Ismail
NIM. 80100321005
DOSEN
Prof. Dra. Hj. St. Aisyah Kara, M.A, Ph.D
Dr.Darsul S.Puyu, M.Ag
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah Swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
dari tanah. Manusia bukanlah makhluk yang selalu pasif tetapi manusia adalah makhluk
yang aktif, dan manusia juga bukan makhluk agresif yaitu dapat memberikan dan
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara
makhluk lain. Menurut Zainuddin Ali manusia mempunyai beberapa kelebihan diantaranya;
pertama mampu bergerak dalam berbagai ruang, baik di darat, di laut, maupun di udara,
kedua mempunyai potensi untuk berbuat baik dan berpotensi melakukan kejahatan,
sedangkan yang ketiga manusia mampu memegang amanah sebagai khalifah di bumi 2.
dilontarkan Apa itu manusia ? siapa dia? Manusia adalah hewan, yang karena akalnya
1
Rubini, Hadis Tarbawi tentang Potensi Anak( Fitrah), Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
Volume 4 Nomor 2, Desember 2015, h. 26
2
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam,( Cet.III, Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.14
3
Mahmud Muhammad Thaha, Risalah ash-Shalah, yang diterjemahkan khoiron nahdliyyin dengan
judul Shalat Perdamaian ( Cet. I; Yogyakarta:Lkis, 2001) h.10
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik di antara makhluk Allah
yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah dan rohaniah, atau unsur fisiologis
dan unsur psikologis.Akal adalah salah satu potensi rohani yang dimiliki oleh manusia. Di
samping akal manusia mempunyai potensi rohani lain yang disebut dengan fitrah. Secara
fitri, Allah SWT sebagai sang khalik telah menciptakan manusia sebagai suatu makhluk
yang istimewa, yaitu makhluk yang memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan
dengan makhluk-makhluk yang lainnya, baik itu kelebihan dari segi jasmani maupun rohani.
potensialitas atau disposisi, dan menurut aliran behaviourisme disebut prepotence reflexes
(kemampuan dasar yang dapat berkembang). Oleh sebab itu, untuk mengatur fitrah atau
potensi yang ada danagar dapat menggunakannya secara optimal, manusia dirasa perlu
mengetahui hakekat dari fitrah manusia baik berdasarkan Al-Quran maupun Hadis Nabi saw.
Fitrah memiliki bebrapa potensi yang secara inhern telah ada sejak manusia lahir. Potensi-
potensi manusia tersebut masih mentah, potensi itu dapat diaktualisasikan sesuai dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam membahas
4
Alex Sabur, Psikologi Umum, ( Cet.IV; Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 252
BAB II
Pembahasan
A.Tahrijul Hadis
Tidak semua hadis dari Nabi diterima para sahabat secara kolektif kemudian
disampaikan kepada orang banyak secara mutawatir, seperti al-Quran. Sementara itu
sehubungan dengan masa munculnya hadis yang bersamaan dengan turunnya al-Quran,
dalam periwayatan al-Quran tidak ada masalah umat Islam menerimanya tidak memerlukan
kajian silsilah sanad karena seluruhnya ditulis sejak masa Rasulullah hidup serta al-Quran
Hal tersebut berbeda dengan sunnah atau hadis yang tidak tertulis sejak masa hidup
Rasulullah saw. Mayoritas hadis hanya dihafal oleh para sahabat, dan pernah terjadi
pemalsuan hadis dan penyalahgunaan kepentingan. Kondisi itu ulama untuk meneliti
auttentitas hadis secara objektif melalui tahrijul hadis dengan beberapa faktor sebagaimana
yang diungkapkan M. Syuhudi Ismail, yaitu hadis sebagai sumber ajaran Islam, tidak
seluruh hadis ditulis pada masa Nabi, timbul berbagai pemalusuan hadis, proses
Proses tahrijul hadis ialah kegiatan mencari hadis dengan cara menelusuri sampai
Kegiatan tahrijul hadis meliputi dua objek yaitu pertama penelitian matan dan sanad,
kedua objek penelitian hadis saling berkaitan karena matan dapat dianggap valid jika disertai
7
silsilah sanad yang valid pula. Kegiatan seperti ini mengandung dual hal yang pertama
5
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis ( Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara 2016), h.45-46
6
M. Syuhudi Ismail, Metodoligi Penelitian Hadis Nabi ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 42
7
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 4
tahrijul hadis bil alfas dan tahrijul hadis bil maudu.8 Dan adapun metode yang pertama yaitu
upaya kami menemukan kualitas hadis tersebut dengan pencarian hadis pada kitab hadis
dengan cara menelusuri mata hadis tersebut dengan berdasarkan teks atau kosakata yang
1. Penelusuran Hadis
Jika kita telusuri hadis tentang Fitrah Manusia metode yang pertama kita lakukan
adalah penelusuran hadis melalui lafal dengan istilah tahrijul bi Al-lafzhi, Kamus yang
diperlukan metode ini adalah Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-fazh Hadits An-Nabawi
10
dengan menelusuri kata ِ ا ْل ِف ْط َر ِة. maka kita akan menemukan beberapa kalimat yang
Kalau ditelusuri pada Lidwa Pustaka i Sofware: 9 Imam Hadits. Dengan kata kunci
dari kosakata ِ ا ْل ِف ْط َر ِةmaka kita akan menemukan kata hadis yang kaitannya fitrah itu searah
dengan makna kebersihan diri manusia, memotong kumis, khitan, mencukur bulu kemaluan,
8
M. Syuhudi Ismail,Cara Praktis Mencari Hadis ( Cet. II; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1999), h. 16-17
9
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 8
10
Arnold John Weinsick, Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-fazh Hadits An-Nabawi, Jus V, (
Leiden:E.J Brill, 1965), h.178-179
hadis ini terdapat dalam Riwayat Ahmad nomor 3666, Bukhari nomor hadis 5439, Ibnu
Maja nomor hadis 288, Ahmad 17606, dan riwayat Muslim nomor hadis 377.
mempergunakan kosakata kata kunci كل مولد يولد على الفطرةmaka kita menemukan hadis
tersebut ada bukhari nomor hadis 1296 kitab jenazah pada bab tentang pembicaraan
keberadaan mayit dari anak-anak kaum musyrikin. Dalam kitab Ahmad dengan nomor hadis
8949, 9851, 87339, 14277, sedangkan dalam kitab Abu Dawud nomor hadis 3666 dalam
kitab merapikan rambut bab tentang mencukur kumis, nomor hadis 4091 dan nomor hadis
4093 dalam bab yang sama kitab sunnah pada bab: penjelasan tentang keturunan orang-
orang musyrik, sedangkan dalam kitab Tirmidzi nomor hadis 2064 di temukan dalam kitab
qadar, bab tentang setiap bayi diatas fitrah. Jika kita telusuri dengan menggunakan kalimat
علَى ا ْل ِف ْط َر ِة
َ ما مِ ْن َم ْولُو ٍد إِ اَّل يُولَ ُدkami hanya menemukan ada dikitab Kitab Bukhari nomor hadis 6110
pada bab Allah lebih tahu apa yang mereka kerjakan, nomor hadis 1270 dan nomor hadis 1271
dalam bab jika anak kecil masuk Islam lalu mati dan apakah Islam wajib diperkenalkan kepada
Anak keci. nomor hadis 4402 pada bab surah ar Rum ayat 30. ahmad 9851, 8949,7832, muslim
a. Riwayat Bukhari
ج ا ْلب َِهي َمةَ َه ْل َ علَى ا ْل ِف ْط َر ِة فَأَب ََواهُ يُه َِودَانِ ِه أ َ ْو يُنَ ِص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِج
ُ َ سانِ ِه َك َمث َ ِل ا ْلب َِهي َم ِة ت ُ ْنت َ سلا َم ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد
َ علَ ْي ِه َو ُ صلاى ا
َ ّللا ُّ ِقَا َل الناب
َ ي
(BUKHARI - 1296) : Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan
11
Lidwa Pustaka i- Sofware: 9 Imam Hadis
anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang
melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?"12
b. Riwayat al-Bukhari
Abdan Menceritkan kepada kami (dengan berkata) Abdullah memberitahukan kepada kami
(yang berasal) dari al-Zukhri (yang menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rahman
memberitahukan kepadaku bahwa Abu Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda
“setiap anak lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam)
menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. sebagimana
binatan ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah Anggota tubuhnya).
Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacak (putus telinganya atau anggota
tubuhnya yang lain)kemudian beliau membaca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptkan menurut manusia fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah)
agama yang lurus.HR. Bukhari. No .1271
b. Riwayat Muslim
:ُ أَناهُ كَانَ يَقُول،َ ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرة،ب ِ س ِي َ أ َ ْخب ََرنِي،ِالز ْه ِري
َ س ِعي ُد بْنُ ا ْل ُم ُّ ع َْن،ِالزبَ ْيدِي ُّ ع َْن،ب ٍ َح ادث َ َنا ُم َح ام ُد بْنُ ح َْر،ِب بْنُ ا ْل َولِيد ِ َح ادث َ َنا ح
ُ َاج
َ ه ْل،ج ا ْلب َِهي َمةُ ب َِهي َمةً ج َْمعَا َء
َُ َك َما ت ُ ْنت،ِسانِه َ َ َ ْ ْ
َ َويُ َم ِج،ِ َويُن ِص َرانِه،ِ فأب ََواهُ يُه َِودَانِه،على ال ِفط َر ِة َ َ ا ُ ْ
َ ّللا" َما مِن َم ْولو ٍد إَِّل يُول ُد سو ُل اُ قَا َل َر
ْ َ ُ
ِ َواق َر ُءوا إِ ْن:َمِن َج ْدعَا َء؟ ث ام يَقُو ُل أبُو ه َُري َْرة
شئْت ُ ْم ْ سونَ فِيهَا ُّ ِتُح:
Hâjib bin al-Walid menceritakan kepada kami (dengan mengatakan) Muhammad bin harb
menceritakan kepada kami (yang berasal) dari al-Zubaidi (yang diterima) darfi al-Zuhri
(yang mengatakan) Sa'id bin al-Musayyab memberitahukan kepadaku (yang diterima) dari
Abu Hurairah bahwa ia berkata, Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak lahir (dalam
keadaan) fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama
Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi, sebagaimana binatang ternak
memperanakkan seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda
mengetahui di antara binatang itu ada yang cacat/putus (telinganya atau anggota tubuhnya
yang lain)
c. Riwayat Ahmad bin Hambal
(AHMAD - 9851) : Telah menceritakan kepada kami Waki', dia berkata; telah menceritakan
kepada kami Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada bayi yang dilahirkan kecuali di atas millah
(agama Islam), -dan sesekali beliau bersabda: "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah,
12
Al-hafidz Ahmad bin Ali bi Hajar al-Asqalani, Fathulbari Syarah Shahih Bukhari, Jilid III ( Cet. I;
Kairo: Dar Ibnu Jauzi, 1434H/2013 M), h.342
maka bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani atau Musyrik, " maka
ditanyakanlah kepada beliau; "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bagi mereka yang
meninggal sebelum umur baligh?" maka beliau bersabda: "Allah lebih tahu dengan yang
mereka kerjakan."13
َّللا أ َ ْعلَ ُم ِب َما كَانُوا
ُ " ه:َ فَ َم ْن َه َلكَ قَ ْب َل ذَلِكَ ؟ قَال،َِّللا
سو َل ه ِ علَى ْالمِ له ِة فَأ َ َب َواهُ ُي َه ِودَا ِن ِه أ َ ْو ُين
ُ َيا َر:َ قِيل،" َص َرا ِن ِه أ َ ْو ُيش َِركَا ِن ِه َ ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد
عامِ لِينَ ِب ِهَ
Muhammad bin Yahya al-Qutha'i al-Bashri menceritakan kepada kami (yang mengatakan)
'Abd al-'Aziz bin Rabi'ah al-Bunani menceritakan kepada kami (yang berkata) al-A'masy
menceritakan kepada kami (yang bersumber) dari Abu Shalih (yang berasal) dari Abu
Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
beragama (Islam), kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikannya beragama
Yahudi atau Nasrani atau menjadikannya musyrik.14
2. Al-Itibar
Berdasarkan hasil takhrij yang penulis lakukan, langkah selanjutnya adalah
melakukan kegiatan al-Itibar yaitu memilih hadis yang kita akan kaji dan bedah dan
dijadikan sebagai bahan kajian hadis tematik. Atau kegiatan ini upaya menelusuri jalur-jalur
sanad yang ada dalam sebuah hadis yang pada sub sanadnya terdapat periwayat saja dan
menjelaskan apakah ada periwayat yang lain. Dalam menentukan kuwalitas hadis-hadis yang
akan dibahas, pemakalah mengambil dua hadis untuk diteliti periwayatannya yaitu melalui
Bukhari melalui Ada, dan Ahmad bin Hambal melalui melalui Wakii.
Hadis tentang fitrah manusia paling tidak termuat dalam beberapa kita hadis standar
yang disusun oleh para imam hadis terkenal misalkan Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu
Dawud, dan Turmudzi, serta kitab-kitab hadis lainnya. Dalam meriwatkan hadis terjadi
perbedaan matan (bacaan : redaksi) ada yang dimulai dengan kalimat كل مولد يولد على الفطرة
dan ada yang memakai ما مِ ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَ ُد َعلَى ا ْل ِف ْط َر ِةnamun secara subtasnsif memiliki pengertian
13
http://mqtebuireng.softether.net/hadis9/copy_open.php?imam=ahmad&nohdt=9851
14
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/hadis-nabi-tentang-fitrah-dan.html
yang sama dan Hal ini akan dikemukakan 2 hadis sebagai pijakan materi tentang hadis
maudhuy yaitu:
علَى ا ْل ِف ْط َر ِة
َ َما مِ ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَ ُد
ﻗال
اﺑو ھريرة
عﻦ عﻦ
عﻦ
عﻦ
( اﻷعﻤﺶW. 147)
ﺣدﺛنا عﻦ
ﺣدﺛنا ﺣدﺛنا
ﺣدﺛنا
(البﺨارىw.256)
15
Rubini, Hadits Tarbawiyah Tentang Pontensi Anak , Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
Volome IV nomor 2 Desember 2015, h 25
No. Nama Perawi Keterangan
1. Abu Hurairah Perawi I
2. Abu Musalamah bin Abdur Rahman Perawi II
3. Az – Zuhriy Perawi III
4. Ibnu Abi Dzibin Perawi IV
5. Adam Perawi V
6. Al Bukhori Mukharrij
Berdasarkan skema di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang perlu
16
Rubini, Hadits Tarbawiyah Tentang Pontensi Anak , Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
Volome IV nomor 2 Desember 2015, h 25
17
Mahmud Ath-Thahhan, Dasar-Dasar Ilmu Hadis( Cet. III; Jakarta: Ummul Qura, 2018), h. 188-189
Mughirah bin Bardizbah Al-Yafii Al-bukhari. Nama panggilannya atau Kuniyah
adalah Abu Abdullah. Sedangkan nasab beliau adalah Al Ju'fi; nisabah Al Ju'fi
kakek Bukhari yang kedua masuk Islam berkat bimbingan dari Al Yaman Al Ju'fi.
