Anda di halaman 1dari 25

FITRAH DAN IMPLIKASINYA DALAM PERKEMBANGAN MANUSIA

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur‟an Hadits)

Dosen Pengampu:

Dr. H. Nurul Iman, Lc. M.HI

Disusun Oleh:

NUR HIDAYATUL FADILAH


NIM: 20160214

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN 2020

1
FITRAH DAN IMPLIKASINYA DALAM PERKEMBANGAN MANUSIA

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur‟an Hadits)

Oleh:

NUR HIDAYATUL FADILAH

NIM: 20160214

Dosen Pengampu:

Dr. H. Nurul Iman, Lc. M.HI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN 2020

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdulillah, berkat kemurahan dan karunia Allah swt., kita masih
diberi kesempatan menjalani hidup dengan berbagai kewajiban, tugas, dan tanggung jawab
sebagai hamba-Nya sekaligus khalifah Tuhan di muka bumi (khaliifatullah fil ardh),
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam makalah ini akan dijelaskan secara singkat tentang fitrah dan implikasinya
dalam perkembangan manusia. Oleh karena itu, makalah ini diberi judul “FITRAH DAN
IMPLIKASINYA DALAM PERKEMBANGAN MANUSIA”.
Penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya arahan, dukungan, dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Dr. H. Nurul Iman, Lc. M.HI selaku dosen pengampu pada mata kuliah “Studi Qur‟an
Hadits”.
Secara substansial sangat disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca dan pengguna akan
diterima dan dihimpun dengan sebaik-baiknya sebagai bahan penyempurnaan.
Akhirnya, semoga makalah ini benar-benar dapat bermanfaat, khususnya bagi para
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, serta para pembaca lain yang
berkepentingan. Amin.

Ponorogo, 28 Oktober 2020

PENYUSUN,

NUR HIDAYATUL FADILAH

3
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 1

C. Tujuan Pembahasan........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hadits Fitrah dan Kualitasnya...........................................................

B. Fitrah dalam Hadits Rasul.................................................................

C. Implikasi Fitrah dalam Perkembanga Manusia.................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia oleh Allah diciptakan dengan sangat sempurna, dengan struktur
paling baik di antara makhluk lainnya. Struktur manusia terdiri dari dua unsur, yaitu
unsur fisiologis atau jasmaniyah dan unsur psikologis atau rohaniyah. Dari unsur
rohani Allah memberi keistimewakan kepada manusia berupa akal untuk berpikir
secara luar biasa sehingga dapat menciptakan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi seperti sekarang ini, dan juga hal tersebut menjadikan manusia khalifah
di muka bumi ini.
Sebagai khalifah di bumi, berarti manusia mempunyai kewajiban untuk
mengelola, mengatur dan memanfaatkan semua yang ada untuk kemaslahatan
hidupnya. Dengan demikian, Allah melengkapi manusia dengan memberinya
seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan untuk berkembang,
yang dalam psikologi disebut dengan potensialitas atau disposisi yang menurut aliran
psikologi behaviorisme disebut prepotence reflexes (kemampuan dasar yang secara
otomatis dapat berkembang).1 Dalam pandangan Islam, kemampuan dasar atau
pembawaan itu disebut dengan fitrah. Kata fitrah dalam Al-Qur‟an di sebutkan dalam
Surat Ar-Ruum, yaitu:

                

        

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.2

Dari dasar di atas, Ibnu Athiyah memahami fitrah sebagai keadaan atau
kondisi penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang menjadikannya berpotensi

1
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 42
2
Al-Qur‟an Al Karim, 30: 30.

5
melalui fitrah itu, mampu membedakan ciptaan-ciptaan Allah serta mengenal Tuhan,
syari‟at dan beriman kepadaNya. Akan tetapi fitrah yang terdapat dalam diri manusia
itu nantinya akan berkembang dipengaruhi oleh lingkungannya.3
Dari uraian di atas, penulis akan membahas mengenai fitrah dan implikasinya
dalam perkembangan manusia dalam hadits Rasul.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah hadits fitrah dan kualitasnya?


2. Bagaimanakah fitrah dalam hadits Rasul?
3. Bagaimanakah implikasi fitrah dalam perkembangan manusia?
C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui hadits fitrah dan kualitasnya.


2. Mengetahui fitrah dalam hadits Rasul.
3. Mengetahui implikasi fitrah dalam perkembangan manusia.

3
Abdul Haq ibn Atiyah Al-Andalusi, Al-Muharrar Al Wajiz, (ttp: Dar ibn Hazm, 1423), hlm.
1476.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Fitrah dan Kualitasnya


1. Takhrij Al-Hadits
Takhrij al-hadits adalah langkah untuk menelusuri atau mencari hadits
diberbagai kitab sebagai sumber asli dari hadits yang diteliti, yang di dalam
sumber itu dikemukakan secara lengkap sanad dan matan hadits.4 Penelusuran dan
pencarian hadits tentang fitrah ini menggunakan metode takhrij bil lafdzi, yaitu
dengan mengetahui sebagian matan hadits tentang fitrah.5 Matan hadits tentang
fitrah yang digunakan untuk penelusuran dan pencarian menggunakan kata

