َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َم ْسُعوٍد رضي هللا، َع ِن اْلَحَس ِن، َع ْن َع َطاِء ْبِن الَّساِئِب، َأنَبَأَنا ُس ْفَياُن،َأْخ َبَر َنا َقِبيَص ُة
َو اَل َتُك ِن الَّراِبَع َفَتْهِلَك، «اْغ ُد َعاِلًم اَأْو ُم َتَع ِّلًم اَأْو ُم ْسَتِم ًعا: َقاَل،»عنه
Terjemah:
Telah mengabarkan kepada kami Qabishah telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari
‘Atha bin As-Sa’ib dari Hasan dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu ia berkata:
“Siapkanlah diri kamu (untuk menjadi) seorang ulama, seorang pelajar, atau seorang
pendengar setia dan janganlah kamu menjadi (bagian) dari yang keempat, niscaya kamu
akan celaka”.
Hadits ini, selain ditemui dalam Musnad Darimi, dapat ditemui pula dalam al-
Mashadir al-ashliyah lainnya, di antaranya: 1. al-Madkhol Ilaa Sunan al-Kubro Al-
Baihaqi 2. Musykil al-Atsar Lii Thohawi 3. Kitabul ‘Ilm
........belum lengkap.......
Adapun dilalah atau tautsiq yang bersifat cek re cek dengan menggunakan CD
jawami’ al-kalim adalah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) klik
icon jawami’ al-kalim, 2) muncul al-Bahtsu, 3) masukan kalimat dari sebagian hadits
yang dimaksud, jika sudah benar dalam penulisan hadits tersebut, maka akan muncul di
bagian bawahnya berbagai mashadir yang mencantumkan hadits tersebut, 4) klik hadits,
maka akan muncul di bagian atasnya hadits berikut rawi/sanadnya, 5) tulisan rawi/sanad
berwarna merah bisa langsung di klik untuk mengetahui biografi lengkap dengan Jarh
wa ta’dilnya dari kitab Musnad Darimi, Kitabul ‘Ilm dan lain sebagainya, 6) semua
hadits berikut sanadnya dapat di copy langsung ke program Microsoft Word
Dari CD Jawami’ alkalim itu, dapat diketahui bahwa al-mashadir al-ashliyah
hadits di atas adalah: 1) Musnad Darimi, 2) al-Madkhol Ilaa Sunan al-Kubro Al-Baihaqi
3) Musykil al-Atsar Lii Thohawi 4) Kitabul ‘Ilm
Berdasarkan dilalah atau tautsiq di atas, dibuat sebuah rekapitulasi al-mashadir al-
ashliyah yang memuat hadits di atas adalah sebagai berikut:
No Tautsiq al-Mashadir al-Ashliyah
.
1. Maktabah Syamilah -
2. CD Jawami’ al-Kalim
سنس الدرمي
ْبِن الَّساِئِبَ ،ع ْن اْلَحَس ِن َ ،ع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َم ْسُعوٍد َر ِض َي َأْخ َبَر َنا َقِبيَص ُةَ ،أْخ َبَر َنا ُس ْفَياُن َ ،ع ْن َع َطاِء
ُم ْسَتِم ًعاَ ،و اَل َتُك ِن الَّراِبَع َفَتْهِلَك " ُهللا َع ْنُهَ ،قاَل " :اْغ ُد َعاِلًم ا َأْو ُم َتَع ِّلًم ا َأْو
مشكل االثار للطحاوى
َأْخ َبَر َنا َأُبو اْلُح َس ْيِن ْبُن ِبْش َر اَن ،أنبا َأُبو َع ْم ِرو ْبُن الَّس َّم اِك ،أنبا َح ْنَبُل ْبُن ِإْس َح اَق ،ثنا َقِبيَص ُة ،ثنا