Maka nisbah beliau kepada Al Ju'fi adalah nisbah perwalian. Al Bukhari yang
merupakan nisbah kepada negeri Imam Bukhari dilahirkan di Bukhara pada hari
ilmu-ilmu hadis, bahkan sudah mempunyai hafalan Hadis yang tidak sedikit
jumlahnya. Beliau merantau ke negeri Syam, Mesir, Jazirah sampai dua kali, ke
Basrah empat kali, ke Hijas bermungkin 6 tahun dan pergi ke Bagdad bersama-
kalangan atba'ut tabi'in muda, dan beliau meriwayatkan hadits dari mereka,
sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan jumlah yang sangat besar dari
kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau bertutur;' aku telah menulis dari
sekitar seribu delapan puluh jiwa yang semuanya dari kalangan ahlul hadits. Guru-
guru imam Bukhari terkemuka yang telah beliau riwayatkan haditsnya; Adam bin
Abi Iyas , Abu 'Ashim An Nabil Makki bin Ibrahim , Muhammad bin 'Isa bin Ath
Thabba', Ubaidullah bin Musa, Muhammad bin Salam Al Baikandi, Ahmad bin
Hambal, Ishaq bin Manshur, Khallad bin Yahya bin Shafwan,Ayyub bin Sulaiman
bin Bilal, Ahmad bin Isykab, dan masih banyak lagi. Murid-murid beliau Al Hafidz
18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis ( Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara 2016), h. 291
19
Fatchur Rahman, Ikhtishar Musththalahul Hadits ( Cet.VII; Bandung: PT Almaarif, 1991), h. 327
Shalih Jazzarah berkata; ' Muhammad bin Isma'il duduk mengajar di Baghdad, dan
Beliau belajar hadis sejak dibawah usia 10 tahun pada tahun 210 H dan
mendengarnya 1000 guru. Beliau hafal 100.000 buah hadis shahih dan 200.000
dintara mereka itu adalah; Al imam Abu al Husain Muslim bin al Hajjaj an
Naisaburi (204- 261), penulis buku shahih Muslim yang terkenal Al Imam Abu
'Isa At Tirmizi (210-279) penulis buku sunan At Tirmidzi yang terkenal, Al Imam
Shalih bin Muhammad (205-293)Al Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin
Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi (286), teman dekat imam Muslim, dan dia
juga memiliki buku shahih seperti buku imam Muslim dan masih banyak lagi.21
Ibnu Ishaq al-Harbi, Ibrahim Ibnu Mughaffal An Nasfi, Ibrahim inu Musa Al-Jauzi,
Abu Abbas Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Al-Azhar, lebih 20.000 orang yang
berguru kepadanya.22 Kesaksian para ulama terhadap beliau sangat banyak sekali,
para ulama yang memberikan kesaksian atas keilmuan imam Bukhari, diantara
20
Shubhi Ash-Shalih, Ulum Hadits wa Musthalahuh ( Cet.IV; Beirut: Dar Al-Ilmi li Al-Malayin, 1969),
h.396
21
Fatchur Rahman, Iktishar Mushthalahul Hadit (Cet.VII; Bandung:1991), h. 328
22
Imam Bukhari, al-Adabul al-Mufrad yang dialih bahasakan Muh Suri Sudarhi dengan judul Adabul
Mufradat Kumpulan Hadits-Hadits Akhlak( Cet.VI; Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2016), h. 15
dengannya. Adapun para tokoh para ulama yang memberikan persaksian terhadap
beliau adalah
Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di kolong langit ini tidak ada
b. Qutaibah bin Sa'id menuturkan; 'aku duduk bermajelis dengan para ahli
fikih, orang-orang zuhud dan ahli ibadah, tetapi aku tidak pernah
melihat semenjak aku dapat mencerna ilmu orng yang seperti
Muhammad bin Isma'il. Dia adalah sosok pada zamannya seperti 'Umar
di kalangan para sahabat. Dan dia berkata; ' kalau seandainya
Muhammad bin Isma'il adalah seorang sahabat maka dia merupakan
ayat.
c. Ahmad bin Hambal berkata; Khurasan tidak pernah melahirkan orang
d. Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ibnu Numair menuturkan; kami tidak
seorang putra yang hafal hadits melebihi Muhammad bin Isma'il, juga
belum pernah ada orang yang pergi dari kota tersebut menuju Irak yang
melebihi kealimannya."
meninggal pada hari sabtu tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul
Nama lengkapnya adalah Adam bin Abi Iyas. Beliau termasuk tabiit tabiin
(ketemu tabiin). Nama panggilannya (kuniah) adalah Abul Hasan. Beliau bertempat
tinggal di Bagdad dan meninggal pada tahun 220 H. Diantara Guru – gurunya adalah
Muhammad bin Abdir Rahman bin Mughiroh bin Harist bin Abi Dzi’bin(Abu
Harits), Isroil bin Yunus bin Abi Ishak, Hafs bin Muyasyaroh, Salam bin Miskin
bin Robi’ah, Sulaiman bin Mughiroh, Su’bah bin Hujaj, Syaiban bin Abdir Rahman,
Isya bin Maimun,Lais bin Sa’ad bin Abdir Rahman, Warqo bin Umar. Diantara
murid – muridnya adalah Ahmad bin Al Azhar, Abdullah bin Abdurrahman, Amr
bin Manshur, Muhammad bin Ismail, Muhammad bin Holaf dan lain – lain.
Penilaian para ulama tentang beliau menurut Yahya bin Muin beliau menilai siqah,
Abu Hatim Ar-Rozi menilai siqah makmun, An–Nasai menilai Labaksa bih, Al
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdir Rahman bin Mughiroh bin
Harist bin Abi Dzi’bin. Beliau termasuk tabiit tabiin senior . Nama panggilannya
(kuniah) adalah Abu Harist. Beliau bertempat tinggal di Madinah dan meninggal
23
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis ( Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara 2016), h.293
‘Abdillâh bin Syihâb bin ‘Abdillâh bin al-Hârith bin Zuhrah bin Kilâb bin Murrah
Mu’tamar bin Amr bin Rofi’, Ishak bin Yazid, Al Aswad bin ‘ala, Harist bin Abdir
Rahman, Sa’id bin Abi Sa’id, Sa’id bin Kholid bin Abdillah, Syu’bah bin dinar,
Sholeh bin Abdi Hisan, Abdur Rahman bin sa’d, dan lain – lain.
Di antara murid – muridnya adalah Adam bin Abi Iyas, Abu Bakar bin
‘Iyas bin Salim,Ahmad bin Abdillah bin Yunus, Ishak bin Sulaiman, Ishak bin
Muhammad bin Abdir Rahman, Asad bin Musa , Ismail bin Umar, Husain bin
Muhammad bin Bahrom, Hamad bin kholid, Kholid bin Haris, Dawud bin Atho,
Penilaian para ulama tentang beliau , menurut Ahmad bin Hambal menilai
siqah suduq,Yahya bin Mu’in menilai siqah, An Nasai menilai siqah,Ya’kub bin
Syaibah menilai siqah suduq, Ibnu Hibban menilai siqah dan Al Kholal menilai siqah.
‘Abdillâh bin Syihâb bin ‘Abdillâh bin al-Hârith bin Zuhrah bin Kilâb bin Murrah
al-Quraisyi al-Zuhri al- Madani. Beliau adalah seorang atbiin dan beliau adalah
salah seorang Imam dan ulama Hijaz dan Syam. Beliau bertempat tinggal di
Guru-gurunya antara lain adalah ‘Abdullâh bin ‘Abd al-Rahmân bin ‘Auf az-
Zuhri,‘Abdullâh bin ‘Umar bin al- Khaththâb, ‘Abdullâh bin Ja’far, Rabî’ah bin
‘Abbâd, al- Mismar bin Makhramah, Anas, Jâbir, ‘Abdullâh bin ‘Âmir bin Rabî’ah,
al-Makki, ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azîz, ‘Amr bin Dînar, al-Auza’i, Shâlih bin Kaisân,
Penilaian para ulama tentang beliau, menurut Ayyub As- Sa’tiyani menilai
saya tidak melihat seorangpun lebih ‘alim daripadanya,Musa bin Ismail menilai
tidak ada orang yang lebih faham tentang sunnah daripadanya,Amr bin Dinar
menilai saya tidak melihat seorangpun lebih fasih tentang hadis daripada Az –Zuhri
Nama lengkapnya adalah ‘Abdullâh bin ‘Abd al- Rahmân bin ‘Auf al-
Zuhri. Ia termasuk salah seorang tabi’in. Nama panggilannya (kuniah) adalah Abu
Guru - guru Abû Salamah antara lain ‘Abd al-Rahman bin Shakhr al-Dausi
al-Yamani (Abu Hurairah), Ibrahim bin ‘Abdullâh bin Qâridl, Abu al-Radâd, Abu
Sufyân bin Sa’îd bin Mughîrah, Usâmah bin Zaid bin Hâritsah, Abû Hurairah,
dan lain-lain.
