Anda di halaman 1dari 13

NATIJAH SANAD

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah: Naqd Al-Hadis
Dosen: Prof. Dr. H. Moh. Erfan Soebahar, M. Ag.

Kelompok 8 PAI 6B:

Atika Sofva (1703016050)


Muhammad Athourrohman (1703016076)
Siti Zaroah (1703016090)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020

1
A. Pendahuluan

Ulama hadis menilai sangat penting kedudukan sanad dalam riwayat


sebuah hadis. Ada empat faktor penting yang mendorong para ulama hadis
mengadakan penelitian sanad hadis, yaitu : hadis sebagai salah satu sumber ajaran
islam, hadis tidak seluruhnya tertulis pada zaman Nabi, munculnya pemalsuan
hadis, serta proses penghimpunan hadis.1

Dengan demikian penelitian terhadap sanad perlu dilakukan guna menjaga


kualitas hadis dan untuk membedakan antara hadis shahih dan hadis maudlu.
Setelah melewati Takhrij al-Hadits, I’tibar, dan Kritik sanad hadits maka kegiatan
berikutnya adalah mengemukakan kesimpulan hasil penelitian (Natijah). Kegiatan
menyimpulkan itu merupakan kegiatan akhir bagi penelitian sanad hadits.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami tertarik untuk menjawab rumusan
masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan natijah sanad?


2. Bagaimana teknik menyimpulkan kualitas sanad?
3. Bagaimana praktek pembuatan kesimpulan kualitas sanad?
B. Pengertian natijah sanad

Natijah dalam bahasa Arab ‫نتيجة‬ berarti hasil atau mengahsilkan.


Sedangkan sanad hadits adalah penjelasan tentang jalan (rangkaian periwayat)
yang menyampaikan kepada kita kepada materi hadits. 2natijah sanad berarti hasil
dari proses penelitian hadis, yang disertai argumen-argumen yang jelas dan berisi
konklusi.

Isi natijah untuk hadits yang dilihat dari segi jumlah periwayatannya
mungkin be Sejarah rupa periwayatnya mungkin berupa pernyataan bahwa hadits
yang bersangkutan berstatus mutawatir dan bila tidak demikian, maka hadits
tersebut berstatus ahad. Untuk hasil penelitian hadist ahad, maka natijahnya

1
Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadits Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm. 85
2
Syuhudi ismail, Kaedah Kesahihan… hlm. 9

2
mungkin berisi pernyataan bahwa hadits yang bersangkutan berkualitas shahih,
hasan, atau da’if sesuai dengan apa yang telah diteliti. 3

C. Teknik Menyimpulkan Kualitas Sanad

Sebelum menyimpulkan kualitas sanad sebuah hadits ada beberapa langkah


yang harus diperhatikan:

Langkah pertama : melakukan takhrij al-hadits yaitu penelusuran atau pencarian


hadits sebagai sumbernya yang asli yang di dalamnya dikemukakan secara
lengkap matan dan sanadnya.4

Langkah kedua: melakukan I’tibar al-sanad yaitu membuat skema dengan


menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada
bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja, dan dengan
menyertakan sanad-sanad lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat
lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud.5

Langkah ketiga: melakukan Bahts al-Ruwah yaitu proses pelacakan biografi rawi
yang terdapat dalam rangkaian sanad hadis, dengan mendapatkan informasi
seputar biografi rawi tersebut serta penilaian para ulama terhadapnya.6

Langkah keempat : Natijah sanad atau penyimpulan kualitas sanad merupakan


kegiatan akhir penelitian sanad dalam proses penelitian hadits. Penyimpulan
tersebut berisikan natijah (kongklusi) yang didukung dengan argumen-argumen
yang menjelaskan keadaan sanad secara rinci. Isi natijah untuk hadits yang dilihat
dari segi jumlah periwayatnya mungkin berupa pernyataan bahwa hadits yang
bersangkutan berstatus mutawattir atau berstatus ahad. Untuk hasil penelitian
hadits ahad, maka natijahnya berisi pernyataan

bahwa sanad hadits yang bersangkutan berkualitas shahih, hasan, atau dhoif sesuai

3
Syuhudi ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
hlm. 97
Sohari Sahrani, Ulumul Hadis, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 185-188
4

