw seluruh waktunya penuh dengan zikir kepada
Allah SWT.
i. Berwudhu dan shalat, ini termasuk benteng perlindungan yang
kokoh dan kuat, terutama ketika marah dann syahwat sedang
kuat-kuatnya, karena keduanya merupakan api yang menyala di
hati manusia, sebagaimana sabda Nabi saw:
“Alaa innal ghadhaba jamratun fii qalbi ibni aadam, amaa
ra’aitum ilaa hamrati ‘ainaihi wantifaakhi audaajihi, faman
ahassa bisyai’in min dzalik falyulshiq bil ardhi”
Artinya: “Ingatlah bahwa amarah itu merupakan bara di hati
manusia, tahukah kamu pada merahnya kedua matanya, dan
besarnya urat lehernya, barangsiapa merasa demikian maka
hendaklah ia tempelkan dirinya ke tanah”.
Di dalam hadits yang lain Nabi saw bersabda: “Innas
syaithana khuliqa min naar, wa innamaa tuthfa’u an-naaru bil
maa’” [Sesungguhnya syetan itu di ciptakan dari api, dan
sesungguhynya api itu dapat di padamkan dengan air], oleh
karena itu berwudhu dan shalat dapat memadamkan api amarah
dan syahwat.
j. Memelihara dan mengendalikan empat hal yang menjadi
madakhil as-syaithan [pintu-pintu masuknya syetan], yaitu:
1. Fudhul an-nadzar [ Berlebihan dalam memandang].,
atau mengumbar pandangan, termasuk melihat
‘aurat wanita dan melihat gambar-gambar atau
film-film pornografi. Di dalam Hadits di katakana:
“An-Nadzratu sahmun min sihaami iblis, faman
ghaddha basharahu lillahi auratsahullahu
halaawatan yajiduhaa fii qalbihi ilaa yaumi
yalqaahu” [Pandangan mata adalah bagaikan anak
panah iblis yang ada racunnya, barangsiapa yang
mengenfdalikan pandangannya karena Allah, maka
Allah akan memberikan padanya perasaan manis
/nikmat yang akan ia dapatkan dalam hatinya
sampai hari ia bertemu dengan-Nya].
2. Fudhulul kalam [ Berlebihan dalamm berbicara],
banyak berbicara dann membicarakann’aib orang
lain, ngobrol tidak mengenal waktu. Betapa banya
persoalan terjadi karena salah berbicara. Nabi saw
bersabda: “Wa hal yukibbu an-naasa ‘alaa
manaakhirihim fi an-naar illaa hashaa’idu
alsinatihim” [Dan tidaklah yang membuat manusia
wajahnya terjungkal di neraka jahannam kecuali
karena buah lesannya].
3. Fudhul at-tha’aam [Berlebihan mengkonsumsi
makanan], terlalu kenyang dan bermalas-malasan
untuk beribadah. Di sebutkan di dalam riwayat:
“Dhayyiquu majaarii as-syaithan bi as-shaum”
[Persempitlah tempat berjalannya syetan dengan
berpuasa]. Kemudian Nabi saw bersabda: “Maa
mala’a aadamiyyun wi’aa’an syarran min bathnihi”
[Tidaklah manusia memenuhi tempatnya yang lebih
buruk daripada peruntnya].
4. Dan Fudhul mukhalathati an-naas [Berlebih dalam
mempergauli manusia] atau pergaulan bebas tanpa
mengenal batas dan arah.
Inilah 10 kiat untuk menjaga diri kita dari godaan-godaan
syetan, semoga kita semua mendapatkan poerlindungan Allah
SAW dari godaan dan gangguan syetan hingga akhir hayat kita
dalam keadaan khusnul khatimah. Amiin.

Anda mungkin juga menyukai