Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR

“Pengertian dan Sejarah Israiliyyat “

Disusun Oleh :

Moh Zacky Ramadhan (2111420023)

Dosen Pengampu :

Dr. Aibdi Rahmat, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN dan TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB dan DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU
2024

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Israiliyyat

Kata irailiyyat merupahkan penguraian bentuk jamak dari kata tunggal Israel, yang
menggambarkan cerita atau peristiwa yang di ceritakan. Kata Israel di nisbahkan kepada Ya‟qub
1
bin Ishaq bin Ibrahim ayah dari 12 orang anaknya. Perkataan Israiliyyat adalah diambil
daripada kata jamak . Mufradnya adalah diambil daripada kata Israiliyyah, yang dinisbahkan
kepada Bani Israil (keturunan Israil). Manakala Israil pada asalnya adalah nama Nabi Allah
Yaakob a.s. yang membawa maksud Abdullah atau hamba Allah. Bani Israil atau keturunan
Israil ialah keturunan Nabi Yaakob a.s. yang berkembang hingga kepada Nabi Musa a.s. dan
seterusnya nabi-nabi yang datang silih berganti, sehinggalah keturunannya yang terakhir yaitu
Nabi Isa a.s.
Dalam bahasa Ibrani, Isra berarti hamba dan Il berarti Tuhan. Secara etimologis, kata
Israriat merupakan bentuk jamak dari kata Israria yang merujuk pada Nabi Yaqub Sas dan
keturunannya, Bani Israil, sejak zaman Nabi Musa hingga zaman Nabi Muhammad Saw.
Diperkirakan berasal dari . Orang Israel kerap disamakan dengan orang Yahudi, padahal
sebenarnya berbeda. Bani israel mengacu pada garis keturunan bangsa, dan Yahudi mengacu
pada cara berpikir, termasuk agama dan doktrin. Sedangkan menurut pemahaman penulis, umat
Nasrani adalah kelompok masyarakat yang beriman kepada Nabi Yesaya AS. Meski demikian,
M. Quraysh Shihab dalam Wawasan al-Quran tetap menyebut tokoh Yahudi dan Nasrani
sebagai tokoh dalam kitab ini..2
Ada beberapa pendapat terkait pengertian terminologi Israiliyyat:
Abu Syuhbah mendefinisikan bahwa, Israiliyyat merupakan pengetahuan-pengetahuan
yang berasal dari Yahudi dan Nasrani yang terdapat pada kitab Injil penjelasan-penjelasan Injil
kisah-kisah Nabi dan lainnya.3
Dari segi terminologi juga, kata Israiliyyat walaupun mulanya hanyalah menunjukkan
riwayat yang bersumber dari kaum Yahudi, namun pada akhirnya ulama tafsir dan ahli hadis
menggunakan istilah tersebut dalam arti yang lebih luas lagi. Israiliyyat adalah seluruh riwayat
yang bersumber dari orang-orang Yahudi dan Nasrani serta selain dari keduanya yang masuk

1
Ramzi Nana, Israiliyat wa atsaruha fi kutubu tafsir, Edisi I, 1970M, Hal, 71-72
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu i Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung, Mizan, 1996),
hal. 347
3
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah,Hal. 13-14.

