Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muh.

Hasyim L Malik
NIM : 30300108011
Judul : Sunnah Sepuluh Fitrah

Sunnah Sepuluh Fitrah


Pengertian Sunnah Fitrah

Sunnah Fitrah adalah suatu tradisi yang apabila dilakukan akan menjadikan pelakunya
sesuai dengan tabi’at yang telah Allah tetapkan bagi para hambanya, yang telah dihimpun bagi
mereka, Allah menimbulkan rasa cinta (mahabbah) terhadap hal-hal tadi di antara mereka,  dan
jika hal-hal tersebut dipenuhi akan menjadikan mereka memiliki sifat yang sempurna dan
penampilan yang bagus.

Hal ini merupakan sunnah para Nabi terdahulu dan telah disepakati oleh syari’at-syari’at
terdahulu. Maka seakan-akan hal ini menjadi perkara yang jibiliyyah (manusiawi) yang telah
menjadi tabi’at bagi mereka.1

Faedah Mengerjakan Sunnah Fitrah

Berdasarkan hasil penelitian pada Al Qur’an dan As Sunnah, diketahui bahwa perkara ini
akan mendatangkan maslahat bagi agama dan kehidupan seseorang, di antaranya adalah akan
memperindah diri dan membersihkan badan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.2

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, bahwa sunnah fitrah ini akan mendatangkan faedah
diniyyah dan duniawiyyah, di antaranya, akan memperindah penampilan, membersihkan badan,
menjaga kesucian, menyelisihi simbol orang kafir, dan melaksanakan perintah syari’at.3

Dalil Sunnah Fitrah

Sebagian dari sunnah fitrah ini dapat dilihat dari hadits-hadits berikut ini:

Pertama : Hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ُ‫ار َو َغ ْس ُل ْالبَ َرا ِج ِم َونَ ْتف‬ ْ َ ‫ق ْال َما ِء َوقَصُّ اأْل‬


ِ َ ‫ظف‬ ُ ‫ك َوا ْستِ ْن َشا‬ ُ ‫ب َوإِ ْعفَا ُء اللِّحْ يَ ِة َوالس َِّوا‬ ِ ‫ط َر ِة قَصُّ ال َّش‬
ِ ‫ار‬ ْ ِ‫َع ْش ٌر ِم ْن ْالف‬
َ ‫ضة‬ َ ‫اش َرةَ إِاَّل أَ ْن تَ ُكونَ ْال َمضْ َم‬ِ ‫يت ْال َع‬
ُ ‫ال ُمصْ َعبٌ َون َِس‬ َ َ‫ق ْال َعانَ ِة َوا ْنتِقَاصُ ْال َما ِء ق‬
َ َ‫ال َز َك ِريَّا ُء ق‬ ُ ‫اإْل ِ بِ ِط َو َح ْل‬

‫زاد قتيبة قال وكيع انتقاص الماء يعني االستنجاء‬


1
Lihat Shohih Fiqhis Sunnah, I/97
2
Ibid,
3
Lihat Taisirul ‘Alam, 43
] ‫[ ش ( البراجم ) جمع برجمة وهي عقد األصابع ومفاصلها كلها‬

“Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq
(menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu
ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” Zakaria berkata bahwa Mu’shob
berkata, “Aku lupa yang kesepuluh, aku merasa yang kesepuluh adalah berkumur.” (HR.
Muslim no.261, Abu Daud no. 52, At Tirmidzi no. 2906, An Nasai 8/152, Ibnu Majah no. 293)

Meskipun dalam hadits di atas disebutkan sepuluh hal, namun sunnah fitrah tidaklah
terbatas pada kesepuluh perkara di atas berdasarkan kaedah “Mahfumul ‘adad laysa bil hujjah”
yaitu pemahaman terhadap jumlah bilangan tidaklah bisa menjadi hujjah (argumen). Di antara
sunnah fitrah tersebut adalah:

