Anda di halaman 1dari 13

HukumTarbiyatun Nisa’(TN)

Bismillahirrahmanirahim

Fatwa Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajury -hafidzohulloh-


Seputar Hukum Tarbiyatun Nisa (TN). (*) Terdapat di
Negara kami Indonesia, Mahad yang didirikan
khusus untuk para wanita, dinamakan dengan
“Tarbiyatun Nisa” padanya diajarkan Al-Quran dan
Sunnah. Kami telah mengingkari mahad ini, dan
kami tidak melihat pada pengingkaran tersebut
kecuali kebaikan karena apa yang ada padanya dari
musykilah (masalah) dan penyelisihan syariat.
Adapun bentuk mahad tersebut adalah:

PERTANYAAN PERTAMA:

 Santriwati tersebut datang dengan walinya ke


Mahad itu. Dan kadang-kadang dari tempat jauh yang
berjarak safar dan jika telah sampai di mahad
tersebut walinya meninggalkannya sendirian di
mahad tersebut untuk menuntut ilmu bersama
teman-temannya selama (dua, tiga, empat tahun).
Dan telah diketahui bersama bahwasanya seorang
santriwati jika membutuhkan suatu kebutuhan, dia
keluar ke pasar yang kadang terletak jauh dari
mahad dan tanpa mahrom, dan yang lebih
(memprihatinkan) lagi dari hal ini jika santriwati itu
sakit dan terpaksa untuk pergi ke rumah sakit, dia
pergi ke sana tanpa mahrom , bagaimana pendapat
kalian tentang hal ini?

Jawaban:

 Ini adalah metode yang muhdats (dibuat-buat tanpa


landasan syar’i), tidak pernah ada di zaman-zaman
terbaik (salafus soleh), dan padanya terdapat hal-hal
yang menyelisihi syariah sebagaimana yang
disebutkan dalam pertanyaan, bahwasanya seorang
wanita bersamaan dengan lemahnya dia, jika dia
sakit dia membutuhkan orang yang membantunya,
dan jika dia keluar sendirian dalam keadaan sakit,
mau tidak mau dia butuh bermuamalah
(berhubungan) yang bisa menyebabkannya terjatuh
pada campur baur dengan laki-laki (yang bukan
mahrom), dan minta pertolongan kepada mereka
dalam proses pengobatannya, dan demikian pula jika
butuh untuk membeli keperluannya yang
mengharuskan dia untuk keluar dan bercampur baur
(berhubungan) dengan laki-laki dan dalam keadaan
ini keadaannya tidak terjaga.

Sedangkan Allah Ta’ala berfirman dalam kitabNya:

 }33:‫ﺎﻫﻠِﻴ ِﺔ ْاﻻوﻟَﻰ } ]اﻷﺣﺰاب‬


ِ ‫]و َﻗ ْﺮنَ ﻓِ ﻲ ﺑ ُُﻴﻮ ِﺗﻜُﻦ َو َﻻ َﺗ َﺒﺮ ْﺟ َﻦ َﺗ َﺒﺮ َج ْاﻟ َﺠ‬
َ

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan


janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah yang dahulu.”
Dan Allah Ta’ala berfirman :

 }6:‫ﻳﻦ َآ َﻣﻨُﻮا ُﻗﻮا ا ْﻧ ُﻔ َﺴﻜُ ْﻢ َواﻫْ ﻠِﻴﻜُ ْﻢ َﻧﺎ ًرا} ]اﻟﺘﺤﺮﻳﻢ‬


َ ِ‫]ﻳَ ﺎ اﻳﻬَ ﺎ اﻟﺬ‬

“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka.”

Dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam


bersabda:

 ((‫اع َو َﻣ ْﺴ ُﺆ ْو ٌل ﻋَ ْﻦ َر ِﻋﻴﺘِ ِﻪ‬


ٍ ‫))ﻛُﻠﻜُ ْﻢ َر‬

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya


pertanggung jawabannya.”(Muttafaqun alaihi)

Dan hadits:

 ((‫اﻋﻴ ٌﺔ ﻓِ ْﻲ ﺑ َْﻴﺘِ ﻬَ ﺎ َو َﻣ ْﺴ ُﺆوﻟَ ٌﺔ ﻋَ ْﻦ‬ َ ‫اع َو َﻣ ْﺴ ُﺆ ْو ٌل ﻋَ ْﻦ َر ِﻋﻴﺘِ ِﻪ َو‬


ِ ‫اﻟﻤ ْﺮا ُة َر‬ ُ
ٍ ‫اﻟﺮ ُﺟﻞ َر‬
‫)) َر ِﻋﻴﺘِ ﻬَ ﺎ‬

“Seorang lelaki adalah pemimpin dan akan ditanya


dari apa yang dia pimpin (pertanggung jawabannya),
dan seorang wanita adalah pemimpin dan akan
ditanya pertanggung jawabannya.”(HR. Bukhory dan
Muslim) Maka dalam hal ini timbullah kebebasan
seorang wanita dari pemimpinan (penjagaan)
rumahnya, jika dia telah berkeluarga (menikah),
kalau dia belum menikah, maka dia telah lepas dari
penjagaan (tanggungan) walinya ketika itu.

Padahal Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam telah


bersabda:

َ ‫َﺐ ﻟ ُِﻠﺐ اﻟﺮ ُﺟ ِﻞ‬


 ((‫اﻟﺤﺎِ ِزم ِﻣ ْﻦ ا ْﺣﺪَ اﻛُﻦ‬ َ ‫ﺎت ﻋَ ْﻘ ٍﻞ َودِ ﻳْ ٍﻦ ا ْذﻫ‬
ِ ‫))ﻣﺎ َراﻳْ ُﺖ ِﻣ ْﻦ َﻧﺎﻗِ َﺼ‬
َ

“Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan


agamanya, yang mampu mempengaruhi orang yang
berakal dan teguh pendiriannya dari salah seorang
dari kalian (para wanita).” (HR. Bukhory dan Muslim)

Dan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda

((‫ﻤﺮاةِ ﻓِ ْﻲ ُﺣ ْﺠ َﺮ ِﺗﻬَ ﺎ ا ْﻓ َﻀ ُﻞ ِﻣ ْﻦ َﺻ َﻼ ِﺗﻬَ ﺎ ﻓِ ْﻲ ﺑ َْﻴﺘِ ﻬَ ﺎ (( اﻟﺤﺪﻳﺚ‬


ْ َ‫َﺻ َﻼ ُة اﻟ‬

“Sholatnya salah seorang wanita di dalam kamarnya


itu lebih utama (afdhol) dari sholatnya di dalam
rumahnya.”(HR. Abu Daud)

Yaitu: semakin tertutupnya (tersembunyinya) tempat


seorang perempuan maka semakin afdhol (utama)
baginya.
Oleh karena itu penjagaan adalah perkara yang
dituntut dan harus dilakukan. Adapun penjagaan –
dalam keadaan yang seperti ini- adalah penjagaan
yang lemah, yang tidak diridhoi oleh Allah.

Dan berdasarkan hal ini, maka apa yang difatwakan


oleh Syaikh Al-Albany yang telah kami nukilkan dan
apa yang disebarkan pada risalah yang ditulis oleh
anak perempuan Syaikh Al-Albany, dan
menambahkan di dalamnya fatwa Allamah Al-
Fauzan, menyebutkan fatwa kami juga, perkataan
ayahnya, dan perkataan penulis yang bernama Al-
Hajjy, menunjukkan bahwa perkara ini telah
diremehkan oleh kebanyakan orang.