2
dalam tafsir maupun hadis. Ada pula ulama tafsir dan hadis yang memberi makna Israiliyyat
sebagai cerita yang bersumber dari musuh-musuh Islam, baik Yahudi, Nasrani, ataupun yang
lainnya.4
Menurut Asy-Syarbasi, Israiliyyat adalah kisah-kisah dan berita-berita yang berhasil
diselundupkan oleh orang-orang Yahudi ke dalam Islam. Kisah-kisah dan kebohongan mereka
kemudian diserap oleh umat Islam. selain dari Yahudi, mereka pun menyerapnya dari yang
lainnya.
Sayyid Ahmad Khalil menyatakan bahwa Israiliyyat adalah riwayat-riwayat yang berasal
dari ahli Kitab, baik yang berhubungan dengan agama mereka ataupun yang tidak ada
hubungannya sama sekali. Penisbatan riwayat Israiliyyat kepada orangorang Yahudi karena pada
umumnya para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah masuk Islam.5
Para ulama di atas sepakat bahwa Israiliyyat berisi unsur-unsur dari luar yang masuk ke
dalam Islam, tetapi mereka berbeda pendapat tentang jenis materinya. Pada umumnya Israiliyyat
berisi cerita-cerita dan dongeng-dongeng buatan non muslim yang masuk ke dalam Islam.
Kalaupun ada materi israiliyyat yang sejalan dengan Islam, di samping jumlahnya sangat sedikit,
hal itu tidak dibutuhkan sebagai rujukan. Dari segi lain, bahwa ulama sepakat dengan sumber
asal Israiliyyat adalah Yahudi dan Nasrani, yang utama adalah Yahudi sebab tercermin dari asal
kata Israiliyyat itu sendiri.
Meskipun israiliyat banyak diwarnai oleh kalangan Yahudi, kaum Nasrani juga turut
ambil bagian dalam konstelasi penafsiran versi israiliyat ini. Hanya saja dalam hal ini kaum
Yahudi lebih populer dan dominan. Karena kaum Yahudi lebih diidentikkan lantaran banyak di
antara mereka yang akhirnya masuk Islam. Di samping karena kaum Yahudi lebih lama
berinteraksi dengan umat Islam.
Jadi kisah-kisah yang disampaikan oleh ahli kitab, disebut Israiliat karena yang dominan
diambil dari bangsa Yahudi dibanding dari kaum Nasrani.Dan pada kenyataannya orang-orang
Nasrani berpegang pada kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru.Kitab Perjanjian Lama
adalah kitab orang Yahudi.
B. Dalil Israiliyyat dalam Al-Qur’an

4
Raihanah, Israiliyyat Dan Pengaruhnya Terhadap Tafsir Alquran, TARBIYAH ISLAMIYAH, Volume 5, Nomor
1, Januari-Juni 2015, Hal. 97
5
Rosihon Anwar, Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 1999), h. 23

3
Ada beberapa ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan ahli kitab diantaranya:
1- Ayat yang membolehkan bertanya kepada ahli kitab:
‫ب ٍِ ِْ قَ ْبيِلَ ۚ ىَقَ ْد َج ۤا َءكَ ْاى َح ُّق ٍِ ِْ َّر ِبّلَ فَ ََل‬
َ ‫فَا ُِْ ُم ْْتَ فِ ْي ش ٍَّّل ِ ٍّ ََّا ٓ ا َ ّْزَ ْىَْا ٓ اِىَيْلَ فَسْـَٔ ِو اىَّ ِذيَِْ يَ ْق َز ُء َُْٗ ْاى ِن ٰت‬
ۙ َِْ‫ت َ ُن ّْ٘ ََِّ ٍَِِ ْاى َُ َْت َِزي‬.
Artinya: “Maka jika engkau (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang
Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang yang membaca kitab
sebelummu. Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, maka janganlah
sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu”.6
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah swt mengidzinkan kepada Nabi Muhammad saw
bertanya kepada Ahli Kitab untuk menghilangkan keraguan terhadap kitab al-Qur‟an yang
diturunkan kepadanya.Hal ini dijadikan alasan oleh mufassir untuk bertanya kepada Ahli Kitab
untuk membandingkan dengan keterangan yang ada dalam kitab terdahulu.7
2- Allah menyuruh Nabi saw agar orang Yahudi membaca kitab Taurat:
ُِ ‫ط َع ِاً َماَُ ِح اَل ِ ّىبَِْ ْٓي اِس َْز ۤا ِء ْي َو ا ََِّّل ٍَا َح َّز ًَ اِس َْز ۤا ِء ْي ُو َع ٰيى َّ ْفس ِٖٔ ٍِ ِْ قَ ْب ِو ا َ ُْ ت ُْ ََّز َه اىت َّ ْ٘ ٰرةُُ قُ ْو فَأْت ُ ْ٘ا ِباىتَّ ْ٘ ٰرة‬ َّ ‫۞ ُم ُّو اى‬
َِْ‫فَاتْيُ ْ٘ َٕا ٓ ا ُِْ ُم ْْت ُ ٌْ صٰ ِد ِقي‬
Artinya: Semua makanan itu halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan
oleh Israil (Yakub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah (Muhammad),
“Maka bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.”8

