Anda di halaman 1dari 43

FITRAH MANUSIA MENURUT HADIS

Disampaikan dalam Seminar Kelas


Mata Kuliah Hadis Maudhui Semester I ( S3)
Oleh

Ismail
NIM. 80100321005

DOSEN
Prof. Dra. Hj. St. Aisyah Kara, M.A, Ph.D
Dr.Darsul S.Puyu, M.Ag

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah Swt.

Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas

mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal

dari tanah. Manusia bukanlah makhluk yang selalu pasif tetapi manusia adalah makhluk

yang aktif, dan manusia juga bukan makhluk agresif yaitu dapat memberikan dan

mempengaruhi, tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan.1

Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara

makhluk lain. Menurut Zainuddin Ali manusia mempunyai beberapa kelebihan diantaranya;

pertama mampu bergerak dalam berbagai ruang, baik di darat, di laut, maupun di udara,

kedua mempunyai potensi untuk berbuat baik dan berpotensi melakukan kejahatan,

sedangkan yang ketiga manusia mampu memegang amanah sebagai khalifah di bumi 2.

Berbeda yang diungkapkan Mahmud Muhammad Thaha melalui pertanyaan yang

dilontarkan Apa itu manusia ? siapa dia? Manusia adalah hewan, yang karena akalnya

menduduki posisi kemuliaan. Manusia senantiasa dalam pembentukan. Untuk kelangsungan

pembentukannya, ia tidak memilki batas, sebab ia berpindah-pindah dalam maqam-maqam

kesempurnann secara terus menerus.3

1
Rubini, Hadis Tarbawi tentang Potensi Anak( Fitrah), Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
Volume 4 Nomor 2, Desember 2015, h. 26
2
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam,( Cet.III, Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.14
3
Mahmud Muhammad Thaha, Risalah ash-Shalah, yang diterjemahkan khoiron nahdliyyin dengan
judul Shalat Perdamaian ( Cet. I; Yogyakarta:Lkis, 2001) h.10
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik di antara makhluk Allah

yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah dan rohaniah, atau unsur fisiologis

dan unsur psikologis.Akal adalah salah satu potensi rohani yang dimiliki oleh manusia. Di

samping akal manusia mempunyai potensi rohani lain yang disebut dengan fitrah. Secara

fitri, Allah SWT sebagai sang khalik telah menciptakan manusia sebagai suatu makhluk

yang istimewa, yaitu makhluk yang memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan

dengan makhluk-makhluk yang lainnya, baik itu kelebihan dari segi jasmani maupun rohani.

Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat

kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi4 disebut

potensialitas atau disposisi, dan menurut aliran behaviourisme disebut prepotence reflexes

(kemampuan dasar yang dapat berkembang). Oleh sebab itu, untuk mengatur fitrah atau

potensi yang ada danagar dapat menggunakannya secara optimal, manusia dirasa perlu

mengetahui hakekat dari fitrah manusia baik berdasarkan Al-Quran maupun Hadis Nabi saw.

Fitrah memiliki bebrapa potensi yang secara inhern telah ada sejak manusia lahir. Potensi-

potensi manusia tersebut masih mentah, potensi itu dapat diaktualisasikan sesuai dengan

usaha yang dilakukan oleh seseorang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam membahas

hadis tematik dengan judul Hadis tentang Fitrah Manusia adalah

1) Bagaimana takhrij hadis tentang fitrah manusia?

2) Bagaimana syarah hadis tentang fitrah manusia?

4
Alex Sabur, Psikologi Umum, ( Cet.IV; Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 252
BAB II
Pembahasan
A.Tahrijul Hadis
Tidak semua hadis dari Nabi diterima para sahabat secara kolektif kemudian

disampaikan kepada orang banyak secara mutawatir, seperti al-Quran. Sementara itu

sehubungan dengan masa munculnya hadis yang bersamaan dengan turunnya al-Quran,

dalam periwayatan al-Quran tidak ada masalah umat Islam menerimanya tidak memerlukan

kajian silsilah sanad karena seluruhnya ditulis sejak masa Rasulullah hidup serta al-Quran

diterima oleh para sahabat secara mutawatir.5

Hal tersebut berbeda dengan sunnah atau hadis yang tidak tertulis sejak masa hidup

Rasulullah saw. Mayoritas hadis hanya dihafal oleh para sahabat, dan pernah terjadi

pemalsuan hadis dan penyalahgunaan kepentingan. Kondisi itu ulama untuk meneliti

auttentitas hadis secara objektif melalui tahrijul hadis dengan beberapa faktor sebagaimana

yang diungkapkan M. Syuhudi Ismail, yaitu hadis sebagai sumber ajaran Islam, tidak

seluruh hadis ditulis pada masa Nabi, timbul berbagai pemalusuan hadis, proses

penghimpunan hadis memakan waktu lama6

Proses tahrijul hadis ialah kegiatan mencari hadis dengan cara menelusuri sampai

berhasil menemukan di dalam kitab-kitab hadis yang ditulis periwayatan langsung.

Kegiatan tahrijul hadis meliputi dua objek yaitu pertama penelitian matan dan sanad,

kedua objek penelitian hadis saling berkaitan karena matan dapat dianggap valid jika disertai
7
silsilah sanad yang valid pula. Kegiatan seperti ini mengandung dual hal yang pertama

5
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis ( Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara 2016), h.45-46
6
M. Syuhudi Ismail, Metodoligi Penelitian Hadis Nabi ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 42
7
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 4
tahrijul hadis bil alfas dan tahrijul hadis bil maudu.8 Dan adapun metode yang pertama yaitu

upaya kami menemukan kualitas hadis tersebut dengan pencarian hadis pada kitab hadis

dengan cara menelusuri mata hadis tersebut dengan berdasarkan teks atau kosakata yang

dianggap penting, dengan menggunakan Kamus al-Mujam al-Mufahras li al-fasil hadissin

Nabawi atau dengan menggunakan Lidwa Pustaka i Sofware: 9 Imam Hadits.9

1. Penelusuran Hadis

Jika kita telusuri hadis tentang Fitrah Manusia metode yang pertama kita lakukan

adalah penelusuran hadis melalui lafal dengan istilah tahrijul bi Al-lafzhi, Kamus yang

diperlukan metode ini adalah Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-fazh Hadits An-Nabawi
10
dengan menelusuri kata ِ‫ ا ْل ِف ْط َر ِة‬. maka kita akan menemukan beberapa kalimat yang

berkaitan dengan kataِ‫ خمسِ من ِا ْل ِف ْط َر ِة‬yaitu

1. Kitab Bukhari pada bab ‫ لباس‬no hadis, 51, 63, 64.

2. Kitab Muslim nomor hadis 49, 50.

3. Kitab Abu Dawud nomor hadis 16

4. Sunan At-Tirmidzi pada bab adab 14

5. Sunan An-Nasai tahara 8-10, ‫ زينة‬55

6. Sunan Ibnu majah ‫ طهارة‬8

Kalau ditelusuri pada Lidwa Pustaka i Sofware: 9 Imam Hadits. Dengan kata kunci

dari kosakata ِ‫ ا ْل ِف ْط َر ِة‬maka kita akan menemukan kata hadis yang kaitannya fitrah itu searah

dengan makna kebersihan diri manusia, memotong kumis, khitan, mencukur bulu kemaluan,

8
M. Syuhudi Ismail,Cara Praktis Mencari Hadis ( Cet. II; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1999), h. 16-17
9
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 8
10
Arnold John Weinsick, Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-fazh Hadits An-Nabawi, Jus V, (
Leiden:E.J Brill, 1965), h.178-179
hadis ini terdapat dalam Riwayat Ahmad nomor 3666, Bukhari nomor hadis 5439, Ibnu

Maja nomor hadis 288, Ahmad 17606, dan riwayat Muslim nomor hadis 377.

Dan jika tulusuri dengan menggunakan Lidwa Pustaka i Sofware dengan

mempergunakan kosakata kata kunci ‫ كل مولد يولد على الفطرة‬maka kita menemukan hadis

tersebut ada bukhari nomor hadis 1296 kitab jenazah pada bab tentang pembicaraan

keberadaan mayit dari anak-anak kaum musyrikin. Dalam kitab Ahmad dengan nomor hadis

8949, 9851, 87339, 14277, sedangkan dalam kitab Abu Dawud nomor hadis 3666 dalam

kitab merapikan rambut bab tentang mencukur kumis, nomor hadis 4091 dan nomor hadis

4093 dalam bab yang sama kitab sunnah pada bab: penjelasan tentang keturunan orang-

orang musyrik, sedangkan dalam kitab Tirmidzi nomor hadis 2064 di temukan dalam kitab

qadar, bab tentang setiap bayi diatas fitrah. Jika kita telusuri dengan menggunakan kalimat

‫علَى ا ْل ِف ْط َر ِة‬
َ ‫ ما مِ ْن َم ْولُو ٍد إِ اَّل يُولَ ُد‬kami hanya menemukan ada dikitab Kitab Bukhari nomor hadis 6110

pada bab Allah lebih tahu apa yang mereka kerjakan, nomor hadis 1270 dan nomor hadis 1271

dalam bab jika anak kecil masuk Islam lalu mati dan apakah Islam wajib diperkenalkan kepada

Anak keci. nomor hadis 4402 pada bab surah ar Rum ayat 30. ahmad 9851, 8949,7832, muslim

4805 dan 4806. 11

a. Riwayat Bukhari

‫ع ْنهُ قَا َل‬


َ ‫ّللا‬
ُ‫ي ا‬ َ ‫الرحْ َم ِن ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ َر ِض‬ َ ‫سلَ َمةَ ب ِْن‬
‫ع ْب ِد ا‬ َ ‫الز ْه ِري ِ ع َْن أَبِي‬ ٍ ْ‫َح ادثَنَا آ َد ُم َح ادثَنَا ابْنُ أَبِي ِذئ‬
ُّ ‫ب ع َْن‬

‫ج ا ْلب َِهي َمةَ َه ْل‬ َ ‫علَى ا ْل ِف ْط َر ِة فَأَب ََواهُ يُه َِودَانِ ِه أ َ ْو يُنَ ِص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِج‬
ُ َ ‫سانِ ِه َك َمث َ ِل ا ْلب َِهي َم ِة ت ُ ْنت‬ َ ‫سلا َم ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلاى ا‬
َ ‫ّللا‬ ُّ ِ‫قَا َل الناب‬
َ ‫ي‬

‫ت ََرى فِيهَا َج ْدعَا َء‬

(BUKHARI - 1296) : Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan

11
Lidwa Pustaka i- Sofware: 9 Imam Hadis
anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang
melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?"12
b. Riwayat al-Bukhari