“‫”فطر‬. Kemudian kata ini setelah dilakukan penelusuran dengan bantuan kamus

Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadz Al-Hadis An-Nabawi, ditemukan di dalam kitab


induk sebagai berikut:6
a. Imam Al-Bukhori, Sahih Al-Bukhari, Kitab At-Tafsir halaman 931 dan kitab
Al-Qadr halaman 1261-1262
1) Kitab At-Tafsir halaman 931, Sahih Al-Bukhari

‫الزىري أخربين أبو سلمة بن عبد‬


ّ ‫حدثنا عبدان أخربان عبد هللا أخربان يونس عن‬
َ
‫ ما من مولود ّإّل يولد على‬:‫ قال رسول هللا ﷺ‬:‫الررن أ ّن أاب ىريرة هنع هللا يضر قال‬
‫ميجسانو كما تنتج البهيمة هبيمةً مجعاء ىل‬
ّ ‫ينصرانو أو‬
ّ ‫يهودانو أو‬
ّ ‫الفطرة فأبواه‬
        ( :‫حتسون فيها من جدعاء مثّ يقول‬
ّ
)      

Abdan telah menceritakan kepada kami, Abdullah mengabarkan kepada


kami, Yunus mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri berkata: Abu
Salamah bin Abd Ar-Rahman mengabarkan kepadaku, sesungguhnya
Abu Hurairah r.a dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada

4
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm.
43.
5
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 119
6
A. J. Wensinck dkk, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadz Al- Hadis An-Nabawi Jilid V, (Leiden:
Maktabah Brill, 1926), hlm. 179-180.
7
Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Sahih Al-Bukhori, (Riyad: Bait Al-Afkar Ad-Dauliyah,
1419), hlm. 264

7
seorang anak yang terlahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua
orangtuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani maupun
Majusi, sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak
yang tanpa cacat. Apakah kalian merasa bahwa binatang ternak itu akan
ada yang terpotong telinganya (misalnya)? “Kemudian Abu Hurairah
berkata: (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah” (QS. Ar-
Ruum/30: 30).

2) Kitab Al-Qadr halaman 1261-1262

‫ح ّدثين إسحاق بن إبراىيم أخربان عبد الرزاق أخربان معمر عن مهّ ٍام عن أيب‬
‫ ما من مولود ّإّل يولد على الفطرة فأبواه‬:‫ قال رسول هللا ﷺ‬:‫ىريرة هنع هللا يضر قال‬
‫حّت تكوتوا‬
ّ ‫وينصرانو كما تنتجون البهيمة ىل جتدون فيها من جدعاء‬
ّ ‫يهودانو‬
ّ
‫أنتم جتدعوهنا قالوا اي رسول أفرأيت من ميوت وىو صغري قال هللا أعلم مبا كانوا‬
.‫عاملني‬
Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepadaku, Abdurrazaq telah
mengabarkan kepadaku, Ma‟mar telah mengabarkan kepadaku dari
Hammam dari Abu Hurairah r.a berkata: “Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada seorang anak yang terlahir melainkan ia dilahirkan dalam
keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang membuatnya Yahudi
dan Nasrani, sebagaimana kamu beternak binatang (supaya beranak),
apakah kamu mendapati anak binatang ternak itu dipotong telinganya?”.
Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapat
engkau tentang orang yang meninggal sedangkan ia masih kecil? Beliau
menjawab: “Allah mengetahui apa yang mereka usahakan”.

b. Imam Muslim, Sahih Muslim, Kitab Al-Qadr halaman 1066

‫الزبيدي عن الزىري أخربين‬ ٍ ‫ثن حاجب بن الوليد ح ّدثنا حممد بن‬


ّ ‫حرب عن‬ ‫ح ّد ا‬
ّ
‫ ما من‬:‫ قال رسول هللا ﷺ‬:‫سعيد بن املسيّب عن أيب ىريرة هنع هللا يضر أنّو كان يقول‬
‫ميجسانو كما تنتج البهيمة‬
ّ ‫وينصرانو و‬
ّ ‫يهودانو‬
ّ ‫مولود ّإّل يولد على الفطرة فأبواه‬
( ‫حتسون فيها من جدعاء مثّ يقول أبو ىريرة واقرءوا إن شئتم‬
ّ ‫هبيمة مجعاء ىل‬

8
Ibid, hlm. 1261-1262

8
)           

Hajib bin Walid telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Harb
menceritakan kepada kamidari Az-Zubaidi dari Az-Zuhri, Sa‟id bin Al-
Musayyab mengabarkan kepadaku dari Abu Hurairah r.a sesungguhnya dia
berkata “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang anak yang terlahir
melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah
yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani maupun Majusi, sebagaimana
binatang ternak melahirkan binatang ternak yang tanpa cacat. Apakah kalian
merasa bahwa pada binatang ternak itu akan ada yang terpotong telinganya
(misalnya)?” Kemudian Abu Hurairah berkata: “Jika kalian menghendaki,
bacalah firman Allah: “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (QS.
Ar-Ruum/30: 30).10
‫حدثين أبو الطاىر وأرد بن عيسى قاّل ح ّدثنا ابن وىب أخربين يونس بن يزيد‬
َ
‫ قال‬:‫عن ابن شهاب أ ّن أاب سلمة بن عبد الررن أخربه أ ّن أاب ىريرة هنع هللا يضر قال‬
  ( :‫ ما من مولود ّإّل يولد على الفطرة مثّ يقول اقرءوا‬:‫رسول هللا ﷺ‬