3-Firman Allah yang menunjukkan kebolehan mengembalikan persoalan kepada Ahli


Kitab:

ِ ‫ش ِٖ ْيد ۢاا بَ ْيِْ ْي َٗبَ ْيَْ ُن ٌْ َٗ ٍَ ِْ ِع ْْدَ ٗٓ ِع ْي ٌُ ْاى ِن ٰت‬


‫ب‬ َ ‫ࣖ َٗيَقُ ْ٘ ُه اىَّ ِذيَِْ َمفَ ُز ْٗا ىَسْتَ ٍُ ْز‬
‫س اَل قُ ْو َم ٰفى بِ ه‬
َ ِ‫اّٰلل‬
Artinya: Dan orang-orang kafir berkata, “Engkau (Muhammad) bukanlah seorang Rasul.”
Katakanlah, “Cukuplah Allah dan orang yang menguasai ilmu Al-Kitab menjadi saksi
antara aku dan kamu.”9

Dari ayat-ayat al-Qur‟an yang telah dikemukakan di atas bisa dipahami bahwa berita-
berita atau kisah-kisah dari Ahli Kitab yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam bisa diterima
tetapi tidak dijadikan sandaran hanya sebagai saksi tentang kebenaran alQur‟an.
C. Sejarah Israiliyyat

6
Qs. Yunus: 94
7
Arma, Israiliyat Dalam Tafsir Al-Qur‘An, Dosen Fak. Tarbiyah dan Adab IAIN SMH Banten, Al-Fath,Vol. 06 No.
02 (Juli-Des) 2012, Hal. 218
8
Qs. Ali Imran: 93
9
Qs. Ar Ra‟d: 43

4
Sebelum kedatangan Islam, ada golongan yang disebut kaum Yahudi, yang dianggap
memiliki peradaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kaum Arab. Mereka membawa
pengetahuan yang luar biasa dari cerita-cerita keagamaan yang ditemukan dalam kitab suci
mereka..10
Sebelum kedatangan Islam, orang Yahudi dianggap memiliki peradaban yang tinggi
dibandingkan dengan orang Arab. Fakta menunjukkan bahwa kitab sucinya mengandung banyak
cerita keagamaan, meskipun negara lain banyak menindas mereka. Kajian luas tentang Israiliyyat
adalah hasil dari hubungan ilmu pengetahuan bangsa Arab dengan budaya kaum Yahudi dan
Nasrani, baik secara sadar maupun tidak.
Sementara budaya Yahudi dan Nasrani dapat dihindari dengan kebudayaan Arab yang
menjadi jazirah Islam, Israiliyat telah menjadi bagian integral dari pengetahuan Arab.
Sebaliknya, orang Arab bepergian dengan sangat sering, baik dari Barat maupun Timur, dan
mereka juga memiliki dua tujuam. Mereka berbondong-bondong ke Yaman dan Syam selama
musim panas dan musim dingin, di mana sebagian besar orang Yahudi adalah Ahli Kitab.
Hubungan antara orang Yahudi dan Arab terjadi karena kebudayaan Yahudi memungkinkan
mereka terlibat.11.
Kebiasaan hidup orang Arab adalah nomaden. Bagian Barat dan Timur adalah dua lokasi
yang paling populer. Arab akan pindah ke Syam selama musim panas dan ke Yaman selama
musim dingin. Disebabkan banyaknya Ahli Kitab yang tinggal di kedua kota itu pada masa itu,
terjadi komunikasi dan kontak antara orang Arab dan Ahli Kitab. Akibatnya, akulturasi adalah
hal yang wajar. Dengan kitab Islam yang berharga dan nilai ajaranya yang tinggi, Nabi dan
Sahabatnya menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia. Madinah adalah sebagian besar tempat
Islam berkembang dan Nabi Muhammad hijrah, bersama dengan sebagian kecil bangsa Yahudi
seperti Bani Quraidah, Bani Nadzir, Tayma dan Fadak, dan Yahudi Haibar. Orang Yahudi dan
Muslim sangat dekat satu sama lain, jadi mereka melakukan banyak interaksi selama bertahun-
tahun sebelum akhirnya terjadi pertukaran pengetahuan. Nabi bertemu dengan orang-orang
Yahudi dan Ahlu al-Kitab lainnya untuk menyebarkan Islam di seluruh dunia. Orang Yahudi