ُ,س ْفَياُن َ ،ع ْن َع َطاِء ْبِن الَّساِئِب
َع ِن اْلَح َس ِن َ ،ع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َم ْسُعوٍد َ ،قاَل " :اْغ ُد َعاِلًم ا َأْو ُم َتَع ِّلًم ا َأْو ُم ْسَتِم ًعاَ ،و ال َتُك ِن الَّراِبَع
َفَتْهِلَك " َك َذ ا َقاَل َع ْن َع ْبِد ِهَّللا َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َو ُهَو ُم ْنَقِط ٌع
المدخل الى السنن الكبرى للبيهقي
َح َّد َثَنا اْلَحَس ُن ْبُن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َم ْنُصوٍر اْلَباِلِس ُّي َ ،و ُمَح َّم ُد ْبُن َأْح َم َد ْبِن َج ْع َفٍر اْلَو ِكيِع ُّي َ ،ح َّد َثَنا ُع َبْيُد ْبُن
ِج َناٍد اْلَح َلِبُّي َ ،ح َّد َثَنا َع َطاُء ْبُن ُم ْس ِلٍم اْلَخ َّفاُف َ ،ح َّد َثَنا ِم ْس َع ُر ْبُن ِكَداٍم َ ،ع ْن َخاِلٍد اْلَح َّذ اِء َ ،ع ْن َع ْبِد الَّرْح َمِن
ْبِن َأِبي َبْك َر َةَ ،ع ْن َأِبيِهَ ،ع ْن النبِّي ﷺ َقاَل " :اْغ ُد َعاِلًم ا َأْو ُم َتَع ِّلًم اَ ،أْو ُمِح ًّباَ ،أْو ُم ْسَتِم ًعاَ ،و ال َتُك ِن
اْلَخاِمَس َ ،فَتْهِلَك "َ .قاَل َلَنا ُمَحَّم ُد ْبُن َأْح َم َد ِفي َح ِد يِثِهَ ،قاَل َع َطاٌء َ :قاَل ِم ْس َع ُر ْبُن ِكَداٍم َ :هِذِه َخ اِمَس ٌة
َز اُدَنا ُهَّللا َلْم َتُك ْن ِفي َأْيِد يَناِ ،إَّنَم ا َك اَن ِفي َأْيِد يَنا " :اْغ ُد َعاِلًم ا َأْو ُم َتَع ِّلًم اَ ،أْو ُم ْسَتِم ًعاَ ،و ال َتُك ِن الَّراِبَع
َفَتْهِلَك "َ ،يا َع َطاُء َ :و ْيٌل ِلَم ْن َلْم َيُك ْن ِفيِه َو اِح َد ٌة ِم ْن َهِذِه
كتاب العلم
َأْخ َبَر َنا َأُبو اْلَم َح اِس ِن َع ْبُد الَّر َّز اِق ْبُن ِإْس َم اِع يَل َ ،و اْبُن َع ِّمِه َأُبو َسِع يٍد اْلُم َطَّهُر ْبُن َع ْبِد اْلَك ِر يِم ،أنا َأُبو
ُمَح َّمٍد َع ْبُد الَّرْح َمِن ْبُن َح َم ِد ْبِن اْلَح َس ِن الُّد وِنُّي ،أنبا َأُبو َنْص ٍر َأْح َم ُد ْبُن اْلُح َس ْيِن ْبِن ُم َحَّمٍد الَّدْيَنَو ِرُّي ،أنبا
َأْح َم ُد ْبُن ُمَحَّمِد ْبِن الُّس ِّنِّي ،أنبا َأُبو َيْع َلى ،ثنا ُع َبْيُد ْبُن َج َّناٍد اْلَح َلِبُّي ،ثنا َع َطاُء ْبُن ُم ْس ِلٍم اْلَخ َّفاُف َ ،ع ْن
َخاِلٍد اْلَح َّذ اِء َ ،ع ْن َع ْبِد الَّرْح َمِن ْبِن َأِبي َبْك َر َةَ ،ع ْن َأِبيِهَ ،ع ِن الَّنِبِّي ﷺ َقاَل :اْغ ُد َعاِلًم ا َأْو ُم َتَع ِّلًم ا
َأْو ُم ْسَتِم ًعا َأْو ُمِح ًّباَ ،و ال َتُك ِن اْلَخ اِمَس َفَتْهَلَكَ .قاَل َع َطاٌء َ :قاَل ِم ْس َع ُر ْبُن ِكَداٍم َ :يا َع َطاُء َهِذِه َخ اِمَس ٌة،
َز اَدَنا ُهَّللا َلْم َتُك ْن ِفي َأْيِد يَناِ ،إَّنَم ا َك اَن :اْغ ُد َعاِلًم ا َأْو ُم َتَع ِّلًم ا َأْو ُم ْسَتِم ًعاَ ،و ال َتُك ِن الَّراِبَع َفَتْهَلَك َ .يا َع َطاُء
َو ْيٌل ِلَم ْن َلْم َتُك ْن ِفيِه َو اِح َد ٌة ِم ْن َهِذِهَ .ر َو اُه اْبُن الُّس ِّنِّي َك َذ ِلَك َ .و َر َو اُه َأُبو َبْك ٍر َأْح َم ُدَ ،و ُيَقاُل اْلُك وِفُّي