)            

Abu Thahir dan Ahmad bin Isa telah menceritakan kepadaku keduanya
berkata, Ibnu Wahab menceritakan kepadaku,Yunus bin Yazid
mengabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab sesungguhnya Abu Salamah bin
Abdurrahman mengabarkan kepadanya, sesungguhnya Abu Hurairah r.a
berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang anak yang terlahir
melainkan ia dilahirkan dalamkeadaan fitrah, kemudian dia berkata:
“Bacalah firman Allah: “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (QS.
Ar-Ruum/30: 30).

c. Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Abu Hurairah halaman 104 dan
138-139

‫ثن عبد الرزاق ح ّدثنا معمر عن الزىري عن ابن املسيّب عن أيب ىريرة هنع هللا يضر‬
‫ح ّد ا‬

9
Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi, Sahih Muslim, (Beirut: Muassah Ar-Risalah, 1416) hlm:
1066
10
Imam An-Nawawi, Al-Minhaj As-Syarh Sahih Muslim ibn Al-Hajjaj Jilid XI, Terj.
Muhammad dan Futuhal Arifin, (Jakarta: Darus Sunah, 2011) hlm. 885
11
Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi, Sahih Muslim,..., hlm.1066

9
‫وينصرانو‬
ّ ‫يهودانو‬
ّ ‫ ما من مولود يولد على الفطرة فأبواه‬:‫ قال رسول هللا ﷺ‬:‫قال‬
‫حتسون فيها من جدعاء مثّ يقول واقرءوا إن شئتم‬
ّ ‫ميجسانو كما تنتج البهيمة ىل‬
ّ ‫و‬
)            (

Abdurrazaq telah menceritakan kepada kami, ma‟mar telah menceritakan


kepada kami dari Az-Zuhri dari Ibnu Al-Musayyab dari Abu Hurairah r.a
berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tiap-tiap seorang anak yang
dilahirkan ia menetapi keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang
membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani maupun Majusi, sebagaimana
binatang ternak melahirkan binatang ternak yang tanpa cacat. Apakah kalian
merasa bahwa bahwa pada binatang ternak itu akan ada yang terpotong
telinganya (misalnya)? ” Kemudian Abu Hurairah berkata: “Jika kalian
menghendaki, bacalah firman Allah: “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah.” (QS. Ar-Ruum/30: 30).
‫ثن عبد األعلى عن معمر عن الزىري عن سعيد ابن املسيّب عن أيب ىريرة‬
‫ح ّد ا‬
‫وينصرانو‬
ّ ‫يهودانو‬
ّ ‫كل مولود يولد على الفطرة فأبواه‬
ّ : ‫هنع هللا يضر أ ّن رسول هللا ﷺ قال‬
‫حتسون فيها من جدعاء‬
ّ ‫ميجسانو كما تنتج البهيمة هبيمة ىل‬
ّ ‫و‬
Abdul A‟la telah menceritakan kepada kami dari ma‟mar dari Az-Zuhri dari
Sa‟id bin Al-Musayyab dari Abu Hurairah r.a sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda: “Tiap-tiap seorang anak yang dilahirkan ia menetapi
keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi
Yahudi, Nasrani maupun Majusi, sebagaimana binatang ternak melahirkan
binatang ternak yang tanpa cacat.

2. I’tibar As Sanad
I’tibar As-Sanad berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk hadits
tertentu, yang hadits itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang
periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain akan dapat
diketahui apakah ada periwayat yang lain atau tidak untuk bagian sanad dari sanad
hadits yang dimaksud.14 I‟tibar sanad dalam hadits fitrah ini berguna untuk
mengetahui seluruh jalur sanad hadits fitrah baik nama periwayat, metode

12
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, (Riyad: Bait Al-Afkar Ad-Dauliyah, 1419), hlm. 138
13
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, ..., hlm.104
14
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, ..., hlm. 52

10
periwayatan, dan ada tidaknya berupa pendukung baik berstatus mutabi‟ atau
syahid. Berikut i’tibar sanad tentang hadits fitrah.
Gambar 2.1
Skema Sanad riwayat Al-Bukhori, Muslim, dan Ahmad bin Hanbal

Berdasarkan I‟tibar sanad yang dipaparkan, maka langkah selanjutnya dalam


penelitian sanad hadits adalah penelitian sanad hadits tentang fitrah, diambil dari
jalur sanad yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari berikut ini:

11
Gambar 2.2
Skema sanad hadits riwayat Al-Bukhori

Al-Bukhori dalam mengemukakan riwayat, menyandarkan riwayatnya


kepada Ishaq bin Ibrahim dengan metode periwayatan haddasana, Ishaq bin
Ibrahim dan Abdur Razaq dalam periwayatannya menggunakan akhbarana,
Ma‟mar dan Hammam dalam periwayatannya menggunakan metode ‘an. Abu
Hurairah dalam periwayatannya menggunakan metode periwayatan qaala. Maka
dalam hal ini, dapat diketahui bahwa Abu Hurairah sebagai sanad terakhir dan
Ishaq bin Ibrahim sebagai sanad pertama. Sedangkan dalam urutan periwayat,
Abu Hurairah diketahui sebagai periwayat pertama dan Imam Al-Bukhari sebagai
periwayat terakhir.
Berikut ini dipaparkan urutan sanad dan periwayat sanad dari Imam Al-
Bukhari:
Tabel 2.1
Urutan sanad dan periwayat hadits Imam Bukhari
Nama Periwayat Urutan sebagai sanad Urutan sebagai periwayat
1. Abu Hurairah Sanad V Periwayat I
2. Hammam Sanad IV Periwayat II

12
3. Ma‟mar Sanad III Periwayat III
4. Abdur Razaq Sanad II Periwayat IV
5. Ishaq bin Ibrahim Sanad I Periwayat V
6. Al-Bukhori Mukharijul Hadits Periwayat VI

Setelah melakukan I’tibar as-Sanad dan memilih jalur periwayatan sanad


hadits tentang fitrah, maka langkah selanjutnya adalah penelitian sanad hadits.
3. Penelitian Sanad Hadits
Sanad hadits berhubungan dengan ittisal As-Sanad, keadilan, dan kedabitan
perawat, dari sini kualitas sebuah hadits dapat ditentukan, apakah hadits ini
berkualitas shahih, hasan ataupun dha‟if.
Adapun cara untuk mengetahui ittisal As-Sanad, keadilan dan kedabitan
periwayat adalah dengan menggunakan kitab Tahzibul kamal fi asma’ Ar-Rijal,
Tahzib At-Tahzib, dll. ini adalah tabel penelitian sanad hadits fitrah.
Tabel 2.2
Penelitian Sanad hadits dari jalur Imam Al-Bukhari

Pendapat Persambungan
No Nama Julukan Guru Murid
Kritikus Sanad

1. Abdurrahman Abu Rasulullah, Hamman As-Shahabah Muttasil


bin Sokhr Hurairah Ubay bin bin kulluhum ‘udul
Ka‟ab, Abu Munabbah,
Bkar Abu
Salamah,
Sa‟id bin Abi
Musayyab
2. Hamman bin Abu Abu Uqail bin Yahya bin Muttasil
Munabbah bin „Uqbah As- Hurairah, Ma‟qal, Mu‟in, Ibnu
Kamil bin Son‟ani Abdullah bin Ma’mar bin Hibban, dan
Siyaj Al- Zubair, Umar Rasyid, Al-Ijli: Siqah
Yamani Bin Khatab Wahab bin tabi’i (liqa‟ di
Munabbah majlis Abu
Hurairah)
3. Ma‟mar bin Abu Asy‟as bin Abdurrazaq Yahya bin Muttasil
Rasyid Al „Urwah bin sawar, bin Mu‟in dan Al-

13
Azdi Al- Abi Umar Hammam Hammam, Ijli: Siqah
Haddani Al-Basri bin Abdul A‟la
Munabbah, bin Abdul
Az-Zuhri A‟la, Gundar
4. Abdurrazaq Abu Bakar Ma’mar bin Ishaq bin Ya‟qub: Siqah Muttasil
bin Hammam As-Son‟ani Rasyid, Ibrahim, sabt
bin Nafi‟ Al- Ibrahim bin Ibrahim bin
Himri Maimun, „Idad, Hajjaj
Yunus bin bin Yusuf
Sulaim
5. Ishaq bin Abu Ismail bin Al-Bukhari, IIbnu Hajar: Muttasil
Ibrahim bin Ya‟qub Al- „Ulayyah, Muslim, Abu Siqah sabt
Mukhlad bin Marwazzi Abdurrazaq Daud mujtahid
Ibrahim bin dan Ibnu bin
Matar Rahawaih Hammam,
Fudail bin
„Iyad
6. Muhammad Abu Ishaq bin At-Tirmidzi, Adalatuhu wa Muttasil
bin Ismail bin Abdillah Ibrahim, Adam bin zabtuhu bis
Al-Mugirah Al-Bukhari Sulaiman bin Musa syahrah wa
bin Harb sana’
Bazdizabah

4. Natijah Sanad
Natijah sanad hadits tentang fitrah dari jalur Imam Al-Bukhari, keseluruhan
periwayatnya terjadi persambungan sanad dan adanya pertemuan (liqa’) antara
guru dan murid, walaupun periwayatannya ada yang menggunakan metode ‘an,
serta keseluruhan periwayatnya dinilai siqah. Oleh karena itu, jalur sanad hadits
dari Imam Al-Bukhari kuat dan dapat disimpulkan bahwa sanad haditsnya
berkualitas sahih al-isnad.
5. Kualitas Matan Hadits
Dalam menentukan kualitas matan hadits, ulama hadits telah menentukan
tolak ukur penelitian matan.15 Yaitu sebagai berikut:
a) Tidak bertentangan dengan petunjuk Al-Qur‟an

15
Ikhrom, Pengantar Ulumul Haadits, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 100-101

14
Kata fitrah selain di sebutkan dalam hadits, juga terdapat dalam Al-
Qur‟an yaitu Q.S Ar-Ruum ayat 30:

               

         

