Anda di halaman 1dari 11

Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan manusia
dikaruniai akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Manusia
merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini. Allah
telah membekali manusia dengan berbegai keutamaan sebagai ciri khas yang
membedakan dengan makhluk yang lainnya. Manusia mempunyai struktur paling
baik diantara makhluk Allah yang lain, struktur manusia terdiri dari unsur
fisiologis dan psikis
Keistimewaan manusia juga dikarenakan manusia memiliki potensi yang
dikenal dengan istilah fitrah. Banyak persepsi mengenai makna fitrah. Sehingga
kadang melenceng dari konsep fitrah yang sesuai dengan yang dimaksudkan
dalam al Qur’an dan Hadis Nabi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa teks lengkap hadis tentang fitrah?
2. Apa saja makna mufaradat yang terkandung dalam hadis tersebut?
3. Apa terjemah / arti dari hadis tersebut secara lengkap?
4. Bagaimana syarah / penjelasan hadis tersebut terkait potensi fitrah
manusia dan korelasinya dengan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menyajikan teks lengkap hadis riwayat imam al-Bukhari tentang
fitrah.
2. Menyajikan makna mufradat yang terkandung dalam hadis tersebut.
3. Menyajikan terjemah / arti dari hadis tersebut secara lengkap.
4. Menjelaskan syarah / penjelasan hadis tersebut terkait potensi fitrah
manusia dan korelasinya dengan pendidikan.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun atas tiga bab. Bab I Pendahuluan berisi tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika tulisan. Bab II
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 2

Pembahasan berisi teks hadis tentang fitrah, makna mufradat, terjemah, dan
syarah hadis. Bab III Penutup berisi refleksi dari hadis tersebut.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 3

BAB II
PEMBAHASAN

Hadis tentang Manusia dan Potensi Pendidikannya


A. Teks Hadis

‫ ِد‬0‫لَ َمةَ ب ِْن َع ْب‬0‫ريِّ َع ْن َأبِي َس‬0 ُّ ‫ب َع ِن‬


ِ 0‫الز ْه‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا آ َد ُم َح َّدثَنَا اب ُْن َأبِي ِذْئ‬
‫ ِه‬0‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬0 ‫ص‬ َ ‫ا َل النَّبِ ُّي‬00َ‫ ق‬:‫ال‬0 ِ ‫الرَّحْ َم ِن َع ْن َأبِي هُ َري َْرةَ َر‬
َ 0َ‫هُ ق‬0‫ض َي هَّللا ُ َع ْن‬
‫ َرانِ ِه َأ ْو‬00‫ص‬
ِّ َ‫ ِه َأ ْو يُن‬00ِ‫َأبَ َواهُ يُهَ ِّو َدان‬00َ‫ر ِة ف‬00
َ ‫ط‬ْ ِ‫ ُد َعلَى الف‬00َ‫و ٍد يُول‬00ُ‫لُّ َم ْول‬00‫ ُك‬:‫لَّ َم‬00‫َو َس‬
.1‫يُ َمجِّ َسانِ ِه َك َمثَ ِل البَ ِهي َم ِة تُ ْنتَ ُج البَ ِهي َمةَ هَلْ تَ َرى فِيهَا َج ْد َعا َء‬
B. Makna Mufradat

‫َم ْولُو ٍد‬ = Anak kecil / anak yang dilahirkan


Fathara, fathrun (perangai, kejadian asli), kaitannya dengan hadis
ْ ِ‫الف‬
‫ط َر ِة‬ = ini, kata fitrah dimaknai sebagai kecenderungan akan agama
Allah
ُ‫َأبَ َواه‬ = Kedua orangtuanya
‫البَ ِهي َم ِة‬ = Binatang ternak
C. Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Abu Dza’bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dari Abu
Hurairah radiallahu ‘anhu berkata; Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah
yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi
sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna.
Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”.