،ُ‫ع ْنه‬َ ‫ّللا‬ َ ‫ أَنا أَبَا ه َُري َْرةَ َر ِض‬،‫الرحْ َم ِن‬


ُ‫ي ا‬ ‫ع ْب ِد ا‬ َ ُ‫سلَ َمةَ ْبن‬ َ ‫ أ َ ْخب ََرنِي أَبُو‬:َ‫ قَال‬،ِ‫الز ْه ِري‬
ُّ ‫ ع َْن‬،‫س‬ ُ ُ‫ أ َ ْخب ََرنَا يُون‬،ِ‫ّللا‬ َ ‫ أ َ ْخب ََرنَا‬،ُ‫ع ْبدَان‬
‫ع ْب ُد ا‬ َ ‫َح ادثَنَا‬
ً ُ
،‫ج ا ْلب َِهي َمة ب َِهي َمة ج َْمعَا َء‬ ُ َ ‫سانِ ِه َك َما ت ُ ْنت‬ َ َ َ َ ْ
َ ‫ أ ْو يُ َم ِج‬،ِ‫ فأب ََواهُ يُه َِودَانِ ِه أ ْو يُنَ ِص َرانِه‬،‫علَى ا ْل ِفط َر ِة‬َ ‫مِن َم ْولُو ٍد إِ اَّل يُولَ ُد‬
ْ ‫ " َما‬:ِ‫ّللا‬‫سو ُل ا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫قَال‬
‫ق اللا ِهق ذَ ِلكَ الدِينُ ا ْلقَيِ ُم‬ ِ ‫علَ ْيهَاف َّل ت َ ْبدِي َل ِل َخ ْل‬
َ ‫اس‬َ ‫ط َر النا‬َ َ‫ّللا الاتِي ف‬
ِ ‫ فِ ْط َرةَ ا‬:ُ‫ ث ُ ام يَقُول‬،‫مِن َج ْدعَا َء‬
ْ ‫سونَ فِيهَا‬ ُّ ِ‫َه ْل تُح‬

Abdan Menceritkan kepada kami (dengan berkata) Abdullah memberitahukan kepada kami
(yang berasal) dari al-Zukhri (yang menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rahman
memberitahukan kepadaku bahwa Abu Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda
“setiap anak lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam)
menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. sebagimana
binatan ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah Anggota tubuhnya).
Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacak (putus telinganya atau anggota
tubuhnya yang lain)kemudian beliau membaca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptkan menurut manusia fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah)
agama yang lurus.HR. Bukhari. No .1271
b. Riwayat Muslim
:ُ‫ أَناهُ كَانَ يَقُول‬،َ‫ ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرة‬،‫ب‬ ِ ‫س ِي‬ َ ‫ أ َ ْخب ََرنِي‬،ِ‫الز ْه ِري‬
َ ‫س ِعي ُد بْنُ ا ْل ُم‬ ُّ ‫ ع َْن‬،ِ‫الزبَ ْيدِي‬ ُّ ‫ ع َْن‬،‫ب‬ ٍ ‫ َح ادث َ َنا ُم َح ام ُد بْنُ ح َْر‬،ِ‫ب بْنُ ا ْل َولِيد‬ ِ ‫َح ادث َ َنا ح‬
ُ ‫َاج‬
َ‫ ه ْل‬،‫ج ا ْلب َِهي َمةُ ب َِهي َمةً ج َْمعَا َء‬
َُ ‫ َك َما ت ُ ْنت‬،ِ‫سانِه‬ َ َ َ ْ ْ
َ ‫ َويُ َم ِج‬،ِ‫ َويُن ِص َرانِه‬،ِ‫ فأب ََواهُ يُه َِودَانِه‬،‫على ال ِفط َر ِة‬ َ َ ‫ا‬ ُ ْ
َ ‫ّللا" َما مِن َم ْولو ٍد إَِّل يُول ُد‬ ‫سو ُل ا‬ُ ‫قَا َل َر‬
ْ َ ُ
ِ ‫ َواق َر ُءوا إِ ْن‬:َ‫مِن َج ْدعَا َء؟ ث ام يَقُو ُل أبُو ه َُري َْرة‬
‫شئْت ُ ْم‬ ْ ‫سونَ فِيهَا‬ ُّ ِ‫تُح‬:

Hâjib bin al-Walid menceritakan kepada kami (dengan mengatakan) Muhammad bin harb
menceritakan kepada kami (yang berasal) dari al-Zubaidi (yang diterima) darfi al-Zuhri
(yang mengatakan) Sa'id bin al-Musayyab memberitahukan kepadaku (yang diterima) dari
Abu Hurairah bahwa ia berkata, Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak lahir (dalam
keadaan) fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama
Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi, sebagaimana binatang ternak
memperanakkan seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda
mengetahui di antara binatang itu ada yang cacat/putus (telinganya atau anggota tubuhnya
yang lain)
c. Riwayat Ahmad bin Hambal

‫ِح ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ قَا َل‬


ٍ ‫ش ع َْن أَبِي صَال‬
ُ ‫َح ادثَنَا َوكِيع قَا َل َح ادثَنَا ْاْل َ ْع َم‬
‫علَى ا ْل ِف ْط َر ِة فَأَب ََواهُ يُه َِودَانِ ِه َويُنَ ِص َرانِ ِه‬
َ ‫علَى ا ْلمِ لا ِة َوقَا َل َم ارةً ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد‬
َ ‫مِن َم ْولُو ٍد يُولَ ُد ِإ اَّل‬ ْ ‫سلا َم َما‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلاى ا‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬ِ ‫سو ُل ا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
َ‫ّللا أ َ ْعلَ ُم ِب َما كَانُوا عَامِ ِلين‬
ُ‫َ ا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬ َ‫ك‬ ‫ل‬َ ‫ذ‬
ِ َ ْ‫ل‬ ‫ب‬ َ ‫ق‬ َ‫ات‬‫م‬ ْ
‫ن‬
َ َ ‫م‬ َ‫ْت‬‫ي‬َ ‫أ‬‫ر‬ َ
َ ِ ‫َويُش ِْرك ِ ِ َ َ ُ َ ا‬
‫أ‬ ‫ّللا‬ ‫ل‬ ‫و‬‫س‬ ‫ر‬ ‫َا‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ِي‬ ‫ق‬ ‫ه‬‫ن‬ ‫َا‬

(AHMAD - 9851) : Telah menceritakan kepada kami Waki', dia berkata; telah menceritakan
kepada kami Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada bayi yang dilahirkan kecuali di atas millah
(agama Islam), -dan sesekali beliau bersabda: "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah,

12
Al-hafidz Ahmad bin Ali bi Hajar al-Asqalani, Fathulbari Syarah Shahih Bukhari, Jilid III ( Cet. I;
Kairo: Dar Ibnu Jauzi, 1434H/2013 M), h.342
maka bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani atau Musyrik, " maka
ditanyakanlah kepada beliau; "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bagi mereka yang
meninggal sebelum umur baligh?" maka beliau bersabda: "Allah lebih tahu dengan yang
mereka kerjakan."13
‫َّللا أ َ ْعلَ ُم ِب َما كَانُوا‬
ُ ‫ " ه‬:َ‫ فَ َم ْن َه َلكَ قَ ْب َل ذَلِكَ ؟ قَال‬،ِ‫َّللا‬
‫سو َل ه‬ ِ ‫علَى ْالمِ له ِة فَأ َ َب َواهُ ُي َه ِودَا ِن ِه أ َ ْو ُين‬
ُ ‫ َيا َر‬:َ‫ قِيل‬،" ‫َص َرا ِن ِه أ َ ْو ُيش َِركَا ِن ِه‬ َ ‫ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد‬
‫عامِ لِينَ ِب ِه‬َ

Muhammad bin Yahya al-Qutha'i al-Bashri menceritakan kepada kami (yang mengatakan)
'Abd al-'Aziz bin Rabi'ah al-Bunani menceritakan kepada kami (yang berkata) al-A'masy
menceritakan kepada kami (yang bersumber) dari Abu Shalih (yang berasal) dari Abu
Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
beragama (Islam), kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikannya beragama
Yahudi atau Nasrani atau menjadikannya musyrik.14
2. Al-Itibar
Berdasarkan hasil takhrij yang penulis lakukan, langkah selanjutnya adalah

melakukan kegiatan al-Itibar yaitu memilih hadis yang kita akan kaji dan bedah dan

dijadikan sebagai bahan kajian hadis tematik. Atau kegiatan ini upaya menelusuri jalur-jalur

sanad yang ada dalam sebuah hadis yang pada sub sanadnya terdapat periwayat saja dan

menjelaskan apakah ada periwayat yang lain. Dalam menentukan kuwalitas hadis-hadis yang

akan dibahas, pemakalah mengambil dua hadis untuk diteliti periwayatannya yaitu melalui

Bukhari melalui Ada, dan Ahmad bin Hambal melalui melalui Wakii.

Hadis tentang fitrah manusia paling tidak termuat dalam beberapa kita hadis standar

yang disusun oleh para imam hadis terkenal misalkan Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu

Dawud, dan Turmudzi, serta kitab-kitab hadis lainnya. Dalam meriwatkan hadis terjadi

perbedaan matan (bacaan : redaksi) ada yang dimulai dengan kalimat ‫كل مولد يولد على الفطرة‬

dan ada yang memakai ‫ ما مِ ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَ ُد َعلَى ا ْل ِف ْط َر ِة‬namun secara subtasnsif memiliki pengertian

13
http://mqtebuireng.softether.net/hadis9/copy_open.php?imam=ahmad&nohdt=9851
14
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/hadis-nabi-tentang-fitrah-dan.html
yang sama dan Hal ini akan dikemukakan 2 hadis sebagai pijakan materi tentang hadis

maudhuy yaitu:

Untuk memperjelas hal ini maka kami paparkan sebuah skema

‫علَى ا ْل ِف ْط َر ِة‬
َ ‫َما مِ ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَ ُد‬
‫ﻗال‬
‫اﺑو ھريرة‬

‫عﻦ‬ ‫عﻦ‬

‫ أﺑﻲ ﺻالﺢ‬101)(w. ‫ أﺑﻲ ﺳلﻤة ﺑﻦ عبد الرﺣﻤﻦ‬94)(w

‫عﻦ‬
‫عﻦ‬

‫( اﻷعﻤﺶ‬W. 147)

‫ﺣدﺛنا‬ ‫عﻦ‬

‫( وكﯿﻊ‬w.196) ‫( اﺑﻦ اﺑﻲ ذﺋﺐ‬W.158)