Murid – murid Abû Salamah antara lain adalah Ibrâhîm bin ‘Ablah Syamr
bin Yaqdlân, Ibrâhîm Sa’ad bin Ibrâhîm, Ismail bin Umayyah, Muhammad bin
siqah imam,Ibnu Hiban menilai siqah dan Adzahabi menilai Ahadul Aimmah
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhamad bin Hanbal bin Hilal bin
Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin 'Auf bin Qasithi
bin Marin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah bin Uqbah bin Sha'ab bin Ali bin
Bakar bin Wail. Nama panggilannya/Kuniyah adalah Abu Abdillah Nasab beliau,
Bapak dan Ibu beliau adalah orang arab, keduanya anak Syaiban bin Dzuhl bin
Tsa'labah, seorang arab asli. Bahkan nasab beliau bertemu dengan Nabi shallallahu
ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal duapuluh
Rabi'ul awwal tahun 164 hijriah dan beliau meninggal pada tahun 241H.24
Permulaan imam Ahmad dalam rangka menuntut ilmu pada tahun 179 H,
pada saat itu beliau berusia empat belas tahun. Setamatnya menghafal Alquran dan
ulama besar dan disegani, baik dari kalangan masyarakat menengah kebawah,
terpelajar maupun dari kalangan penguasa. Diantara guru –gurunya adalah Waqi'
bin Al Jarrah bin Malih, Husyaim bin Basyir, Sufyan bin Uyainah ,Ibrahim bin
Sa'ad,Yahya bin Sa'id al Qaththn ,Ismail bin 'Ulaiyah ,Al Imam Asy Syafi'i ,Al Qadli
Abu Yusuf, Ali bin Hasyim bin al Barid, Mu'tamar bin Sulaiman dan lain lain.
Imam Asy Syafi'I,Yahya bin Adam, Al Hasan bin Musa al Asy- yab.
24
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqhi Islam Wa Adillatuhu, yang diterjemahkan Abdul Hayyie al—Kattani (
Cet.IV;Jakarta: Gema Insani, 2013) h. 46
Penilain para ulama tentang beliau, menurut :
Nama lengkapnya adalah Waqi’ bin Jarrah bin malih, beliau adalah seorang
tabiit tabiin. Nama panggilannya/ kuniah adalah Abu Sofyan. Beliau tinggal di
Di antara guru – gurunya adalah Sulaiman bin Mughiran (A’mas), Aban bin
Yazid, Ibrahim bin Ismail bin Mujma’ bin Yazid, Ibrahim bin Fadhil, Idris bin Yazid
bin Abdur Rahman, Usamah bin Zaid, Ismail bin Yunus bin Abi Ishak, Ismail bin
Sedangkan murid- muridnya adalah Ishak bin Ismail, Sulaiman bin Dawud,
25
M.M.Azami, Studies In Early Hadith Literature, yang diterjemahkan oleh Ali Mustafa Yaqub
dengan judul Hadis Nabawi dan Sejarah Kondifikasinya ( Cet.II; Pejaten Barat: Pustaka Firdaus, 2000), h.
422-436
Muhammad bin Abdullah bin Namir, Yahya bin Mu’in bin ‘Aun dan lain – lain.
Penilaian para ulama tentang beliau menurut Ahmad bin Hanbal berkomentar
Saya tidak melihat orang lebih hafidz melebihi beliau, Yahya bin Mu’in beliau memuji
Saya tidak melihat orang lebih hafidz dari beliau, Al’ijli menuturkan bahwa beliau
adalah siqah hafidz hadis dan Ya’kub bin Syaibah menilai Hafidz.
tabiit tabiin. Nama panggilannya/ kuniah adalah Abu Muhammad. Beliau bertempat
Di antara guru – gurunya adalah Dzaqun(Abu Shalih), Ibrahim bin Yazid bin
sarik, Ibrahim bin Yazid bin Qis, Ishaq bin Murar, ismail bin Abi Khalid, Tamim
bin Salamah, Tsabit bin ‘Abid dan lain – lain. Sedangkan murid – muridnya adalah
Hafish bin Ghiyas bin Tholaq, Abu Bakar bin ‘iyas bin Salim, Israil bin Yunus bin
Penilaian para ulama tentang beliau, menurut Yahya bin Mu’in menilai
siqah, Al ‘Ajli menilai siqah tsabit dan Abu Khatan Ar Rozi menilai siqah yahtaju
bihadis.
panggilannya/kuniyah adalah Abu Shalih, beliau tinggal di Madinah dan wafat pada
tahun 101 H.
Di antara guru – gurunya adalah Abdur Rahman bin Sahir (Abu Hurairah),
Romlah binti Abi Sofyan, Sahir bin Khalid bin Umait, Zaid bin Khalid, Sa’id bin
Thorif, Aisyah binti Abu Bakar dan lain–lain. Sedangkan murid– muridnya adalah
Waqi’ bin Jarrah bin Malih, Zaid bin Aslam, Abu Bakar bin Iyas, Jarir bin Abdul
Hamid bin Qirtho dan lain –lain. Penilaian para ulama terhadap beliau adalah
sebagai berikut. menurut Ahmad bin Hambal menilai beliau adalah Tsiqoh-
tsiqoh,Yahya bin Mu’in menilai beliau adalah Tsiqah, Abu Hatim Ar Razi menilai
beliau adalah Tsiqoh, Sholih, wayuhtaju bihi, Muhammad bin Sa’id menilai beliau
Beliau bertempat tinggal di Madinah, beliau kemudian diberi gelar Abu Hurairah
oleh Nabi saw, karena kecintaannya pada kucing. Beliau termasuk salah seorang
sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis, yang menurut Imam al-Bukhari
800 orang sahabat dan tabi’in meriwayatkan hadis darinya. Menurut penuturan al-
Haitsam bin ‘Ady, beliau meninggal pada tahun 57 H. Sedangkan menurut al-
diterima. Berdasarkan riwayat hidup/biografi para rawi tersebut di atas, maka hadis
bersambung, Hal ini dapat diketahui dari ketersambungan antara periwayat satu
dengan yang lainnya atau adanya hubungan guru dan murid. Seluruh perawi dalam
sanad tersebut bersifat adil dan dhabith.26 Hal ini diketahui dari penilaian para ulama
terhadap para rawi. Tidak ada satupun yang mencela Dalam sanad tersebut terhindar
26
Muhammad bin Ismail al-Amir Ash-Shan’ani, Subulus Salam Syarah Min Bulughul Maram, Jus I (
Cet. Mesir: Maktabul Syurur Daulah, 1441 H/2020M), h. 14
dari Syudzudz (kejanggalan) dan‘illat(cacat) Kesahihah sanad (shahîh al-Isnâd)
belum menjadi jaminan bagi kesahihan matan (shahîh al-matn). Sebuah hadis yang
sanadnya sahih muttasil dapat saja memiliki matan yang tidak sahih, dan demikian
juga sebaliknya. Penelitian kedua aspek (sanad dan matan) menjadi penting untuk
Pemahaman Hadis tentang Fitrah Manusia Kesahihah sanad (shahîh al-Isnâd) belum
menjadi jaminan bagi kesahihan matan (shahîh al-matn). Sebuah hadis yang sanadnya sahih
muttasil dapat saja memiliki matan yang tidak sahih, dan demikian juga sebaliknya.
Penelitian kedua aspek (sanad dan matan) menjadi penting untuk menemukan validitas dan
Menurut al-Thibiy sejalan dengan Ibnu al-Atsir al-Jazari, bahwa setiap matan hadis
tersusun atas elemen lafal (teks) dan elemen makna (konsep). Dengan demikian matan hadis
pada hakikatnya adalah pencerminan konsep idea yang intinya dirumuskan berbentuk teks.