Syuhudi Ismail, Metodologi…hlm. 51


5

6
Rizki Ananda dkk, Bahts Al-Ruwah, (Semarang : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Walisongo, 2019), hlm. 1

3
dengan apa yang telah diteliti.9Dari keempat langkah tersebut, ada beberapa aspek
yang perlu di perhatikan sebagai pertimbangan dalam menyimpulkan kualitas
sanad sebuah hadis, yaitu:

1. Sanad bersambung

Seluruh rangkaian periwayat dalam sanad, mulai dari periwayat yang


disandari mukharrij (penghimpun riwayat dalam karya tulisnya) sampai kepada
periwayat tingkat sahabat yang menerima hadis yang bersangkutan dari Nabi,
bersambung dalam periwayatan.7

2. Periwayat Bersifat Adil

Kata adil memiliki arti lebih dari satu baik secara bahasa maupun istilah.
Ulama berbeda pendapat dalam membahas siapa orang yang dinyatakan bersifat
adil. Dengan demikian dapat dinyataakan unsur-unsur kaedah minor periwayat
yang adil ialah: (1) beragama islam (2)mukalaf (3)melaksanakan kegiatan
beragama (4)memelihara muru’ah.8

3. Periwayat Bersifat dhabit


Beberapa pernyataan ulama mengenai pengertian dhabith, antara lain:
a. periwayat itu memahami dengan baik riwayat yang telah didengarnya
(diterimanya)
b. periwayat itu hafal dengan baik riwayat yang telah didengarnya (diterimanya)
c. periwayat itu mampu menyampaikan riwayat yang telah dihafalnya itu dengan
baik 9
4. Terhindar dari Syudzudz (Ke-Syadz-an)

Yang dimaksud dengan syadzdz ialah apabila rawi yang tsiqah (terpercaya) dalam
suatu hadis yang menyalahi hadis lain yang rawinya lebih lebih tsiqah
dibandingkan rawi pada hadis pertama.10

7
Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan…hlm. 127
8
Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan… hlm. 134
9
Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan…hlm. 136
10
Abdurrahman, Elan Sumarna. Metode Kritik Hadis. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hlm.15

4
5. Terhindar dari ‘Illat

Pengertian illat di sini ialah sebab yang tersembunyi yang merusak


kualitas hadis. Keberadaannya menyebabkan hadis yang pada lahirnya tampak
berkualitas shahih menjadi tidak shahih. Ulama hadis menyatakan, ‘illat
kebanyakan berbentuk: (1) sanad yang tampak muttashil dan marfu’, ternyata
muttashil tetapi mawquf (2) sanad yang tampak muttashil dan marfu’, ternyata
muttashil tetapi mursal (3) terjadi percampuran hadis dengan sebagian hadis lain
(4) terjadi kesalahan penyebutan periwayat. 11

D. Praktek Pembuatan Kesimpulan Kualitas Sanad

Meneliti sanad hadits tentang mengatasi kemungkaran:

1. Langkah pertama: melakukan kegiatan takhrijul hadits

Hadits yang berbunyi ‫را منكم رأى من‬RR‫ منك‬atau semakna dengannya, menurut hasil
takhrij, hadits tersebut diriwayatkan oleh:

a. Muslim dalam Shahih Muslim, Juz I, halaman 69;

b. An Nasa’i dalam Sunan an Nasa’i, Juz VIII, halaman 111 – 112;

c. Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, Juz I, halaman 406 dan Juz II, halaman
1330;

Keterangan dapat dilihat pada lampiran berikut ini :

No Periwayat Hadis
.
1. Sahih Muslim .‫ حدثنا وكیع بن سفیان‬.‫حدثنا أبو بكر بن أبي شیبة‬
Juz 1, Halaman 69 .‫ حدثنا محمد بن جعفر‬.‫ محمد بن المثنى‬R‫ح وحدثنا‬
‫كتاب اإلیمان‬