1
Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, 2002), jilid 2,
Kitab al-Jana'iz, Bab Ma Qila fi Aulad al-Musyrikin, h. 100, no. 1385.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 4

D. Syarah Hadis
1. Hakikat Fitrah Manusia
Dalam dimensi pendidikan, keutamaan manusia dibanding dengan
makhluk Allah lainnya terangkum dalam kata fitrah. Kata Fitrah berasal dari akar
kata (bahasa) Arab, fathara, mashdarnya adalah fathrun. Akar kata tersebut berarti
dia memegang dengan erat, memecah, membelah, mengoyak-koyak atau
meretakkannya. Perhatikan penggunaan bentuk pertamanya, fatharahu (Dia telah
menciptakannya); yakni, Dia menyebabkannya ada secara baru, untuk pertama
kalinya. Dengan demikian kata fâthirus samawati berarti Sang Pencipta langit.2
Louis Ma’luf dalam kamus Al-Munjid, menyebutkan bahwa fitrah adalah
sifat yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia,
agama, sunnah. Sedangkan Menurut imam Al-Maraghi, fitrah adalah kondisi
dimana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada
kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.3
Dalam Al-Quran terdapat banyak kata yang mengacu pada pemaknaan
kata fitrah. Secara umum, pemaknaan kata fitrah dalam Al-Quran dapat
dikelompokkan dalam empat makna, yaitu sebagai berikut:4
a. Proses penciptaan langit dan bumi.
b. Proses penciptaan manusia
c. Pengaturan alam semesta beserta isinya dengan serasi dan seimbang
d. Pemaknaan pada agama Allah sebagai acuan dasar dan pedoman bagi
manusia dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Selanjutnya bila makna kata fitrah dikaitkan pada manusia dapat dipahami
dengan merujuk firman Allah surat al-Ruum ayat 30 sebagai berikut:

‫ ِدي َل‬00‫اس َعلَ ۡيهَ ۚا اَل تَ ۡب‬ َ ‫ِّين َحنِ ٗيف ۚا فِ ۡط َر‬
َ َّ‫ت ٱهَّلل ِ ٱلَّتِي فَطَ َر ٱلن‬ ِ ‫ك لِلد‬ َ َ‫فََأقِمۡ َو ۡجه‬
ٰ ۡ ُ ‫ك ٱلد‬ َ ِ‫ق ٱهَّلل ۚ ِ ٰ َذل‬ ۡ
٣٠ ‫ون‬ ِ َّ‫ِّين ٱلقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ۡكثَ َر ٱلن‬
َ ‫اس اَل يَ ۡعلَ ُم‬ ِ ‫لِ َخل‬
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
2
Jamaluddin Muhammad Ibn Mandhur, Lisan Al-’Arab (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 1108-
1109.
3
Azyumardi Azra, Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum (Jakarta:
Departemen Agama Republik Indonesia, 2002), h. 23.
4
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Islam (Jakarta: Media Pratam, 2001), h.
37.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 5

Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. Al-Ruum: 30)5
Secara umum, cendikiawan muslim cenderung memaknainya sebagai
potensi manusia untuk beragama (tauhid ila Allah). Fitrah diartikan sebagai
kemampuan dasar untuk berkembang dalam pola dasar keislaman (fitrah islamiah)
karena faktor kelemahan diri manusia sebagai ciptaan Allah yang
berkecenderungan asli untuk berserah diri kepada kekuatan-Nya.6
Gambaran fitrah beragama manusia dapat dilihat dalam hal dimana
manusia tidak dapat menghindari ketentuan bahwa dirinya telah diatur secara
menyeluruh oleh hukum Allah, kemudian mereka diberi oleh Allah kemampuan
akal dan kecerdasan. Kemampuan akal dan kecerdasan inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk lain.
Manusia dilengkapi dengan fitrah dari Allah berupa keterampilan yang
dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.
Dengan keterampilan tersebut manusia semakin lama mencapai peradaban yang
tinggi dan maju. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini, menurut fitrahnya
akan mampu berkembang kepada kesempurnaan. Kesempurnaan yang dimaksud
disini bukan hanya kesempurnaan fisik, melainkan termasuk kesempurnaan
kepribadian yang mecerminkan figur seorang muslim sejati.
Potensi dasar yang dimiliki manusia tersebut masih merupakan barang
yang terpendam dalam dirinya. Bila potensi tersebut dibiarkan terus menerus
maka ia akan menjadi statis dan tidak berkembang walaupun ia telah memasuki
usia yang panjang. Sentuhan-sentuhan dari pihak lain tetap merupakan sebuah
keharusan baginya agar potensi tersebut berubah menjadi dinamis dan dapat
berkembang sesuai dengan kehendak penciptanya.