10
Wildan Taufiq & Asep Suryana, Penafsiran Ayat-Ayat Israiliyyat dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya, Prodi S2 Studi
Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, (Cetakan pertama, Juli 2020). Hal. 100
11
Rifai, Z. H. Kisah-kisah Israiliyyat dalam Penafsiran al-Qur’an dalam Belajar Ulumul Qur’an. (Lentera Basitama,
1992), Hal. 227

5
sering datang kepada Rasulullah SAW sendiri untuk menyelesaikan masalah mereka atau untuk
mengajukan pertanyaan..12
Informasi tentang orang-orang Yahudi yang sekarang dikenal sebagai israilliyat tidak
berkembang karena Rasulullah SAW hanya memberikan penjelasan tunggal (mubayyin) untuk
berbagai masalah atau pemahaman yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Misalnya, teman-
teman dapat bertanya kepada Rasulullah SAW jika mereka mengalami kesulitan memahami ayat
Al-Qur'an tertentu, termasuk maknanya. Namun, Rasulullah SAW juga telah memberikan
pembenaran kepada umat Islam untuk menerima dan menyebarkan ilmu yang berasal dari Bani
Israil, seperti yang ditunjukkan oleh hadits berikut:
“Sampaikanlah yang datang dariku walaupun satu ayat, dan ceritakan (apa yang kamu
dengar) dari bani Israil dan hal itu tidak ada salahnya. Barang siapa yang berdusta atas namaku,
maka siap-siaplah untuk menempati tempatnya di neraka”13
Sebagaimana terlihat dari hadis-hadis di atas, Nabi benar-benar memberi pengikutnya
pilihan untuk mengambil atau menerima riwayat dari Ahli Kitab. Kedua hadis tersebut berfungsi
sebagai peringatan tentang pentingnya melihat riwayat Ahli Kitab dengan hati-hati. Catatan
tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa Israiliyyat benar-benar muncul di kalangan orang
Arab jauh sebelum masa Nabi Muhammad dan terus ada selama hidupnya. Namun, masih belum
berkembang menjadi kekayaan yang masuk ke dalam pemahaman Al-Qur'an. Dalam keadaan
seperti ini, tidak ada orang yang memiliki hak untuk menyampaikan wahyu Tuhan sejak
wafatnya Rasulullah SAW. Para sahabat mencari hadits Nabi sebagai sumber. Jika mereka tidak
dapat menemukannya, mereka melakukan ijtihad.
Sebagaimana ditunjukkan oleh hadis-hadis di atas, Nabi benar-benar memberi
pengikutnya pilihan untuk mengambil atau menerima riwayat dari Ahli Kitab. Hadis ini
berfungsi sebagai peringatan tentang pentingnya melihat riwayat Ahli Kitab dengan hati-hati.
Catatan tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa Israiliyyat benar-benar berkembang di
kalangan orang Arab jauh sebelum Nabi Muhammad dan terus ada selama hidupnya. Namun,
masih belum berkembang menjadi kekayaan yang masuk ke dalam pemahaman Al-Qur'an.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada orang yang memiliki hak untuk menyampaikan wahyu
Tuhan sejak wafatnya Rasulullah SAW. Para sahabat mencari hadits Nabi sebagai sumber. Jika

12
Lu‟luatul Aisyiyyah, dkk, Jejak Perjalanan Perkembangan Israiliyyat Dalam Penafsiran, Mashadiruna jurnal
Ilmu AlQur‟an dan Tafsir, Vol. 2, No. 1 (2023), pp. 74~81 DOI: 10.15575/mjiat.v2i1.22556, Hal 77.
13
Lu‟luatul Aisyiyyah, dkk, Hal 78