الَّنَّجاُدَ ،ع ْن َأِبي ِإْس َم اِع يَل الِّتْر ِمِذ ِّي َ ،ع ْن َأِبي َسِع يٍد ُع َبْيِد ْبِن َج َّناٍد اْلَح َلِبِّي َك َذ ِلَك
B. Perbandingan Matan
Hadits yang berbicara tentang ini, ternyata memiliki keragaman lafaz. Namun demikian,
seluruhnya mengerucut dalam makna yang sama. Untuk lebih jelasnya, dapat kita rekap
perbandingan lafaz-lafaz itu sendiri, sebagai berikut:
......diagram/alur periwayatan.......
D. Taqsim
Dilihat dari jumlah rawi, hadits ini merupakan hadits Ahad dan dikategorikan sebagai
hadits masyhur karena di riwayatkan oleh tiga orang sahabat, yaitu: Abdullah bin Mas’ud,
Aburrahman bin Abi Bakrah dan Abi Bakrah. .... Dari semua itu, ketiga jalur hadits
tersebut baik yang dikeluarkan oleh Musnad Darimi, al-Madhkol Ilaa Sunanil Kubro al-
Baihaqi dan Kitabul ‘Ilm dinilai muttashil (sampai) kepada Nabi Muhammad SAW
melalui sahabat Abdullah bin Mas’ud, Abdurrahman bin Abi Bakrah dan Abi Bakrah.
Adapun ringkasan hadits di atas adalah:
1. Rawi : Ahad
2. Matan
a. Bentuk : Qauli
b. Idhafah : Mauquf
3. Sanad : Muttashil
E. Tashih
Tashih adalah menentukan kualitas hadis dengan menilai rawi, sanad dan matan
menurut kriteria kesahihan kaidah ilmu dirayah. Berdasarkan hal itu, kualitas hadis itu
adalah maqbul sebagai hujjah, dengan sebutan shahih karena semua sanadnya muttashil
dan rijalnya tsiqat
Hadis ini tidak memiliki masalah besar atau kecacatan yang signifikan dalam
sanad (riwayat) atau matan (teks) yang dapat mempengaruhi keabsahannya. Oleh karena
itu, hadis ini dapat dianggap sebagai hadis yang sahih atau dapat diterima dalam konteks
ajaran Islam. Berikut adalah alasan-alasan yang mendukung tashih (keabsahan) hadis ini:
1. Sanad yang lengkap: Sanad hadis ini terdiri dari beberapa perawi, tetapi riwayatnya
memiliki sanad yang lengkap dan tidak ada perawi yang dikenal sebagai perawi yang
lemah atau tidak dapat dipercaya.
2. Kesesuaian dengan ajaran Islam: Pesan hadis ini sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip Islam yang mendorong umat Islam untuk mencari pengetahuan, pendidikan,
dan pengembangan pribadi.
3. Tidak bertentangan dengan hadis lain: Pesan hadis ini tidak bertentangan dengan
hadis-hadis lain yang sahih atau prinsip-prinsip ajaran Islam yang telah ditetapkan.
4. Kedudukan Abdullah bin Mas’ud (radhiallahu ‘anhu); Abdullah bin Mas'ud
(radhiallahu 'anhu) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad ( )صلى هللا عليه وسلم
yang dihormati dan dianggap sebagai salah satu ulama awal Islam. Oleh karena itu,
pesan yang datang darinya memiliki bobot dan otoritas dalam Islam.