Pada asalnya menurut salafus sholeh, seorang wanita


itu dijaga, diajari, dan dilindungi oleh walinya. Dan di
Shohihain bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam berkata kepada seorang Shohabat ‫ط‬:

 ((‫آن‬ ُ ‫)) َزو ْﺟﺘُ ﻜَﻬَ ﺎ ِﺑ َﻤﺎ َﻣﻌَ َﻚ ِﻣ ْﻦ‬


ِ ‫اﻟﻘ ْﺮ‬

 “Aku menikahkanmu
dengannya, dengan apa yang ada padamu dari Al-
Quran.” (HR. Bukhory dan Muslim)

Kemudian juga pada asalnya laki-laki yang mengurus


dan menjaga perempuan, dan mengajari mereka dari
balik hijab (tabir), sebagaimana yang dilakukan oleh
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tatkala mereka
(para sohabiyyat) mengatakan kepada beliau:

 )) ‫ﻳﺎ رﺳﻮل ا‬

‫)اﻟﺤﺪﻳﺚ‬.((…‫)ذﻫﺐ اﻟﺮﺟﺎل ﺑﻚ ﻓﺎﺟﻌﻞ ﻟﻨﺎ ﻳﻮﻣﺎ‬

” Ya Rosululloh ‫ج‬para lelaki telah pergi kepadamu


(engkau mengajari mereka terus), maka
luangkanlahuntuk kami suatu hari untuk enkau
mengajari kami….”(al-hadits) (HR. Bukhory dan
Muslim).

Dan demikian juga yang terjadi pada orang-orang


terdahulu (salafus soleh) adapun metode (cara) yang
telah disebutkan ini, tidak didukung atasnya.

PERTANYAAN KEDUA:

Mereka tinggal di tempat yang dinamakan asrama


wanita dan hal ini menyebabkan fitnah, karena
beberapa sebab di antaranya:

A.      Telah terjadi pada suatu hari, seorang laki-laki


masuk ke asrama tersebut dan kami tidak
mengetahui apa yang dia inginkan, mencuri atau apa,
dan tidak ada di asrama itu seorang laki-lakipun
(wali mereka) yang ada hanyalah perempuan saja.
B.      Sebagian mereka merasa memperoleh
kebebasan penuh dikarenakan jauhnya mereka dari
keluarga mereka, yang merupakan sebab kami
terkadang mendengar berita buruk dari mereka dari
waktu ke waktu.(·)

PERTANYAAN KETIGA:

Menyebabkan mereka terfitnah dengan pengajar


mereka, terutamajika mudarris mereka (pengajar)
masih membujang atau sebaliknya, karena seringnya
pengajar itu keluar masuk mengajar mereka. Dan hal
ini nampak ketika jam pelajaran, dari beberapa
perkara berikut ini yang terjadi di saat belajar
mengajar:

a-Absen (dengan menyebutkan nama mereka satu


persatu), Syaikhmengomentari:”Yaitu: di mana
Fulanah dan ke mana perginya Fulanah?” 

b-Percakapan antara mudarris dengan santriwati


dalam pelajaran bahasa Arab (tanya jawab) dengan
mengangkat suara. c-Mudarris mendengarkan
bacaan Al-Quran para santriwati (tasmi).

Jawaban:

 Ini adalah fitnah.


Allah ‫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬berfirman:
 } 53:‫ﺎب} ]اﻷﺣﺰاب‬ ِ ‫ﺎﺳﺎ ُﻟﻮﻫُ ﻦ ِﻣ ْﻦ َو َر‬
ٍ ‫اء ِﺣ َﺠ‬ ْ ‫]وا َذا َﺳﺎ ْﻟﺘُ ﻤُ ﻮﻫُ ﻦ َﻣﺘَ ﺎﻋً ﺎ َﻓ‬
َ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada


mereka (istri-istri Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam),
maka mintalah dari balik tabir.”

Dan bersabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam

 (( ِ ‫ﻮل ا‬ َ ‫ ﻳَ ﺎ َر ُﺳ‬:‫ﺎل َر ُﺟ ٌﻞ ِﻣ َﻦ اﻻ ْﻧ َﺼﺎر‬ َ ‫ﺎء َﻓ َﻘ‬


ِ ‫ﻮل ﻋَ ﻠَﻰ اﻟﻨ َﺴ‬
َ ‫اﻳﺎﻛُ ْﻢ َواﻟﺪ ُﺧ‬
ِ
‫ ْاﻟ َﺤ ْﻤﻮُ ْاﻟ َﻤﻮْ ُت‬:‫ﺎل‬
َ ‫ َﻗ‬. َ‫ﺖ ْاﻟ َﺤ ْﻤﻮ‬
َ ْ‫))ا َﻓ َﺮاﻳ‬

