Anda di halaman 1dari 7

1

“LARANGAN MENCABUT UBAN DALAM PERSPEKTIF HADIS”


Busronul Karim1, Iyasti Ernawati 2, dan Muhammad Hasan3

Abstract
Seiring dengan pertambahan usia, muncul beberapa tuntutan etika dan norma dalam
menjalani kehidupan. Salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam literatur hadits
adalah larangan mencabut uban. Hadits-hadits yang melarang tindakan ini
memberikan pandangan unik terhadap proses penuaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi hadits-hadits tersebut, mengungkap konteks serta nilai-nilai keadilan
dan rasa hormat yang terkandung dalam larangan mencabut uban dalam tradisi Islam.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menggunakan pendekatan Library
Research, untuk mengumpulkan, mengkaji, dan menganalisis suatu konsep utuh,
mengenai hadits larangan mencabut uban. Temuan penelitian menunjukkan bahwa :
uban dapat menjadi cahaya bagi orang-orang yang beriman.
Kata Kunci: Uban; Hadits; Larangan.

INTRODUCTION/PENDAHULUAN

Uban adalah perubahan warna rambut menjadi abu-abu atau putih yang sering
dikaitkan dengan penuaan setelah mencapai usia 40 tahun. Namun, saat ini, banyak
orang muda yang usianya 20 atau 30 tahun mengalami uban. Ini disebabkan oleh
berbagai faktor seperti pengaruh minyak rambut, jenis shampoo, gaya hidup, dan pola
makan. Dalam buku "Adab Berpakaian dan Berhias (Fikih Berhias)" oleh Syaikh
Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, istilah dalam bahasa Arab untuk mencabut uban
adalah "Natf Asy-Syaib." Dalam konteks ini, "Natf" berarti mencabut, sedangkan
"Asy-Syaib" merujuk kepada rambut yang telah memutih atau berubah menjadi uban.

Ditinjau dari perspektif medis, uban terjadi karena perubahan kadar melanin.
Rambut hitam berubah menjadi abu-abu karena penurunan produksi melanin,
sedangkan uban putih tumbuh tanpa melanin. Sedangkan dari sudut pandang agama
1
Email, Prodi, Nama Kampus
2
Email, Prodi, Nama Kampus
3
Email, Prodi, Nama Kampus
2

NU Online menyebutkan, tumbuhnya uban karena usia dianggap sebagai isyarat akan
mendekat nya ajal. Oleh karena itu, orang yang beruban disarankan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tidak terlalu terpaku pada hal-hal dunia.

Dalam Islam, uban dianggap sebagai cahaya, kelembutan, kewibawaan, dan


keteguhan. Oleh karena itu, mencabut uban dianggap sebagai tindakan yang tidak
disukai, dan prinsip ini berlaku untuk uban di rambut kepala, jenggot, kumis, serta
bulu pipi.

LITERATUR REVIEW/TINJAUAN LITERATUR


1. Jurnal mahasiswa UIN Sumatera Utara Medan tahun 2023 yaitu Sulaiman
Muhammad dkk yang berjudul "Studi Hadis Tentang Larangan Mencabut
Uban Dengan Pendekatan Ilmu Kesehatan (Kajian Takhrij Al-Hadis)".
2. Skripsi mahasiswa UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun 2022 yaitu
Ali Yaman Husen yang berjudul "Analisis Kualitas Hadis Larangan Mencabut
Uban dan Kebolehan Mewarnai Rambut".
3. Skripsi mahasiswa IAIN Antasari Banjarmasin tahun 2016 yaitu Muhammad
Khairani yang berjudul "Hadis Tentang Larangan Mencabut Uban (Studi Fiqh
al-Hadits)".
4. Skripsi mahasiswa UIN Walisongo Semarang tahun 2019 yaitu Nur Saadah
yang berjudul "Studi Analisis Hadis Tentang Larangan Qaza' dan
Implementasinya Sekarang".
5. Skripsi mahasiswa UIN Walisongo Semarang tahun 2019 yaitu Zumrotul
Muniroh yang berjudul "Studi Analisis Hadis Tentang Larangan Mencabut
Uban (Pendekatan Sains)".