Berdasarkan evaluasi sanad dan konten, hadis ini dapat diterima sebagai hadis
yang sahih dan memberikan pesan yang baik tentang pentingnya pengetahuan,
pendidikan, dan pengembangan diri dalam Islam.
F. Tathbiq
Tathbiq adalah tindakan menerapkan ajaran atau pesan dari sebuah hadis ke dalam
kehidupan sehari-hari atau situasi nyata. Dalam konteks hadis ini, ada beberapa tathbiq atau
aplikasi praktis yang dapat diambil:
1. Pencarian Ilmu
Setiap Muslim dianjurkan untuk terlibat dalam pencarian ilmu. Ini dapat mencakup
studi tentang agama Islam, ilmu umum, atau keahlian khusus. Orang dapat memperoleh
pengetahuan melalui pendidikan formal, belajar mandiri, atau menghadiri kelas dan
ceramah yang diadakan oleh ulama dan pendidik.
2. Pendalaman Pengetahuan
Bagi mereka yang sudah memiliki pengetahuan, hadis ini mengingatkan pentingnya
terus-menerus mendalami pengetahuan mereka. Ilmu tidak ada habisnya, dan menjadi
ulama sejati memerlukan dedikasi dalam memahami dan mengembangkan pemahaman
mereka tentang agama dan dunia.
3. Pendengar Setia
Mendengarkan nasihat dan pengajaran dari ulama, guru, atau tokoh yang lebih
berpengalaman adalah cara penting untuk belajar. Penting untuk menjadi pendengar yang
tekun dan penuh perhatian saat mendengarkan ceramah, khutbah, atau pengajaran agama.
4. Hindari Keputusasaan dan Kemalasan
Hadis ini juga mencerminkan bahwa seseorang tidak boleh menjadi "keempat" yang
tidak memiliki tujuan atau motivasi dalam hidup mereka. Keputusasaan dan kemalasan
dalam mencari pengetahuan atau pengembangan diri dapat membawa dampak negatif.
Sebaliknya, seseorang harus memiliki semangat dan tekad untuk terus maju dalam
mencapai tujuannya.
5. Tugas Umat Islam
Umat Islam memiliki tanggung jawab kolektif dalam menghormati dan mendukung
ulama, guru, dan pendidik. Masyarakat harus menciptakan lingkungan yang memfasilitasi
penyebaran pengetahuan dan pendidikan yang bermanfaat.
6. Kontemplasi dan Evaluasi Diri
Setiap individu harus secara rutin melakukan introspeksi diri untuk memastikan
bahwa mereka sedang mencari pengetahuan, memperdalam pemahaman, atau
mendengarkan dengan penuh perhatian. Ini adalah bagian dari perbaikan diri secara
konstan dalam Islam.
G. Mufradat
اْغ ُد : Siapkanlah
َعاِلًم ا : Ulama
َأْو : Atau
ُم َتَع ِّلًم ا : Pembelajar
ُم ْسَتِم ًعا : Pendengar
َو : Dan
اَل َتُك ِن : Janganlah menjadi
الَّراِبَع: Keempat
َفَتْهِلَك: Celaka
H. Istinbath Ahkam
Dalam hadis ini, terdapat beberapa hukum atau aturan yang dapat ditarik atau disimpulkan:
1. Perintah untuk Menjadi Ulama, Pelajar, atau Pendengar Setia: Hadis ini memberikan
perintah atau nasihat kepada umat Islam untuk berusaha menjadi salah satu dari tiga
kategori berikut:
a. Ulama (cendekiawan agama).
b. Pelajar (orang yang belajar dan mengembangkan pengetahuan).
c. Pendengar setia (orang yang tekun mendengarkan nasihat dan pengajaran dari ulama
atau pendidik yang lebih bijak).