11
Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan…hlm. 149

5
‫حدثنا شعبة كالھما عن قیس بن مسلم‪ ،‬عن طارق باب بیان ك‪RR‬ون النھي عن المنك‪RR‬ر‬
‫بن ش‪RR‬ھاب‪ .‬أول من ب‪RR‬دأ بالخطب‪RR‬ة‪ ،‬ی‪RR‬وم العید قب‪RR‬ل من اإلیم‪RRR‬ان‪ .‬وأن اإلیم‪RRR‬ان یزی‪RRR‬د‬
‫الصالة‪ ،‬مروان‪: .‬وھذا حدیث أبي بك‪RR‬ر‪ .‬ق‪RR‬ال فق‪RR‬ام وینقص‪ .‬وأن األم‪RR‬ر ب‪RR‬المعروف‪،‬‬
‫إلیھ رج‪R‬ل‪ .‬فق‪R‬ال‪ :‬الص‪R‬الة قب‪R‬ل الخطب‪R‬ة‪ .‬فق‪R‬ال‪ :‬ق‪R‬د والنھي عن المنكر واجبان‬
‫ترك ما ھنالك‪ .‬فقال أبو سعید‪ :‬أما ھ‪RR‬ذا فق‪RR‬د قض‪R‬ى‪R‬‬
‫ما علیھ‪ .‬س‪RR‬معت رس‪RR‬ول هللا ص‪RR‬لى هللا علیھ وس‪RR‬لم‪R‬‬
‫یقول "من رأى منكم منك‪RR‬را فلیغ‪RR‬یره بیده‪ .‬ف‪RR‬إن لم‬
‫یس‪RRR‬تطع فبلس‪RRR‬انھ‪ .‬ومن لم یس‪RRR‬تطع فبقلبھ‪ .‬وذل‪RRR‬ك‬
‫أضعف اإلیمان"‪.‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Sunan An Nasai‬‬ ‫أخبرنا محم‪RR‬د بن بش‪RR‬ار ق‪RR‬ال‪ :‬ح‪RR‬دثنا عب‪RR‬د ال‪RR‬رحمن‬
‫‪Juz VIII, halaman 111 – 112‬‬
‫قال‪ :‬حدثنا س‪RR‬فیان عن قیس بن مس‪RR‬لم‪ ،‬عن ط‪RR‬ارق‪R‬‬
‫كتاب اإلیمان وشرائعھ‪R‬‬
‫بن شھاب قال‪ :‬قال أب‪RR‬و س‪RR‬عید‪ :‬س‪RR‬معت رس‪RR‬ول هللا‬
‫باب تفاضل أھل اإلیمان‬
‫صلى هللا علیھ وسلم قال‪ :‬من رأى منك‪RR‬را فلیغ‪RR‬یره‬
‫بیده‪ ،‬ف‪RR‬إن لم یس‪RR‬تطع فبلس‪RR‬انھ‪ ،‬ف‪RR‬إن لم یس‪RR‬تطع‬
‫‪.‬فبقلبھ‪ ،‬وذلك أضعف اإلیمان‬
‫حدثنا عبد الحمید بن محمد قال‪ :‬حدثنا مخل‪RR‬د ق‪RR‬ال‪:‬‬
‫ح‪RRR‬دثنا مال‪RRR‬ك بن مغ‪RRR‬ول عن قیس بن مس‪RRR‬لم‪ ،‬عن‬
‫ط‪RR‬ارق بن ش‪RR‬ھاب ق‪RR‬ال‪ :‬ق‪RR‬ال أب‪RR‬و س‪RR‬عید الخ‪RR‬دري‪،‬‬
‫سمعت رسول هللا صلى هللا علیھ وس‪RR‬لم یق‪RR‬ول‪ :‬من‬
‫رأى منكرا فیغیره بیده فق‪RR‬د ب‪RR‬رئ‪ ،‬ومن لم یس‪RR‬تطع‬
‫أن یغ‪RR‬یره بیده فیغ‪RR‬یره بلس‪RR‬انھ فق‪RR‬د ب‪RR‬رئ‪ ،‬ومن لم‬
‫یس‪RR‬تطع أن یغ‪RR‬یره بلس‪RR‬انھ فغ‪RR‬یره ‪.‬بقلبھ فق‪RR‬د ب‪RR‬رئ‪،‬‬
‫وذلك أضعف اإلیمان‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Sunan Ibnu Majah‬‬ ‫حدثنا أبو كریب‪ .‬حدثنا أبو معاوی‪R‬ة‪ ،‬عن األعمش‪،‬‬
‫‪Juz II, Halaman 1330‬‬
‫عن إس‪RR‬ماعیل بن رج‪RR‬اء‪ ،‬عن أبیھ‪ ،‬عن أبي س‪RR‬عید‬
‫كتاب الفتن‬
‫الخ‪RRR‬دري‪ .‬وعن قیس بن مس‪RRR‬لم‪ ،‬عن ط‪RRR‬ارق بن‬
‫باب األمر ب‪R‬المعروف والنھي عن‬
‫ش‪RRR‬ھاب‪ ،‬عن أبي س‪RRR‬عید الخ‪RRR‬دري؛ ق‪RRR‬ال‪ :‬أخ‪RRR‬رج‬
‫المنكر‬
‫م‪RR‬روان المن‪RR‬بر في ھ‪RR‬ذا الیوم‪ .‬ولم یكن یخ‪RR‬رج‪.‬‬
‫وب‪RR‬دأت بالخطب‪RR‬ة قب‪RR‬ل الص‪RR‬الة‪ ,‬ولم یكن یب‪RR‬دأ بھ‪RR‬ا‪.‬‬

