Anda di halaman 1dari 6

Cara Mengubur Ari-Ari

Read more https://konsultasisyariah.com/11727-ritual-mengubur-ari-ari-bayi.html

Terdapat hadis-hadis dari Aisyah, bahwa beliau mengatakan,

‫كان يأمر بدفن سبعة أشياء من اإلنسان الشعر والظفر والدم والحيضة والسن والعلقة والمشيمة‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengubur tujuh hal


potongan badan manusia; rambut, kuku, darah, haid, gigi, gumpalan darah, dan ari-
ari.”

Hadis ini disebutkan dalam Kanzul Ummal no. 18320 dan As-Suyuthi dalam Al-Jami
As-Shagir dari Al-Hakim, dari Aisyah.

Al-Munawi dalam Syarhnya, mengatakan,

‫ فساقه بدون سند كما‬،‫ وعن عائشة‬:‫ بل قال‬،‫ وليس كذلك‬،‫وظاهر صنيع المصنف أن الحكيم خرجه بسنده كعادة المحدثين‬
‫ فلينظر‬،“ ‫رأيته في كتابه ” النوادر‬

“Zhahir yang dilakukan penulis (As-Suyuthi) bahwa Al Hakim meriwayatkan hadis ini
dengan sanadnya sebagaimana kebiasaan ahli hadis. Namun kenyataannya tidak
demikian. Akan tetapi, beliau hanya mengatakan, “..dari Aisyah”, kemudian Al
Hakim membawakannya tanpa sanad, sebagai ana yang saya lihat dalam
kitabnya An Nawadir. Silahkan dirujuk. (Faidhul Qadir, 5:198)

Karena itu para ulama menilai hadis ini sebagai hadis dhaif, sehingga tidak bisa
dijadikan sebagai dalil. (Silsilah Ahadits Dhaifah, 5:382)

Semakna dengan hadis ini adalah riwayat yang dibawakan Al Baihaqi dalam Syu’abul
Iman, dari Abdul Jabbar bin Wail dari bapaknya, beliau mengatakan,

ِ َ‫ظف‬
‫ار‬ َّ ‫سلَّ َم َكانَ يَأ ْ ُم ُر بِدَ ْف ِن ال‬
ْ َ ‫ش ْع ِر َو ْاْل‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ّ ِ‫أن النَّب‬
َ ‫ي‬ َّ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengubur rambut dan


kuku.” (Syu’abul Iman, no. 6488).

Setelah membawakan hadis ini, Al Baihaqi memberikan komentar,

ٌ‫ض ِعيفَة‬
َ ‫ ُكلُّ َها‬،ٍ‫ي ِم ْن أ َ ْو ُجه‬
َ ‫يف َو ُر ِو‬ َ ٌ ‫َهذَا إِ ْسنَاد‬
ٌ ‫ض ِع‬
“Sanad hadis ini dhaif. Hadis yang semisal disebutkan dalam beberapa riwayat dan
semuanya dhaif.”

Karena itulah, Imam Ahmad pernah mengatakan, “Boleh mengubur rambut dan
kuku. Namun jika tidak dilakukan, kami berpendapat, tidak mengapa.” Keterangan
beliau ini diriwayatkan oleh Al Khallal dalam At Tarajjul, Hal. 19.

Hanya saja, sebagian ulama menganjurkan agar ari-ari pasca melahirkan dikubur
sebagai bentuk memuliakan Bani Adam. Karena bagian dari memuliakan manusia
adalah mengubur bagian tubuh yang terlepas, salah satunya ari-ari. Disamping itu,
tindakan semacam ini akan lebih menjaga kebersihan dan tidak mengganggu
lingkungan.

As Suyuthi mengatakan, “Beliau menyuruh untuk mengubur rambut, kuku, darah, ..


dan ari-ari, karena semua benda ini adalah bagian dari tubuh manusia, sehingga
benda ini dimuliakan sebagaimana keseluruhan badan manusia dimuliakan.” (As-
Syamail As-Syarifah, Hal. 271)

Klenik dalam Ritual Penguburan Ari-ari


Jika kita mengambil pendapat para ulama yang menganjurkan mengubur ari-ari,
satu hal yang perlu diingat, ini sama sekali bukanlah menganjurkan Anda untuk
melakukan berbagai ritual ketika menguburkan benda ini. Sama sekali tidak
menganjurkan demikian. Bahkan jika sikap semacam ini diiringi dengan berbagai
keyakinan tanpa dasar, maka jadinya tahayul dan khurafat yang sangat dilarang
syariat.

Memberi lampu selama 40 hari, di kubur bersama pensil, bunga, jarum, gereh,
pethek, sampai kemiri gepak jendhul, semua ini pasti dilakukan karena tujuan
tertentu.

Ketika ini diyakini bisa menjadi sebab agar bayinya memiliki kemampuan tertentu,
atau agar bayinya mendapatkan semua yang bisa membahagiakan hidupnya, maka
berarti termasuk mengambil sebab yang sejatinya bukan sebab. Dan itu termasuk
perbuatan syirik kecil.

Selanjutnya, berikut hal penting yang perlu kita perhatikan terkait masalah
semacam ini.