‫ﺣدﺛنا‬ ‫ﺣدﺛنا‬

‫ اﺣﻤد ﺑﻦ ﺣنبل‬241)(w. ‫( ادم‬w.220)

‫ﺣدﺛنا‬

‫(البﺨارى‬w.256)

Skema 1 Sanad disajikan dalam bentuk tabel : 15

15
Rubini, Hadits Tarbawiyah Tentang Pontensi Anak , Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
Volome IV nomor 2 Desember 2015, h 25
No. Nama Perawi Keterangan
1. Abu Hurairah Perawi I
2. Abu Musalamah bin Abdur Rahman Perawi II
3. Az – Zuhriy Perawi III
4. Ibnu Abi Dzibin Perawi IV
5. Adam Perawi V
6. Al Bukhori Mukharrij

Skema 2 Sanad disajikan dalam bentuk tabel : 16


No. Nama Perawi Keterangan
1. Abu Hurairah Perawi I
2. Abu Shalih Perawi II
3. Al A’mas Perawi III
4. Waqi’ Perawi IV
5. Ahmad bin Hanbal Mukharrij

Berdasarkan skema di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang perlu

diperhatikan dalam sebuah skema sanad yaitu,

a. Jalur seluruh sanad

b. nama-nama perawih dalam seluruh sanad

c. metode periwayatan dalam seluruh sanad.17

3. Kritik Sanad dan Matan Hadis


1) Kritik Sanad
Untuk penelitian sanad ini akan membahas kedua hadis tersebut
1. al-Bukhari (Wafat 256 H)
Nama al-Bukhari adalah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al

16
Rubini, Hadits Tarbawiyah Tentang Pontensi Anak , Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
Volome IV nomor 2 Desember 2015, h 25
17
Mahmud Ath-Thahhan, Dasar-Dasar Ilmu Hadis( Cet. III; Jakarta: Ummul Qura, 2018), h. 188-189
Mughirah bin Bardizbah Al-Yafii Al-bukhari. Nama panggilannya atau Kuniyah

adalah Abu Abdullah. Sedangkan nasab beliau adalah Al Ju'fi; nisabah Al Ju'fi

adalah nisbah arabiyyah. Faktor penyebabnya adalah, bahwasanya al Mughirah

kakek Bukhari yang kedua masuk Islam berkat bimbingan dari Al Yaman Al Ju'fi.

Maka nisbah beliau kepada Al Ju'fi adalah nisbah perwalian. Al Bukhari yang

merupakan nisbah kepada negeri Imam Bukhari dilahirkan di Bukhara pada hari

Jum'at setelah shalat Jum'at 13 Syawwal 194H. ( 810 M)18

Sejak umur kurang lebih 10 tahun, sudah mempunyai perhatian dalam

ilmu-ilmu hadis, bahkan sudah mempunyai hafalan Hadis yang tidak sedikit

jumlahnya. Beliau merantau ke negeri Syam, Mesir, Jazirah sampai dua kali, ke

Basrah empat kali, ke Hijas bermungkin 6 tahun dan pergi ke Bagdad bersama-

sama para ahli hadis yang lain.19

Diantara guru-guru beliau Imam Bukhari berjumpa dengan sekelompok

kalangan atba'ut tabi'in muda, dan beliau meriwayatkan hadits dari mereka,

sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan jumlah yang sangat besar dari

kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau bertutur;' aku telah menulis dari

sekitar seribu delapan puluh jiwa yang semuanya dari kalangan ahlul hadits. Guru-

guru imam Bukhari terkemuka yang telah beliau riwayatkan haditsnya; Adam bin

Abi Iyas , Abu 'Ashim An Nabil Makki bin Ibrahim , Muhammad bin 'Isa bin Ath

Thabba', Ubaidullah bin Musa, Muhammad bin Salam Al Baikandi, Ahmad bin

Hambal, Ishaq bin Manshur, Khallad bin Yahya bin Shafwan,Ayyub bin Sulaiman

bin Bilal, Ahmad bin Isykab, dan masih banyak lagi. Murid-murid beliau Al Hafidz

18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis ( Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara 2016), h. 291
19
Fatchur Rahman, Ikhtishar Musththalahul Hadits ( Cet.VII; Bandung: PT Almaarif, 1991), h. 327
Shalih Jazzarah berkata; ' Muhammad bin Isma'il duduk mengajar di Baghdad, dan

aku memintanya untuk mendektekan (hadits) kepadaku, maka berkerumunlah

orang-orang kepadanya lebih dari dua puluh ribu orang.

Beliau belajar hadis sejak dibawah usia 10 tahun pada tahun 210 H dan

mendengarnya 1000 guru. Beliau hafal 100.000 buah hadis shahih dan 200.000

tidak shahih.20 Maka tidaklah mengherankan kalau pengaruh dari majelisnya

tersebut menciptakan kelompok tokoh-tokoh yang cerdas yang meniti manhaj,

dintara mereka itu adalah; Al imam Abu al Husain Muslim bin al Hajjaj an

Naisaburi (204- 261), penulis buku shahih Muslim yang terkenal Al Imam Abu

'Isa At Tirmizi (210-279) penulis buku sunan At Tirmidzi yang terkenal, Al Imam

Shalih bin Muhammad (205-293)Al Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin

Khuzaimah (223-311), penulis buku shahih Ibnu Khuzaimah, Al Imam Abu Al

Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi (286), teman dekat imam Muslim, dan dia

juga memiliki buku shahih seperti buku imam Muslim dan masih banyak lagi.21

Banyak ulama yang berguru kepadanya, seperti Imam At Tirmidzi, Ibrahim

Ibnu Ishaq al-Harbi, Ibrahim Ibnu Mughaffal An Nasfi, Ibrahim inu Musa Al-Jauzi,

Abu Abbas Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Al-Azhar, lebih 20.000 orang yang

berguru kepadanya.22 Kesaksian para ulama terhadap beliau sangat banyak sekali,

para ulama yang memberikan kesaksian atas keilmuan imam Bukhari, diantara

mereka ada yang dari kalangan guru-gurunya dan teman-teman seperiode

20
Shubhi Ash-Shalih, Ulum Hadits wa Musthalahuh ( Cet.IV; Beirut: Dar Al-Ilmi li Al-Malayin, 1969),
h.396
21
Fatchur Rahman, Iktishar Mushthalahul Hadit (Cet.VII; Bandung:1991), h. 328
22
Imam Bukhari, al-Adabul al-Mufrad yang dialih bahasakan Muh Suri Sudarhi dengan judul Adabul
Mufradat Kumpulan Hadits-Hadits Akhlak( Cet.VI; Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2016), h. 15
dengannya. Adapun para tokoh para ulama yang memberikan persaksian terhadap

beliau adalah

a. Abu Bakar Ibnu Khuzaimah telah memberikan kesaksian terhadap

Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di kolong langit ini tidak ada

orang yang lebih mengetahui hadits dari Muhammad bin Isma'il."

'Abdan bin 'Utsman Al Marwazi berkata; 'aku tidak pernah melihat

dengan kedua mataku, seorang pemuda yang lebih mendapat bashirah

dari pemuda ini.' Saat itu telunjuknya diarahkan kepada Bukhari.

b. Qutaibah bin Sa'id menuturkan; 'aku duduk bermajelis dengan para ahli
fikih, orang-orang zuhud dan ahli ibadah, tetapi aku tidak pernah
melihat semenjak aku dapat mencerna ilmu orng yang seperti
Muhammad bin Isma'il. Dia adalah sosok pada zamannya seperti 'Umar
di kalangan para sahabat. Dan dia berkata; ' kalau seandainya
Muhammad bin Isma'il adalah seorang sahabat maka dia merupakan
ayat.
c. Ahmad bin Hambal berkata; Khurasan tidak pernah melahirkan orang

yang seperti Muhammad binIsma'il.

d. Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ibnu Numair menuturkan; kami tidak

pernah melihat orang yang seperti Muhammad bin Ism'ail

e. Abu Hatim ar-Razi berkata: "Khurasan belum pernah melahirkan

seorang putra yang hafal hadits melebihi Muhammad bin Isma'il, juga

belum pernah ada orang yang pergi dari kota tersebut menuju Irak yang

melebihi kealimannya."

Imam Bukhari keluar menuju Samarkand, Tiba di Khartand, sebuah desa

kecil sebelum Samarkand, ia singgah untuk mengunjungi beberapa familinya.


Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya beliau

meninggal pada hari sabtu tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul

Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13hari di Samarkand23

2.Adam (wafat tahun 220H)

Nama lengkapnya adalah Adam bin Abi Iyas. Beliau termasuk tabiit tabiin

(ketemu tabiin). Nama panggilannya (kuniah) adalah Abul Hasan. Beliau bertempat

tinggal di Bagdad dan meninggal pada tahun 220 H. Diantara Guru – gurunya adalah

Muhammad bin Abdir Rahman bin Mughiroh bin Harist bin Abi Dzi’bin(Abu

Harits), Isroil bin Yunus bin Abi Ishak, Hafs bin Muyasyaroh, Salam bin Miskin

bin Robi’ah, Sulaiman bin Mughiroh, Su’bah bin Hujaj, Syaiban bin Abdir Rahman,

Isya bin Maimun,Lais bin Sa’ad bin Abdir Rahman, Warqo bin Umar. Diantara

murid – muridnya adalah Ahmad bin Al Azhar, Abdullah bin Abdurrahman, Amr

bin Manshur, Muhammad bin Ismail, Muhammad bin Holaf dan lain – lain.

Penilaian para ulama tentang beliau menurut Yahya bin Muin beliau menilai siqah,

Abu Hatim Ar-Rozi menilai siqah makmun, An–Nasai menilai Labaksa bih, Al

‘Ijali menilai siqah dan AbuDaud menilai siqat.

3.Ibnu Abi Dzi’bin (Wafat 158)

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdir Rahman bin Mughiroh bin

Harist bin Abi Dzi’bin. Beliau termasuk tabiit tabiin senior . Nama panggilannya

(kuniah) adalah Abu Harist. Beliau bertempat tinggal di Madinah dan meninggal

pada tahun 158 H.

Di antara guru – gurunya Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillâh bin

23
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis ( Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara 2016), h.293
‘Abdillâh bin Syihâb bin ‘Abdillâh bin al-Hârith bin Zuhrah bin Kilâb bin Murrah

al-Quraisyi az-Zuhri al- Madani(Az – Zuhri), Muhammad bin Qois, Abul

Mu’tamar bin Amr bin Rofi’, Ishak bin Yazid, Al Aswad bin ‘ala, Harist bin Abdir

Rahman, Sa’id bin Abi Sa’id, Sa’id bin Kholid bin Abdillah, Syu’bah bin dinar,

Sholeh bin Abdi Hisan, Abdur Rahman bin sa’d, dan lain – lain.