METHOD/METODE
Guna menghasilkan data secara komprehensif dan mendalam, maka jenis penelitian
yang dilakukan oleh penulis, dalam penelitian ini adalah kajian kepustakaan (Library
Research), untuk mengumpulkan, mengkaji, dan menganalisis suatu konsep utuh,
mengenai hadis larangan mencabut uban. Pendekatan dalam penelitian ini bersifat
kualitatif. Penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur statistik, atau dengan cara-cara kuantifikasi.
Penelitian kualitatif menekankan pada quality atau hal terpenting suatu barang atau
3

jasa, yang berupa kejadian, fenomena, kasus, dan gejala sosial. Hal itulah yang dapat
dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori. Teknik pengumpulan
data, dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan yang berkaitan dengan tema.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, maka data deskriptif yang
ada dalam penelitian ini dianalisis menurut isinya.

RESULT/HASIL: BUKTI ADANYA


Hadits tentang larangan mencabut uban

، ‫ َعْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب‬، ‫ َعْن َحُمَّم ِد ْبِن ِإْسَح اَق‬، ‫ َح َّد َثَنا َعْبَد ُة ْبُن ُس َلْيَم اَن‬،‫َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأيِب َش ْيَبَة‬

‫ِف ِب‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِب ِه‬


‫ َقاَل َنَه ى َرُس وُل الَّل ـ صلى اهلل عليه وسلم ـ َعْن َنْت الَّش ْي َو َقاَل " ُه َو ُنوُر‬، ‫ َعْن َج ِّد‬، ‫َعْن َأ ي‬
" ‫اْلُم ْؤ ِم ِن‬
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abî Syaibah telah
menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin Ishaq dari 'Amr
bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya dia berkata; "Rasulullah SAW melarang
mencabut uban, dan beliau bersabda: "Dia adalah cahaya bagi orang- orang
beriman."
DISCUSSION/ PEMBAHASAN=MENGAPA
Takhrij:
Untuk mendapatkan informasi tentang hadith ini maka kita menggunakan Jami’ul

Kutubut Tis’ah dengan mengambil kosa kata ‫َنْتِف الَّش ْيِب‬. Kemudia kita menemukan
dalam kitab hadith:
a. Sunan al-Tirmidzi memuat satu riwayat dalam bab “maa jaa a finnahyi ‘an
natfi al-syaibi” (no.hadith.2821) riwayatnya sebagai berikut:
‫ِد ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ َعْن‬، ‫ َعْن َحُمَّم ْبِن ْسَح اَق‬، ‫ َح َّد َثَنا َعْبَد ُة‬: ‫ َقاَل‬، ‫َح َّد َثَنا َه اُر وُن ْبُن ْسَح اَق اَهْلْم َد اُّيِن‬
‫ َع ِّد ِه َأَّن الَّنَّيِب َّلى الَّلُه َعَلْيِه َّل ى َع ْتِف‬، ‫ َع َأِبيِه‬، ‫َع ِر و ْبِن ُش َعْيٍب‬
‫َو َس َم َنَه ْن َن‬ ‫َص‬ ‫ْن َج‬ ‫ْن‬ ‫ْم‬
‫ َقْد ُر ِو َي َعْن َعْبِد الَّر َمْحِن ْبِن‬، ‫ َه َذ ا َح ِد يٌث َح َس ٌن‬." ‫ " ِإَّنُه ُنوُر اْلُمْس ِلِم‬: ‫ َو َقاَل‬، ‫الَّش ْيِب‬

‫ َعْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب‬، ‫اَحْلاِر ِث َغِرْي اِح ٍد‬.