2. Macam-macam Fitrah Manusia

5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2015), h.
408.
6
Muhammad Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 160.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 6

Menurut Ibnu Taimiyah, dalam diri manusia setidaknya terdapat tiga


potensi (fitrah), yaitu:7
a. Daya intelektual (quwwat al-‘aql), yaitu potensi dasar yang
memungkinkan manusia dapat membedakan nilai baik dan buruk. Dengan
daya intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan meng-Esakan
Tuhannya.
b. Daya ofensif (quwwat al-syahwat), yaitu potensi dasar yang mampu
menginduksi obyek-obyek yang menyenangkan dan bermanfaat bagi
kehidupannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah secara serasi dan
seimbang.
c. Daya defensif (quwwat al-ghadhab) yaitu potensi dasar yang dapat
menghindarkan manusia dari segala perbuatan yang membahayakan
dirinya. Namun demikian , diantara ketiga potensi tersebut, di samping
agama – potensi akal menduduki posisi sentral sebagai alat kendali
(kontrol) dua potensi lainnya. Dengan demikian, akan teraktualisasikannya
seluruh potensi yang ada secara maksimal, sebagaimana yang disinyalir
oleh Allah dalam kitab dan ajaran-ajaranNya. Penginkaran dan pemalsuan
manusia akan posisi potensi yang dimilikinya itulah yang akan
menyebabkannya melakukan perbuatan amoral.
Muhammad Bin Asyur sebagamana disitir M. Quraish Shihab dalam
mendefinisikan fitrah manusia ada beberpa potensi yang dimiliki oleh manusia
diantaranya yaitu:8
a. Potensi jasadiah, yaitu contohnya potensi berjalan tegak dengan
menggunakan kedua kaki.
b. Potensi akliyahnya, yaitu contohnya kemampuan manusia untuk menarik
sesuatu kesimpulan dari sejumlah premis.
c. Potensi rohaniyah, yaitu contohnya kemampuan manusia untuk dapat
merasakan senang, nikmat, sedih, bahagia, tenteram, dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang macam-macam potensi manusia,
maka dapat diambil kesimpualan bahwa potensi manusia yang dibawa sejak lahir
terdiri dari:
7
Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Islam, h. 76.
8
Nizar, h.42-43.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 7

a. Potensi agama
b. Potensi akal yang mencangkup spiritual
c. Potensi fisik atau jasadiah
d. Potensi rohaniah mencangkup hati nurani dan nafsu

3. Implikasi Fitrah terhadap Pendidikan Islam


Bertolak dari konsep fitrah yang memiliki dua sifat yaitu fitrah yang
bersifat ilahiyah dan fitrah jasadiah maka keduanya akan berimplikasi atau
mempunyai akibat langsung terhadap pendidikan Islam. Kehadiran pendidikan
Islam merupakan sebuah keharusan karena fitrah manusia masih merupakan
potensi yang terpendam dan belum berkembang yang masih memerlukan
sentuhan pihak lain untuk menjaga, mengarahkan dan mengembangkannya.
Berkaitan dengan fitrah manusia, Abdurrahman an-Nahlawi menjelaskan
bahwa pendidikan Islam harus mampu berperan daIam 4 hal, yaitu:9
a. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam.
c. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi ini menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya.
d. Proses ini dilaksanakan secara bertahap
Keempat hal di atas harus diterapkan dalam pendidikan Islam yang terkait
dengan fitrah manusia. Dalam fitrah manusia yang bersifat ilahiyah misalnya,
proses pendidikan Islam dapat diawali dengan mengarahkan peserta didik untuk
tetap beribadah dan taat kepada Allah SWT. Di samping itu, pendidikan Islam
harus mampu menjaga dan memelihara peserta didik dari kemungkinan pengaruh
luar yang bisa mengikis, menjerumuskan dan menggiring peserta didik keluar dari
fitrahnya.
Implikasi itu akan memasuki pada semua komponen sistem pendidikan
Islam, baik dalam merumuskan tujuan, pendidik yang pandai, cakap dan terampil,
peserta didik yang kondusif, pemilihan materi yang tepat, penggunaan metode
yang fleksibel, penciptaan lingkungan yang mendukung dan evaluasi yang cermat
dan tepat.
9
Abdurrahman Al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam di Keluarga, di
Sekolah dan di Masyarakat alih bahasa Herry Noer Ali (Bandung: CV. Diponegoro, 1989), h. 32.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 8

