Ekor
5:18 AM No Comment
Tulang Ekor, hidayatullah.com
I. PENDAHULUAN
Al-Quran dan Sunnah merupakan dua elemen yang memiliki otoritas tertinggi dalam
permasalahan agama Islam. Dua elemen ini pada saat ini sudah berbentuk teks berkat usaha
dan perjuangan para shahabat dan ulama terdahulu. Karena teks akan mati atau tidak berguna
bila hanya dibiarkan dalam teksnya dan akan bisa hidup dan sangat berguna bila dipelajari
dan diamalkan.
Begitu juga sains, titik perbedaannya yaitu sains adalah pengetahuan manusia melalui
penelitian-penelitian yang terus berkembang hingga saat ini. Meskipun sains merupakan
sesuatu yang ilmiah dan dapat dibuktikan dan disepakati oleh banyak orang, tetapi
kebenarannya tetaplah relatif dan bisa saja berubah pada tiap-tiap masanya dan oleh
penemuan baru lainnya.
Perlu diketahui sebelumnya bahwa apa saja yang berasal dari Rasulullah yang
berdasarkan wahyu pasti benar sedangkan sains itu belum tentu benar, begitu juga hadis yang
sampai pada kita juga belum tentu benar, terutama pemahaman kita mengenai hadis jelas
belum tentu benar dan barangkali juga sangatlah salah. Dalam pembahasan ini yang dicari
bukanlah untuk membenarkan salah satunya antara pemahaman kita tentang hadis dan juga
tentang sains dan membuat kesimpulan bahwa Rasulullah telah berkata tentang ini 1400
tahun lalu dan terbukti benar, melainkan mencari titik temu antara hadis dan sains bahwa ada
beberapa hadis yang tidak hanya berbicara tentang doktrin agama melainkan juga tentang
sains, ekonomi, politik, dan lain-lain, serta sebagai tambahan wawasan bagi kita bahwa ada
beberapa hal dalam hadis tentang sains dan telah diteliti oleh ilmuwan yang ahli di
bidangnya.
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa saja hadis dan sains yang membahas tentang tulang ekor?
2. Bagaimana titik temu antara hadis dan sains dalam pembahasan ini?
II. PEMBAHASAN
A. Teks Hadis
Kata Kunci:
عجب الذنب : Tulang ekor
Takhrij:
No Sumber Nama Kitab Hadis
.
1 Al-Bukhori Tafsir al-Quran 4440
Al-Bukhori Tafsir al-Quran 4554
2
3 An-Nasa’i Al-Janaiz 2050
4 Abu Dawud As-Sunnah 4118
5 Ibn Majah Az-Zuhd 4256
6 Ahmad Baqi Musnad al-Muksirin 7833
7 Ahmad Baqi Musnad al-Muksirin 7934
8 Ahmad Baqi Musnad al-Muksirin 9163
9 Ahmad Baqi Musnad al-Muksirin 10072
10 Malik Al-Janaiz 503
B. Kualitas Hadis:
Dikarenakan penulis tidak mengetahui cara untuk melihat pendapat ulama tentang
hadis di atas apakah shahih atau tidak, maka penulis mencoba untuk menganalisanya sendiri
dengan menggunakan aplikasi CD Mausu’ah Hadis Syarif.
Langsung saja beginilah tampilannya:
Mari kita lihat pada panel di sisi kiri, terdapat lima perawi. Dan lihat di bawah
terdapat petunjuk اتص&&ال الس&&ندbahwa hadis ini muttashil. Berarti telah memenuhi kaidah
kesahihan yaitu ketersambungan sanad.
Selanjutnya kita melihat pada perawinya. Rawi pertama termasuk golongan sahabat
dan menempati peringkat pertama dalam ta’dilnya. Rawi kedua menempati peringkat kedua.
Rawi ketiga menempati peringkat kedua juga. Rawi keempat menempati peringkat ketiga.
