BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan manusia
dikaruniai akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Manusia
merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini. Allah
telah membekali manusia dengan berbegai keutamaan sebagai ciri khas yang
membedakan dengan makhluk yang lainnya. Manusia mempunyai struktur paling
baik diantara makhluk Allah yang lain, struktur manusia terdiri dari unsur
fisiologis dan psikis
Keistimewaan manusia juga dikarenakan manusia memiliki potensi yang
dikenal dengan istilah fitrah. Banyak persepsi mengenai makna fitrah. Sehingga
kadang melenceng dari konsep fitrah yang sesuai dengan yang dimaksudkan
dalam al Qur’an dan Hadis Nabi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa teks lengkap hadis tentang fitrah?
2. Apa saja makna mufaradat yang terkandung dalam hadis tersebut?
3. Apa terjemah / arti dari hadis tersebut secara lengkap?
4. Bagaimana syarah / penjelasan hadis tersebut terkait potensi fitrah
manusia dan korelasinya dengan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menyajikan teks lengkap hadis riwayat imam al-Bukhari tentang
fitrah.
2. Menyajikan makna mufradat yang terkandung dalam hadis tersebut.
3. Menyajikan terjemah / arti dari hadis tersebut secara lengkap.
4. Menjelaskan syarah / penjelasan hadis tersebut terkait potensi fitrah
manusia dan korelasinya dengan pendidikan.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun atas tiga bab. Bab I Pendahuluan berisi tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika tulisan. Bab II
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 2
Pembahasan berisi teks hadis tentang fitrah, makna mufradat, terjemah, dan
syarah hadis. Bab III Penutup berisi refleksi dari hadis tersebut.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, 2002), jilid 2,
Kitab al-Jana'iz, Bab Ma Qila fi Aulad al-Musyrikin, h. 100, no. 1385.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 4
D. Syarah Hadis
1. Hakikat Fitrah Manusia
Dalam dimensi pendidikan, keutamaan manusia dibanding dengan
makhluk Allah lainnya terangkum dalam kata fitrah. Kata Fitrah berasal dari akar
kata (bahasa) Arab, fathara, mashdarnya adalah fathrun. Akar kata tersebut berarti
dia memegang dengan erat, memecah, membelah, mengoyak-koyak atau
meretakkannya. Perhatikan penggunaan bentuk pertamanya, fatharahu (Dia telah
menciptakannya); yakni, Dia menyebabkannya ada secara baru, untuk pertama
kalinya. Dengan demikian kata fâthirus samawati berarti Sang Pencipta langit.2
Louis Ma’luf dalam kamus Al-Munjid, menyebutkan bahwa fitrah adalah
sifat yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia,
agama, sunnah. Sedangkan Menurut imam Al-Maraghi, fitrah adalah kondisi
dimana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada
kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.3
Dalam Al-Quran terdapat banyak kata yang mengacu pada pemaknaan
kata fitrah. Secara umum, pemaknaan kata fitrah dalam Al-Quran dapat
dikelompokkan dalam empat makna, yaitu sebagai berikut:4
a. Proses penciptaan langit dan bumi.
b. Proses penciptaan manusia
c. Pengaturan alam semesta beserta isinya dengan serasi dan seimbang
d. Pemaknaan pada agama Allah sebagai acuan dasar dan pedoman bagi
manusia dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Selanjutnya bila makna kata fitrah dikaitkan pada manusia dapat dipahami
dengan merujuk firman Allah surat al-Ruum ayat 30 sebagai berikut:
ِدي َل00اس َعلَ ۡيهَ ۚا اَل تَ ۡب َ ِّين َحنِ ٗيف ۚا فِ ۡط َر
َ َّت ٱهَّلل ِ ٱلَّتِي فَطَ َر ٱلن ِ ك لِلد َ َفََأقِمۡ َو ۡجه
ٰ ۡ ُ ك ٱلد َ ِق ٱهَّلل ۚ ِ ٰ َذل ۡ
٣٠ ون ِ َِّّين ٱلقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ۡكثَ َر ٱلن
َ اس اَل يَ ۡعلَ ُم ِ لِ َخل
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
2
Jamaluddin Muhammad Ibn Mandhur, Lisan Al-’Arab (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 1108-
1109.
3
Azyumardi Azra, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum (Jakarta:
Departemen Agama Republik Indonesia, 2002), h. 23.
4
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Islam (Jakarta: Media Pratam, 2001), h.
37.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 5
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. Al-Ruum: 30)5
Secara umum, cendikiawan muslim cenderung memaknainya sebagai
potensi manusia untuk beragama (tauhid ila Allah). Fitrah diartikan sebagai
kemampuan dasar untuk berkembang dalam pola dasar keislaman (fitrah islamiah)
karena faktor kelemahan diri manusia sebagai ciptaan Allah yang
berkecenderungan asli untuk berserah diri kepada kekuatan-Nya.6
Gambaran fitrah beragama manusia dapat dilihat dalam hal dimana
manusia tidak dapat menghindari ketentuan bahwa dirinya telah diatur secara
menyeluruh oleh hukum Allah, kemudian mereka diberi oleh Allah kemampuan
akal dan kecerdasan. Kemampuan akal dan kecerdasan inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk lain.
Manusia dilengkapi dengan fitrah dari Allah berupa keterampilan yang
dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.