Susunan kalimat dalam matan hadis berfungsi sebagai sarana perumus konsep keagamaan
dikatakan sahih dan dapat diterima apabila: Tidak bertentangan dengan akal sehat, tidak
bertentangan dengan hukum al-Qur’an yang telah muhkam, tidak bertentangan dengan hadis
yang mutawattir, Tidak bertentangan dengan dalil yang sudah pasti, tidak bertentangan
27
Hasyim Abbas, Kritik Matan , (Yogyakarta: TERAS, 2004), hal.Vii
28
Abu Bakar Ahmad bin Ali Sabit al-Khatib al-Baghdadi, Kitab al-Kifayat fi ‘ilm al-
Riwayat, (Mesir: Mathba’at al-Saadat, 1972), h.206-207
Dengan melihat syarat-syarat sahihnya sebuah matan dan dapat diterima, maka hadis
fitrah diatas adalah sahih dan maqbul, karena tidak bertentangan dengan akal sehat, ayat al-
Qur’an, dalil yang sudah pasti, hadis mutawattir juga hadis ahad lain yang kesahihannya
lebih kuat.
Hasil uji dugaan adanya unsur illat pada hadis ini yaitu: melalui uji jalur sanad,
semua perawi siqah, dari sighat yang digunakan dapat kita lihat termasuk metode
periwayatan yang kuat. Maka kategori hadis marfu’ (dapat dijadikan hujjah/ sumber
petunjuk dasar pemikiran keagamaan). Batasan marfu’ yaitu sesuatu (pemberitaan) yang
disandarkan oleh seorang sahabat, atau tabi’in atau oleh siapapun yang secara khusus kepada
Rasulullah Saw. Indikator ke-marfu’-an suatu hadis tidak harus mencantumkan nama Nabi,
29
Hasyim Abbas, Kritik Matan , (Yogyakarta: TERAS, 2004), h. 13
tetapi cukup memadai bila materi berita dalam matan mengisyaratkan adanya ikatan waktu
dengan periode kehidupan Nabi, penjelasan sahabat yang substansinya diyakini bukan
merupakan kreasi ijtihad dan transformasi kejadian-kejadian yang dialami sahabat pada
masa berlalu.30
Meskipun al-Bukhari dan Imam Ahmad pada hadis yang dijadikan titik tolak kajian
dalam buku ini menggunakan kalimat mâ min maulûd illâ yûlad, tetapi dalam hadis yang
lain, al-Bukhari dan Ahmad juga memakai kalimat kullu maulûd yûlad. Imam Tirmidzi yang
berbeda redaksi dengan menggunakan kata al-millah, Perbedaan redaksi atau lafal yang
demikian merupakan sesuatu yang wajar dalam periwayatan hadis, karena kebanyakan
periwayatan hadis dilakukan secara makna (al-riwâyah bi al-ma’na). Oleh sebab itu,
perbedaan lafalz menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam periwayatan hadis. Oleh
sebab itu, perbedaan lafalz dalam hadis tentang fitrah tidak terjadi syudzuz (janggal) dan
illah (cacat).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hadis-hadis tentang fitrah tersebut dari segi
sanad dan matan dapat dijadikan sebagai hujjah (pegangan) bagi ajaran Islam, karena
sanadnya bersambung (muttasil) dan matannya tidak mengandung unsur janggal dan cacat.
pesan dia dengan ziyâdah pada akhir matan hadis “jika kamu menghendaki maksud kata
fitrah itu, maka rujuklah kepada Q.S. al-Rum (30) : 30. b. Kata al-millah dalam riwayat al-
Tirmidzi yang diartikan sama dengan fitrah memiliki dalalah arti millah al-Islam (agama
Islam). Para ulama mutaakhirin menguatkan bahwa yang dimaksud fitrah tersebut adalah
Islam karena Q.S. al-Rum (30): 30 adalah kalimat”fitrat Allah” dalam arti Idâfah Mahdhah
30
Hasyim Abbas, Kritik Matan , (Yogyakarta: TERAS, 2004), h. 68
yang memerintahkan Nabi saw untuk selalu tetap pada fitrah. Oleh karena itu kata fitrah
berarti Islam.
Dalam kitab Syarah Shahih Muslim karangan al-Nawawi disebutkan bahwa sebagian
besar ulama berpendapat anak Muslim yang meninggal, dia akan masuk ke surga. Sedangkan
anak-anak orang musyrik yang mati sewaktu kecil, ada tiga kelompok pendapat: (1)
kebanyakan mereka mengatakan bahwa mereka (anak-anak musyrik itu) masuk ke dalam
neraka, (2) sebagian mereka tawaqquf (tidak meneruskan persoalan tersebut), (3) masuk
surga. Pendapat terakhir ini didukung dan dibenarkan oleh al-Nawawi. Argumentasi
pendapat ketiga ini adalah berdasarkan hadis Nabi saw ketika sedang melakukan Isrâ’ dan
Mi’râj, dia melihat Nabi Ibrahim as di dalam surga dan di sekelilingnya anak-anak manusia.
Para sahabat bertanya: “apakah mereka anak-anak orang musyrik ? Nabi menjawab: Ya,
Sebagaimana terdapat dalam riwayat Imam Ahmad, Darimi, Nasa’i, Ibnu Juraij, Ibn
Hibban, Thabrani dalam al-Kabir dan al-Hakim dari aswad b. Suwaid ra, sebab dari Hadis
tersebut muncul adalah suatu ketika Rasulullah dihasud untuk mengistimewakan satu
kelompok terhadap yang lainnya, orang tersebut berusaha untuk membunuh orang-orang
pada hari itu, sehingga orang tersebut dibunuh. Maka peristiwa tersebut sampai pada
Rasulullah Saw. Beliau bersabda, apa keadaan yang membuat kalian menimbang untuk
membunuh pada hari itu sampai anak-anak pun dibunuh. Berkata laki-laki tersebut, Wahai,
ingatlah, sesungguhnya anak-anak kaum musrik adalah modal kalian. Kemudian, beliau
31
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/hadis-nabi-tentang-fitrah-dan.html
bersabda, ingatlah, jangan bunuh anak-anak, ketahuilah, jangan kalian bunuh anak-anak dan
beliau bersabda Nabi Saw setiap bayi yang dilahir dalam keadaan suci maka orang tuanya
yang mempengaruhinya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana ia tumbuh dan
berkembang sampai jadi kakek-kakek. (Sumber Kitab al-Bayan wa ta’rif dalam maktabah
syamilah).32
Maka mana kala bayi itu dibiarkan pada keadaan dan tabiatnya, tidak ada pengaruh
diluar yang mempengaruhinya berupa Pendidikan yang merusak atau taklid kepada kedua
orangtuanya dan yang selainnya niscaya bayi tersebut kelak akan melihat petunjuk kearah
tauhid dan kebenaran Rasul saw dan hal ini merupakan gambaran atau nalar yang baik yang
akan menyampaikannya kea rah petunjuk dan kebenaran sesuai dengan fitrahnya yang asli
dan dia kelak tidak akan memilih memilih ajaran yang hanif33
B . Syarah Hadis
1. Pengertian Fitrah
Secara lughatan (etimologi) berasal dari kosa kata bahasa Arab yakni fa-tha-ra yang
berarti “kejadian”, oleh karena kata fitrah itu berasal dari kata kerja yang berarti menjadikan.
Pada pengertian lain interpretasi fitrah secara etimologis berasal dari kata fathara yang
Kata fithrah secara harfiah berarti keadaan suci, dan dapat pula berarti berbuka.