1. Khitan
2. Istinja’ (cebok) dengan air
3. Bersiwak
4. Memotong kuku
5. Memotong kumis
6. Memelihara jenggot
7. Memotong bulu kemaluan
8. Mencabut bulu ketiak
9. Membasuh persendian (barojim) yaitu tempat melekatnya kotoran seperti sela-sela jari,
ketiak, telinga, dll.
10. Berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung), juga termasuk
istintsar (mengeluarkan air dari dalam hidung)

Kedua : Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ِ َ‫ار َونَ ْتفُ اآْل ب‬


‫اط‬ ْ َ ‫ب َوتَ ْقلِي ُم اأْل‬
ِ َ ‫ظف‬ ِ ‫ار‬ ْ ِ‫ْالف‬
ِ ‫ط َرةُ خَ ْمسٌ ْال ِختَانُ َوااِل ْستِحْ دَا ُد َوقَصُّ ال َّش‬
“Ada lima macam fitrah , yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong
kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no. 258)

Shahih riwayat al-Bukhary pada kitab al-Libas bab Qashshu al-Syarib

Sanad dan Cara Penyampaian Hadits:

Abu Hurairah (Abdurrahman Bin Sakhar)


(`An’anah)
Said lbn Musayyib
(‘An’anah wa Tahdits)
Muhammad Ibn Muslim
(Tahdits)
Sufyan Ibn Uyainah
(Tahdits)
Ali Ibn Abdullah
(Tahdits)

PENJELASAN SUNNAH-SUNNAH FITRAH

1. Khitan

Fitrah kesucian ini merupakan bimbingan Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam. Disebutkan dalam
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa orang yang pertama kali menjamu tamu adalah
Ibrahim dan beliaulah orang yang pertama kali melakukan khitan ketika berusia 80 tahun. 4

Para ulama berbeda pandangan tentang hukum khitan bagi pria dan wanita :

 pendapat pertama : wajib bagi pria dan wanita.


 pendapat kedua : sunnah bagi pria dan wanita.
 pendapat ketiga : wajib bagi pria dan sunnah bagi wanita.5

Terlepas mana diantara 3 pendapat di atas yang lebih benar, nampak jelas sekali bahwa khitan itu
merupakan hal yang disyariatkan dalam Islam baik bagi pria maupun wanita.

Berdasarkan hadits yang kita sebutkan di awal materi ini. Tidak sepantasnya kaum muslimin
untuk meninggalkannya lebih-lebih mengingkarinya.

Di dalam salah satu fatwanya, Lajnah Da’imah (Komite Tetap Fatwa Arab Saudi) menyebutkan
bahwa pelaksanaan khitan bagi seseorang tidak disebutkan dalam ketentuan syariat – sebatas
pengetahuan mereka – tentang batasan usianya.

Namun bila khitan dilakukan ketika berusia dini maka itu lebih utama dan lebih mudah.6

2. Mencukur Bulu Kemaluan (Istihdaad)


4
Lihat Ash Shahihah 725
5
Lihat Asy Syarhul Mumti’ 1/164
6
Lihat Ahkaam Wa Fatawaal Mar’ah Muslimah hal 105-106
Yang dimaksud dengan bulu kemaluan di sini adalah bulu yang tumbuh di sekitar
kemaluan. Dinamakan istihdad (asal katanya dari hadiid yaitu besi-pen) karena hal ini dilakukan
dengan sesuatu yang tajam seperti pisau cukur. Dengan melakukan hal ini, tubuh akan menjadi
bersih dan indah. Dan boleh mencukurnya dengan alat apa saja, baik berupa alat cukur atau
sejenisnya. (Al Mulakhos Al Fiqh, I/37). Bisa pula dilakukan dengan memotong/menggunting,
mencukur habis, atau dengan mencabutnya.7

Al Imam An Nawawi rahimahullah menyebutkan bahwa mencukur bulu kemaluan itu


hukumnya sunnah8. Beliau juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kemaluan disini
mencakup kemaluan bagian depan maupun kemaluan bagian belakang (dubur).