Masing-masing komponen di atas tidak boleh berdiri sendiri-sendiri, tetapi


interaksi antar komponen harus selalu diciptakan guna mewujudkan cita-cita fitrah
yang sempurna. Dengan demikian keberhasilan dalam mencapai cita-cita bukan
jasa tugas salah satu dari komponen saja, tetapi semua komponen memiliki andil
yang sama. Sebaliknya, kegagalan dalam meraih cita-cita bukan saja kesalahan
salah satu komponen, tetapi semua komponen memiliki tanggung jawab yang
sama.
Peran aktif harus ditunjukkan oleh pendidik dan peserta didik secara
proporsional, karena kedua komponen tersebut merupakan komponen utama dan
keduanya merupakan subyek didik yang melakukan proses pendidikan. Namun
demikian tanggun jawab utama pendidikan Islam tetap berada di tangan pendidik.
Pendidik merupakan komponen yang pertama dan utama atas terselenggarakannya
pendidikan, sementara komponen-komponen yang lain dapat diciptakan dan
dikelola oleh pendidik.
Tanggung jawab pendidik yang demikian menurut pendidikan Islam
tidaklah berlebihan. Hal tersebut telah diisyaratkan oleh sebuah hadis Rosulullah
yang menyatakan bahwa kedua orang tuanyalah yang bisa merusak fitrah.
Keduanya akan bisa membuat anak menjadi yahudi, nasrani dan majusi. Menurut
Hasan Langgulung, termasuk yang merusak fitrah anak adalah anggota keluarga,
sekolah dan guru-gurunya, institusi-institusi sosial di mana manusia hidup.10
Untuk mengarahkan, menjaga dan memelihara fitrah llahiyah, di samping
perumusan tujuan yang jelas, aspek kurikulum harus disusun sedemikian rupa
sehingga fitrah tauhid yang telah tertanam daIam jiwa peserta didik tidak akan
tercabut karena kurikulum pendidikan Islam yang lemah. Pengembangan fitrah
harus tetap diupayakan melalui proses pendidikan mengingat adanya sifat manusia
yang masih lemah (terutama pada usia bayi). Bila tidak ada campur tangan orang
dewasa ketika masih bayi maka dapat dipastikan bayi tersebut akan mati dan
hilanglah fitrah kemanusiaannya.
Konsep ini lalu tidak boleh difahami bahwa pendidik mempunyai
kebebasan yang luas untuk membentuk peserta didik menurut kemauan pendidik.
Pendidik bisa melakukan beberapa hal sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa
10
Hasan Langgulang, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma’arif,
1995), h. 24.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 9

mempertimbangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Bila hal demikian masih
terjadi pada diri pendidik maka praktek pendidikan Islam tak ubahnya seperti
orang mengisi air ke dalam bak tanpa mempertimbangkan bak tersebut masih
mampu menampungnya atau tidak.
Pandangan pendidik yang demikian akan melahirkan praktek pendidikan
dengan pola induktrinasi dan pemaksaan. Pola induktrinasi dan pemaksaan dalam
pendidikan Islam seperti itu, menurut Muhammad Amin dapat berakibat parah
bagi perkembangan fitrah peserta didik. Karena peserta didik akhirnya akan
cenderung memihh salah satu dan dua sikap yang sama-sama tidak baik yaitu
antara eskapisme (meninggalkan agama) dan puritanisme (militansi berlebih-
lebihan).11
Dihubungkan dengan tiga teori pendidikan di atas, pendidikan Islam lebih
dekat kepada teori Konvergensi. Satu sisi pendidikan Islam selalu mengakui
adanya fitrah yang dundiki oleh manusia. Namun konsep fitrah menurut Islam
berbeda dengan konsep fitrahJohn Locke dengan teori Tabularasanya. Menurut
teori Tabularasa anak yang baru lahir ia dalam keadaan kosong bagaikan kertas
putih yang belum ada tulisannya. Sementara menurut Islam, anak yang baru lahir
telah memih'ki tauhid dan potensi-potensi dasar lain yang dapat dikembangkan
dalam kehidupannya.12 Sisi lain Islam menyadari bahwa fitrah tersebut masih
merupakan potensi dasar yang sederhana dan terbenam dalam diri manusia. Oleh
karena itu, kehadiran pendidikan Islam tetap merupakan keharusan baginya.
Kehadiran Pendidikan Islam akan mengarahkan, menjaga, memelihara dan
mengembangkan fitrah sehingga fittah manusia akan tumbuh, berkembang dan
dapat difungsikan sesuai dengan tujuan penciptaannya.