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Ayat di atas menurut Ibnu Athiyah dalam tafsirnya menerangkan fitrah


bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam keadaaan memiliki potensi
untuk mengenal Allah dan memenuhi tuntunanNya. Potensi tersebut
mengandung maksud keyakinan tentang keesaan Allah yang telah ditanamkan
dalam setiap diri manusia. Kemudia ulama‟ menjelaskan ayat tersebut dengan
menukil hadits fitrah.16 Hal ini menandakan adanya kesesuaian antara Al-
Qur‟an dan Hadits.
b) Tidak bertentangan dengan hadits yang lebih kuat

‫عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنهما أ ّن رسول هللا ﷺ قال أّل كلّكم راع و كلّكم‬
‫مسؤول عن رعيتو فاإلمام الذي على الناس راع وىو مسؤول عن رعيتو والرجل راع‬
‫عن أىل بيتو وىو مسؤول عن رعيتو واملرأة راعية على أىل بيت زوجها وولده وىي‬
‫مسؤولة عنهم وعبد الرجل راع عن على مال سيّده وىو مسؤول عنو أّل فكلّكم‬
)‫راع و كلّكم مسؤول عن رعيتو (رواه البخاري‬

Kandungan hadits tersebut menerangkan bahwa orangtua mempunyai


tanggungjawab kepemimpinan dalam keluarga. Dalam hal ini bertanggung
jawab dalam mendidik anaknya dalam mengembangkan potensi yang

16
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah Jilid X, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 53-54
17
Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Sahih Al-Bukhori, (Riyad: Bait Al-Fikr Ad-Dauliyah,
1419), hlm. 1362

15
dimiliki anaknya. Dengan demikian terjadi kesesuaian antara hadits fitrah
dengan hadits ini.
c) Tidak bertentangan dengan akal sehat, panca indra dan fakta sejarah
Hadits fitrah ini tidak bertentangan dengan akal sehat, panca indra dan
fakta sejarah. Hal ini terbukti karena anak yang baru lahir dalam proses yang
dilaluinya nanti akan ikut (meniru) orangtuanya baik dalam ucapan ataupun
tingkah laku. Karena menurut panca indra, anak akan mengamati kebiasaan-
kebiasaan yang menjadi rutinitas sehari-hari. Serta fakta sejarah membuktikan
bahwa keluarga (orangtua) dalam masa lalu dan masa sekarang berfungsi
sebagai pemimpin (pendidik) pertama dan utama dalam mendidik anak dalam
memberikan pengaruh berupa bimbingan, penyuluhan, keterampilan, dan
pengetahuan.18
d) Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian
Ciri-ciri sabda kenabian dalam hadits fitrah adalah gaya bahasa yang
digunakan fasih atau tidak rancu, serta kandungan hadits fitrah itu tidak
bertentangan dengan sunnatullah bahwa anak akan ikut orangtuanya.
Dengan memperhatikan tolak ukur matan hadits yang telah diuraikan tersebut,
maka dapat diambil natijah bahwa matan hadits fitrah berkualitas shahih matan.
B. Fitrah dalam Hadits Rasul
Dilihat dari redaksi matan hadits fitrah di atas, menjelaskan bahwa setiap anak
manusia yang terlahir ke dunia ini dalam keadaan fitrah, yang mana perkembangan
dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal meliputi kondisi
masing masing anak, mulai dari faktor dari dalam dirinya sendiri, lingkungan
keluarga, sekolah hingga masyarakat.
Untuk lebih mengetahui dan memahami fitrah manusia yang dimaksudkan dalam
hadits tersebut di atas secara mendalam, maka terlebih dahulu memahami tentang
makna fitrah itu sendiri.
Secara bahasa, fitrah dalam kamus Al-Munawwir berarti sifat pembawaan yang
ada sejak lahir.19 Sedangkan dalam kamus Al-Munjid fitrah berarti:

‫ صفة اإلنسان‬,‫ الصفة اليت يتصف هبا كل موجود يف أول زمان خلقية‬:‫اّلبتداع واّلخرتاع‬

18
Helmawati, Pendidikan Keluarga: teoritis dan praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm. 50-51
19
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), hlm. 1063