Di antara murid – muridnya adalah Adam bin Abi Iyas, Abu Bakar bin

‘Iyas bin Salim,Ahmad bin Abdillah bin Yunus, Ishak bin Sulaiman, Ishak bin

Muhammad bin Abdir Rahman, Asad bin Musa , Ismail bin Umar, Husain bin

Muhammad bin Bahrom, Hamad bin kholid, Kholid bin Haris, Dawud bin Atho,

dan lain –lain.

Penilaian para ulama tentang beliau , menurut Ahmad bin Hambal menilai

siqah suduq,Yahya bin Mu’in menilai siqah, An Nasai menilai siqah,Ya’kub bin

Syaibah menilai siqah suduq, Ibnu Hibban menilai siqah dan Al Kholal menilai siqah.

4. Az-Zuhri ( Wafat 124H)

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillâh bin

‘Abdillâh bin Syihâb bin ‘Abdillâh bin al-Hârith bin Zuhrah bin Kilâb bin Murrah

al-Quraisyi al-Zuhri al- Madani. Beliau adalah seorang atbiin dan beliau adalah

salah seorang Imam dan ulama Hijaz dan Syam. Beliau bertempat tinggal di

Madinah dan beliau meninggal pada tahun 124 H.

Guru-gurunya antara lain adalah ‘Abdullâh bin ‘Abd al-Rahmân bin ‘Auf az-

Zuhri,‘Abdullâh bin ‘Umar bin al- Khaththâb, ‘Abdullâh bin Ja’far, Rabî’ah bin

‘Abbâd, al- Mismar bin Makhramah, Anas, Jâbir, ‘Abdullâh bin ‘Âmir bin Rabî’ah,

Abû al-Thufail, dan lain-lain.


Murid -muridnya di antaranya adalah ‘Athâ` bin Abi Rabâh, Abu al-Zubair

al-Makki, ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azîz, ‘Amr bin Dînar, al-Auza’i, Shâlih bin Kaisân,

Yunus bin Yazid, Ma’mar, al-Zubaidi, dan lain-lain.

Penilaian para ulama tentang beliau, menurut Ayyub As- Sa’tiyani menilai

saya tidak melihat seorangpun lebih ‘alim daripadanya,Musa bin Ismail menilai

tidak ada orang yang lebih faham tentang sunnah daripadanya,Amr bin Dinar

menilai saya tidak melihat seorangpun lebih fasih tentang hadis daripada Az –Zuhri

5.Abu Salamah ( Wafat 94 H)

Nama lengkapnya adalah ‘Abdullâh bin ‘Abd al- Rahmân bin ‘Auf al-

Zuhri. Ia termasuk salah seorang tabi’in. Nama panggilannya (kuniah) adalah Abu

Salamah , beliau menetap dan meninggal di Madinah pada tahun 94H.

Guru - guru Abû Salamah antara lain ‘Abd al-Rahman bin Shakhr al-Dausi

al-Yamani (Abu Hurairah), Ibrahim bin ‘Abdullâh bin Qâridl, Abu al-Radâd, Abu

Sufyân bin Sa’îd bin Mughîrah, Usâmah bin Zaid bin Hâritsah, Abû Hurairah,

dan lain-lain.

Murid – murid Abû Salamah antara lain adalah Ibrâhîm bin ‘Ablah Syamr

bin Yaqdlân, Ibrâhîm Sa’ad bin Ibrâhîm, Ismail bin Umayyah, Muhammad bin

Muslim bin Syihâb al-Zuhri, danlain-lain.

Penilaian para ulama tentang beliau,menurut Abu Zar’ah Ar – Rozi menilai

siqah imam,Ibnu Hiban menilai siqah dan Adzahabi menilai Ahadul Aimmah

(salah satu imam hadis).

6. Ahmad bin Hambal ( Wafat 241 H)

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhamad bin Hanbal bin Hilal bin
Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin 'Auf bin Qasithi

bin Marin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah bin Uqbah bin Sha'ab bin Ali bin

Bakar bin Wail. Nama panggilannya/Kuniyah adalah Abu Abdillah Nasab beliau,

Bapak dan Ibu beliau adalah orang arab, keduanya anak Syaiban bin Dzuhl bin

Tsa'labah, seorang arab asli. Bahkan nasab beliau bertemu dengan Nabi shallallahu

'alaihi wa sallam di Nazar. Kelahiran beliau: Imam Ahmad dilahirkan di kota

Baghdad.Ada yang berpendapat bahwa di Marwa, kemudian dibawa ke Baghdad

ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal duapuluh

Rabi'ul awwal tahun 164 hijriah dan beliau meninggal pada tahun 241H.24

Permulaan imam Ahmad dalam rangka menuntut ilmu pada tahun 179 H,

pada saat itu beliau berusia empat belas tahun. Setamatnya menghafal Alquran dan

mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau

melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh

semangat yang tinggi dan tidak mudah putus asa.

Keteguhan dalam mencari ilmu telah mengantarkan imam Ahmad menjadi

ulama besar dan disegani, baik dari kalangan masyarakat menengah kebawah,

terpelajar maupun dari kalangan penguasa. Diantara guru –gurunya adalah Waqi'

bin Al Jarrah bin Malih, Husyaim bin Basyir, Sufyan bin Uyainah ,Ibrahim bin

Sa'ad,Yahya bin Sa'id al Qaththn ,Ismail bin 'Ulaiyah ,Al Imam Asy Syafi'i ,Al Qadli

Abu Yusuf, Ali bin Hasyim bin al Barid, Mu'tamar bin Sulaiman dan lain lain.

Sedangkan murid – muridnya adalah Abdurrazzaq, Abdurrahman bin Mahdi, Al

Imam Asy Syafi'I,Yahya bin Adam, Al Hasan bin Musa al Asy- yab.

24
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqhi Islam Wa Adillatuhu, yang diterjemahkan Abdul Hayyie al—Kattani (
Cet.IV;Jakarta: Gema Insani, 2013) h. 46
Penilain para ulama tentang beliau, menurut :

a. Qutaibah menuturkan; sebaik-baik penduduk pada zaman kita adalah Ibnu


Al Mubarak, kemudian pemuda ini (Ahmad bin Hambal), dan apabila
kamu melihat seseorang mencintai Ahmad, maka ketahuilah bahwa dia
adalah pengikut sunnah. Sekiranya dia berbarengan dengan masa Ats
Tsauri dan al Auza'I serta Al Laits, niscaya Ahmad akan lebih di dahulukan
ketimbang mereka.

b. Asy Syafi'i menuturkan; aku melihat seorang pemuda di Baghdad, apabila


dia berkata; 'telah meriwayatkan kepada kami,' maka orang-orang
semuanya berkata; 'dia benar'. Maka ditanakanlah kepadanya; 'siapakah
dia?' dia menjawab; 'Ahmad binHambal.'

c. Ali bin Al Madini menuturkan; sesungghunya Allah memuliakan agama


ini dengan perantaraan Abu Bakar pada saat timbul fitnah murtad, dan
dengan perantaraan Ahmad bin Hambal pada saat fitnah Al Qur`an
makhluk.
7. Waqi ( Wafat 196 H)

Nama lengkapnya adalah Waqi’ bin Jarrah bin malih, beliau adalah seorang

tabiit tabiin. Nama panggilannya/ kuniah adalah Abu Sofyan. Beliau tinggal di

Kuffah dan meninggal pada tahun 196 H.

Di antara guru – gurunya adalah Sulaiman bin Mughiran (A’mas), Aban bin

Yazid, Ibrahim bin Ismail bin Mujma’ bin Yazid, Ibrahim bin Fadhil, Idris bin Yazid

bin Abdur Rahman, Usamah bin Zaid, Ismail bin Yunus bin Abi Ishak, Ismail bin

Abi Khalid dan lain–lain.25

Sedangkan murid- muridnya adalah Ishak bin Ismail, Sulaiman bin Dawud,

25
M.M.Azami, Studies In Early Hadith Literature, yang diterjemahkan oleh Ali Mustafa Yaqub
dengan judul Hadis Nabawi dan Sejarah Kondifikasinya ( Cet.II; Pejaten Barat: Pustaka Firdaus, 2000), h.
422-436
Muhammad bin Abdullah bin Namir, Yahya bin Mu’in bin ‘Aun dan lain – lain.

Penilaian para ulama tentang beliau menurut Ahmad bin Hanbal berkomentar

Saya tidak melihat orang lebih hafidz melebihi beliau, Yahya bin Mu’in beliau memuji

Saya tidak melihat orang lebih hafidz dari beliau, Al’ijli menuturkan bahwa beliau

adalah siqah hafidz hadis dan Ya’kub bin Syaibah menilai Hafidz.

8. A’mas ( wafat 147 H)

Nama lengkapnya adalah Sulaiman bin Maghron, beliau adalah seorang

tabiit tabiin. Nama panggilannya/ kuniah adalah Abu Muhammad. Beliau bertempat

tinggal di Kuffah dan meninggal dunia (Wafat) tahun 147H.

Di antara guru – gurunya adalah Dzaqun(Abu Shalih), Ibrahim bin Yazid bin

sarik, Ibrahim bin Yazid bin Qis, Ishaq bin Murar, ismail bin Abi Khalid, Tamim

bin Salamah, Tsabit bin ‘Abid dan lain – lain. Sedangkan murid – muridnya adalah

Hafish bin Ghiyas bin Tholaq, Abu Bakar bin ‘iyas bin Salim, Israil bin Yunus bin

Abi Ishak dan lain–lain.

Penilaian para ulama tentang beliau, menurut Yahya bin Mu’in menilai

siqah, Al ‘Ajli menilai siqah tsabit dan Abu Khatan Ar Rozi menilai siqah yahtaju

bihadis.

9 . Abu Shalih ( Wafat 101)

Nama lengkapnya adalah Dzaqwan, beliau adalah seorang tabiin, Nama

panggilannya/kuniyah adalah Abu Shalih, beliau tinggal di Madinah dan wafat pada

tahun 101 H.