6
mereka tidak dapat menemukannya, mereka melakukan ijtihad. Ada sahabat yang menjadi
mufasir Al-Qur'an.
Setelah wafatnya Nabi saw., para sahabat tertarik untuk mengetahui kisah-kisah dalam
Alquran yang disebutkan secara ringkas. Mereka ingin mengetahui lebih lanjut, jadi mereka
bertanya kepada ahli kitab yang telah masuk Islam. Dengan demikian, Israiliyyat mulai
berkembang. Meskipun demikian, para sahabat tidak menanyakan seluruhnya kepada mereka,
tetapi ingin mengetahui detail setelah Alqur'an menyebutkan "global." Setelah itu, mereka tidak
menghukumnya dengan benar atau salah selama tidak ada bukti yang jelas tentang
kebenarannya.14
Terjadi percampuran kebudayaan antara kaum muslimin dan Ahli Kitab, terutama
Yahudi, karena berbagai kontak yang terjadi antara keduanya.Sebagaimana dinyatakan oleh
AlDzahabi, banyak alim Ahli Kitab yang masuk Islam, dan sering terjadi pertemuan antara kaum
muslimin dan orang Yahudi, dan sering terjadi pembicaraan dan pendekatan di antara mereka.
Meskipun yang lebih penting adalah masuknya beberapa orang Yahudi seperti Abdullah bin
Salam, Abdullah bin Suraya, Ka‟ab al-Akhbar, dan lainnya, yang pada umumnya memiliki
pengetahuan yang luas tentang kebudayaan Yahudi, menjadi Islam. Para sahabat tidak
menggunakan bahasa Israiliat ketika mereka memahami al-Qur'an. Tidak seperti pada masa
tabi'in, mereka banyak menggunakan Rasulullah saw untuk menafsirkan al-Qur'an ketika mereka
menghadapi masalah yang berkaitan dengan al-Qur'an.
Pada umumnya, perkembangan tafsir pada masa Tabi'in tidak terfokus pada satu bidang
studi. Tafsir masa ini masih mirip dengan tafsir masa sahabat karena membahas ibadah,
mu'amalah, dan jinayah secara luas. Islam pada masa ini telah menyebar ke China dan Spanyol,
menyebabkan ilmu keislaman tersebar. Disebabkan banyaknya Ahli Kitab yang masuk Islam
pada masa Tabi'in dan Tabi'in Tabi'in, mereka tetap terikat dengan pemikiran lama tentang hal-
hal seperti penciptaan alam, rahasia alam, dan kisah umat terdahulu, sehingga banyak mufasir di
masa Tabi'in ini menggunakan cerita Israiliyyat sebagai sumber tambahan dalam menafsirkan
ayat Al-Qur'an.
Pada masa setelah masa Tabi‟in serta Tabi‟in Tabi‟in terdapat masa „ulama tafsir
mutaqaddimin dan mutaakhirin. Israiliyyat masih terus digunakan dalam beberapa kitab tafsir

14
Wildan Taufiq & Asep Suryana, Penafsiran Ayat-Ayat Israiliyyat dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya, Prodi S2 Studi
Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, (Cetakan pertama, Juli 2020). Hal. 93