11
Muhammad Amin, Demokratisasi dalam Pendidikan Islam (Telaah atas Teori Pendidikan
Andragogi) (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1997), h. 122.
12
Mujahid, “Jurnal Pendidikan Agama Islam: Konsep Fitrah dalam Islam dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Islam” 2 (2005), h. 38.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 10

BAB III
PENUTUP

Refleksi Hadis
Segenap fitrah manusia yang berupa potensi takwa selain diusahakan agar
tumbuh dan berkembang, mesti dan perlu untuk juga dididik dan diarahkan.
Karena pengaruh orang tua (mewakili lingkungan berupa pergaulan, bacaan,
pendidikan, dan lain sebagainya) dapat mempengaruhi manusia menjadi buruk,
jahat dan seterusnya. Apabila anak mempunyai sifat dasar yang dipandang sebagai
pembawaan jahat, upaya pendidikan adalah mendidik, mengarahkan dan
memfokuskan untuk menghilangkan serta menggantikan atau setidak-tidaknya
mengurangi elemen-elemen kejahatan tersebut.
Manusia mendapat anugerah dua potensi luar biasa, yaitu akal ( ‘aql) dan
kehendak-bebas (nafs). Ternyata dua potensi tersebut bisa menjadi penyebab
keunggulan yang sukar dibayangkan, namun sekaligus dapat menjadi kelemahan
yang sangat fatal pula.
Fitrah dengan sendirinya memerlukan aktualisasi atau pengembangan
lebih lanjut. Tanpa aktualisasi, fitrah dapat tertutup oleh ‘polusi’ yang dapat
membuat manusia berpaling dari kebenaran.
Apabila kita melihat program pendidikan sebagai usaha untuk
menumbuhkembangkan anak, melestarikan nilai-nilai Ilahi dan insani, serta
membekali anak didik dengan kemampuan yang produktif, dapat kita katakan
bahwa fitrah merupakan potensi dasar anak didik yang dapat mengantarkan pada
tumbuhnya daya kemampuan manusia untuk bertahan hidup maupun
memperbaiki hidup.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembekalan berbagai kemampuan
dari lingkungan sekolah dan luar sekolah yang terpola dalam program pendidikan.
Seorang pendidik tidak dituntut untuk mencetak anak didiknya menjadi orang ini
dan itu, tetapi cukup dengan menumbuh-kembangkan potensi dasarnya serta
kecenderungan-kecenderungannya terhadap sesuatu yang diminati sesuai dengan
kemampuan dan bakat yang ada.
Hadis Tarbawi: Manusia dan Potensi Pendidikannya | 11

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il. Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-Fikr,


2002.
Al-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam di
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat alih bahasa Herry Noer Ali.
Bandung: CV. Diponegoro, 1989.
Amin, Muhammad. Demokratisasi dalam Pendidikan Islam (Telaah atas Teori
Pendidikan Andragogi). Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Kalijaga, 1997.
Arifin, Muhammad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2002.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Darus Sunnah,
2015.
Ibn Mandhur, Jamaluddin Muhammad. Lisan Al-’Arab. Beirut: Dar al-Fikr, 1994.
Langgulang, Hasan. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung:
Al-Ma’arif, 1995.
Mujahid. “Jurnal Pendidikan Agama Islam: Konsep Fitrah dalam Islam dan
Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam” 2 (2005).
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Islam. Jakarta: Media Pratam,
2001.

Anda mungkin juga menyukai