Pertama: Ada sebuah kaidah dalam ilmu akidah yang disebutkan oleh para ulama.
Kaidah itu menyatakan, “Menjadikan sesuatu sebagai sebab, dan (pada
hakikatnya) itu bukan sebab, adalah sebuah syirik kecil.”
Kedua: “Sebab” itu ada dua macam:
Sebab syar’i, yaitu ketetapan bahwa sesuatu merupakan sebab, berdasarkan dalil
dari Alquran dan sunah, baik terbukti secara penelitian ilmiah maupun tidak.
Contoh: Ruqyah (pengobatan dengan membaca Alquran) bisa digunakan untuk
mengobati orang yang sakit atau kesurupan jin, sebagaimana disebutkan dalam
beberapa dalil. Dengan demikian, meyakini ruqyah sebagai sebab agar seseorang
mendapat kesembuhan adalah keyakinan yang diperbolehkan, meskipun hal
tersebut belum terbukti secara ilmiah.

Sebab kauni (sunnatullah), adalah ketetapan bahwa sesuatu merupakan sebab


yang diterima berdasarkan hasil penelitian ilmiah, yang memiliki hubungan sebab-
akibat. Dan bukan semata klaim ilmiyah, dalam arti mengilmiahkan yang bukan
ilmiah. Misalnya: Paracetamol menjadi sebab untuk menurunkan demam.

Ketiga: Bahwa semua sebab itu telah ditentukan oleh Allah, baik secara syar’i
maupun kauni, dan tidak ada sebab lain, selain dua hal ini. Oleh karena itu, kita
tidak boleh menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal tidak ada dalilnya ATAU
tidak terbukti secara penelitian ilmiah. Bahkan, ini termasuk syirik kecil.

Jika kita menimbang keterangan di atas, kita sangat yakin tidak ada hubungan sama
sekali antara lampu yang dinyalakan di atas ‘makam’ ari-ari dengan jalan terang
yang akan diperoleh si anak ketika hidupnya. Demikian pula kita sangat yakin tidak
ada hubungan antara mengubur pensil dengan kondisi bahwa bayi ini akan menjadi
anak yang pintar menulis, dst. Semua itu hanyalah karangan, tahayul, dan khurafat
yang tidak berdasar dan tidak selayaknya dilakukan oleh seorang mukmin yang
berakal.
Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Read more https://konsultasisyariah.com/11727-ritual-mengubur-ari-ari-bayi.html


‫‪Hukum berobat dengan placenta bayi‬‬

‫‪Pertanyaan:‬‬

‫السؤال ‪ :‬زوجان ينتظران مولودهما الجديد قريبا ويريدان أن يحافظا على‬


‫المشيمة والغالف والتي اكتشف بأنها عالج لبعض حاالت السرطان ‪ .‬فهل‬
‫هذا يجوز في اإلسالم ؟؟؟‬
‫‪Sepasang suami-istri menanti kelahiran anaknya dalam waktu dekat, mereka‬‬
‫‪berdua hendak menyimpan plasenta dan selaputnya. Yang di mana ada‬‬
‫‪penemuan/penelitian bahwa plasenta bisa menyembuhkan sebagian penyakit‬‬
‫?‪kanker. Apakah hal ini diperbolehkan dalam Islam‬‬

‫الجواب ‪ ( :‬عرض السؤال التالي على فضيلة الشيخ محمد بن صالح بن‬
‫عثيمين ‪:‬‬

‫السؤال ‪ :‬ما حكم االحتفاظ بالمشيمة لعالج السرطان وإلزالة تجاعيد الوجه‬
‫؟‬

‫فأجاب فضيلته بما يلي ‪ :‬الظاهر أنه ال بأس بها مادام أنه قد ثبت ذلك ‪.‬‬

‫سؤال ‪ :‬هل تنطبق عليها قاعدة ‪ :‬ما قطع من حي فهو ميت ؟‬

‫جواب ‪ :‬اآلدمي ميتته طاهرة ‪.‬‬


‫ وإذا لم يكن لها فائدة هل يجب دفنها ؟ أم تلقى في أي مكان ؟‬: ‫سؤال‬

‫ وهللا أعلم ) ( الشيخ محمد‬. ‫ الظاهر أنها من جنس اْلظافر والشعر‬: ‫جواب‬
‫بن صالح العثيمين‬
Jawaban:

Pertanyaan berikut diajukan kepada Fadhilatus syaikh Muhammad bin Shalih


Al-‘Utasimin:

Tanya: Apa hukum menyimpan plasenta untuk pengobatan kanker dan


menghilangkan kerutan di wajah?

Beliau menjawab: secara dzahir hal tersebut tidak mengapa selama berita
tersebut benar (bisa menyembuhkan)

Tanya: apakah bisa diterapkan kaidah “apa yang terpotong dari orang hidup
maka dianggap mayyit”

Beliau menjawab: mayyit manusia hukumnya suci

Tanya: jika ternyata tidak bermanfaat (tidak bisa mengobati) apakah wajib
menguburkannya? Atau dibuang di mana saja?

Beliau menjawab: secara dzahir plasenta sebagaimana kuku dan rambut (jadi
bisa dikubur di mana saja dan tidak ada ritual khusus, pent), Wallahu ‘alam

Sumber: http://islamqa.info/ar/ref/3794

dr. Raehanul Bahraen, 15 Shafar 1434 H

artikel www.muslimafiyah.com

Anda mungkin juga menyukai