Abstract
Seiring dengan pertambahan usia, muncul beberapa tuntutan etika dan norma dalam
menjalani kehidupan. Salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam literatur hadits
adalah larangan mencabut uban. Hadits-hadits yang melarang tindakan ini
memberikan pandangan unik terhadap proses penuaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi hadits-hadits tersebut, mengungkap konteks serta nilai-nilai keadilan
dan rasa hormat yang terkandung dalam larangan mencabut uban dalam tradisi Islam.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menggunakan pendekatan Library
Research, untuk mengumpulkan, mengkaji, dan menganalisis suatu konsep utuh,
mengenai hadits larangan mencabut uban. Temuan penelitian menunjukkan bahwa :
uban dapat menjadi cahaya bagi orang-orang yang beriman.
Kata Kunci: Uban; Hadits; Larangan.
INTRODUCTION/PENDAHULUAN
Uban adalah perubahan warna rambut menjadi abu-abu atau putih yang sering
dikaitkan dengan penuaan setelah mencapai usia 40 tahun. Namun, saat ini, banyak
orang muda yang usianya 20 atau 30 tahun mengalami uban. Ini disebabkan oleh
berbagai faktor seperti pengaruh minyak rambut, jenis shampoo, gaya hidup, dan pola
makan. Dalam buku "Adab Berpakaian dan Berhias (Fikih Berhias)" oleh Syaikh
Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, istilah dalam bahasa Arab untuk mencabut uban
adalah "Natf Asy-Syaib." Dalam konteks ini, "Natf" berarti mencabut, sedangkan
"Asy-Syaib" merujuk kepada rambut yang telah memutih atau berubah menjadi uban.
Ditinjau dari perspektif medis, uban terjadi karena perubahan kadar melanin.
Rambut hitam berubah menjadi abu-abu karena penurunan produksi melanin,
sedangkan uban putih tumbuh tanpa melanin. Sedangkan dari sudut pandang agama
1
Email, Prodi, Nama Kampus
2
Email, Prodi, Nama Kampus
3
Email, Prodi, Nama Kampus
2
NU Online menyebutkan, tumbuhnya uban karena usia dianggap sebagai isyarat akan
mendekat nya ajal. Oleh karena itu, orang yang beruban disarankan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tidak terlalu terpaku pada hal-hal dunia.
METHOD/METODE
Guna menghasilkan data secara komprehensif dan mendalam, maka jenis penelitian
yang dilakukan oleh penulis, dalam penelitian ini adalah kajian kepustakaan (Library
Research), untuk mengumpulkan, mengkaji, dan menganalisis suatu konsep utuh,
mengenai hadis larangan mencabut uban. Pendekatan dalam penelitian ini bersifat
kualitatif. Penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur statistik, atau dengan cara-cara kuantifikasi.
Penelitian kualitatif menekankan pada quality atau hal terpenting suatu barang atau
3
jasa, yang berupa kejadian, fenomena, kasus, dan gejala sosial. Hal itulah yang dapat
dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori. Teknik pengumpulan
data, dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan yang berkaitan dengan tema.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, maka data deskriptif yang
ada dalam penelitian ini dianalisis menurut isinya.
، َعْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب، َعْن َحُمَّم ِد ْبِن ِإْسَح اَق، َح َّد َثَنا َعْبَد ُة ْبُن ُس َلْيَم اَن،َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأيِب َش ْيَبَة
Kutubut Tis’ah dengan mengambil kosa kata َنْتِف الَّش ْيِب. Kemudia kita menemukan
dalam kitab hadith:
a. Sunan al-Tirmidzi memuat satu riwayat dalam bab “maa jaa a finnahyi ‘an
natfi al-syaibi” (no.hadith.2821) riwayatnya sebagai berikut:
ِد ِإ ِإ
َعْن، َعْن َحُمَّم ْبِن ْسَح اَق، َح َّد َثَنا َعْبَد ُة: َقاَل، َح َّد َثَنا َه اُر وُن ْبُن ْسَح اَق اَهْلْم َد اُّيِن
َع ِّد ِه َأَّن الَّنَّيِب َّلى الَّلُه َعَلْيِه َّل ى َع ْتِف، َع َأِبيِه، َع ِر و ْبِن ُش َعْيٍب
َو َس َم َنَه ْن َن َص ْن َج ْن ْم
َقْد ُر ِو َي َعْن َعْبِد الَّر َمْحِن ْبِن، َه َذ ا َح ِد يٌث َح َس ٌن." " ِإَّنُه ُنوُر اْلُمْس ِلِم: َو َقاَل، الَّش ْيِب
َح َّد َثَنا ُمَس َّد ٌد َ ،ح َّد َثَنا ْحَيىَي ح َو َح َّد َثَنا ُم َس َّد ٌدَ ،ح َّد َثَنا ُس ْف َياُن اْلَم ْع ىَن َعِن اْبِن َعْج اَل َن ،
َعْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب َ ،عْن َأِبيِه َ ،عْن َج ِّد ِه َقاَل َ :قاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم :
ِل ِش ِم ِت
" اَل َتْن ُفوا الَّش ْيَب ؛ َم ا ْن ُمْس ٍم َي يُب َش ْيَبًة يِف اِإْل ْس اَل ِم "َ ،قاَل َعْن ُس ْف َياَن ِ " :إاَّل َك اَنْت
َلُه ُنوًر ا َيْو َم اْلِق َياَم ِة "َ .و َقاَل يِف َح ِد يِث ْحَيىَي ِ " :إاَّل َك َتَب الَّلُه َلُه َهِبا َح َس َنًةَ ،و َح َّط َعْنُه َهِبا
َ.خ ِط يَئًة
”c. Sunan An-Nasa’i memuat satu riwayat dalam bab “an-nahy fii natfi al-syaibi
(no.hadith.5068) riwayatnya sebagai berikut:
َأْخ َبَر َنا ُقَتْيَبُة َ ،عْن َعْبِد اْلَعِز يِز َ ،عْن ُعَم اَر َة ْبِن َغِز َّيَة َ ،عْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب َ ،عْن َأِبيِه ،
َ.عْن َج ِّد ِه َ ،أَّن َرُس وَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َس َّل َ :نَه ى َعْن َنْتِف الَّش ْيِب
َو َم
d. Musnad Ahmad Bin Hanbal memuat dua riwayat; Juz III halaman 650
)(no.7103) dan Juz III halaman 653 (no.7122
ِب ِه ِد ِإ
َح َّد َثَنا َعْبَد ُة ْبُن ُس َلْيَم اَن َ ،عْن َحُمَّم ْبِن ْسَح اَق َ ،عْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب َ ،عْن َأ ي َ ،عْن
َ.ج ِّد ِه َ ،قاَل َ :نَه ى َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َس َّل َعْن َنْتِف الَّش ْيِب
َو َم
I’tibar Sanad:
Untuk memperjelas cItibar sanad perhatikan skema seluruh jalur di bawah ini.
5
Betapa luar biasanya keutamaan uban bagi umat muslim pada hari dimana
semua orang hanya memikirkan dirinya sendiri, kita yang beruban akan
mendapatkan cahaya naungan dari Allah SWT, namun sebaliknya orang yang
mencabut ubannya, ia akan kehilangan cahaya di hari kiamat.
b) Penjelasan Beberapa Ulama
1. Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Khathib dalam kitab Mughni al-
Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Al-fadz al-Minhaj berkata :
6
CONCLUSION/KESIMPULAN
Kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
kesimpulan kesimpulan
REFERENCES/DAFTAR PUSTAKA