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menukilkan ucapan Al Imam Abu Bakr Ibnul Arabi
bahwa mencukur bulu kemaluan itu lebih pantas daripada mencabut bulu ketiak karena bulu
kemaluan itu tumbuh lebat dan menggumpal dengan kotoran, berbeda dengan bulu ketiak.9

3. Memotong Kumis Dan Merapikannya

Memotong kumis hukumnya wajib karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


menyatakan bahwa membiarkan kumis panjang merupa-kan kebiasaan orang-orang Majusi.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan (artinya):
“Diantara fitrah Islam adalah mandi di hari Jum’at, bersiwak, memotong kumis dan
memanjangkan jenggot. Sesungguhnya orang-orang Majusi memanjangkan kumis mereka dan
mencukur jenggot mereka. Berbedalah kalian dengan mereka dengan memotong kumis dan
memanjangkan jenggot.” 10.

Adapun yang dipotong adalah kumis yang melebihi bibir dan bukan memotong habis. 11
Disunnahkan untuk memotong kumis dimulai dari bagian kanan.12

Yaitu dengan memotongnya sependek mungkin. Dengan melakukan hal ini, akan terlihat
indah, rapi, dan bersih. Dan ini juga dilakukan sebagai pembeda dengan orang kafir.13

Hadits-hadits tentang hal ini terdapat dalam pembahasan ‘memelihara jenggot’ pada bagian
selanjutnya.

4. Memotong Kuku

7
Lihat Al Wajiz fii Fiiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziz, 29 dan Fiqh Sunnah, 1/37
8
Lihat Syarh Muslim tentang hadits 257
9
Lihat Fathul Bari tentang hadits 5889
10
Ash Shahihah 3123 dengan sanad jayyid
11
Lihat Syarh Muslim tentang hadits 257
12
Ibid,
13
Lihat Al Mulakhos Al Fiqh, 37
Yaitu dengan memotongnya dan tidak membiarkannya memanjang. Hal ini juga
dilakukan dengan membersihkan kotoran yang terdapat di bawah kuku. Dengan melakukan hal
ini akan terlihat indah dan bersih, dan untuk menjauhi kemiripan (tasyabbuh) dengan binatang
buas yang memiliki kuku yang panjang.14

5. Mencabut Bulu Ketiak

Yaitu, menghilangkan bulu-bulu yang tumbuh di lipatan ketiak. Baik dilakukan dengan
cara dicabut, digunting, dan lain-lain. Dengan melakukan hal ini tubuh akan menjadi bersih dan
akan menghilangkan bau yang tidak enak yang disebabkan oleh keberadaan kotoran-kotoran
yang melekat pada ketiak.15

Al Hafizh Ibnu Mulaqqin rahimahullah menyatakan bahwa mencabut bulu ketiak


hukumnya sunnah menurut kesepakatan para ulama.16 Yang disyariatkan dalam hal ini adalah
mencabut bukan memotong atau mencukur namun bila terasa sulit atau sakit maka tidak
mengapa dengan mencukur.17 Disunnahkan untuk memulai ketiak sebelah kanan ketika
melakukan fitrah ini.18

Keempat sunnah fitrah ini tidak dibatasi dengan waktu tertentu, tetapi batasan waktunya
adalah sesuai kebutuhan. Kapan saja dibutuhkan, itulah waktu untuk
membersihkan/memotongnya.

Tetapi sebaiknya hal ini tidak dibiarkan lebih dari 40 hari, karena terdapat hadits dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu :

ً‫ق ْال َعانَ ِة أَ ْن اَل نَ ْترُكَ أَ ْكثَ َر ِم ْن أَرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬


ِ ‫ف اإْل ِ بِ ِط َو َح ْل‬
ِ ‫ار َونَ ْت‬ ْ َ ‫ب َوتَ ْقلِ ِيم اأْل‬
ِ َ ‫ظف‬ ِ ‫ُوقِّتَ لَنَا فِي قَصِّ ال َّش‬
ِ ‫ار‬

“Kami diberi batasan waktu oleh Rasulullah untuk mencukur kumis, memotong kuku, mencabut
bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan, tidak dibiarkan lebih dari 40 hari.” (HR. Muslim dan
selainnya).19

Diriwayatkan Al Imam Bukhari (5889) dan Al Imam Muslim (257) dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda(artinya): “Fitrah kesucian itu ada 5: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong
kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak.”