Dengan keterampilan tersebut manusia semakin lama mencapai peradaban yang
tinggi dan maju. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini, menurut fitrahnya
akan mampu berkembang kepada kesempurnaan. Kesempurnaan yang dimaksud
disini bukan hanya kesempurnaan fisik, melainkan termasuk kesempurnaan
kepribadian yang mecerminkan figur seorang muslim sejati.
Potensi dasar yang dimiliki manusia tersebut masih merupakan barang
yang terpendam dalam dirinya. Bila potensi tersebut dibiarkan terus menerus
maka ia akan menjadi statis dan tidak berkembang walaupun ia telah memasuki
usia yang panjang. Sentuhan-sentuhan dari pihak lain tetap merupakan sebuah
keharusan baginya agar potensi tersebut berubah menjadi dinamis dan dapat
berkembang sesuai dengan kehendak penciptanya.
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2015), h.
408.
6
Muhammad Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 160.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 6
a. Potensi agama
b. Potensi akal yang mencangkup spiritual
c. Potensi fisik atau jasadiah
d. Potensi rohaniah mencangkup hati nurani dan nafsu
mempertimbangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Bila hal demikian masih
terjadi pada diri pendidik maka praktek pendidikan Islam tak ubahnya seperti
orang mengisi air ke dalam bak tanpa mempertimbangkan bak tersebut masih
mampu menampungnya atau tidak.
Pandangan pendidik yang demikian akan melahirkan praktek pendidikan
dengan pola induktrinasi dan pemaksaan. Pola induktrinasi dan pemaksaan dalam
pendidikan Islam seperti itu, menurut Muhammad Amin dapat berakibat parah
bagi perkembangan fitrah peserta didik. Karena peserta didik akhirnya akan
cenderung memihh salah satu dan dua sikap yang sama-sama tidak baik yaitu
antara eskapisme (meninggalkan agama) dan puritanisme (militansi berlebih-
lebihan).11
Dihubungkan dengan tiga teori pendidikan di atas, pendidikan Islam lebih
dekat kepada teori Konvergensi. Satu sisi pendidikan Islam selalu mengakui
adanya fitrah yang dundiki oleh manusia. Namun konsep fitrah menurut Islam
berbeda dengan konsep fitrahJohn Locke dengan teori Tabularasanya. Menurut
teori Tabularasa anak yang baru lahir ia dalam keadaan kosong bagaikan kertas
putih yang belum ada tulisannya. Sementara menurut Islam, anak yang baru lahir
telah memih'ki tauhid dan potensi-potensi dasar lain yang dapat dikembangkan
dalam kehidupannya.12 Sisi lain Islam menyadari bahwa fitrah tersebut masih
merupakan potensi dasar yang sederhana dan terbenam dalam diri manusia. Oleh
karena itu, kehadiran pendidikan Islam tetap merupakan keharusan baginya.
Kehadiran Pendidikan Islam akan mengarahkan, menjaga, memelihara dan
mengembangkan fitrah sehingga fittah manusia akan tumbuh, berkembang dan
dapat difungsikan sesuai dengan tujuan penciptaannya.
11
Muhammad Amin, Demokratisasi dalam Pendidikan Islam (Telaah atas Teori Pendidikan
Andragogi) (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1997), h. 122.
12
Mujahid, “Jurnal Pendidikan Agama Islam: Konsep Fitrah dalam Islam dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Islam” 2 (2005), h. 38.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 10
BAB III
PENUTUP
Refleksi Hadis
Segenap fitrah manusia yang berupa potensi takwa selain diusahakan agar
tumbuh dan berkembang, mesti dan perlu untuk juga dididik dan diarahkan.
Karena pengaruh orang tua (mewakili lingkungan berupa pergaulan, bacaan,
pendidikan, dan lain sebagainya) dapat mempengaruhi manusia menjadi buruk,
jahat dan seterusnya. Apabila anak mempunyai sifat dasar yang dipandang sebagai
pembawaan jahat, upaya pendidikan adalah mendidik, mengarahkan dan
memfokuskan untuk menghilangkan serta menggantikan atau setidak-tidaknya
mengurangi elemen-elemen kejahatan tersebut.
Manusia mendapat anugerah dua potensi luar biasa, yaitu akal ( ‘aql) dan
kehendak-bebas (nafs). Ternyata dua potensi tersebut bisa menjadi penyebab
keunggulan yang sukar dibayangkan, namun sekaligus dapat menjadi kelemahan
yang sangat fatal pula.
Fitrah dengan sendirinya memerlukan aktualisasi atau pengembangan
lebih lanjut. Tanpa aktualisasi, fitrah dapat tertutup oleh ‘polusi’ yang dapat
membuat manusia berpaling dari kebenaran.
Apabila kita melihat program pendidikan sebagai usaha untuk
menumbuhkembangkan anak, melestarikan nilai-nilai Ilahi dan insani, serta
membekali anak didik dengan kemampuan yang produktif, dapat kita katakan
bahwa fitrah merupakan potensi dasar anak didik yang dapat mengantarkan pada
tumbuhnya daya kemampuan manusia untuk bertahan hidup maupun
memperbaiki hidup.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembekalan berbagai kemampuan
dari lingkungan sekolah dan luar sekolah yang terpola dalam program pendidikan.
Seorang pendidik tidak dituntut untuk mencetak anak didiknya menjadi orang ini
dan itu, tetapi cukup dengan menumbuh-kembangkan potensi dasarnya serta
kecenderungan-kecenderungannya terhadap sesuatu yang diminati sesuai dengan
kemampuan dan bakat yang ada.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 11
DAFTAR PUSTAKA