‫‪6‬‬
‫د قض ))من رأى منكم‬RR‫ذا فق‬RR‫ا ھ‬RR‫ أم‬:‫فقال أبو سعید‬
‫لى هللا علیھ‬RR‫ هللا ص‬R‫ سمعت رسول‬.‫ماعلیھ‬: .‫منكرا‬
.‫یره بیده‬R‫ فلیغ‬،‫وسلم یقول فاستطاع أن یغیره بیده‬
.‫ فبقلبھ‬،‫تطع‬RR‫إن لم یس‬RR‫ ف‬R.‫انھ‬RR‫ فبلس‬،‫تطع‬RR‫إن لم یس‬RR‫ف‬
((‫وذلك أضعف اإلیمان‬

2. Langkah kedua: melakukan kegiatan al i’tibar


Contoh hasilnya dapat dilihat pada lampiran I.
3. Langkah ketiga: melakukan penelitian sanad

Dalam hal ini, karena sanad hadits yang akan diteliti berjumlah banyak,
maka salah satu sanad yang ada dapat dipilih untuk diteliti langsung secara
cermat.

Sanad yang dipilih untuk diteliti langsung sebagai contoh dalam kegiatan
ini adalah salah satu sanad Ahmad bin Hambal, yakni yang melalui Yazid. Contoh
bunyi riwayat hadits berdasarkan sanad Ahmad dari Yazid tersebut sebagai
berikut:

Urutan nama periwayat hadits riwayat Ahmad di atas ialah:

No. Nama Periwayat Urutan Periwayat


1. Abu Said al Khudri Periwayat I
2. Thariq bin Syihab Periwayat II

7
3. Qais bin Muslim Periwayat III
4. Syu’bah Periwayat IV
5. Yazid Periwayat V
6. Abi (Ahmad bin Hambal) Periwayat VI
7. Abdullah Periwayat VII

Yang menyatakan kata haddasana pada permulaan riwayat di atas adalah


murid Abdullah bin Ahmad bin Hambal, yakni Abu Bakr Ahmad bin Ja’far bin
Hamdan bin Malik al Qati’i, salah seorang periwayat yang menyampaikan riwayat
hadits-hadits yang terhimpun dalam Musnad Ahmad.

Naskah Musnad Ahmad yang riwayatnya dikutip di atas disandarkan


kepada Abdullah bin Ahmad bin Hambal ( 213 – 290 H ) karena Imam Ahmad
bin Hambal telah membacakan kitab musnadnya itu kepada putranya tersebut.
Ahmad bin Hambal sendiri telah memuji akan kecerdasan dan keahlian Abdullah
di bidang hadits.

Al Khatib al Bagdadi menyatakan bahwa Abdullah itu siqah sabt. Kata an


Nasai dan ad Daraqutni, Abdullah itu siqah. Guru Abdullah di bidang periwayatan
hadits di antaranya ayahnya sendiri, Ibrahim binHijaj as Sami, dan Yahya bin
Ma’in. Muridmurid beliau juga cukup banyak, antara lain an Nasa’i, Abu Zur’ah
al Asfara’ni, dan Abu Bakr al qati’i, yakni Abu Bakr Ahmad bin Ja’far bin
Hamdan bin Malik al Qati’i yang telah menyampaikan riwayat hadits di atas.