14
Lihat SyarhRiyadush Shalihin 3/275
15
Lihat Al Mulakhos Al Fiqh, 38
16
Lihat Al I’laam bi Fawa’idi Umdatil Ahkam 1/718
17
Lihat Syarhul Bukhari tentang hadits 6300 dengan sedikit perubahan
18
Lihat Al I’laam bi Fawa’idi Umdatil Ahkam 1/719
19
Lihat Shohih Fiqh Sunnah, I/101
Penyebutan lima hal di atas bukanlah sebagai batasan sebab terdapat pada riwayat yang lain
bahwa 5 hal tersebut merupakan beberapa contoh dari fitrah-fitrah kesucian yang ada.20

Bahkan di dalam Shahih Muslim (261) disebutkan ada sepuluh fitrah kesucian. Nampaknya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut lafazh-lafazh yang berbeda karena disesuaikan
dengan keadaan orang yang diajak bicara di saat itu. Wallahu a’lam.

6. Siwak

Siwak adalah istilah yang dipakai untuk membersihkan gigi dengan alat pembersih,
dalam serapan bahasa indonesianya kita sebut siwak atau sikat gigi, dalam kesehariannya hal ini
baik dalam kesehatan. Sebagaimana hadis nabi:

َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ أَ َّن َرس‬


‫ُول‬ ِ ‫ج ع َْن أَبِي ه َُر ْي َرةَ َر‬ ِ ‫ك ع َْن أَبِي ال ِّزنَا ِد ع َْن اأْل َ ْع َر‬
ٌ ِ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يُوسُفَ قَا َل أَ ْخبَ َرنَا َمال‬
‫صاَل ٍة (اخرجه‬ َ ِّ‫اك َم َع ُكل‬ ِ َّ‫ق َعلَى أُ َّمتِي أَوْ َعلَى الن‬
ِ ‫اس أَل َ َمرْ تُهُ ْم بِالس َِّو‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل لَوْ اَل أَ ْن أَ ُش‬
َ ِ ‫هَّللا‬
)‫البخاري فى كتاب السواك‬

Artinya

Abdurrahman Ibn Shakhar (Abu Hurairah) Ra, Bahwa Rasulullah SAW. bersabda “Seandainya
tidak menyulitkan hagi umatku dan orang-orang niscaya aku perintahkan mereka bersiawak pada
setiap sholat (HR. Bukhary pada Kitab Siwak)21

7. Istinja’

Istinja adalah membersihkan apa-apa yang telah keluar dari suatu jalan (di antara dua
jalan : qubul atau dubur) dengan menggunakan air atau dengan batu atau yang sejenisnya (benda
yang bersih dan suci ). Adapun hukumnya adalah wajib berdasarkan sebuah hadits dari Aisyah
Radhiyallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Apabila salah seorang di antara kamu pergi ke tempat buang hajat besar, maka
bersihkanlah dengan menggunakan tiga batu karena sesungguhnya dengan tiga batu itu bisa
membersihkannya” [Hadits Riwayat Ahmad VI/108, Nasa’i no. 44, dan Abu Dawud no 40. Dan
asal perintah menggunakan tiga batu ada dalam riwayat Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud
Radhiyallahu ‘anhu hadits no. 155]

Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu dia berkata.