16
.‫ السنة‬,‫ الدين‬,‫الطبيعية‬
Yaitu menciptakan yang belum ada padanan dan menciptakan sesuatu tanpa sebab;
sifat yang terdapat pada setiap yang ada di awal saat penciptaannya, sifat alami
manusia, agama, sunah.20 Dalam ensiklopedia Islam, fitrah berasal dari kata al-fathir
yang berarti belahan, dan dari pengertian ini lahir makna-makna lain yaitu penciptaan
atau kejadian, fitrah diartikan juga sebagai agama yang benar. 21 Dan menurut kamus
besar Bahasa Indonesia kata fitrah mengandung beberapa pengertian meliputi: sifat
asal, kesucian, bakat dan pembawaan.22
Secara istilah, fitrah merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik atau
buruk, dimana aktualisasinya tergantung pilihannya, fitrah yang baik merupakan citra
asli primer, sedangkan fitrah buruk merupakan citra asli sekunder, citra tersebut sudah
ada semenjak penciptaannya.23
Sementara itu, Hasan Langgulung dalam Sudiyono melihat fitrah dari dua segi
yaitu segi naluri sifat pembawaan manusia atau sifat-sifat Tuhan yang menjadi potensi
manusia sejak lahir dan dari segi wahyu Tuhan yang di turunkan kepada RasulNya.
Jadi, potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal yang tampak dalam
dua sisi.24 Sedangkan Sayid Qutub memberikan makna fitrah dengan memadukan dua
pendapat, yaitu bahwa fitrah merupakan jiwa kemanusiaan yang perlu dilengkapi
dengan tabiat beragama, antara fitrah kejiwaan manusia dan tabiat beragama
merupakan relasi yang utuh, mengingat keduanya ciptaan Allah pada diri manusia
sebagai potensi dasar manusia yang memberikan hikmah (wisdom), mengubah diri ke
arah yang lebih baik, mengobati jiwa yang sakit, dan meluruskan diri dari rasa
keberpalingan.25
Dapat juga diartikan bahwa fitrah yang dimaksudkan sebagai “kesucian asal
penciptaan”, bahwa setiap manusia pada asal atau awal penciptaannya, mereka
dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci dan bersih dari noda-noda kemaksiatan,
kesyirikan dan bentuk pelanggaran lainnya dan juga adanya kesaksian akan

20
Luis Ma‟luf, Al-Munjid fi Al-Lughah Wa Al-A’lam, (Beirut: Dar El Mashreq, 2000), hlm. 588
21
Tim Penyusun, Enslikopedia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeven, 2000), jilid I, hlm
20
22
Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet IX; Jakarta: Balai Pustaka, 1997),
hlm. 277
23
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 70
24
H.M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 148
25
Sayid Qutub, Tafsir Al-Qur’an fi Zilal Al-Qur’an Jilid V, (Kairo:Dar As-Syuruq, 2003), hlm.
2767

17
Ketuhanan Allah SWT, sewaktu penciptaan mereka dalam sulbi, sebagaimana yang
termaktub dalam Al-Qur‟an Q.S. Al-A‟raf: 172-173.

             

                 

              

172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban
kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
173. atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua Kami telah
mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini adalah anak-anak keturunan
yang (datang) sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan membinasakan Kami
karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"

Dan juga fitrah dalam arti “agama tauhid, agama Islam” sebagaimana dalam Surat Ar-
Ruum ayat 30. 26
Bukhari Umar dalam Halid Hanafi dkk mengemukakan bahwa dalam studi
Qur‟an, fitrah ketika dikorelasikan dengan kalimat lain mempunyai banyak makna
antara lain:
1. Fitrah berarti suci yaitu kesucian psikis yang terbebas dari dosa dan warisan
penyakit rohaniyah.
2. Fitrah berarti potensi berislam. Abu Hurairah mengatakan bahwa fitrah itu
beragama Islam.
3. Fitrah berarti mengakui keesaan Allah. Manusia lahir cenderung membawa
potensi tauhid yang cenderung mengesakan Tuhan dan berusaha secara terus
menerus mencari dan mencapai ketauhidan.
4. Fitrah berarti selamat dan kontinuitas.

26
Ainul Yaqin, Hadits-Hadits Pendidikan, (Pamekasan: Duta Media Publishing, 2017) hlm. 10-
11

18
5. Fitrah berarti perasaan yang tulus. Manusia lahir dengan membawa sifat baik,
diantara sifat baik itu adalah ketulusan dan kemurnian dalam melakukan aktivitas.
6. Fitrah berarti kesanggupan untuk melakukan kebenaran.
7. Fitrah berarti potensi dasar manusia atau perasaan untuk beribadah kepada Allah.
8. Fitrah berarti ketetapan atau takdir asal manusia mengenai kebahagiaan dan
kesengsaraan hidup.
9. Fitrah berarti tabiat atau watak manusia.
10. Fitrah berarti sifat-sifat Allah SWT yang ditiupkan pada setiap manusia sebelum
dilahirkan. Bentuk-bentuknya adalah asmaul husna yang berjumlah 99 nama yang
indah (Q.S Al-Hijr: 29). Tugas manusia adalah mengaktualisasikan fitrah asmaul
husna tersebut sebaik-baiknya dengan cara transinternalisasi sifat-sifat tersebut ke
dalam kepribadiannya.
11. Fitrah dalam beberapa hadits memiliki arti takdir.27
Dari sekian banyak pendapat mengenai fitrah, dapat dipahami bahwa fitrah
adalah segala potensi yang Allah berikan kepada manusia sejak kelahirannya agar bisa
menjalankan aktivitas kehidupan, dimana potensi tersebut cenderung mengarah
kepada kebaikan namun bisa menjadi buruk tergantung keinginan manusia dan faktor
lingkungan yang membentuknya.
C. Implikasi Fitrah dalam Perkembangan Manusia
Konsep fitrah menurut Islam tidak sama dengan teori tabularasa John Locke.
Karena dalam Islam, manusia sejak lahir telah memiliki berbagai bentuk potensi yang
bisa dikembangkan. Konsep fitrah juga berbeda jauh dengan teori nativisme A.
Scopenhour, sebab dalam Islam mengakui adanya pengaruh yang besar di luar diri
manusia, baik insani maupun noninsani, dalam mengembangkan dan memodifikasi
potensi yang dimilikinya.28
Meskipun dibekali dengan potensi dasar atau kemampuan yang dapat
berkembang, namun perkembangan itu tidak akan maju dan tumbuh maksimal tanpa
adanya proses pendidikan, lingkungan dan masyarakat.
Menurut pandangan Islam, perkembangan potensi manusia ini tidak hanya
dipengaruhi oleh lingkungan saja, ada kalanya potensi yang lebih dominan dalam
membentuk kepribadian manusia, atau kedua-duanya sama-sama dominan dalam