Dengan demikian, ketika Idul Fitrih, berarti kembali kepada keadaan suci sebagaimana
32
http://alkadri-pengajian.blogspot.com/2011/03/hadis-tentang-fitrah-manusia.html
33
Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud Latar Belakang Historis
Timbulnya Hadis-Hadis Rasul ( Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 2003) h. 110
34
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif ( Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011),
h. 50
belum ada dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Dan selain itu ada
pula yang mengartikan bahwa fitrah adalah kecenderungan atau perasaan mengakui adanya
kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagat raya. Dari penjabaran ini maka makna
Ibtida’u wa al ikhtira’u, yakni al shifat allati yattashifu biha kullu maujudin fi awwali
zamani khalqihi. Makna lain adalah shifatu al insani al thabi’iyah. Lain daripada itu ada
Fitrah merupakan citra asli manusia, yang berfotensi baik atau berpotensi buruk
dimana aktualisasinya tergantung pilihannya, mau pilih yang baik atau mau pilih yang buruk.
Fitrah yang baik merupakan citra asli yang primer, sedang fitrah yang buruk merupaka citra
Fitrah adalah citra asli yang dinamis, yang ada pada sisitem-sistem psikofisik manusia
dan dapat diaktualisasikan dalam bentu tingkah laku. Fitrah ini ada sejak zaman azali di
mana penciptaan jasad manusia belum ada. Seluruh manusia memiliki fitrah yang sama,
untuk menjadi baik dan sekaligus menjadi buruk, potensi untuk menjadi muslim
dan untuk menjadi musyrik. Secara sederhana, fitrah di sini diartikan dengan
potensi untuk beragama, juga potensi untuk tidak beragama.38 Penafsiran fitrah
35
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif ( Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011),
h. 51
36
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam psikologi Islam ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006 ), h.
43
37
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam , ( Cet. III, Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010), h.53
38
Ahmad Tafsir, Filasafat Pendidikan Islam ( Bandung: Pustaka Setia, 2009), 202
dengan arti potensi akan lebih tepat jika yang dimaksudkan adalah potensi-potensi
internal manusia seperti: akal, ruh, nafs, qalb, fuâd dan lain-lain.39
potensi atau kesiapan yang masih bersih tanpa goresan apapun yang
Abu a‟la al-Maududi mengatakan bahwa manusia dilahirkan di bumi ini oleh ibunya
sebagai muslim (berserah diri) yang berbeda-beda ketaatannya kepada Tuhan, tetapi di lain
pihak manusia bebas untuk menjadi muslim atau non muslim. Sehingga ada hubungannya
dalam aspek terminologi fitrah selain memiliki potensi manusia beragama tauhid, manusia
secara fitrah juga bebas untuk mengikuti atau tidaknya ia pada aturan-aturan lingkungan
dalam mengaktualisasikan potensi tauhid (ketaatan pada Tuhan) itu, tergantung seberapa
tinggi tingkat pengaruh lingkungan positif serta negatif yang mempengaruh diri manusia
secara fitrah-nya.
sederhana yakni menunjukkan kepada kalangan pembaca bahwa meskipun manusia telah
diberi kemampuan potensial untuk berpikir, berkehendak bebas dan memilih, namun pada
hakikatnya ia dilahirkan sebagai muslim, dalam arti bahwa segala gerak dan lakunya
Mengenai fitrah kalangan fuqoha telah menetapkan hak fitrah manusia, sebagaimana
dalam konsep maqashid al-syariah ( tujuan agama) yakni meliputi lima hal: (1) melindungi
39
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam ( Cet. VI; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 200), h. 45-50
agama, (2) melindungi jiwa (3) melindungi akal, (4) melindungi harta benda, dan (5)
melindungi keturunan.40
Menurut Armai, bila interpretasi lebih luas konsep fitrah dimaksud bisa berarti
pakar diatas, di antara arti-artinya yang dimaksud adalah : (1) Fitrah berarti “ thuhr‟ (suci),
(2) fitrah berarti “Islam”, (3) fitrah berarti “Tauhid” (mengakui keesaan Allah), (4) fitrah
berarti “Ikhlash” (murni), (5) fitrah berarti kecenderungan manusia untuk menerima dan
berbuat kebenaran, (6) fitrah berarti “al-Gharizah” (insting), (7) fitrah berarti potensi dasar
untuk mengabdi kepada Allah, (8) fitrah berarti ketetapan atas manusia, baik kebahagiaan
maupun kesengsaraan. ( 9) fitrah berarti kompetensi yang dibawa manusia sejak lahir.
Kata ini juga dipakaikan kepada anak yang baru dilahirkan karena belum
terkontaminasi dengan sesuatu sehingga anak tersebut sering disebut dalam keadaan fitrah
(suci). Pengaruh dari pengertian inilah maka semua kata fitrah sering diidentikkan dengan
kesucian sehingga 'id al-fitri sering pula diartikan dengan kembali kepada kesucian demikian
juga zakat al-fitrah. Pengertian ini tidak selamanya benar kata fitrah itu sendiri digunakan
juga terhadap penciptaan langit dan bumi dengan pengertian keseimbangan sebagaimana
yang tertera dalam al-Qur'an . Katakata yang biasanya digunakan dalam al-Quran untuk
penciptaan itu adalah kata ja’ala yang artinya “menjadikan”, yang diletakan dalam satu ayat
setelah kata khalaqah dan ansy’a. Perwujudan dan penyempurnaan selanjutnya diserahkan
pada manusia.
40
Muhammad Abu Zahrah, Usul Fiqhi, yang diterjemahkan oleh Saefullah Ma’shum dkk dengan
judul Usul Fiqhi ( Cet.II; Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), h.550
Mengenai kata fitrah menurut istilah (terminologi) dapat dimengerti dalam uraian arti
yang luas, sebagai dasar pengertian itu tertera pada surah al-Rum ayat 30, maka dari ayat
tersebut dapat dipahami bahwa pada asal kejadian yang pertama-pertama diciptakan oleh
Allah adalah agama (Islam) sebagai pedoman atau acuan, di mana berdasarkan acuan inilah
manusia diciptakan dalam kondisi terbaik. Oleh karena aneka ragam faktor negatif yang
mempengaruhinya, maka posisi manusia dapat “bergeser” dari kondisi fitrah-nya, untuk
itulah selalu diperlukan petunjuk, peringatan dan bimbingan dari Allah yang disampaikan-
pandangan Arifin; fitrah mengandung potensi pada kemampuan berpikir manusia di mana
sertakan pandangan Quraish Shihab tersebut berarti fitrah sebagai unsur, sistem dan tata
kerja yang diciptakan Allah pada makhluk sejak awal kejadiannya sehingga menjadi
bawaannya, inilah yang disebut oleh beliau dengan arti asal kejadian, atau bawaan sejak
lahir.41
Ungkapan senada mengenai pengertian fitrah juga dilontarkan oleh Arifin yakni secara
disebut dengan fitrah. Ada yang mengemukakan bahwa fitrah merupakan kenyakinan
tentang ke-Esaan Allah swt, yang telah ditanamkan Allah dalam diri setiap insan. Maka
manusia sejak lahirnya telah memiliki agama bawaan secara alamiah, yaitu agama tauhid.
41
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan Keserasian al-Quran Vol 11 ( Jakarta: Lentera
Hati, 2002), h. 53
Istilah fitrah dapat dipandang dalam dua sisi. Dari sisi bahasa, maka makna fitrah adalah
Dan dari sisi agama kata fitrah bermakna keyakinan agama, yakni bahwa manusia
sejak lahirnya telah memiliki fitrah beragama tauhid, yaitu mengesakan Tuhan. Imam
Nawawi mendefinisikan fitrah sebagai kondisi yang belum pasti (unconfirmed state) yang
Sementara menurut Abu Haitam fitrah berarti bahwa manusia yang dilahirkan dengan
dengan jiwa. Bila tidak berlebihan dalam memahami terminologi Abu Haitam dapat
dipahami, pada awalnya setiap makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dibekal dengan fitrah
(keseimbangan) yang bilamana keseimbangan ini mampu dijaga dengan baik maka yang
menyebabkan seseorang akan terjerumus kepada ketidakbaikan. Fitrah adalah kata yang
keberadaannya selalu dikaitkan dengan masalah moral. Keabstrakan ini meskipun selalu
dipakai dalam aspek-aspek tertentu namun pengertiannya hampir sama yaitu keseimbangan.