Di antara guru – gurunya adalah Abdur Rahman bin Sahir (Abu Hurairah),

Romlah binti Abi Sofyan, Sahir bin Khalid bin Umait, Zaid bin Khalid, Sa’id bin

Thorif, Aisyah binti Abu Bakar dan lain–lain. Sedangkan murid– muridnya adalah
Waqi’ bin Jarrah bin Malih, Zaid bin Aslam, Abu Bakar bin Iyas, Jarir bin Abdul

Hamid bin Qirtho dan lain –lain. Penilaian para ulama terhadap beliau adalah

sebagai berikut. menurut Ahmad bin Hambal menilai beliau adalah Tsiqoh-

tsiqoh,Yahya bin Mu’in menilai beliau adalah Tsiqah, Abu Hatim Ar Razi menilai

beliau adalah Tsiqoh, Sholih, wayuhtaju bihi, Muhammad bin Sa’id menilai beliau

adalah Tsiqoh, dan As-Saji menilai beliau adalah Tsiqoh Shoduq

10. Abu Hurairah ( Wafat 57)

Nama lengkapnya adalah ‘Abdur -Rahman bin Shakhr al-Dausi al-Yamani.

Beliau bertempat tinggal di Madinah, beliau kemudian diberi gelar Abu Hurairah

oleh Nabi saw, karena kecintaannya pada kucing. Beliau termasuk salah seorang

sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis, yang menurut Imam al-Bukhari

800 orang sahabat dan tabi’in meriwayatkan hadis darinya. Menurut penuturan al-

Haitsam bin ‘Ady, beliau meninggal pada tahun 57 H. Sedangkan menurut al-

Waqidi, Beliau meninggal dunia pada tahun 59H.

Menurut kaidah umum dalam ilmu hadis, al-shahabah kulluhum‘udul, maka

dia dimasukkan kedalamnya yang berarti keadilan dan kedhabith-annya dapat

diterima. Berdasarkan riwayat hidup/biografi para rawi tersebut di atas, maka hadis

tersebut dikategorikan sebagai hadis yang sahih dengan alasan: Sanadnya

bersambung, Hal ini dapat diketahui dari ketersambungan antara periwayat satu

dengan yang lainnya atau adanya hubungan guru dan murid. Seluruh perawi dalam

sanad tersebut bersifat adil dan dhabith.26 Hal ini diketahui dari penilaian para ulama

terhadap para rawi. Tidak ada satupun yang mencela Dalam sanad tersebut terhindar

26
Muhammad bin Ismail al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam Syarah Min Bulughul Maram, Jus I (
Cet. Mesir: Maktabul Syurur Daulah, 1441 H/2020M), h. 14
dari Syudzudz (kejanggalan) dan‘illat(cacat) Kesahihah sanad (shahîh al-Isnâd)

belum menjadi jaminan bagi kesahihan matan (shahîh al-matn). Sebuah hadis yang

sanadnya sahih muttasil dapat saja memiliki matan yang tidak sahih, dan demikian

juga sebaliknya. Penelitian kedua aspek (sanad dan matan) menjadi penting untuk

menemukan validitas dan otentisitas sebuah hadis.

2) Kritik Matan Hadis

Pemahaman Hadis tentang Fitrah Manusia Kesahihah sanad (shahîh al-Isnâd) belum

menjadi jaminan bagi kesahihan matan (shahîh al-matn). Sebuah hadis yang sanadnya sahih

muttasil dapat saja memiliki matan yang tidak sahih, dan demikian juga sebaliknya.

Penelitian kedua aspek (sanad dan matan) menjadi penting untuk menemukan validitas dan

otentisitas sebuah hadis.

Menurut al-Thibiy sejalan dengan Ibnu al-Atsir al-Jazari, bahwa setiap matan hadis

tersusun atas elemen lafal (teks) dan elemen makna (konsep). Dengan demikian matan hadis

pada hakikatnya adalah pencerminan konsep idea yang intinya dirumuskan berbentuk teks.

Susunan kalimat dalam matan hadis berfungsi sebagai sarana perumus konsep keagamaan

versi hadis.27 Mengutip pendapat al-Khatib al-Baghdadi, sebuah matan dapat

dikatakan sahih dan dapat diterima apabila: Tidak bertentangan dengan akal sehat, tidak

bertentangan dengan hukum al-Qur’an yang telah muhkam, tidak bertentangan dengan hadis

yang mutawattir, Tidak bertentangan dengan dalil yang sudah pasti, tidak bertentangan

dengan hadis ahad lain yang kualitas kesahihannya lebih kuat.28

27
Hasyim Abbas, Kritik Matan , (Yogyakarta: TERAS, 2004), hal.Vii
28
Abu Bakar Ahmad bin Ali Sabit al-Khatib al-Baghdadi, Kitab al-Kifayat fi ‘ilm al-
Riwayat, (Mesir: Mathba’at al-Saadat, 1972), h.206-207
Dengan melihat syarat-syarat sahihnya sebuah matan dan dapat diterima, maka hadis

fitrah diatas adalah sahih dan maqbul, karena tidak bertentangan dengan akal sehat, ayat al-

Qur’an, dalil yang sudah pasti, hadis mutawattir juga hadis ahad lain yang kesahihannya

lebih kuat.

Secara umum, suatu matan hadis dapat diterima jika tidak


mengandung syadz (rancu/janggal) dan illat (cacat). Menurut Hasjim Abbas, tujuan yang
ingin dicapai pada pembuktian dugaan syadz pada matan hadis, tidak terkait dengan
keutuhan teks, melainkan klarifikasi keseimbangan antar matan hadis yang mengangkat
tema yang sama. Setelah dikomparasikan dengan matan hadis yang se-tema
melalui penelusuran penulis tentang hadis ini tidak ditemukan kejanggalan (syadz).
Selanjutnya uji dugaan adanya illat pada matan hadis melalui langkah metodologis
sebagai berikut:
a. melakukan takhrij untuk matan yang bersangkutan guna mengetahui jalur
sanadnya.
b. melanjutkan dengan i’tibar guna mengkategorikan muttaba’
tam/qashr menghimpun matan hadis yang sama temanya meski di ujung
perawinya terdapat sahabat yang berbeda (syahid al-hadis),
c. mencermati data dan mengukur segi-segi perpadanan atau kedekatan pada nisbah
ungkapan kepada narasumber, pengantar riwayat, sighat tahdis dan susunan
kalimat matannya.29

Hasil uji dugaan adanya unsur illat pada hadis ini yaitu: melalui uji jalur sanad,

semua perawi siqah, dari sighat yang digunakan dapat kita lihat termasuk metode

periwayatan yang kuat. Maka kategori hadis marfu’ (dapat dijadikan hujjah/ sumber

petunjuk dasar pemikiran keagamaan). Batasan marfu’ yaitu sesuatu (pemberitaan) yang

disandarkan oleh seorang sahabat, atau tabi’in atau oleh siapapun yang secara khusus kepada

Rasulullah Saw. Indikator ke-marfu’-an suatu hadis tidak harus mencantumkan nama Nabi,

29
Hasyim Abbas, Kritik Matan , (Yogyakarta: TERAS, 2004), h. 13
tetapi cukup memadai bila materi berita dalam matan mengisyaratkan adanya ikatan waktu

dengan periode kehidupan Nabi, penjelasan sahabat yang substansinya diyakini bukan

merupakan kreasi ijtihad dan transformasi kejadian-kejadian yang dialami sahabat pada

masa berlalu.30

Meskipun al-Bukhari dan Imam Ahmad pada hadis yang dijadikan titik tolak kajian

dalam buku ini menggunakan kalimat mâ min maulûd illâ yûlad, tetapi dalam hadis yang

lain, al-Bukhari dan Ahmad juga memakai kalimat kullu maulûd yûlad. Imam Tirmidzi yang

berbeda redaksi dengan menggunakan kata al-millah, Perbedaan redaksi atau lafal yang

demikian merupakan sesuatu yang wajar dalam periwayatan hadis, karena kebanyakan

periwayatan hadis dilakukan secara makna (al-riwâyah bi al-ma’na). Oleh sebab itu,

perbedaan lafalz menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam periwayatan hadis. Oleh

sebab itu, perbedaan lafalz dalam hadis tentang fitrah tidak terjadi syudzuz (janggal) dan

illah (cacat).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hadis-hadis tentang fitrah tersebut dari segi

sanad dan matan dapat dijadikan sebagai hujjah (pegangan) bagi ajaran Islam, karena

sanadnya bersambung (muttasil) dan matannya tidak mengandung unsur janggal dan cacat.

Abu Hurairah ketika meriwayatkan hadis tentang fitrah tersebut mencantumkan

pesan dia dengan ziyâdah pada akhir matan hadis “jika kamu menghendaki maksud kata

fitrah itu, maka rujuklah kepada Q.S. al-Rum (30) : 30. b. Kata al-millah dalam riwayat al-

Tirmidzi yang diartikan sama dengan fitrah memiliki dalalah arti millah al-Islam (agama

Islam). Para ulama mutaakhirin menguatkan bahwa yang dimaksud fitrah tersebut adalah

Islam karena Q.S. al-Rum (30): 30 adalah kalimat”fitrat Allah” dalam arti Idâfah Mahdhah

30
Hasyim Abbas, Kritik Matan , (Yogyakarta: TERAS, 2004), h. 68
yang memerintahkan Nabi saw untuk selalu tetap pada fitrah. Oleh karena itu kata fitrah

berarti Islam.

Dalam kitab Syarah Shahih Muslim karangan al-Nawawi disebutkan bahwa sebagian

besar ulama berpendapat anak Muslim yang meninggal, dia akan masuk ke surga. Sedangkan

anak-anak orang musyrik yang mati sewaktu kecil, ada tiga kelompok pendapat: (1)

kebanyakan mereka mengatakan bahwa mereka (anak-anak musyrik itu) masuk ke dalam

neraka, (2) sebagian mereka tawaqquf (tidak meneruskan persoalan tersebut), (3) masuk

surga. Pendapat terakhir ini didukung dan dibenarkan oleh al-Nawawi. Argumentasi

pendapat ketiga ini adalah berdasarkan hadis Nabi saw ketika sedang melakukan Isrâ’ dan

Mi’râj, dia melihat Nabi Ibrahim as di dalam surga dan di sekelilingnya anak-anak manusia.