27
Halid Hanafi, La Adu dan Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish,
2018), hlm.78-79
28
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 291

19
membentuk kepribadian manusia. Bahkan dalam Islam, di luar kedua pengaruh
tersebut, ada pengaruh lain yaitu faktor hidayah yang diberikan Allah kepada hamba-
hambaNya yang dikehendaki.
Allah memang menciptakan semua makhlukNya berdasarkan fitrahNya, tetapi
fitrah manusia disini diartikan sebagai potensi dapat dididik dan mendidik, memiliki
kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga kemampuannya dapat melampaui
jauh daari kemampuan fisiknya yang tidak berkembang.29
Sementara itu, menurut pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Hasan bin
Ali Hasan Al-Hijazy, jika dikatakan bahwa setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan
fitrah, ini bukan berarti bahwa ketika bayi itu dilahirkan dari rahim ibunya, dia
langsung mengetahui hakikat dien Islam dengan berbagai cabang ajarannya atau dia
langsung menyatakan keislaman dirinya.30
Manusia dilahirkan dari perut ibunya tidak mengetahui apa-apa. Setelah itu Allah
memberikan pendengaran, penglihatan, hati, dan akal yang dengannya dapat
membedakan hal yang membawa mudharat atau manfaat. Semua kekuatan dan indra
tersebut berngsur-angsur berkembang sampai ia dewasa, penganugerahan ini
dimaksudkan agar manusia beribadah kepada Rabbnya.
Ibnu Taimiyah membagi fitrah menjadi dua macam, yaitu:
1. Fitrah Al-Munazzah
Yaitu fitrah dari luar yang masuk ke dalam diri manusia, berupa petunjuk Al-
Qur‟an dan sunnah, yang digunakan sebagai lendali dan pembimbing bagi fitrah
gharizah.
2. Fitrah Al-Gharizah
Yaitu fitrah yang berasal dari dalam diri manusia, berupa daya akal (quwwah al-
aql) yang berguna untuk mengembangkan potensi dasar manusia.31
M. Arifin membuat kesimpulan tentang fitrah manusia sebagai berikut:
1. Fitrah adalah faktor kemampuan dasar perkembangan manusia yang terbawa sejak
lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.
2. Potensi dasar itu berkembang secara menyeluruh (integral) yang menggerakkan
seluruk aspek-aspeknya secara mekanistis dan satu sama lain saling memengaruhi
ke arah tujuan tertentu.

29
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: 1983) hlm. 16
30
Hasan bin Ali Hasan Al-Hijazy, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, terj. Muzaidi Hasbullah,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) hlm. 38
31
Abd. Haris, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 52.

20
3. Aspek-aspek fitrah adalah komponen dasar yang bersifat dinamis, responsif
terhadap pengaruh lingkungan sekitar, termasuk pendidikan. Komponen dasar
tersebut meliputi:
a) Bakat dan kecerdasan, yaitu suatu kemampuan pembawaan yang potensial
mengacu pada perkembangan akademis (ilmiah) dan keahlian (profesionalis)
dalam berbagai bidang kehidupan.
b) Insting (naluri) atau gharizah, yaitu suatu kemampuan berbuat atau bertingkah
laku tanpa melalui proses belajar, kemampuan insting ini merupakan
pembawaan sejak lahir.
c) Nafsu dan dorongan-dorongan, yaitu nafsu lawwamah yang mendorong kea
rah perbuatan tercela, nafsu ammarah yang mendorong kea rah perbuatan
merusak, nafsu birahi yang mendorong kea rah perbuatan seksual dan nafsu
muthmainnah yang mendorong ke arah ketaatan kepada Tuhan Yang
MahaKuasa.
d) Karakter (watak asli) atau watak tabiat manusia.
e) Hereditas atau keturunan, yaitu faktor kemampuan dasar yang mengandung
cirri-ciri psikologis dan fisiologis yang diturunkan atau diwariskan oleh
orangtua.
f) Intuisi atau ilham, yaitu kemampuan psikologis manusia untuk menrima ilham
Tuhan.32
Ada beberapa sudut pandang yang berbeda mengenai faktor-faktor yang dapat
memengaruhi dan membentuk potensi dasar yang dimiliki setiap anak, hal ini
dibagi menjadi tiga aspek:
a) Keturunan (aliran nativisme), aliran ini berpendapat bahwa baik-buruknya
seorang anak dipengaruhi oleh faktor genetic kedua orangtuanya.
b) Lingkungan dan pengalaman (aliran empirisme), aliran ini berpendapat bahwa
baik-buruknya seorang anak diperngaruhi oleh adanya interaksi anak tersebut
dengan lingkungannya.
c) Gabungan antara nativisme dan empirisme (aliran konvergensi), aliran ini
berpendapat bahwa baik buruknya seorang anak dipengaruhi oleh keturunan