Dan rawi kelima menempati peringkat kedua. Berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perawi yang bermasalah disini yang dapat mengganggu kesahihannya. Penilaian perawi
mencangkup pada syarat kesahihan yaitu adil dan dabit. Tapi dalam penilaian ini tidak
dijelaskan tingkat keadilan dan kedabitan perawi, melainkan hanya menjelaskan
kesiqahannya saja. Meskipun siqah adalah istilah bagi perawi yang adil dan dabit, dan bila
tidak siqah berarti perawi tidak adil dan juga tidak dabit. Karena ada dua syarat, maka masih
terdapat pertanyaan bagaimana jika perawi tidak adil tapi dabit ataupun sebaliknya. Dan perlu
diketahui bahwa penilaian perawi ini berdasarkan penilaian Imam Ibn Hajar al-Asqalany.
Karena penilaian hanya menjelaskan kesiqahannya saja, maka untuk sementara dianggap
telah memenuhi persyaratan kaidah kesahihan sanad.
Dan untuk persyaratan tidak ada kejanggalan dan tidak ada cacat, penulis tidak bisa
menemukan penjelasannya dengan aplikasi ini. Maka sebagai kesimpulan bahwa hadis ini
secara kualitas termasuk hadis Sahih jika tanpa melihat kejanggalan dan cacatnya.
Four small coccygeal vertebrate fuse to form the coccyx. The individual vertebrae begin to
fuse by about age 25. The coccyx ia an attachment site for several ligaments and some
muscles. The first and second coccygeal vertebrae have unfused vertebral arches and
transverse processes. The prominent laminae of the first coccygeal vertebrae are known as
the coccygeal cornua, which curve to meet the sacral cornua. Fusion of the coccygeal
vertebrae is not complete until adulthood. Inmales, the coccyx tends to project anteriorly, but
2[2] Michael P. McKinley, Valerie Dean O’Loughlin, Human Anatomy, New York: McGraw-Hill, 2006,
hlm. 204.
in females it tends to project more inferiorly. In very old individuals, the coccyx may fuse
with the sacrum.3[3]
Berbagai ayat al-Quran dan hadis Rasulullah saw. menjelaskan bahwa ketika tubuh
manusia yang telah mati dikubur di dalam tanah, kemudian menyatu dengan muasal
sejatinya, yaitu tanah dan air, ada bagian penting dari tubuh mereka yang tersisa. Karena
itulah ayat al-Quran di atas mempergunakan ungkapan “apa yang dihancurkan bumi dari
(tubuh) mereka”. Ayat itu seakan-akan hendak menegaskan bahwa muasal mereka tetap ada
ketika bagian tubuh lainnya musnah dihancurkan bumi. Hadis-hadis Rasulullah menjelaskan
apa yang tersisa setelah jasad mereka menyatu dengan tanah, yaitu tulang sebesar atom yang
merupakan asal penciptaan mereka, dan dari bagian itulah mereka kelak akan dibangkitkan.
Dari berbagai ayat dan hadis Nabi saw., kita mengetahui bahwa bagian itulah yang paling
penting dari struktur tubuh manusia.4[4]
3[3] Michael P. McKinley, Valerie Dean O’Loughlin, Human Anatomy, hlm. 212.
4[4] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis: Mengerti Mukjizat Ilmiah Sabda
Rasulullah, terj. Yodi Indrayadi dkk., Jakarta: Zaman, 2013, hlm., 263.
proses ini adalah sel-sel saraf yang menjadi fondasi sistem saraf janin, ditandai dengan
lewatnya sejumlah sel lapisan atas melalui simpul primer.
Setelah sempurnanya penciptaan seluruh sistem tubuh janin, Spermann dan kru
penelitinya mencatat bahwa pita primer telah dilorot untuk ditampung di ujung tulang
belakang. Spermann dan kru penelitinya juga tercengang oleh proses terciptanya seluruh
sistem tubuh janin selama masuknya sel-sel primer melalui benang dasar dan simpulnya yang
mereka sebut dengan istilah “pengorganisir pertama” (the primary organizer).
Untuk meneliti lebih jauh karakteristik “pengorganisir pertama” tersebut dan
menyingkap lebih banyak lagi rahasia-rahasianya, tim peneliti ini pun memotong benang
dasar ini lalu menanamnya pada janin lain. Ternyata ia tumbuh pada pusat poros yang
berbeda dengan pusat poros janin tuan rumah.