Para sahabat bertanya: “apakah mereka anak-anak orang musyrik ? Nabi menjawab: Ya,

mereka itu anak-anak orang musyrik. 31

4.Asbab Wurud Hadis

Sebagaimana terdapat dalam riwayat Imam Ahmad, Darimi, Nasa’i, Ibnu Juraij, Ibn

Hibban, Thabrani dalam al-Kabir dan al-Hakim dari aswad b. Suwaid ra, sebab dari Hadis

tersebut muncul adalah suatu ketika Rasulullah dihasud untuk mengistimewakan satu

kelompok terhadap yang lainnya, orang tersebut berusaha untuk membunuh orang-orang

pada hari itu, sehingga orang tersebut dibunuh. Maka peristiwa tersebut sampai pada

Rasulullah Saw. Beliau bersabda, apa keadaan yang membuat kalian menimbang untuk

membunuh pada hari itu sampai anak-anak pun dibunuh. Berkata laki-laki tersebut, Wahai,

Rasulullah Saw, sesungguhnya anak-anak mereka orang-orang musyrik. Beliau bersabda,

ingatlah, sesungguhnya anak-anak kaum musrik adalah modal kalian. Kemudian, beliau

31
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/hadis-nabi-tentang-fitrah-dan.html
bersabda, ingatlah, jangan bunuh anak-anak, ketahuilah, jangan kalian bunuh anak-anak dan

beliau bersabda Nabi Saw setiap bayi yang dilahir dalam keadaan suci maka orang tuanya

yang mempengaruhinya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana ia tumbuh dan

berkembang sampai jadi kakek-kakek. (Sumber Kitab al-Bayan wa ta’rif dalam maktabah

syamilah).32

Maka mana kala bayi itu dibiarkan pada keadaan dan tabiatnya, tidak ada pengaruh

diluar yang mempengaruhinya berupa Pendidikan yang merusak atau taklid kepada kedua

orangtuanya dan yang selainnya niscaya bayi tersebut kelak akan melihat petunjuk kearah

tauhid dan kebenaran Rasul saw dan hal ini merupakan gambaran atau nalar yang baik yang

akan menyampaikannya kea rah petunjuk dan kebenaran sesuai dengan fitrahnya yang asli

dan dia kelak tidak akan memilih memilih ajaran yang hanif33

B . Syarah Hadis
1. Pengertian Fitrah

Secara lughatan (etimologi) berasal dari kosa kata bahasa Arab yakni fa-tha-ra yang

berarti “kejadian”, oleh karena kata fitrah itu berasal dari kata kerja yang berarti menjadikan.

Pada pengertian lain interpretasi fitrah secara etimologis berasal dari kata fathara yang

sepadan dengan kata khalaqa dan ansya’a yang artinya mencipta.

Kata fithrah secara harfiah berarti keadaan suci, dan dapat pula berarti berbuka.

Dengan demikian, ketika Idul Fitrih, berarti kembali kepada keadaan suci sebagaimana

waktu dilahirkan bumi. 34


Biasanya kata fathara, khalaqa dan ansy’a digunakan dalam Al-

Qur‟an untuk menunjukkan pengertian mencipta, menjadikan sesuatu yang sebelumnya

32
http://alkadri-pengajian.blogspot.com/2011/03/hadis-tentang-fitrah-manusia.html
33
Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud Latar Belakang Historis
Timbulnya Hadis-Hadis Rasul ( Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 2003) h. 110
34
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif ( Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011),
h. 50
belum ada dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Dan selain itu ada

pula yang mengartikan bahwa fitrah adalah kecenderungan atau perasaan mengakui adanya

kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagat raya. Dari penjabaran ini maka makna

fitrah sering diartikan sebagai perasaan agama


35
Dalam Kamus al Munjid diterangkan bahwa makna harfiah dari fitrah adalah al

Ibtida’u wa al ikhtira’u, yakni al shifat allati yattashifu biha kullu maujudin fi awwali

zamani khalqihi. Makna lain adalah shifatu al insani al thabi’iyah. Lain daripada itu ada

yang bermakna al dinu wa al sunnah.

Fitrah merupakan citra asli manusia, yang berfotensi baik atau berpotensi buruk

dimana aktualisasinya tergantung pilihannya, mau pilih yang baik atau mau pilih yang buruk.

Fitrah yang baik merupakan citra asli yang primer, sedang fitrah yang buruk merupaka citra

asli yang sekunder.36

Fitrah adalah citra asli yang dinamis, yang ada pada sisitem-sistem psikofisik manusia

dan dapat diaktualisasikan dalam bentu tingkah laku. Fitrah ini ada sejak zaman azali di

mana penciptaan jasad manusia belum ada. Seluruh manusia memiliki fitrah yang sama,

meskipun perilakunya berbeda-beda.37

Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa fitrah adalah potensi-potensi

untuk menjadi baik dan sekaligus menjadi buruk, potensi untuk menjadi muslim

dan untuk menjadi musyrik. Secara sederhana, fitrah di sini diartikan dengan

potensi untuk beragama, juga potensi untuk tidak beragama.38 Penafsiran fitrah

35
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif ( Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011),
h. 51
36
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam psikologi Islam ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006 ), h.
43
37
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam , ( Cet. III, Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010), h.53
38
Ahmad Tafsir, Filasafat Pendidikan Islam ( Bandung: Pustaka Setia, 2009), 202
dengan arti potensi akan lebih tepat jika yang dimaksudkan adalah potensi-potensi

internal manusia seperti: akal, ruh, nafs, qalb, fuâd dan lain-lain.39

Potensi-potensi tersebut disebut dengan fitrah munazzalah, yaitu potensi-

potensi atau kesiapan yang masih bersih tanpa goresan apapun yang

perkembangannya sangat bergantung kepada faktor luar terutama sumberdaya

pendidikan. Perkembangan fitrah khalqiyyah sangat bergantung kepada

pengembangan fitrah munazzalah.

Abu a‟la al-Maududi mengatakan bahwa manusia dilahirkan di bumi ini oleh ibunya

sebagai muslim (berserah diri) yang berbeda-beda ketaatannya kepada Tuhan, tetapi di lain

pihak manusia bebas untuk menjadi muslim atau non muslim. Sehingga ada hubungannya

dalam aspek terminologi fitrah selain memiliki potensi manusia beragama tauhid, manusia

secara fitrah juga bebas untuk mengikuti atau tidaknya ia pada aturan-aturan lingkungan

dalam mengaktualisasikan potensi tauhid (ketaatan pada Tuhan) itu, tergantung seberapa

tinggi tingkat pengaruh lingkungan positif serta negatif yang mempengaruh diri manusia

secara fitrah-nya.

Sehingga uraian Al-Maududi mengenai peletakan pengertian konsep fitrah secara

sederhana yakni menunjukkan kepada kalangan pembaca bahwa meskipun manusia telah

diberi kemampuan potensial untuk berpikir, berkehendak bebas dan memilih, namun pada

hakikatnya ia dilahirkan sebagai muslim, dalam arti bahwa segala gerak dan lakunya

cenderung berserah diri kepada Khaliknya.

Mengenai fitrah kalangan fuqoha telah menetapkan hak fitrah manusia, sebagaimana

dalam konsep maqashid al-syariah ( tujuan agama) yakni meliputi lima hal: (1) melindungi

39
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam ( Cet. VI; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 200), h. 45-50
agama, (2) melindungi jiwa (3) melindungi akal, (4) melindungi harta benda, dan (5)

melindungi keturunan.40

Menurut Armai, bila interpretasi lebih luas konsep fitrah dimaksud bisa berarti

bermacam-macam, sebagaimana yang telah diterjemahkan dan didefenisikan oleh banyak

pakar diatas, di antara arti-artinya yang dimaksud adalah : (1) Fitrah berarti “ thuhr‟ (suci),

(2) fitrah berarti “Islam”, (3) fitrah berarti “Tauhid” (mengakui keesaan Allah), (4) fitrah

berarti “Ikhlash” (murni), (5) fitrah berarti kecenderungan manusia untuk menerima dan

berbuat kebenaran, (6) fitrah berarti “al-Gharizah” (insting), (7) fitrah berarti potensi dasar

untuk mengabdi kepada Allah, (8) fitrah berarti ketetapan atas manusia, baik kebahagiaan

maupun kesengsaraan. ( 9) fitrah berarti kompetensi yang dibawa manusia sejak lahir.

Kata ini juga dipakaikan kepada anak yang baru dilahirkan karena belum

terkontaminasi dengan sesuatu sehingga anak tersebut sering disebut dalam keadaan fitrah

(suci). Pengaruh dari pengertian inilah maka semua kata fitrah sering diidentikkan dengan

kesucian sehingga 'id al-fitri sering pula diartikan dengan kembali kepada kesucian demikian

juga zakat al-fitrah. Pengertian ini tidak selamanya benar kata fitrah itu sendiri digunakan

juga terhadap penciptaan langit dan bumi dengan pengertian keseimbangan sebagaimana

yang tertera dalam al-Qur'an . Katakata yang biasanya digunakan dalam al-Quran untuk

menunjukkan bahwa Allah menyempurnakan pola dasar ciptaan-Nya untuk melengkapi

penciptaan itu adalah kata ja’ala yang artinya “menjadikan”, yang diletakan dalam satu ayat

setelah kata khalaqah dan ansy’a. Perwujudan dan penyempurnaan selanjutnya diserahkan

pada manusia.

40
Muhammad Abu Zahrah, Usul Fiqhi, yang diterjemahkan oleh Saefullah Ma’shum dkk dengan
judul Usul Fiqhi ( Cet.II; Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), h.550
Mengenai kata fitrah menurut istilah (terminologi) dapat dimengerti dalam uraian arti

yang luas, sebagai dasar pengertian itu tertera pada surah al-Rum ayat 30, maka dari ayat

tersebut dapat dipahami bahwa pada asal kejadian yang pertama-pertama diciptakan oleh

Allah adalah agama (Islam) sebagai pedoman atau acuan, di mana berdasarkan acuan inilah

manusia diciptakan dalam kondisi terbaik. Oleh karena aneka ragam faktor negatif yang

mempengaruhinya, maka posisi manusia dapat “bergeser” dari kondisi fitrah-nya, untuk

itulah selalu diperlukan petunjuk, peringatan dan bimbingan dari Allah yang disampaikan-

Nya melalui utusannya (Rasul-Nya). Pengertian sederhana secara terminologi menurut

pandangan Arifin; fitrah mengandung potensi pada kemampuan berpikir manusia di mana

rasio atau intelegensia (kecerdasan) menjadi pusat perkembangannya, dalam memahami

agama Allah secara damai di dunia ini.

Quraish Shihab mengungkapkan dalam Tafsir al Misbah-nya, bahwa fitrah merupakan

“menciptakan sesuatu pertama kali/tanpa ada contoh sebelumnya”. Dengan mengikut

sertakan pandangan Quraish Shihab tersebut berarti fitrah sebagai unsur, sistem dan tata

kerja yang diciptakan Allah pada makhluk sejak awal kejadiannya sehingga menjadi

bawaannya, inilah yang disebut oleh beliau dengan arti asal kejadian, atau bawaan sejak

lahir.41

Ungkapan senada mengenai pengertian fitrah juga dilontarkan oleh Arifin yakni secara

keseluruhan dalam pandangan Islam mengatakan bahwa kemampuan dasar/pembawaan itu

disebut dengan fitrah. Ada yang mengemukakan bahwa fitrah merupakan kenyakinan

tentang ke-Esaan Allah swt, yang telah ditanamkan Allah dalam diri setiap insan. Maka

manusia sejak lahirnya telah memiliki agama bawaan secara alamiah, yaitu agama tauhid.