Seluruh periwayat yang terdapat dalam sanad yang diteliti, masing-masing


mereka bersifat siqah, bahkan sebagian dari para periwayat itu, ke siqahannya
berperingkat tinggi, dan sanadnya dalam keadaan bersambung mulai dari
mukharijjnya sampai kepada sumber utama berita, yakni Nabi Muhammad SAW.
Kekuatan sanad Ahmad yang diteliti makin meningkat bila dikaitkan dengan
pendukung berupa mutabi’. Sanad-sanad yang memiliki mutabi’ terletak pada
sanad-sanad pertama, kedua, dan keempat. Secara keseluruhan, dukungan yang
berasal dari sanad-sanad Muslim, at Turmudzi, an Nasai, Abu Daud, dan Ibnu
Majah makin menambah kekuatan sanad Ahmad bila ternyata semua sanad
menambah kekuatan sanad Ahmad bila ternyata semua sanad dari para mukharrij
itu berkualitas sahih juga.

8
Dengan alasan-alasan tersebut, sangat kecil kemungkinannya bahwa sanad
Ahmad yang diteliti itu mengandung syudzudz (kejanggalan) ataupun illat (cacat).
Karenanya, telah memenuhi syarat apabila sanad Ahmad yang diteliti itu
dinyatakan terhindar syudzudz dan illat.12

Keterangan tentang kualitas periwayat dan persambungan sanad dapat


dilihat dalam tabel pada lampiran II.

4. Langkah keempat : mengambil natijah

Hadits yang diteliti memiliki banyak sanad. Walaupun demikian, hadits


tersebut bukanlah hadits mutawatir, melainkan hadits ahad. Melihat jumlah
periwayat yang terdapat dalam seluruh sanad, hadits tersebut pada periwayat
tingkat pertama berstatus garib dan mulai pada periwayat tingkat keempat dan
seterusnya berstatus masyhur.

Hadits dapat dikatakan sahih bila memenuhi sepenuhnya lima syarat hadits
shahih:

a. Sanad hadits itu harus bersambung.


b. Para perawi yang meriwayatkan hadits itu haruslah orang yang bersifat adil
(kepercayaan).
c. Para perawi yang meriwayatkan hadits itu haruslah bersifat dhabith.
d. Apa yang berkenaan dengan periwayatan hadits itu, tidak ada kejanggalan-
kejanggalan (syudzudz).
e. Apa yang berkenaan dengan periwayatan hadits itu, tidak ada sama sekali
cacatnya.13

Hasil dari naqd sanad yang dipilih yaitu sanad Ahmad bin Hambal, yakni
yang melalui Yazid ternyata seluruh periwayatnya bersifat siqah (adil dan
dhabith), sanadnya bersambung (muttashil); terhindar dari syudzudz (kejanggalan)
dan terhindar dari illat (cacat). Dengan demikian, sanad hadits tersebut berkualitas
shahih li dzatih.

12
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, hlm 109.
13
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: Angkasa, 1991), hlm. 177 – 180.

9
E. PENUTUP
1. Kesimpulan

Kegiatan terakhir dalam penelitian sanad hadis ialah mengemukakan


kesimpulan hadis penelitian (natijah). Dalam mengemukakan natijah harus
disertai argumen-argumen yang jelas baik dikemukakan sebelum atau sesudah
rumusan natijah dikemukakan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan: sanadnya
bersambung, rawinya adil, dhabith ar-rawi, tidak ada syadz, tidak ada ‘illat.

Adapun praktek pembuatan kesimpulan kualitas sanad adalah dengan langkah-


langkah seperti yang sudah dijelaskan didalam makalah, yaitu :

a. Langkah pertama, melakukan kegiatan takhrijul hadits


b. Langkah kedua, melakukan kegiatan al i’tibar
c. Langkah ketiga, melakukan penelitian sanad
d. Langkah keempat, mengambil natijah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Elan Sumarna. 2013. Metode Kritik Hadis. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Ananda, Rizki, dkk. 2019. Bahts Al-Ruwah. Semarang : Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Walisongo

Ismail, M. Syuhudi. 1991. Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa

Ismail, M. Syuhudi. 1992. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta: Bulan


Bintang

Ismail, M. Syuhudi.1995. Kaedah Kesahihan Sanad Hadits Telaah Kritis dan


Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu. Jakarta: Bulan Bintang

Sahrani, Sohari. 2010. Ulumul Hadis. Bogor: Ghalia Indonesia

11
Lampiran I

12
Lampiran II

13

Anda mungkin juga menyukai