Pada tahun 1931 M, Spermann dan kru penelitinya mencoba menumbuk halus pita
primer ini, kemudian menanamnya di salah satu janin amfibi. Dan ternyata, ia tumbuh pada
pusat poros lain yang berbeda dengan poros janin tuan rumah. Hal ini mengisyaratkan bahwa
pita primer tidak terpengearuh dengan upaya penumbukan.
Selanjutnya pada tahun 1932 M, Spermann dan kru penelitinya merebus pengorganisir
pertama ini, kemudian menanamnya di janin lain. Dan ternyata lagi-lagi, ia tumbuh mandiri,
sehingga semakin menegaskan ketidakterpengaruhannya dengan upaya perebusan.
Akhirnya pada tahun 1935 M, Spermann memperoleh Hadiah Nobel bidang ilmu
biologi sebagai penghargaan atas prestasinya menemukan “pengorganisir pertama” dan
membuktikan perannya dalam penciptaan seluruh jaringan, organ, dan sistem tubuh janin,
juga bahwasanya ia tidak dapat binasa.
Tujuh puluh tahun kemudian, tepatnya pada bulan Ramadhan 1424 H (2003 M), Dr.
Utsman Jailan melakukan uji pembakaran terhadap dua ruas terakhir dari tulang
tungging/sulbi lima ekor kambing dengan menggunakan pistol gas selama sepuluh menit
sampai benar-benar berarang. Kemudian ia memeriksanya pada sejumlah ahli ilmu jaringan
tubuh (histology) di Universitas Shana. Ternyata, riset membuktikan bahwa sel-sel tulan
sungging/sulbi tidak terpengaruh oleh pembakaran sama sekali, meskipun seluruh organ dan
jaringan lemak yang meliputinya terbakar habis, berikut sel-sel sumsum yang ada di
dalamnya.5[5]
5[5] Zaghlul an-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunnah, terj. A. Zidni Ilham Faylasufa, Jakarta:
AMZAH, 2007, hlm., 227-229.
Dengan menerapkan hasil pengamatan Spermann dan krunya dalam bidang penelitian
janin manusia, para ilmuwan embriologi, seperti Keith L. Moore, memperoleh rumusan dan
kejelasan sebagai berikut.
1. Ovum yang telah dibuahi (zigot) terbentuk begitu ovum dibuahi oleh sperma jantan
(spermatozoa).
2. Zigot kemudian mulai melakukan proses pembelahan menjadi beberapa sel yang dikenal
dengan nama blastomeres. Empat hari kemudian (setelah pembuahan), blastomeres berubah
menjadi gumpalan bundar berisi sel-sel yang dikenal dengan istilah morula. Bentuk mirip
bola cekung yang berdiameter seperempat milimeter, dikenal dengan istilah blastula. Fase ini
memakan waktu hampir seminggu pertama dari usia janin. Pada malam kelima, morula
terbelah menjadi dua, membentuk apa yang disebut dengan “blastocyst”.
3. Maksimal pada malam ketujuh, blastocyst mulai tertanam di dinding rahim dengan bantuan
sejumlah sel pengait yang muncul dari sana. Ia pun menggantung dengan bantuan sel pengait
tersebut ditambah beberapa beludru lembut di dinding rahim, dan memulai fase baru, fase
‘alaqah (gumpalan darah mirip lintah) yang berlangsung selama dua minggu kedua dan
ketiga usia janin, berbentuk gumpalan daging yang amat sangat kecil dan menggantung di
dinding rahim dengan diselimuti darah yang membeku. Dari sini, istilah ‘alaqah yang
digunakan al-Quran untuk menyebut tahapan ini sangat tepat.
Kira-kira pada malam kelima belas sejak tanggal pembuahan, sabuk sel-sel lapisan atas
‘alaqah mulai tersusun mirip garis bujur yang disebut dengan “pita primer” yang ujung
depannya membesar mirip sebuah bandul yang disebut “simpul primer”.