2. Keutamaan Pengetahuan dan Pendidikan: Hadis ini menggarisbawahi pentingnya
pengetahuan dan pendidikan dalam agama Islam. Pengetahuan agama dan pengetahuan
umum adalah sumber daya yang sangat berharga, dan setiap Muslim dianjurkan untuk
mencari pengetahuan ini.
3. Bahaya Menjadi "Keempat": Hadis ini mengingatkan tentang bahaya menjadi "keempat"
( )الَّر ا ِب َع, yang mungkin mengacu pada seseorang yang tidak memiliki peran atau tujuan
dalam mengembangkan diri melalui pengetahuan atau pembelajaran. Ini mencerminkan
pentingnya memiliki tujuan dan arah dalam hidup, terutama dalam konteks pendidikan
dan perkembangan pribadi.
4. Ancaman Kecelakaan untuk yang Tidak Patuh: Hadis ini mengancam bahwa orang yang
tidak mematuhi nasihat ini akan menghadapi kecelakaan atau kerugian. Ini menegaskan
bahwa mencari pengetahuan dan pendidikan adalah suatu kewajiban yang harus diikuti
oleh setiap Muslim.
5. Pentingnya Mendengarkan dan Belajar dari Ahli: Bagian hadis yang menekankan
pendengar setia menunjukkan pentingnya mendengarkan nasihat dan pengajaran dari
ulama atau orang-orang yang lebih bijak. Ini menekankan pentingnya mentaati guru-guru
agama dan tokoh-tokoh yang memiliki pengetahuan.
Dengan demikian, hadis ini mengajarkan pentingnya pengetahuan, pendidikan, dan
pengembangan pribadi dalam Islam, serta memberikan peringatan tentang bahaya tidak
mengikuti nasihat ini. Itu juga menegaskan nilai besar dari guru-guru agama dan para ulama
dalam masyarakat Muslim.
J. Khulasah
Berdasarkan penjabaran dari hadis tersebut terdapat Khulasah (ringkasan) yang menjadi
gambaran dari hadis ini yaitu mengajarkan kepada umat Islam pentingnya pengetahuan,
pendidikan, dan pengembangan diri. Abdullah bin Mas'ud (radhiallahu 'anhu) memberikan
tiga opsi yang disarankan kepada setiap individu:
1. Menjadi Ulama (Cendikiawan Agama); Ini berarti mendalami ilmu pengetahuan dan
agama, serta berperan dalam penyebaran dan pengajaran ajaran Islam.
2. Menjadi Pelajar (Orang yang belajar dan mengembangkan pengetahuan); Ini mendorong
setiap individu untuk terus belajar sepanjang hidup mereka, baik dalam konteks
pendidikan formal atau pembelajaran mandiri.
3. Menjadi pendengar setia (orang yang tekun mendengarkan nasihat dan pengajarannya);
Ini menekankan pentingnya mendengarkan dengan penuh perhatian kepada ulama atau
tokoh-tokoh yang lebih bijak, sehingga seseorang dapat mendapatkan wawasan dan
pemahaman yang lebih baik tentang berbagai masalah.
Selain itu, hadis ini juga memberikan peringatan untuk tidak menjadi "keempat" (
)الَّر اِبَع, yang mungkin mengacu pada seseorang yang tidak memiliki peran atau tujuan dalam
mengembangkan diri melalui pengetahuan atau pembelajaran. Dalam konteks hadis ini,
menjadi "keempat" adalah tindakan yang bisa mengarah pada kecelakaan atau kerugian. Jadi,
pesan utama dari hadis ini adalah bahwa setiap individu dalam masyarakat Muslim
diharapkan untuk aktif dalam pengembangan pengetahuan dan pendidikan, dan bahwa
pengetahuan agama dan pengetahuan umum adalah sumber daya yang sangat berharga dalam
Islam.
Alur Periwayatan
Rasulullah SAW
Atha bin As-Saib bin Malik Sufyan bin Sa’id bin Masruq T2
Qabishah bin Uqbah bin Muhammad bin Sufyan Hanbal bin Ishaq bin Hanbal T3
Ali bin Muhammad bin Abdullah bin Bisyran Ahmad bin Husain T6
Abdurrazaq bin Ismail Muthair bin Abdul Karim Abdurrahman bin Hamid T7