20
Lihat Shahih Al Bukhari 5889 dan Shahih Muslim 257
21
Shahih riwayat al-Bukhary pada kitab al¬-Siwak bab al-Siwak yaum al-Juma`at
“Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke tempat buang hajat lalu
saya dan seorang pemuda sebaya saya membawakan satu bejana dari air dan satu tombak kecil
lalu beliau beristinja (bersuci) dengan air itu” [Hadits Shahih Riwayat Bukhari no. 151 dan
Muslim no. 271]

Hukum Istinsyak dan Madhmadhah.

Menuru Maliki, Syafi’I dan Hanafi dua perbuatan ini berhukum sunnah

Sedangkan menurut Abu Dawud dan Ibn Abu Lail kedua hal ini berhukum wajib

Dan menurut Abu Tsaur dan Abu Ubaidah Istinsyak berhukum wajib sedangkan madmadhah
berhukum sunnah karena Rasulullah SAW berkata:

‫إذا توضّأ أحدكم فاليجعل في أنفسه ماء ث ّم الينثر‬

Artinya: Jika salah seorang diantara kamu berwudhu maka masukkanlah air di dalam hidungmu
lalu keluarkan.

Mereka memahami bahwa istinsyak hanyalah merupakan contoh dari Rasul sedangkan
madmagha adalah contoh sekaligus perintah berdasarkan dalil di atas.

Kesimpulan

Hadis yang telah dibahas diatas mengandung fungsi sebagai perisai aplikatif yang mesti
dijalankan oleh kaum muslim yang kesehariannya hidup dalam lingkungan sehat, ditinjau dari
segi kesehatan dan fiqh, maka sunnah fitrah yang disabdakan nabi tersebut menjadi acuan ilmu
kesehatan dan beberapa kitab fiqh. Sebagaimana penjabaran dalam makalah ini dapat
disimpulkan bahwa :

1. Hendaknya mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, kuku dan mencabut bulu ketiak
ketika telah terlihat panjang. Inilah yang dimaksud dari hukum melakukan hal-hal tersebut
adalah sunnah kecuali memotong kumis yang bila telah memanjang melebihi bibir maka wajib
untuk segera dipotong.

2. Dilarang membiarkan bulu kemaluan, kumis, kuku dan bulu ketiak memanjang melebihi 40
hari semenjak terakhir kali melakukan fitrah yang 4 tersebut.
Hal ini berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, maka “Kami diberi waktu oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dalam memotong kumis, kuku, mencabut bulu ketiak
dan mencukur bulu kemaluan untuk tidak membiarkannya memanjangkan melebihi 40 malam “
(Muslim 258)

Dari dua faedah di atas bisa kita pahami bahwa mencukur bulu kemaluan, memotong kuku dan
mencabut bulu ketiak bila telah memanjang sebelum 40 hari maka hukumnya sunnah. Namun
bila telah mencapai 40 hari hukumnya menjadi wajib. Wallahu a’lam.

Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyebutkan atas dasar larangan membiarkan bulu
kemaluan, kumis, kuku dan bulu ketiak memanjang melebihi 40 hari maka sebaiknya bagi
seseorang untuk mengatur jadwal misalnya setiap Jum’at pekan pertama dia melaku-kan fitrah
tersebut sehingga tidak lupa. Sebab waktu itu berjalan cepat. Bisa jadi telah berlalu 40 hari atau
50 hari ternyata dia tidak merasa.22

3. Dilarang melakukan 5 (khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku
dan mencabut bulu ketiak ) fitrah (khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis,
memotong kuku dan mencabut bulu ketiak ) bagi seseorang yang akan berkurban bila telah
memasuki 10 hari awal di bulan Dzulhijah. Hal ini berdasar hadits Ummu Salamah radhiyallahu
‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya):
“Bila telah masuk 10 hari (awal bulan Dzulhijah) dan salah seorang diantara kalian ingin
berkurban maka janganlah mengambil bulu/rambut dan kulitnya sedikitpun.”

Di dalam riwayat lain: “Dan janganlah mengambil kukunya” (Muslim 1977)

22
Lihat Syahul Bukhari tentang hadits 6297

Anda mungkin juga menyukai