41
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan Keserasian al-Quran Vol 11 ( Jakarta: Lentera
Hati, 2002), h. 53
Istilah fitrah dapat dipandang dalam dua sisi. Dari sisi bahasa, maka makna fitrah adalah

suatu kecenderungan bawaan alamiah manusia.42

Dan dari sisi agama kata fitrah bermakna keyakinan agama, yakni bahwa manusia

sejak lahirnya telah memiliki fitrah beragama tauhid, yaitu mengesakan Tuhan. Imam

Nawawi mendefinisikan fitrah sebagai kondisi yang belum pasti (unconfirmed state) yang

terjadi sampai seorang individu menyatakan secara sadar keimanannya.

Sementara menurut Abu Haitam fitrah berarti bahwa manusia yang dilahirkan dengan

memiliki kebaikan atau ketidakbaikan (prosperous or unprosperous) yang berhubungan

dengan jiwa. Bila tidak berlebihan dalam memahami terminologi Abu Haitam dapat

dipahami, pada awalnya setiap makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dibekal dengan fitrah

(keseimbangan) yang bilamana keseimbangan ini mampu dijaga dengan baik maka yang

bersangkutan akan senantiasa berada dalam kebaikan.

Sebaliknya bila keseimbangan ini sudah tidak mampu dipertahankan maka

menyebabkan seseorang akan terjerumus kepada ketidakbaikan. Fitrah adalah kata yang

selalu digunakan untuk menunjukkan kesucian sekalipun dalam bentuk abstrak

keberadaannya selalu dikaitkan dengan masalah moral. Keabstrakan ini meskipun selalu

dipakai dalam aspek-aspek tertentu namun pengertiannya hampir sama yaitu keseimbangan.

2.Konsep Fitrah Manusia menurut Ahli Pendidikan

Sejak zaman klasik sampai sekarang, para ilmu berupaya mencari makna, kaitannya

dengan fitrah, mulai dari fatalism, netral, positismen, nativisme, empirisme, dan aliran

konvergensi

42
Julia Maria Van Tiel, Pendidikan Anakku Terlambat Bicara ( Cet. I; Jakarta: Predana Media
Group, 2011), h. 34-56
a. Pandangan Fatalisme.

Teori fatalism mengatakan bahwa setiap individu, melalui ketetapan Allah, baik atau

jahat secara asal. Ketetapan semacam ini terjadi pada semuanya atau Sebagian sesuai dengan

rencana Tuhan. Kemudian manusia untuk berkembang menjadi pasif, karena setiap individu

terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan Tuhan sebelumnya.43 Sedangkan menurut

Yasien Muhamed, makna fitrah ini pada mulanya dianut oleh para ulama selama satu periode

sebelum pertengahan abad ke-8, ia mencoba memperlihatkan bahwa hal-hal yang terjadi

didunia ini secara umum tidak ada bedanya dengan perbuatan-perbuatan manusia, semuanya

secara berkesinambungan dan langsung diciptakan Allah. Pandangan ini menganggap

perbuatan-perbuatan manusia, sama seperti Allah telah menciptakan dunia, langit dan

hukum sunnahtullah. Dengan demikian apakah Tindakan baik buruk dan buruk dilakukan

manusia, ataukah perbuatan yang benar atau salah merupakan bagian ciptaanya44

Aliran Pendidikan fatalis, mempercayai bahwa setiap individu melalui ketetapan Allah

swt, baik atau jahat secara asal. Factor eksternal tidak begitu berpengaruh terhadap

penentuan nasib seseorang karena setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah

ditentukan sebelumnya oleh Allah swt.45

b. Pandangan Netral Pasif

Teori netral pasif berasumsi bahwa anak lahir dalam keadaan suci, utuh, dan sempurna,

suatu keadaan kosong sebagaimana adanya, tanpa kesadaran akan iman atau kufur, baik atau

jahat. Teori ini sama dengan teori Tabularasa dari John Lock. Kemampuan indivu untuk

43
Maragustam Siregar, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna ( Yogyakarta: Nuha Litera,
2010), h. 92
44
Yasien Muhammed, Fitrah The Islamic Concept Of Human Natural( London: Ta-Ha Publisherr Ltd,
1996), h. 39
45
Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna ( Cet.I; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.
69
berkembang adalah pasif dan sangat tergantung dari polesan lingkungan, terutama

Pendidikan. Berarti pada dasarnya manusia bersifat netral yang berpotensi untuk tidak baik

dan tidak buruk. Personal tentang nasib manusia yang sepenuhnya ditentukan Tuhan,

apakah manusia berbuat baik ataukah buruk? Apakah manusia itu masuk neraka atau tidak?

Semuanya ditentukan secara mutlah oleh Tuhan.46

c. Pandangan Positismen

Teori poistif berasumsi bahwa bawaan dasar manusia sejak lahir adalah baik

sedangkan kejahatan bersifat aksidental, kemampuan individu untuk berkembang bersifat

aktif. Manusia merupakan sumber yang mampu membangkitkan dirinya sendiri dari dalam.

Menurut Ibnu Taimiyah, semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dalam keadaan

kebajikan bawaan, dan lingkungan social yang menyebabkan individu menympang dari

keadaan ini. Sifat dasar manusia memiliki lebih dari sekedar pengetahuan tentang Allah swt

yang ada secara inheren di dalamnya, tetapi juga cinta kepadanya dan keinginan untuk

melaksanakan ajaran agama secara tulus sebagai seorang hanif sejati.47

d. Pandangan Nativisme

Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia

itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan

manusia semata-mata tergantung kepada dasar. Tokoh utama aliran ini ialah Schopenhauer,

para ahli yang mengikuti pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi

dengan menunjukkan berbagai kesamaan antara orangtua dan anak. Misalnya kalua ayahnya

ahli musik maka kemungkinannya adalah besar anaknya juga ahli musik48

46
Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna ( Cet.I; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.
71
47
Syarifah Ismail, Tinjauan Filosofi Pengembangan Fitrah Manusia dalam Pendidikan Islam, Jurnal
At-Ta’dib Voll VIII, No 2 Desember 2013 h.252
48
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Cet.XIII;Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
e. Pandangan Empirisme

Empirisme disebutkan bahwa perkembangan dan pembentukan manusia itu

ditentukan oleh factor-faktor lingkungan, termasuk Pendidikan. Pelopor aliran ini adalah

John locke (1632-1704) yang dikenal dengan teori Tabularasa. Empirisme yaitu bahwa

manusia pada mulanya kosong dari pengetahuan, kemudian pengalamannya mengisi

jiwanya yang kosong sehingga memiliki pengetahuan.49

John Locke mengatakan bahwa jiwa manusia waktu lahir adalah putih bersih, bagaikan

kertas yang belum ditulisi atau bagaikan tabularasa, akankan menjadi apakah manusia itu

kelak sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang mengisi tabularasa

itu.50

f. Pandangan konvergensi

Aliran ini pada intinya merupakan perpaduan antara Nativisme dan empirisme, yang

keduanya dipandang sangat berat sebelah. Aliran ini menggabungkan arti penting

pembawaan dengan lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan

manusia.51

Apabila muncul pertanyaan mana diantara factor pembawaan dan lingkungan yang

lebih besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan perilaku manusia? Jawabannya relatif.

Untuk keadaan tertentu yang dominan faktor pembawaan yang lebih kuat, keadan yang lain

lingkungan yang lebih kuat.

Berdasarkan pandangan para ahli, maka ada 3 hal yang menjadi interpretasi atas

pandangan para ahli yang berkaitan dengan konsep fitrah manusia. yaitu

49
Linda L. Davindoff, Introduction To Psychology, yang diterjemahkan Mari Juniati dengan judul
Psikologi Suatu Pengantar( Jakarta: Erlangga, 1991), h. 67
50
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, ( Cet.V; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013),
h. 168
51
Alex Sabur, Psikologi Umum, ( Cet.IV; Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 148
1. Interpretasi Pertama

Fitrah yang disebutkan dalam QS. Ar-Ruum :30, mengandung implikasi kependidikan

bahwa dalam diri manusia terdapat potensi dasar beragama yang benar dan lurus yaitu agama

Islam. Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapapun atau lingkungan apapun, karena

fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun

bentuknya dalam setiap pribadi manusia.

Oleh karena itu, maka pendidikan Islam bisa di konotasikan berpaham nativisme, yaitu

suatu paham yang menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidupnya secara

mutlak ditentukan oleh potensi dasar manusia. Proses pendidikan sebagai upaya untuk

mempengaruhi jiwa manusia tidak berdaya merubahnya.

2. Interpretasi Kedua

Fitrah menurut interpretasi kedua ini, bila dilihat dari segi faham kependidikan tidak

dapat dikatakan bahwa al-Qur’an dan al-Hadist dapat dijadikan sumber ilmu pendidikan

Islam yang berfaham empirisme (faham yang memandang bahwa pengaruh lingkungan

eksternal termasuk pendidikan merupakan satu-satunya penentu dan pembentuk

perkembangan manusia, dengan tidak menghargai potensial manusia yang dapat dikembang-

tumbuhkan melalui pengaruh pendidikan).

Oleh karena itu fitrah manusia tidak hanya mengandung kemampuan dasar pasif

yang beraspek hanya kecerdasan semata dalam kaitannya dalam perkembangan ilmu

pengetahuan, melainkan mengandung pula tabiat dan kecenderungan untuk mengacu

kepada pengaruh lingkungan eksternal itu, sekalipun tidak aktif.

Seorang Ahli pendidikan Mesir bernama Ali Fikri menyatakan bahwa

“kecenderungan nafsu manusia berpindah dari orang tua secara turun-menurun. Manusia

sejak awal perkembangannya di dalam garis keturunan keagamaan orang tuanya. Jika orang
tuanya muslim, maka anaknya juga muslim. Jika orang tuanya kafir, maka anaknya juga

kafir”. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad bahwa setiap orang dilahirkan oleh

ibunya atas dasar fitrah untuk beragama.

3. Interprestasi ketiga

Pada fitrahnya, manusia diberi kemampuan untuk memilih jalan yang benar dari jalan

yang salah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Balad :10, yang artinya :

. ‫َو َھدَيْناهُ النَّجْ دَ ي ِْﻦ‬


“Dan Aku tunjukan dia dua macam jalan (jalan yang benar dan jalan yang

sesat”.(Al-Balad :10).