 ”Takutlah kalian untuk masuk kepada wanita” lalu


bertanya salah seorang dari Anshor: “Wahai
Rosulullah, bagaimana dengan al-hamwu (ipar)?”
Beliau menjawab: ” al-hamwu (ipar) adalah
maut.”(HR. Bukhory dan Muslim)

Ini adalah penyelisihan yang tidak sedikit yang


merupakan pengantar fitnah. Hendaknya dia tinggal
di rumahnya, mempelajari apa yang dimudahkan
oleh Allah untuk dia pelajari, lebih baik baginya
daripada keadaan yang seperti ini. dan wajib baginya
menjauhi hal itu. Karena hadits:

(( َ‫ َوا َذا َﻓ َﺴﺪَ ْت َﻓ َﺴﺪ‬، ُ‫اﻻَ َوان ﻓِ ﻰ ْاﻟ َﺠ َﺴﺪِ ﻣُ ْﻀ َﻐ ًﺔ ا َذا َﺻﻠَ َﺤ ْﺖ َﺻﻠَ َﺢ ْاﻟ َﺠ َﺴﺪُ ﻛُﻠﻪ‬
‫ اﻻَ َو ِﻫ َﻲ ْاﻟ َﻘ ْﻠﺐ‬. ُ‫))اﻟ َﺠ َﺴﺪُ ﻛُﻠﻪ‬.
ْ
”Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad ada
segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik
maka baiklah seluruh jasad, dan apabila segumpal
daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasad, dan
ketahuilah bahwa gumpalan daging itu adalah hati.”
(HR. Bukhory dan Muslim)

PERTANYAAN KEEMPAT:

Dan juga telah terjadi, bahwasanya sebagian mereka


kerasukan jin, dan yang meruqyahnya adalah
mudarris, jika mudarris tidak menghafal Al-Quran,
dipanggil selainnya dari santri yang hafal Al-Quran,
dan hal ini sering terjadi.

Jawaban:

 –‫وﻧﻌﻢ اﻟﻮﻛﻴﻞ‬ ‫–ﺣﺴﺒﻨﺎ ا‬

telah lewat penyebutan dalil-dalil mengenai


bahayanya perbuatan itu. Maka seorang pengajar
dalam hal ini menawarkan dirinya kepada fitnah,
demikian juga santriwati tersebut menawarkan
(menghadapkan) diri kepada fitnah dan lain
sebagainya yang terkandung di dalam kerusakan ini.

PERTANYAAN KELIMA:
Juga yang merupakan sebab fitnah, bahwasanya
barangsiapa yang hendak melamar salah seorang
dari mereka datang secara langsung melihatnya
(nadzor) tanpa mahrom. Dengan alasan jika walinya
datang dari tempat yang jauh sedangkan salah
seorang di antara keduanya menolak setelah nadzor
(tidak ada kecocokan), hal ini memberatkan wali
santriwati tersebut untuk kembali ke kampungnya
yang jauh dan dia akan merasa bahwa
kedatangannya sia-sia tidak ada gunanya. Karena itu
walinya tidak datang kecuali setelah selesai nadzor
dan adanya dari kedua belah pihak kesepakatan.

PERTANYAAN KEENAM:

Kadang-kadang terjadi Ikhtilat (campur baur) antara


santri dan santriwati, karena jalan untuk keluar
masuk cuma satu.

PERTANYAAN KETUJUH:

Dan yang lebih jelek lagi dari hal ini bahwasanya


santriwati mencuci pakaian mudarris, serta
memasakkan makanan untuknya, sekalipun
mudarris itu telah berkeluarga.

Jawaban:

Mudarris ini jika dia salafy, maka dia dengan


perbuatan ini jahil (bodoh), ini bukanlah prilaku
orang yang memahami dawah salafiyyah dan
menyeru (berdawah) kepadanya dengan dawah yang
benar. Wallohul mustaan.