‫َو َو‬
b. Sunan Abi Dawud memuat satu riwayat dalam bab “fii natfi al-syaibi”
(no.hadith.4202) riwayatnya sebagai berikut:
‫‪4‬‬

‫َح َّد َثَنا ُمَس َّد ٌد ‪َ ،‬ح َّد َثَنا ْحَيىَي ح َو َح َّد َثَنا ُم َس َّد ٌد‪َ ،‬ح َّد َثَنا ُس ْف َياُن اْلَم ْع ىَن َعِن اْبِن َعْج اَل َن ‪،‬‬

‫َعْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب ‪َ ،‬عْن َأِبيِه ‪َ ،‬عْن َج ِّد ِه َقاَل ‪َ :‬قاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم ‪:‬‬
‫ِل ِش‬ ‫ِم‬ ‫ِت‬
‫" اَل َتْن ُفوا الَّش ْيَب ؛ َم ا ْن ُمْس ٍم َي يُب َش ْيَبًة يِف اِإْل ْس اَل ِم "‪َ ،‬قاَل َعْن ُس ْف َياَن ‪ِ " :‬إاَّل َك اَنْت‬
‫َلُه ُنوًر ا َيْو َم اْلِق َياَم ِة "‪َ .‬و َقاَل يِف َح ِد يِث ْحَيىَي ‪ِ " :‬إاَّل َك َتَب الَّلُه َلُه َهِبا َح َس َنًة‪َ ،‬و َح َّط َعْنُه َهِبا‬

‫‪َ.‬خ ِط يَئًة‬
‫”‪c. Sunan An-Nasa’i memuat satu riwayat dalam bab “an-nahy fii natfi al-syaibi‬‬
‫‪(no.hadith.5068) riwayatnya sebagai berikut:‬‬

‫َأْخ َبَر َنا ُقَتْيَبُة ‪َ ،‬عْن َعْبِد اْلَعِز يِز ‪َ ،‬عْن ُعَم اَر َة ْبِن َغِز َّيَة ‪َ ،‬عْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب ‪َ ،‬عْن َأِبيِه ‪،‬‬

‫‪َ.‬عْن َج ِّد ِه ‪َ ،‬أَّن َرُس وَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َس َّل ‪َ :‬نَه ى َعْن َنْتِف الَّش ْيِب‬
‫َو َم‬
‫‪d. Musnad Ahmad Bin Hanbal memuat dua riwayat; Juz III halaman 650‬‬
‫)‪(no.7103) dan Juz III halaman 653 (no.7122‬‬
‫ِب ِه‬ ‫ِد ِإ‬
‫َح َّد َثَنا َعْبَد ُة ْبُن ُس َلْيَم اَن ‪َ ،‬عْن َحُمَّم ْبِن ْسَح اَق ‪َ ،‬عْن َعْم ِر و ْبِن ُش َعْيٍب ‪َ ،‬عْن َأ ي ‪َ ،‬عْن‬
‫‪َ.‬ج ِّد ِه ‪َ ،‬قاَل ‪َ :‬نَه ى َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َس َّل َعْن َنْتِف الَّش ْيِب‬
‫َو َم‬
‫‪I’tibar Sanad:‬‬
‫‪Untuk memperjelas cItibar sanad perhatikan skema seluruh jalur di bawah ini.‬‬
5

Penjelasan Kemuskilan Hadith


a) Penjelasan Secara Umum
Pertama, bagaimanakah hukum yang sebenarnya terkait mencabut uban?
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum mencabut uban. Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Adapun
mencabut uban dari janggut atau uban dari rambut yang tumbuh di wajah,
maka perbuatan seperti ini diharamkan kerana termasuk al-Namsh. Padahal
terdapat hadits yang menjelaskan bahwa Nabi SAW melaknat orang yang
melakukan al-Namsh. Ibnu al-Arabi menyebutkan bahwa yang dilarang
hanyalah mencabut uban bukan mewarnainya. Karena mencabutnya sama
dengan mengubah ciptaan Allah dari aslinya. Berbeda dengan menyemirnya,
ia tidak mengubah ciptaan dalam pandangan.
Kedua, mengapa uban dapat dikatakan sebagai cahaya bagi orang yang
beriman?
Banyak hadis yang menjelaskan bahwa uban akan menjadi cahaya bagi orang-
orang beriman kelak pada hari kiamat. Diantaranya adalah: Dari ‘Amr bin
Syu'aib dari Bapaknya dari Kakeknya ia berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda :

Betapa luar biasanya keutamaan uban bagi umat muslim pada hari dimana
semua orang hanya memikirkan dirinya sendiri, kita yang beruban akan
mendapatkan cahaya naungan dari Allah SWT, namun sebaliknya orang yang
mencabut ubannya, ia akan kehilangan cahaya di hari kiamat.
b) Penjelasan Beberapa Ulama
1. Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Khathib dalam kitab Mughni al-
Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Al-fadz al-Minhaj berkata :
6

Dimakruhkan mencabut uban dari tempat yang tidak tianjurkan oleh


syar’i untuk menghilangkan rambutnya berdasarkan hadits “Janganlah
kalian mencabut uban karena uban itu cahaya orang muslim di hari
Kiamat” diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dan hadisnya di anggap hasan.
meskipun Ibnu Rifah berpendapat sesuai nash kitab al-Umm haramnya
mencabut uban. 29
2. Abi Zakariya Muhyiddin bin Syarof al-Nawawi dalam kitab al-Majmu
Syarh al-Muhadzdzab lisysyairazi berkata :
Makruh mencabut uban karena didasarkan kepada hadits riwayat ‘Amr bin
Syuaib dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi saw beliau bersabda:
“Jangan kalian mencabut uban karena uban itu adalah cahaya orang
muslim kelak di hari kiamat”. Ini adalah hadist hasan yang telah
diriwayatkan oleh Abu Dawud al-Tirmidzi Nasa`i, dan lainnya dengan
sanad hasan. al-Tirmidzi berkata: Bahwa hadits ini adalah hadits hasan.
Para ulama dari madzhab kami (madzhab syafi’i) berpendapat bahwa
makruh mencabut uban. Pandangan ini ditegaskan oleh al-Ghazali
sebagaimana keterangan yang terdahulu, al-Baghawi dan ulama lainnya.
Seandainya dikatakan haram mencabut uban karena adanya larangan
yang jelas maka mungkin saja. Dan tidak ada perbedaan hukum
kemakruhannya antara mencabut uban jenggot dan kepala.28
3. Ahmad bin Ghanam bin Salim al-Nafrawi dalam kitab al-Fawakih al-
Dawani ‘Ala Risalah ibn Abi Zaid al-Qayrawani dan Abu al-Walid al-
Qurthubi dalam kitab al-Bayan wa al-Tahshil wa al-Syarh wa al-Taujih wa
al-Ta’lil limasai`l al-Mustakhrijah, berkata:
“Imam Malik pernah ditanya tentang hukum mencabut uban. Beliau
menjawab: "Aku tidak melihatnya sebagai perkara haram. Namun,
membiarkannya lebih aku sukai". 26
4. Ahmad bin Muhammad bin Isma’il al-Thahthawi dalam kitab Hasyiyah al-
Thahthawi ‘Ala Maraqi al-Falah Syarh Nur al-Idhah Berkata:
“Dimakruhkan mencabut uban sebagaimana hadis riwayat Abi Dawud
"Janganlah kalian mencabut uban, sesungguhnya uban adalah cahaya
bagi seorang muslim di hari kiamat”.27
7

CONCLUSION/KESIMPULAN
Kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan kesimpulan
kesimpulan kesimpulan

REFERENCES/DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2013. Shahih Sunan Tirmidzi: Seleksi Hadis


Shahih dari kitab Sunan Tirmidzi, terj. Fakhturrazi, Jilid 3. Jakarta: Pustaka
Azzam.
Syamsuddin, Muhammad bin Ahmad al-Khathib al-Syarbini. 1415. Mughnî al-Muhtâj
ila Ma’rifati Ma’ani Al-fadz al-Minhaj, Juz 1. Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah.
Thawilah, Abdul Wahab Abdussalam, Adab Berpakaian dan Berhias, terj. Abu Uwais
& Andi Syahril.
Zakariya, Abi Muhyiddin bin Syarof al-Nawawi. 2008. al-Majmu’ Syarh al-
Muhadzdzab lisysyairazi, juz 1. Jaddah: Maktabah al-Irsyad.

Anda mungkin juga menyukai