Dan sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-Syamsy : 7-10

‫ وﻗدخا ب مﻦ دﺳا ھا‬-‫ ﻗد أفلﺢ مﻦ زكاھا‬-‫ فألهﻤها فجورھا وتقواھا‬-‫ونفس وما ﺳواھا‬

Artinya :

“Dan Demi jiwa dan apa yang menyempurnakannya (ciptaanya); maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu
dasesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.( Al-Syamsy : 7-10).
Hidup yang seimbang adalah hidup yang memperhatikan kepentingan jasmani dan

rohani, namun kekuatan rohani harus mengarahkan kekuatan jasmani. Dengan demikian,

berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan jasmani ini didasarkan pada nilai-

nilai yang berasal dari Tuhan, dipertimbangkan dengan akal pikiran yang matang tentang

baik buruknya dan diabdikan untuk tujuan yang luhur52

52
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif ( Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), h.
53
Kemampuan memilih tersebut mendapatkan pengarahan dalam proses kependidikan

yang mempengaruhinya. Jelaslah bahwa faktor kemampuan memilih yang terdapat didalam

fitrah manusia berpusat pada kemampuan berakal sehat, karena akal sehat mampu

membedakan hal-hal yang benar dari yang salah. Dengan demikian, berakal sehat adalah

merupakan kemampuan fitrah yang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan latihan.

3.Hubungan Fitrah Manusia dengan Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar dapat diartikan sebagai upaya mempengaruhi jiwa anak-

anak didik agar mereka mau mau melakukan berbagai kegiatan belajar mengajar. Dalam

melakukan kegiatan belajar mengajar para peserta didik menggunakan segenap potensi fitrah

yang dimilikinya, seperti kecenderungan ingin tahu, bakat dan kemampuan kognitif.

Berbagai potensi fitrah tersebut harus dirawat, dipelajari, dipupuk dan dibina agar berfungsi

dengan baik dan melakukan kegiatan belajar.53

Selanjutnya pandangan Islam tentang anak sebagaimana dikemukakan dalam hadis

yang tersebut bahwa setiap anak yang dilahirkan telah memiliki bakat dan kecendrungan

beragama yang selanjutnya tergantung orangtuanya mau mengarahkan kemana anaknya

kedepannya, tergantung orangtuanya untuk menjadikannya potensi beragama tersebut

menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi, memperlihatkan adanya convergensi plus dalam

pendidikan. Yaitu pandangan yang menganggap bahwa perkembangan kepribadian seorang

anak, bukan hanya ditentukan oleh faktor pembawaan dari dalam sebagaimana yang dianut

oleh nativisme, dan bukan hanya faktor lingkungan semata-mata, tapi semuanya saling

berkait antara satu dengan yang lain54

53
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran ( Cet. II;Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2011), h. 80
54
Abuddin Nata, Perspketif Islam tentang Pendidikan Kedokteran(Jakarta: Salembah Diniyah, 2016),
h. 56
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pemaparan sbelumnya, maka sebagai intisari hadis penulis

kemukan hadis tentang fitrah manusia dalam segi sudut pandang kajian tematik sebagai

berikut

1. Hadis yang dijadikan kajian dalam pembahasan ini adalah hadis yang kaitan tentang

setiap anak dilahirkan dalam fitrah. Dalam proses pentakhirijan hadis dengan dua

kata kunci kalimat ‫ كل مولد يولد على الفطرة‬dan ada yang memakai ‫ما مِ ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَ ُد َعلَى‬

‫ا ْل ِف ْط َر ِة‬. Penulis menemukan periwayatan hadis yang berbeda matan ada yang dimulai

dengan kalimat ‫ كل مولد يولد على الفطرة‬dan ada yang memakai ‫ما مِ ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَ ُد َعلَى ا ْل ِف ْط َر ِة‬

namun secara subtasnsif memiliki pengertian yang sama. Dan ditemukan hadis

tersebut dalam kitab Shahih Bukhari, shahih Muslim, dan Ahmad, tidak smampai

disitu, Penulis menelusuri kata kunci ‫ الفطرة‬tapi ternyata berbeda lafas. Sehingga

peneliti cendrun ke kata kunci sebelumnya, karena searah dengan judul hadis tentang

fitrah manusia. Kalau dari segi sanad dan matan dapat dikatakan bahwa hadis-hadis

tentang fitrah tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah (pegangan) bagi ajaran Islam,

karena sanadnya bersambung (muttasil) dan matannya tidak mengandung unsur

janggal dan cacat.

2. Dari syarah hadis, penulis dapat menyimpulkan bahwa fitrah adalah potensi-potensi

untuk menjadi baik dan sekaligus menjadi buruk, potensi untuk menjadi muslim dan

untuk menjadi musrik, secara sederhana fitrah adalah potensi yang ada dalam diri

manusia, dalam diri manusia tersebut dikembangkan atas arahan dan petunjuk serta

bimbngan orangtua.

B. Implikasi
Meneli hadis dan mempelajari sebuah hadis melalui takhrij dan syarah hadis bukan

persoalan mudah membutuhkan kemampuan bahasa dan kemampuan menguasai ilmu alat

Bahasa Arab seperti ilmu nahwu, Sharaf, balaghah, dan mantik, dan kemampuan mumpuni

ilmu-ilmu hadis lainnya, karena itu yang menjadi kendala utama bagi penulis dalam

melakukan takhrijul dan syarah hadis. Disamping itu keterbatasan kitab-kitab kuning klasik

yang penulis dapatkan sebagai kitab rujukan untuk melakukan penulisan hadis ini. Oleh

karenanya bagi segenap pembaca untuk mengoreksi dan mengkaji ulang makalah ini dengan

memperhatikan literatur yang sesuai dengan pembahasan dengan menggunakan metodologi

yang lebih bagus dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hasyim. Kritik Matan, Yogyakarta: TERAS, 2004.

Abu Zahrah, Muhammad. Usul Fiqhi, yang diterjemahkan oleh Saefullah Ma’shum dkk
dengan judul Usul Fiqhi. Cet.II; Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994.

Ad Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi. Asbabul Wurud Latar Belakang Historis
Timbulnya Hadis-Hadis Rasul . Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 2003

Al-Asqalani, Al-hafidz Ahmad bin Ali bi Hajar. Fathulbari Syarah Shahih Bukhari, Jilid III,
Cet. I; Kairo: Dar Ibnu Jauzi, 1434H/2013 M.

Al-Baghdadi, Abu Bakar Ahmad bin Ali Sabit al-Khatib. Kitab al-Kifayat fi ‘ilm al-
Riwayat, (Mesir: Mathba’at al-Saadat, 1972

Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam. Cet.III, Jakarta: Bumi Aksara, 2010

Ash-Shalih, Subhi. Ulum Hadits wa Musthalahuh. Cet.IV; Beirut: Dar Al-Ilmi li Al-
Malayin, 1969), h.396

Ath-Thahhan, Mahmud. Dasar-Dasar Ilmu Hadis. Cet. III; Jakarta: Ummul Qura, 2018

Ash-Shan’ani, Muhammad bin Ismail al-Amir. Subulus Salam Syarah Min Bulughul
Maram, Jus I. Cet. Mesir: Maktabul Syurur Daulah, 1441 H/2020M.

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqhi Islam Wa Adillatuhu, yang diterjemahkan Abdul Hayyie al—
Kattani ( Cet.IV;Jakarta: Gema Insani, 2013) h. 46

Azami,M.M. Studies In Early Hadith Literature, yang diterjemahkan oleh Ali Mustafa
Yaqub dengan judul Hadis Nabawi dan Sejarah Kondifikasinya . Cet.II; Pejaten
Barat: Pustaka Firdaus, 2000

Davindoff, Linda L.Introduction To Psychology, yang diterjemahkan Mari Juniati dengan


judul Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 1991

http://mqtebuireng.softether.net/hadis9/copy_open.php?imam=ahmad&nohdt=9851

https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/hadis-nabi-tentang-fitrah-dan.html

http://alkadri-pengajian.blogspot.com/2011/03/hadis-tentang-fitrah-manusia.html

Imam Bukhari, al-Adabul al-Mufrad yang dialih bahasakan Muh Suri Sudarhi dengan judul
Adabul Mufradat Kumpulan Hadits-Hadits Akhlak. Cet.VI; Jakarta: Pustaka al-
Kausar, 2016

Ismail, M. Syuhudi. Cara Praktis Mencari Hadis. Cet. II; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1999.

Ismail, M. Syuhudi. Metodoligi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1991
Ismail, Syarifah. Tinjauan Filosofi Pengembangan Fitrah Manusia dalam Pendidikan Islam,
Jurnal At-Ta’dib Voll VIII, No 2 Desember 2013

Mujib, Abdul Mujib Kepribadian Dalam psikologi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2006.

Mujib, Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam, Cet. III, Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2010.

Muhammed, Yasien. Fitrah The Islamic Concept Of Human Natural. London: Ta-Ha
Publisherr Ltd, 1996.

Muhammad Thaha, Mahmud. Risalah ash-Shalah, yang diterjemahkan khoiron nahdliyyin


dengan judul Shalat Perdamaian. Cet. I; Yogyakarta:Lkis, 2001

Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif .Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011.

Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Cet. II;Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2011.

Abuddin Nata, Perspketif Islam tentang Pendidikan Kedokteran. Jakarta: Salembah Diniyah,
2016.

Nata, Abuddin. Perspketif Islam tentang Pendidikan Kedokteran(Jakarta: Salembah


Diniyah, 2016.

Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna, Cet.I; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,


2015.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara 2016.

Khon, Abdul Majid Khon. Takhrij dan Metode Memahami Hadis, Cet. I; Jakarta: Bumi
Aksara, 2014

Lidwa Pustaka i- Sofware: 9 Imam Hadis.

Rahman, Fatchur. Ikhtishar Musththalahul Hadits. Cet.VII; Bandung: PT Almaarif, 1991

Rubini, Hadits Tarbawiyah Tentang Pontensi Anak , Jurnal Komunikasi dan Pendidikan
Islam, Volome IV nomor 2 Desember 2015.

Sabur, Alex Sabur. Psikologi Umum, Cet.IV; Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Sarwono, Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum, ( Cet.V; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,


2013.
Siregar, Maragustam. Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna ( Yogyakarta: Nuha
Litera, 2010.

Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan Keserasian al-Quran Vol 11. Jakarta:
Lentera Hati, 2002.

Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan, Cet.XIII; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Tafsir, Ahmad. Filasafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Cet. VI; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005.

Tiel, Julia Maria Van. Pendidikan Anakku Terlambat Bicara. Cet. I; Jakarta: Predana Media
Group, 2011.

Weinsick, Arnold John. Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-fazh Hadits An-Nabawi, Jus
V. Leiden:E.J Brill, 1965.

Anda mungkin juga menyukai