PERTANYAAN KEDELAPAN:

Dan sebagai tambahan dari apa yang telah lewat.


Bahwasanya barangsiapa yang hendak menuntut
ilmu di mahad ini, diharuskan membayar sejumlah
uang. Ya Syaikh apakah engkau menasehatkan untuk
tetap tinggal di tempat (mahad) ini, bersamaan
dengan fitnah yang ada di dalamnya? Dan bagaimana
cara mengajari para wanita di zaman dulu (salafus
soleh)?

–‫ﻓﻴﻜﻢ‬ ‫ﺑﺎرك ا‬.-

Jawaban:

Kami telah memberi isyarat kepada bagaimana cara


mengajari mereka di zaman salafus sholeh dan kami
tidak menasehatkan kepada para wanita untuk
tinggal di mahad-mahad ini, karena terdapatnya
banyak fitnah dan sebab-sebabnya. – ‫–واﻟﺤﻤﺪ‬

TAMBAHAN DARI PENERJEMAH:

Tidak diragukan lagi bahwa kebanyakan kita (para


wanita) telah terjerumus (karena tidak tahu, lupa,
atau selainnya) ke dalam beberapa hal ini (point-
point yang telah disebutkan di atas) termasuk saya
sendiri. Oleh karena itu saya mempersembahkan
terjemahan ini kepada saudari-saudari saya
salafiyyat di Indonesia, sebagai bentuk nasehat
kepada diri saya pribadi dan kalian, sekaligus sebagai
bentuk taubat saya dari apa-apa yang saya terjatuh
padanya terutama di Indonesia ataupun di sini
Yaman).

(‫[ { َرﺑﻨَﺎ َﻻ‬31/‫َو ُﺗﻮﺑُﻮا اﻟَﻰ ا ِ َﺟ ِﻤﻴﻌً ﺎ اﻳﻬَ ﺎ ْاﻟﻤُ ْﺆ ِﻣ ُﻨﻮنَ ﻟَﻌَ ﻠﻜُ ْﻢ ُﺗ ْﻔﻠ ُِﺤﻮن} ]اﻟﻨﻮر‬
‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﺤﺪﻳﺚ‬ ‫[ ﻗﺎل ا‬286/‫اﺧ ْﺬ َﻧﺎ انْ َﻧ ِﺴﻴﻨَﺎ ا ْو ا ْﺧ َﻄﺎ َﻧﺎ} ]اﻟﺒﻘﺮة‬
ِ ‫ُﺗ َﺆ‬
َ ‫ﺎر َوا َﻧﺎ ا ْﻏﻔِ ﺮُ اﻟﺬ ُﻧ‬
‫ﻮب َﺟ ِﻤﻴﻌً ﺎ‬ ِ َ‫ ﻳَ ﺎ ِﻋ َﺒﺎدِ ى اﻧﻜُ ْﻢ ُﺗ ْﺨ ِﻄ ُﺌﻮنَ ِﺑﺎﻟﻠ ْﻴ ِﻞ َواﻟﻨﻬ‬:‫اﻟﻘﺪﺳﻲ‬
‫ أﺳﺘﻐﻔﺮ ا وأﺗﻮب إﻟﻴﻪ‬.‫ﺎﺳﺘَ ْﻐﻔِ ﺮُ وﻧِﻰ ا ْﻏﻔِ ْﺮ ﻟَﻜُﻢ‬ ْ ‫ﻓ‬.َ

‫وﺑﺤﻤﺪك أﺷﻬﺪ أن ﻻ إﻟﻪ إﻻ أﻧﺖ أﺳﺘﻐﻔﺮك وأﺗﻮب إﻟﻴﻚ واﻟﺤﻤﺪ‬ ‫ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ ا‬


‫رب‬

‫اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ‬

Dikoreksi
oleh: Abu Turob Saif bin Hadhor Al-Jawy

Diterjemahkan
oleh: Ummu Abdirrahman binti Muhammad Amin Al-
Bugishiyah Al-Makassariyah.

Markiz
Induk Darul Hadits Dammaj Yaman 20 Muharrom
1430

Anda mungkin juga menyukai