7
menurut keterangan yang ada. Mufasir pada masa „ulama mutaqaddimin yaitu Muqatil bin
Sulaiman(w.150 H), Syu‟bah bin al-Hajjaj (w.160 H), Waki‟ bin al-Jarrah1(w.197), Muhammad
Ibnu Jarir AthThabari. Ada pula mufasir yang semasa dengan AthThabari yaitu Ali ibnu Abi
Talhah (w.343 H), Ibnu Abi Hatim (w. 327 H), Ibnu Majah (w.273 H), dan yang lainnya. Selain
itu, mufasir pada masa „ulama mutaakhirin yaitu al-Baidhawi (w.692 H), Fakhruddin Ar-Razi
(w. 606 H), Imam Ibrahim bin Umar al-Biqa‟i (w. 885 H), dan Imam Al-Lusi (w.1270 H). Dari
beberapa referensi yang penulis dapatkan, israiliyyat bahkan masih ada di beberapa tafsir
moderen dan kontemporer. Adapun di antara beberapa mufasir modern yaitu Syekh Muhammad
Abduh (w.1905 H), Sayid Muhammad Rasyid Ridha (w.1354 H), Syekh Jamaluddin Al-Qasimi
(w.1914 H), Syekh Muhammad Musthafa al-Maraghi (w.1945 H), dan yang lainnya.15
KESIMPULAN
Menurut definisi Israiliat adalah kisah-kisah dan berita-berita dari Ahli Kitab dan lainnya
terserap ke dalam tafsir al-Qur‟an. Disebut Israiliat karena yang dominant dari orang-orang
Yahudi. Masuknya israiliyat dalam Islam diantara penyebabnya adalah kondisi kehidupan umat
Islam di awal Islam banyak berinteraksi dengan ahlul kitab terutama orang orang Yahudi di
Madinah, tapi selain hal itu, penyebab utama masuknya israiliyat dalam islam karena banyaknya
ahlul kitab yang masuk islam, terutama di masa tabi‟in. Masuknya israiliyat dalam tafsir al-
Qur‟an sudah ada sejak masa sahabat, namun sahabat sangat berhati hati mengambil riwayat
israiliyat sehingga hanya sedikit riwayat israiliyat yang mereka kutip. Namun ketika memasuki
masa tabi‟in, jumlah ahlul kitab semakin banyak yang masuk islam, sehingga para tabi‟in
semakin banyak mengambil riwayat israiliyat dari mereka, yang berdampak pada banyaknya
mufassir mengutip kisah israiliyat dalam menafsirkan al-Qur‟an terutama ayat al-Qur‟an yang
terkait kisah israiliyat itu.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, skripsi Israiliyyat Dalam Tafsir Ath-Thabari.


Arma, 2012. Israiliyat Dalam Tafsir Al-Qur‘An, Dosen Fak. Tarbiyah dan Adab IAIN SMH
Banten, Al-Fath,Vol. 06 No. 02 (Juli-Des)

15
Lu‟luatul Aisyiyyah, dkk, Jejak Perjalanan Perkembangan Israiliyyat Dalam Penafsiran, Mashadiruna jurnal
Ilmu AlQur‟an dan Tafsir, Vol. 2, No. 1 (2023), pp. 74~81 DOI: 10.15575/mjiat.v2i1.22556, Hal 78

8
Lu‟luatul Aisyiyyah, dkk, Jejak Perjalanan Perkembangan Israiliyyat Dalam Penafsiran,
Mashadiruna jurnal Ilmu AlQur‟an dan Tafsir, Vol. 2, No. 1 (2023), pp. 74~81 DOI:
10.15575/mjiat.v2i1.22556
M. Quraish Shihab, 1996 Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu i Atas Pelbagai Persoalan Umat,
Bandung, Mizan
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah,2016. israiliat dan Hadits Palsu dalam Kitab-Kitab
Tafsir terj. Hasnan bin Kasan, (Selangor: REKA CETAK SDN. BHD.
Raihanah, Israiliyyat Dan Pengaruhnya Terhadap Tafsir Alquran, TARBIYAH ISLAMIYAH,
Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2015.
Ramzi Nana, 1970. Israiliyat wa atsaruha fi kutubu tafsir, Edisi I.
Rifai, Z. H. (1992). Kisah-kisah Israiliyyat dalam Penafsiran al-Qur‟an dalam Belajar Ulumul
Qur‟an. Lentera Basitama
Rosihon Anwar, 1999, Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir
Ibnu Katsir, Bandung: CV Pustaka Setia
Wildan Taufiq, Asep Suryana, 2020. Penafsiran Ayat-Ayat Israiliyyat dalam Al-Qur’an dan
Tafsirnya, Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Cetakan
pertama. Juli.

Anda mungkin juga menyukai