Dalam kurun waktu yang bersamaan, di atas pita primer terjadi penurunan kesempitan yang
terus berlangsung, membentuk sebuah lubang di simpul primer yang lebih lanjut dikenal
dengan istilah “lubang pertama” (the primitive pit). Pada malam keenam belas, lapisan tengah
sel-sel mulai terbentuk di antara lapisan atas bagian luar dan lapisan bawah bagian dalam.
4. Kira-kira pada malam kedua puluh satu, lapisan tengah memadat ke arah poros sentral janin,
membentuk gumpalan-gumpalan bakal-badan (somites) yang pasangan pertamanya mulai
tampak di sisi atas janin (bagian kepala). ‘Alaqah (gumpalan darah mirip lintah pun beralih
ke fase mudghah (gumpalan daging mirip kunyahan permen) yang panjangnya hampir tidak
lebih dari 2,5 mm. Kemudian berturut-turut muncul gumpalan-gumpalan bakal-badan yang
berpasang-pasangan di kedua sisi poros sentral janin hingga berjumlah antara 42 hingga 45
pasang. Janin pun menyerupai potongan daging kecil yang dikunyah-kunyah gigi kemudian
dimuntahkan. Dari sini tampak sekali akurasi ungkapan al-Quran dalam menyebut fase ini
dengan istilah mudghah (yang secara bahasa berarti sesuatu yang dikunyah).
Fase mudghah ini berlangsung hingga kira-kira akhir minggu keempat, atau antara malam
kedua puluh delapan hingga malam ketiga puluh usia janin.
Kemunculan somites ternyata juga dibarengi dengan kemunculan lengkungan-lengkungan
pharyngeal dalam bentuk lima pasang lubang yang terbentuk di lapisan luar tubuh janin tepat
di bawah puncak kepala.
5. Selama minggu kelima hingga minggu kedelapan usia janin, terbentuklah tulang yang
kemudian dibungkus oleh daging (otot/urat dan kulit). Hal itu terjadi dengan perubahan
gumpalan-gumpalan badaniah (somites) menjadi dua bagian yang berbeda, sebagai berikut.
a. Bagian depan, dikenal dengan nama sclerotone (gumpalan kerangka skeleton). Dari bagian
ini terbentuklah tulang-tulang belakang dan rusuk, lengan dan tungkai bagian atas dan bawah
(tangan dan kaki), serta landasan tengkorak. Sedangkan tulang-tulang wajah, kedua tulang
rahang, dan tulang-tulang telinga bagian tengah, terbentuk dari lengkungan pharygeal
pertama, sementara tulang induk (hyiod bone) terbentuk dari lengkungan pharyngeal kedua.
Adapun tengkorak kepala terbentuk dari sel-sel lapisan tengah yang memadat di puncak
kepala dan berubah langsung dari selaput-selaput menjadi tulang-tulang rawan.
b. Bagian belakang dan permukaan, dikenal dengan nama dermomyotome (gumpalan
otot/kulit). Bagian ini terbagi lagi menjadi dua bagian. Yang terbesar adalah bagian otot
(muscular); ia membentuk sebagian besar otot-otot dan urat tubuh. Sedang yang lain adalah
bagian kulit dan jaringan-jaringan di bawah kulit.
Selama fase ini, terjadi proses pembentukan, penyempurnaan, dan perbaikan. Proses-
proses ini berlangsung hingga janin lahir, setelah lahir, hingga mati. Ruh, sebagaimana
informasi Rasulullah, ditiupkan ke dalam diri jani pada akhir minggu keenam (hari ke-42).
Proses penyempurnaan dan perbaikan ini meliputi pertumbuhan organ-organ tubuh
dan organ lengan dan tungkai (tangan dan kaki). Tangan dan kaki mula-mula menyerupai
tunas-tunas sangat kecil yang terbentuk dan pemadatan sel-sel lapisan tengah janin dan ia
terbungkus oleh kulit dari lapisan luar.
Pada fase penyempurnaan dan perbaikan (finishing) ini juga terbentuk bagian-bagian
dalam tubuh, antara lain hati beserta embel-embelnya, sistem saraf komplet, sistem
pencernaan, sistem urinal/reproduksi, dan lain-lain.