32
Ibid, hlm. 53-56

21
dan lingkungan, dimana kedua faktor tersebut memengaruhi dan membentuk
potensi dasar secara balance atau imbang.33
Dalam hadits fitrah, fitrah anak dipengaruhi oleh lingkungan. Maka orang tua
wajib menyiapkan lingkungan yang baik untuk mendidik anak dalam rangka
mengembangkan fitrah atau potensi dasar yang dimiliknya. Hal ini di isyaratkan

dengan lafadz )‫(فأبواه‬yaitu orangtua sebagai pendidik utama dan pertama bagi
anak, karena lingkungan keluarga yang pertama memengaruhinya. Kewajiban
orangtua dalam memberikan pendidikan untuk mengembangkan fitrah anak
mempunyai tujuan utama yaitu ketauhidan. Dalam hadits fitrah, pendidikan

akidah secara implisit atau tersirat di isyaratkan dengan lafadz ‫يهودانو و ينصرانو‬
ّ (
)‫وميجسانو‬. Hal ini menegaskan pentingnya menjaga fitrah anak dari pengaruh luar

yang diibaratkan dengan Yahudi, Nasrani dan Majusi, yang mana hal tersebut
dapat menyelewengkan anak dari fitrah aslinya yaitu bertauhid.
Dalam mendidik dan mengembangkan fitrah anak dapat dilakukan melalui
metode pembinaan, pembiasaan, keteladanan, dan kedisiplinan dengan diajarkan
akidah Islam, supaya berkembang dengan baik.

33
Ainul Yaqin, Hadits-Hadits Pendidikan, … , hlm. 15

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dilihat dari kualitas sanad dan matannya, hadits tersebut berkualitas shahih as-
sanad wa shahih matan, sehingga dapat dijadikan hujjah.
2. Menurut matan hadits fitrah, setiap anak manusia yang terlahir ke dunia ini dalam
keadaan fitrah, yang mana perkembangan dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal meliputi kondisi masing masing anak, mulai dari
faktor dari dalam dirinya sendiri, lingkungan keluarga, sekolah hingga
masyarakat.
3. Dalam hadits fitrah, fitrah anak dipengaruhi oleh lingkungan. Maka orang tua
wajib menyiapkan lingkungan yang baik untuk mendidik anak dalam rangka
mengembangkan fitrah atau potensi dasar yang dimiliknya. Hal ini di isyaratkan

dengan lafadz )‫(فأبواه‬yaitu orangtua sebagai pendidik utama dan pertama bagi
anak, karena lingkungan keluarga yang pertama memengaruhinya. Kewajiban
orangtua dalam memberikan pendidikan untuk mengembangkan fitrah anak
mempunyai tujuan utama yaitu ketauhidan. Dalam hadits fitrah, pendidikan

akidah secara implisit atau tersirat di isyaratkan dengan lafadz ‫يهودانو و ينصرانو‬
ّ (
)‫وميجسانو‬. Hal ini menegaskan pentingnya menjaga fitrah anak dari pengaruh luar

yang diibaratkan dengan Yahudi, Nasrani dan Majusi, yang mana hal tersebut
dapat menyelewengkan anak dari fitrah aslinya yaitu bertauhid.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Al-Andalusi, Abdul Haq ibn Atiyah, Al-Muharrar Al Wajiz, ttp: Dar ibn Hazm, 1423.

Al-Bukhori, Muhammad bin Ismail, Sahih Al-Bukhori, Riyad: Bait Al-Afkar Ad-Dauliyah,
1419.

Al-Hijazy, Hasan bin Ali Hasan, Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim, terj. Muzaidi Hasbullah,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Al-Qusyairi, Muslim bin Al-Hajjaj, Sahih Muslim, Beirut: Muassah Ar-Risalah, 1416.

An-Nawawi, Imam, Al-Minhaj As-Syarh Sahih Muslim ibn Al-Hajjaj Jilid XI, Terj.
Muhammad dan Futuhal Arifin, Jakarta: Darus Sunah, 2011.

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet IX; Jakarta: Balai Pustaka, 1997.

Hanafi, Halid, La Adu dan Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Deepublish,
2018.

Hanbal, Ahmad bin, Musnad Ahmad, Riyad: Bait Al-Afkar Ad-Dauliyah, 1419.

Haris, Abd., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2012.

Helmawati, Pendidikan Keluarga: teoritis dan praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014.

Ikhrom, Pengantar Ulumul Haadits, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015.

Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Ma‟luf, Luis, Al-Munjid fi Al-Lughah Wa Al-A’lam, Beirut: Dar El Mashreq, 2000.

Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif,


1997.

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: 1983.

Qutub, Sayid, Tafsir Al-Qur’an fi Zilal Al-Qur’an Jilid V, Kairo:Dar As-Syuruq, 2003.

Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al-Misbah Jilid X, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

24
Tim Penyusun, Enslikopedia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeven, 2000.
Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2011.
Wensinck, dkk, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadz Al- Hadis An-Nabawi Jilid V, Leiden:
Maktabah Brill, 1926.
Yaqin, Ainul, Hadits-Hadits Pendidikan, Pamekasan: Duta Media Publishing, 2017.

25

Anda mungkin juga menyukai