Sejak zaman klasik sampai sekarang, para ilmu berupaya mencari makna, kaitannya
dengan fitrah, mulai dari fatalism, netral, positismen, nativisme, empirisme, dan aliran
konvergensi
42
Julia Maria Van Tiel, Pendidikan Anakku Terlambat Bicara ( Cet. I; Jakarta: Predana Media
Group, 2011), h. 34-56
a. Pandangan Fatalisme.
Teori fatalism mengatakan bahwa setiap individu, melalui ketetapan Allah, baik atau
jahat secara asal. Ketetapan semacam ini terjadi pada semuanya atau Sebagian sesuai dengan
rencana Tuhan. Kemudian manusia untuk berkembang menjadi pasif, karena setiap individu
terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan Tuhan sebelumnya.43 Sedangkan menurut
Yasien Muhamed, makna fitrah ini pada mulanya dianut oleh para ulama selama satu periode
sebelum pertengahan abad ke-8, ia mencoba memperlihatkan bahwa hal-hal yang terjadi
didunia ini secara umum tidak ada bedanya dengan perbuatan-perbuatan manusia, semuanya
perbuatan-perbuatan manusia, sama seperti Allah telah menciptakan dunia, langit dan
hukum sunnahtullah. Dengan demikian apakah Tindakan baik buruk dan buruk dilakukan
manusia, ataukah perbuatan yang benar atau salah merupakan bagian ciptaanya44
Aliran Pendidikan fatalis, mempercayai bahwa setiap individu melalui ketetapan Allah
swt, baik atau jahat secara asal. Factor eksternal tidak begitu berpengaruh terhadap
penentuan nasib seseorang karena setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah
Teori netral pasif berasumsi bahwa anak lahir dalam keadaan suci, utuh, dan sempurna,
suatu keadaan kosong sebagaimana adanya, tanpa kesadaran akan iman atau kufur, baik atau
jahat. Teori ini sama dengan teori Tabularasa dari John Lock. Kemampuan indivu untuk
43
Maragustam Siregar, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna ( Yogyakarta: Nuha Litera,
2010), h. 92
44
Yasien Muhammed, Fitrah The Islamic Concept Of Human Natural( London: Ta-Ha Publisherr Ltd,
1996), h. 39
45
Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna ( Cet.I; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.
69
berkembang adalah pasif dan sangat tergantung dari polesan lingkungan, terutama
Pendidikan. Berarti pada dasarnya manusia bersifat netral yang berpotensi untuk tidak baik
dan tidak buruk. Personal tentang nasib manusia yang sepenuhnya ditentukan Tuhan,
apakah manusia berbuat baik ataukah buruk? Apakah manusia itu masuk neraka atau tidak?
c. Pandangan Positismen
Teori poistif berasumsi bahwa bawaan dasar manusia sejak lahir adalah baik
aktif. Manusia merupakan sumber yang mampu membangkitkan dirinya sendiri dari dalam.
Menurut Ibnu Taimiyah, semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dalam keadaan
kebajikan bawaan, dan lingkungan social yang menyebabkan individu menympang dari
keadaan ini. Sifat dasar manusia memiliki lebih dari sekedar pengetahuan tentang Allah swt
yang ada secara inheren di dalamnya, tetapi juga cinta kepadanya dan keinginan untuk
d. Pandangan Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia
itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan
manusia semata-mata tergantung kepada dasar. Tokoh utama aliran ini ialah Schopenhauer,
para ahli yang mengikuti pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi
dengan menunjukkan berbagai kesamaan antara orangtua dan anak. Misalnya kalua ayahnya
ahli musik maka kemungkinannya adalah besar anaknya juga ahli musik48
46
Nasharuddin, Akhlak Ciri Manusia Paripurna ( Cet.I; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), h.
71
47
Syarifah Ismail, Tinjauan Filosofi Pengembangan Fitrah Manusia dalam Pendidikan Islam, Jurnal
At-Ta’dib Voll VIII, No 2 Desember 2013 h.252
48
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Cet.XIII;Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
e. Pandangan Empirisme
ditentukan oleh factor-faktor lingkungan, termasuk Pendidikan. Pelopor aliran ini adalah
John locke (1632-1704) yang dikenal dengan teori Tabularasa. Empirisme yaitu bahwa
John Locke mengatakan bahwa jiwa manusia waktu lahir adalah putih bersih, bagaikan
kertas yang belum ditulisi atau bagaikan tabularasa, akankan menjadi apakah manusia itu
itu.50
f. Pandangan konvergensi
Aliran ini pada intinya merupakan perpaduan antara Nativisme dan empirisme, yang
keduanya dipandang sangat berat sebelah. Aliran ini menggabungkan arti penting
manusia.51
Apabila muncul pertanyaan mana diantara factor pembawaan dan lingkungan yang
lebih besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan perilaku manusia? Jawabannya relatif.
Untuk keadaan tertentu yang dominan faktor pembawaan yang lebih kuat, keadan yang lain
Berdasarkan pandangan para ahli, maka ada 3 hal yang menjadi interpretasi atas
pandangan para ahli yang berkaitan dengan konsep fitrah manusia. yaitu
49
Linda L. Davindoff, Introduction To Psychology, yang diterjemahkan Mari Juniati dengan judul
Psikologi Suatu Pengantar( Jakarta: Erlangga, 1991), h. 67
50
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, ( Cet.V; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013),
h. 168
51
Alex Sabur, Psikologi Umum, ( Cet.IV; Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 148
1. Interpretasi Pertama
Fitrah yang disebutkan dalam QS. Ar-Ruum :30, mengandung implikasi kependidikan
bahwa dalam diri manusia terdapat potensi dasar beragama yang benar dan lurus yaitu agama
Islam. Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapapun atau lingkungan apapun, karena
fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun
Oleh karena itu, maka pendidikan Islam bisa di konotasikan berpaham nativisme, yaitu
suatu paham yang menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidupnya secara
mutlak ditentukan oleh potensi dasar manusia. Proses pendidikan sebagai upaya untuk
2. Interpretasi Kedua
Fitrah menurut interpretasi kedua ini, bila dilihat dari segi faham kependidikan tidak
dapat dikatakan bahwa al-Qur’an dan al-Hadist dapat dijadikan sumber ilmu pendidikan
Islam yang berfaham empirisme (faham yang memandang bahwa pengaruh lingkungan
perkembangan manusia, dengan tidak menghargai potensial manusia yang dapat dikembang-
Oleh karena itu fitrah manusia tidak hanya mengandung kemampuan dasar pasif
yang beraspek hanya kecerdasan semata dalam kaitannya dalam perkembangan ilmu
“kecenderungan nafsu manusia berpindah dari orang tua secara turun-menurun. Manusia
sejak awal perkembangannya di dalam garis keturunan keagamaan orang tuanya. Jika orang
tuanya muslim, maka anaknya juga muslim. Jika orang tuanya kafir, maka anaknya juga
kafir”. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad bahwa setiap orang dilahirkan oleh
3. Interprestasi ketiga
Pada fitrahnya, manusia diberi kemampuan untuk memilih jalan yang benar dari jalan
yang salah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Balad :10, yang artinya :
sesat”.(Al-Balad :10).
وﻗدخا ب مﻦ دﺳا ھا- ﻗد أفلﺢ مﻦ زكاھا- فألهﻤها فجورھا وتقواھا-ونفس وما ﺳواھا
Artinya :
“Dan Demi jiwa dan apa yang menyempurnakannya (ciptaanya); maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu
dasesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.( Al-Syamsy : 7-10).
Hidup yang seimbang adalah hidup yang memperhatikan kepentingan jasmani dan
rohani, namun kekuatan rohani harus mengarahkan kekuatan jasmani. Dengan demikian,
berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan jasmani ini didasarkan pada nilai-
nilai yang berasal dari Tuhan, dipertimbangkan dengan akal pikiran yang matang tentang
52
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif ( Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), h.