Proses-proses penyempurnaan dan perbaikan (finishing) tidak mungkin berlangsung
kecuali setelah peletakan asas (landasan). Asas-asas. Pempentukan seluruh organ janinini
terbangun pada rentang waktu antara minggu keempat dan minggu kedelapan usia janin. Dan
ini merupakan masa-masa yang paling kritis dan sensitif dalam usia janin.
Pada tahap-tahap awal proses penyempurnaan dan perbaikan (finishing), terjadi hal-
hal sebagai berikut: penegakkan kelengkungan tubuh secara signifikan, permulaan
pembentukan wajah, penandaan kawasan leher dan penampakan lengkungan-lengkungan
tekak pada kedua sisinya, penandaan sepasang mata, telinga, dan hidung, permulaan
kemunculan tunas-tunas tangan kemudian kaki, pembentukan tali pusar dari sambungan leher
yang menghubungkan antara janin dan ibunya, kemunculan kelenjar-kelenjar reproduksi
(gonads), meskipun baru terlihat betul pada akhir minggu kedelapan, ketika posisi tubuh
bagian dalam secara keseluruhan telah tertata pada tempat masing-masing, kendati hanya
dalam bentuk-bentuk awal (primitif). Dan seiring dengan berakhirnya minggu kedelapan,
maka berakhirlah periode embrio, dan mulailah periode fetus yang berakhir dengan
kelahiran.6[6]
8[8] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm., 270-272.
11[11] Q.S. Ali Imran: 30; Q.S. al-Kahfi: 37; Q.S. al-Hajj: 5; Q.S. al-Rum: 20; Q.S. Fathir: 11; Q.S. Ghafir:
67.
12[12] Q.S. al-An’am: 2; Q.S. al-A’raf: 12; Q.S. al-Sajdah: 7; Q.S. Shad: 71-76; Q.S. al-Isra: 61.
17[17] Q.S. Hud: 61; Q.S. Thaha: 55; Q.S. al-Najm: 32; Q.S. Nuh: 17,18.
23[23] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm., 272-275.
III. PENUTUP
Setelah ditelaah dan didudukkan pada porsi yang sama antara hadis yang bersifat
wahyu dan sains yang bersifat ilmiah, ditemukan titik temu dalam dua elemen ini, bahkan
saling menguatkan satu sama lain. Di dalam hadis dijelaskan bahwa tulang ekor merupakan
awal penciptaan dan awal kebangkitan, karena itu bersifat kekal. Sedangkan dalam penelitian
ilmiah membuktikan bahwa tulang ekor merupakan suatu benda yang ternyata kebal dan
tidak dapat hancur sebagaimana anggota tubuh lainnya.
Penelitian ini juga membuktikan kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad sebagai
Nabi pemungkas, serta menunjukkan kehebatan sains-sains yang terdapat dalam hadis beliau.
Sebab penelitian ilmiah memerlukan syarat-syarat yang akurat, komprehensif, empiris dan
mendalam. Dan juga sebagai bukti bahwa hadis-hadis yang diucapkan oleh Rasulullah Saw.
merupakan wahyu dari Allah yang akal akan sulit menerimanya jika yang mengucapkan
adalah seorang Nabi yang ummi dan tidak pernah belajar secara mendalam pada cabang ilmu
ini.
Al-Najjar, Zaghlul Raghib. 2013. Buku Pintar Sains dalam Hadis: Mengerti Mukjizat Ilmiah Sabda
Rasulullah. terj. Yodi Indrayadi dkk.. Jakarta: Zaman.
27[27] Zaghlul Raghib al-Najjar, Buku Pintar Sains dalam Hadis, hlm., 278-279.
An-Najjar, Zaghlul. 2007. Pembuktian Sains dalam Sunnah. terj. A. Zidni Ilham Faylasufa. Jakarta:
AMZAH.
CD-ROM Mausu’ah al-Hadis al-Syarif. V. 2.00
McKinley, Michael P., Valerie Dean O’Loughlin. 2006. Human Anatomy. New York: McGraw-Hill.