كان يأمر بدفن سبعة أشياء من اإلنسان الشعر والظفر والدم والحيضة والسن والعلقة والمشيمة
Hadis ini disebutkan dalam Kanzul Ummal no. 18320 dan As-Suyuthi dalam Al-Jami
As-Shagir dari Al-Hakim, dari Aisyah.
فساقه بدون سند كما، وعن عائشة: بل قال، وليس كذلك،وظاهر صنيع المصنف أن الحكيم خرجه بسنده كعادة المحدثين
فلينظر،“ رأيته في كتابه ” النوادر
“Zhahir yang dilakukan penulis (As-Suyuthi) bahwa Al Hakim meriwayatkan hadis ini
dengan sanadnya sebagaimana kebiasaan ahli hadis. Namun kenyataannya tidak
demikian. Akan tetapi, beliau hanya mengatakan, “..dari Aisyah”, kemudian Al
Hakim membawakannya tanpa sanad, sebagai ana yang saya lihat dalam
kitabnya An Nawadir. Silahkan dirujuk. (Faidhul Qadir, 5:198)
Karena itu para ulama menilai hadis ini sebagai hadis dhaif, sehingga tidak bisa
dijadikan sebagai dalil. (Silsilah Ahadits Dhaifah, 5:382)
Semakna dengan hadis ini adalah riwayat yang dibawakan Al Baihaqi dalam Syu’abul
Iman, dari Abdul Jabbar bin Wail dari bapaknya, beliau mengatakan,
ِ َظف
ار َّ سلَّ َم َكانَ يَأ ْ ُم ُر بِدَ ْف ِن ال
ْ َ ش ْع ِر َو ْاْل َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو ّ ِأن النَّب
َ ي َّ
ٌض ِعيفَة
َ ُكلُّ َها،ٍي ِم ْن أ َ ْو ُجه
َ يف َو ُر ِو َ ٌ َهذَا إِ ْسنَاد
ٌ ض ِع
“Sanad hadis ini dhaif. Hadis yang semisal disebutkan dalam beberapa riwayat dan
semuanya dhaif.”
Karena itulah, Imam Ahmad pernah mengatakan, “Boleh mengubur rambut dan
kuku. Namun jika tidak dilakukan, kami berpendapat, tidak mengapa.” Keterangan
beliau ini diriwayatkan oleh Al Khallal dalam At Tarajjul, Hal. 19.
Hanya saja, sebagian ulama menganjurkan agar ari-ari pasca melahirkan dikubur
sebagai bentuk memuliakan Bani Adam. Karena bagian dari memuliakan manusia
adalah mengubur bagian tubuh yang terlepas, salah satunya ari-ari. Disamping itu,
tindakan semacam ini akan lebih menjaga kebersihan dan tidak mengganggu
lingkungan.
Memberi lampu selama 40 hari, di kubur bersama pensil, bunga, jarum, gereh,
pethek, sampai kemiri gepak jendhul, semua ini pasti dilakukan karena tujuan
tertentu.
Ketika ini diyakini bisa menjadi sebab agar bayinya memiliki kemampuan tertentu,
atau agar bayinya mendapatkan semua yang bisa membahagiakan hidupnya, maka
berarti termasuk mengambil sebab yang sejatinya bukan sebab. Dan itu termasuk
perbuatan syirik kecil.
Selanjutnya, berikut hal penting yang perlu kita perhatikan terkait masalah
semacam ini.
Pertama: Ada sebuah kaidah dalam ilmu akidah yang disebutkan oleh para ulama.
Kaidah itu menyatakan, “Menjadikan sesuatu sebagai sebab, dan (pada
hakikatnya) itu bukan sebab, adalah sebuah syirik kecil.”
Kedua: “Sebab” itu ada dua macam:
Sebab syar’i, yaitu ketetapan bahwa sesuatu merupakan sebab, berdasarkan dalil
dari Alquran dan sunah, baik terbukti secara penelitian ilmiah maupun tidak.
Contoh: Ruqyah (pengobatan dengan membaca Alquran) bisa digunakan untuk
mengobati orang yang sakit atau kesurupan jin, sebagaimana disebutkan dalam
beberapa dalil. Dengan demikian, meyakini ruqyah sebagai sebab agar seseorang
mendapat kesembuhan adalah keyakinan yang diperbolehkan, meskipun hal
tersebut belum terbukti secara ilmiah.
Ketiga: Bahwa semua sebab itu telah ditentukan oleh Allah, baik secara syar’i
maupun kauni, dan tidak ada sebab lain, selain dua hal ini. Oleh karena itu, kita
tidak boleh menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal tidak ada dalilnya ATAU
tidak terbukti secara penelitian ilmiah. Bahkan, ini termasuk syirik kecil.
Jika kita menimbang keterangan di atas, kita sangat yakin tidak ada hubungan sama
sekali antara lampu yang dinyalakan di atas ‘makam’ ari-ari dengan jalan terang
yang akan diperoleh si anak ketika hidupnya. Demikian pula kita sangat yakin tidak
ada hubungan antara mengubur pensil dengan kondisi bahwa bayi ini akan menjadi
anak yang pintar menulis, dst. Semua itu hanyalah karangan, tahayul, dan khurafat
yang tidak berdasar dan tidak selayaknya dilakukan oleh seorang mukmin yang
berakal.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
Pertanyaan:
الجواب ( :عرض السؤال التالي على فضيلة الشيخ محمد بن صالح بن
عثيمين :
السؤال :ما حكم االحتفاظ بالمشيمة لعالج السرطان وإلزالة تجاعيد الوجه
؟
فأجاب فضيلته بما يلي :الظاهر أنه ال بأس بها مادام أنه قد ثبت ذلك .
وهللا أعلم ) ( الشيخ محمد. الظاهر أنها من جنس اْلظافر والشعر: جواب
بن صالح العثيمين
Jawaban:
Beliau menjawab: secara dzahir hal tersebut tidak mengapa selama berita
tersebut benar (bisa menyembuhkan)
Tanya: apakah bisa diterapkan kaidah “apa yang terpotong dari orang hidup
maka dianggap mayyit”
Tanya: jika ternyata tidak bermanfaat (tidak bisa mengobati) apakah wajib
menguburkannya? Atau dibuang di mana saja?
Beliau menjawab: secara dzahir plasenta sebagaimana kuku dan rambut (jadi
bisa dikubur di mana saja dan tidak ada ritual khusus, pent), Wallahu ‘alam
Sumber: http://islamqa.info/ar/ref/3794
artikel www.muslimafiyah.com