53
Kemampuan memilih tersebut mendapatkan pengarahan dalam proses kependidikan
yang mempengaruhinya. Jelaslah bahwa faktor kemampuan memilih yang terdapat didalam
fitrah manusia berpusat pada kemampuan berakal sehat, karena akal sehat mampu
membedakan hal-hal yang benar dari yang salah. Dengan demikian, berakal sehat adalah
merupakan kemampuan fitrah yang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan latihan.
Kegiatan belajar mengajar dapat diartikan sebagai upaya mempengaruhi jiwa anak-
anak didik agar mereka mau mau melakukan berbagai kegiatan belajar mengajar. Dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar para peserta didik menggunakan segenap potensi fitrah
yang dimilikinya, seperti kecenderungan ingin tahu, bakat dan kemampuan kognitif.
Berbagai potensi fitrah tersebut harus dirawat, dipelajari, dipupuk dan dibina agar berfungsi
yang tersebut bahwa setiap anak yang dilahirkan telah memiliki bakat dan kecendrungan
menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi, memperlihatkan adanya convergensi plus dalam
anak, bukan hanya ditentukan oleh faktor pembawaan dari dalam sebagaimana yang dianut
oleh nativisme, dan bukan hanya faktor lingkungan semata-mata, tapi semuanya saling
53
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran ( Cet. II;Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2011), h. 80
54
Abuddin Nata, Perspketif Islam tentang Pendidikan Kedokteran(Jakarta: Salembah Diniyah, 2016),
h. 56
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pemaparan sbelumnya, maka sebagai intisari hadis penulis
kemukan hadis tentang fitrah manusia dalam segi sudut pandang kajian tematik sebagai
berikut
1. Hadis yang dijadikan kajian dalam pembahasan ini adalah hadis yang kaitan tentang
setiap anak dilahirkan dalam fitrah. Dalam proses pentakhirijan hadis dengan dua
kata kunci kalimat كل مولد يولد على الفطرةdan ada yang memakai ما مِ ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَ ُد َعلَى
ا ْل ِف ْط َر ِة. Penulis menemukan periwayatan hadis yang berbeda matan ada yang dimulai
dengan kalimat كل مولد يولد على الفطرةdan ada yang memakai ما مِ ْن َم ْولُو ٍد ِإ اَّل يُولَ ُد َعلَى ا ْل ِف ْط َر ِة
namun secara subtasnsif memiliki pengertian yang sama. Dan ditemukan hadis
tersebut dalam kitab Shahih Bukhari, shahih Muslim, dan Ahmad, tidak smampai
disitu, Penulis menelusuri kata kunci الفطرةtapi ternyata berbeda lafas. Sehingga
peneliti cendrun ke kata kunci sebelumnya, karena searah dengan judul hadis tentang
fitrah manusia. Kalau dari segi sanad dan matan dapat dikatakan bahwa hadis-hadis
tentang fitrah tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah (pegangan) bagi ajaran Islam,
2. Dari syarah hadis, penulis dapat menyimpulkan bahwa fitrah adalah potensi-potensi
untuk menjadi baik dan sekaligus menjadi buruk, potensi untuk menjadi muslim dan
untuk menjadi musrik, secara sederhana fitrah adalah potensi yang ada dalam diri
manusia, dalam diri manusia tersebut dikembangkan atas arahan dan petunjuk serta
bimbngan orangtua.
B. Implikasi
Meneli hadis dan mempelajari sebuah hadis melalui takhrij dan syarah hadis bukan
persoalan mudah membutuhkan kemampuan bahasa dan kemampuan menguasai ilmu alat
Bahasa Arab seperti ilmu nahwu, Sharaf, balaghah, dan mantik, dan kemampuan mumpuni
ilmu-ilmu hadis lainnya, karena itu yang menjadi kendala utama bagi penulis dalam
melakukan takhrijul dan syarah hadis. Disamping itu keterbatasan kitab-kitab kuning klasik
yang penulis dapatkan sebagai kitab rujukan untuk melakukan penulisan hadis ini. Oleh
karenanya bagi segenap pembaca untuk mengoreksi dan mengkaji ulang makalah ini dengan
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hasyim. Kritik Matan, Yogyakarta: TERAS, 2004.
Abu Zahrah, Muhammad. Usul Fiqhi, yang diterjemahkan oleh Saefullah Ma’shum dkk
dengan judul Usul Fiqhi. Cet.II; Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994.
Ad Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi. Asbabul Wurud Latar Belakang Historis
Timbulnya Hadis-Hadis Rasul . Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 2003
Al-Asqalani, Al-hafidz Ahmad bin Ali bi Hajar. Fathulbari Syarah Shahih Bukhari, Jilid III,
Cet. I; Kairo: Dar Ibnu Jauzi, 1434H/2013 M.
Al-Baghdadi, Abu Bakar Ahmad bin Ali Sabit al-Khatib. Kitab al-Kifayat fi ‘ilm al-
Riwayat, (Mesir: Mathba’at al-Saadat, 1972
Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam. Cet.III, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Ash-Shalih, Subhi. Ulum Hadits wa Musthalahuh. Cet.IV; Beirut: Dar Al-Ilmi li Al-
Malayin, 1969), h.396
Ath-Thahhan, Mahmud. Dasar-Dasar Ilmu Hadis. Cet. III; Jakarta: Ummul Qura, 2018
Ash-Shan’ani, Muhammad bin Ismail al-Amir. Subulus Salam Syarah Min Bulughul
Maram, Jus I. Cet. Mesir: Maktabul Syurur Daulah, 1441 H/2020M.
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqhi Islam Wa Adillatuhu, yang diterjemahkan Abdul Hayyie al—
Kattani ( Cet.IV;Jakarta: Gema Insani, 2013) h. 46
Azami,M.M. Studies In Early Hadith Literature, yang diterjemahkan oleh Ali Mustafa
Yaqub dengan judul Hadis Nabawi dan Sejarah Kondifikasinya . Cet.II; Pejaten
Barat: Pustaka Firdaus, 2000
http://mqtebuireng.softether.net/hadis9/copy_open.php?imam=ahmad&nohdt=9851
https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/hadis-nabi-tentang-fitrah-dan.html
http://alkadri-pengajian.blogspot.com/2011/03/hadis-tentang-fitrah-manusia.html
Imam Bukhari, al-Adabul al-Mufrad yang dialih bahasakan Muh Suri Sudarhi dengan judul
Adabul Mufradat Kumpulan Hadits-Hadits Akhlak. Cet.VI; Jakarta: Pustaka al-
Kausar, 2016
Ismail, M. Syuhudi. Cara Praktis Mencari Hadis. Cet. II; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1999.
Ismail, M. Syuhudi. Metodoligi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1991
Ismail, Syarifah. Tinjauan Filosofi Pengembangan Fitrah Manusia dalam Pendidikan Islam,
Jurnal At-Ta’dib Voll VIII, No 2 Desember 2013
Mujib, Abdul Mujib Kepribadian Dalam psikologi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2006.
Mujib, Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam, Cet. III, Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2010.
Muhammed, Yasien. Fitrah The Islamic Concept Of Human Natural. London: Ta-Ha
Publisherr Ltd, 1996.
Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif .Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Cet. II;Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2011.
Abuddin Nata, Perspketif Islam tentang Pendidikan Kedokteran. Jakarta: Salembah Diniyah,
2016.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara 2016.
Khon, Abdul Majid Khon. Takhrij dan Metode Memahami Hadis, Cet. I; Jakarta: Bumi
Aksara, 2014
Rubini, Hadits Tarbawiyah Tentang Pontensi Anak , Jurnal Komunikasi dan Pendidikan
Islam, Volome IV nomor 2 Desember 2015.
Sabur, Alex Sabur. Psikologi Umum, Cet.IV; Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah pesan, kesan dan Keserasian al-Quran Vol 11. Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Cet. VI; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
Tiel, Julia Maria Van. Pendidikan Anakku Terlambat Bicara. Cet. I; Jakarta: Predana Media
Group, 2011.
Weinsick, Arnold John. Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-fazh Hadits An-Nabawi, Jus
V. Leiden:E.J Brill, 1965.