Anda di halaman 1dari 16

BAB I

LATAR BELAKANG

Pada masa Rasullullah hidup, para sahabat manakala menemukan kesulitan dalam
memahami suatu ayat di dalam Al-Qur’an mereka langsung bertanya kepada Rasul. Kemudian
Rasul menjawabnya dan memberikan penjelasan terhadap makna kandungan ayat tersebut.
Penafsiran Al-Qur’an pada masa Rasul adalah penjelasan secara langsung oleh beliau sendiri,
karena orang yang memahami Al-Quran adalah Rasullullah. Keadaan ini berlangsung sampai
Rasul wafat.

Ketika Rasul wafat, para sahabat banyak menemukan kesulitan dalam memahami suatu
ayat. Sumber penafsiran pada masa sahabat yaitu mereka menggunakan Al-Qur’an, Hadits
Rasul, mereka juga menanyakan kepada sahabat yang terlibat langsung serta yang memahami
ayat tersebut. Apabila hal tersebut tidak ditemukan, mereka melakukan ijtihad yaitu yang
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kapasitas intelektual dan juga harus memenuhi
syarat-syarat tertentu.

Sedangkan sumber penafsiran pada masa tabi’in adalah dengan menggunakan Al-Qur’an,
Hadits Rasul yaitu apa yang diriwayatkan Sahabat dari Rasullulah, dari apa yang diriwayatkan
sahabat dari tafsir mereka dan melakukan ijtihad yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Dan
juga mengambil dari Ahli kitab yang berdasarkan kitab mereka. Selain mereka bertanya kepada
sahabat, mereka juga menanyakan beberapa masalah, seperti kisah-kisah yang tercantum dalam
Al-Qur’an dan kisah-kisah umat terdahulu kepada tokoh-tokoh Ahli Kitab yang telah memeluk
islam yaitu orang Yahudi dan Nasrani. Hal inilah yang kemudian menjadi awal lahirnya
Israiliyat.

Dalam pembahasan selanjutnya akan dijelaskan tentang pengertian israiliyat, bagaimana


proses masuk dan berkembangnya israiliyat dalam tafsir, tokoh-tokoh israiliyat, macam-macam
israiliyat beserta contohnya dan pandangan ulama terhadap israiliyat dalam penafsiran suatu
ayat Al-Qur’an.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ISRAILIYYAT

Secara bahasa kata Israiliyat merupakan kata jamak. Mufratnya diambil dari kata israiliyah,
yang dinisbahkan kepada Bani Israil (keturunan Israil). Kata Israiliyah merupakan bentuk kata
yang dinisbahkan kepada kata Israil yang berasal dari kata Ibrani, Isra yang berarti hamba dan
Il berarti Tuhan/Allah. Bani israil adalah keturunan dari Nabi Ya’qub a.s. yang berkembang
hingga Nabi Musa a.s. dan seterusnya nabi yang datang silih berganti sehinggalah keturunan
yang terakhir yaitu Nabi Isa a.s. Keturunan Nabi Ya’kub atau Bani Israil sejak beberapa zaman
lalu disebut dengan nama Yahudi1. Keturunan pada masa Nabi Isa a.s. disebut dengan nama
Nasrani. Istilah lain yang dipakai dalam Al-Quran untuk umat Yahudi dan Nasrani adalah Ahl
Kitab.

Secara Istilah para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan Israiliyat. Menurut
Syeikh Muhammad Husein Az-zahabi adalah makna lahiriyah dari Israiliyat adalah pengaruh
kebudayaan Yahudi dan Nasrani terhadap penafsiran Al-Qur’an. Kisah yang dimasukkan dalam
tafsir yang periwayatannya kepada sumber Yahudi dan Nasrani 2. Menurut Amin Al-Khuli
Israiliyat adalah informasi-informasi yang berasal dari ahli kitab yang menjelaskan nash-nash
Al-Qur’an. Sedangkan Menurut Sayyid Ahmad Khalil mendefinisikan Israiliyat adalah
riwayat-riwayat yang berasal dari ahli kitab baik yang berhubungan dengan agama mereka
maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengannya. Penisbahan riwayat Israiliyat
kepada Yahudi karena para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah masuk islam.

Orang-orang Yahudi kitab mereka yaitu kitab Taurat sebagaimana Firman Allah dalam
Q.S. Al-Maidah:44 yaitu:

‫َونُور ُهدًى فِي َها الت َّ ْو َراةَ أَنزَ ْلنَا إِنَّا‬

Artinya: “Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya terdapat petunjuk dan
cahaya”... (Q.S. Al-Maidah:44)

Dan di dalam ayat berikutnya dijelaskan hukum yang terdapat di dalam kitab Taurat:

َ ‫نف ِب ْال َعي ِْن َو ْال َعيْنَ ِبال َّن ْف ِس النَّ ْف‬
‫س أ َ َّن فِي َها َعلَ ْي ِه ْم َو َكتَ ْبنَا‬ ِ َ ‫صاص َو ْال ُج ُرو َح ِبالس ِِن َوالس َِّن ِباألُذ ُ ِن َواألُذُنَ ِباأل‬
َ َ ‫نف َواأل‬ َ ِ‫ق‬

1
Zulkarnaini Abdullah,Yahudi dalam Al-Qur’an (Depok: ElSAQ Press,2007), hal.75
2
Muhammad Husein Adz-Dzahabi,Tafsir wal Mufassirun (Mesir: Dar al-Kutub wa Al-Hadits.Jilid I, 1976),
hal.175
2
Artinya:”Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa
dibalasdengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi
dengan gigi, dan luka-luka pun ada qisasnya (balasan yang sama)”... (Q.S.Al-Maidah:45)

Kaum yahudi bukan hanya kitab taurat, akan tetapi ada nash-nash dan teks-teks lainnya
yang tidak ditulis yang terdapat pada masa Nabi Musa akan tetapi melalui musyafahah (lisan),
sehingga didapatilah kisah-kisah, sejarah-sejarah, tasyri’,cerita-cerita dan lain sebagainya3.

Sedangkan Kaum Nasrani kitabnya adalah kitab Injil, sebagaimana Firman Allah:

‫ارهِم َعلَى قَفَّ ْينَا ث ُ َّم‬


ِ َ ‫س ِلنَا آث‬
ُ ‫سى َوقَفَّ ْينَا بِ ُر‬
َ ‫نجي َل َوآت َ ْينَاهُ َم ْريَ َم اب ِْن بِ ِعي‬ ِْ
ِ ‫ال‬

Artinya:”Kemudian kami susulkan rasul-rasul kami mengikuti jejak mereka dan kami susulkan
(pula) Isa Putra Maryam. Dan kami berikan berikan Injil kepadanya”..(Q.S.Al-Hadid:27)

Kitab Taurat adalah kitab atau sumber pertama bagi kaum Yahudi, sedangkan Injil
adalah kitabnya kaum Nasrani. Apabila kita perhatikan dalam kitab Taurat dan Injil maka akan
kita dapati bahwa banyak juga mencakup di dalam Al-Quran, khususnya yaitu kisah-kisah para
Nabi dan umat-umat terdahulu4. Perbedaannya terletak pada secara umum dan terperinci. Maka
Al-Quran apabila ingin mengisahkan salah satu dari kisah para Nabi misalnya, maka
menceritakannya dari segi lain yang tidak sama dengan kitab Taurat dan injil. Di dalam Al-
Quran tidak disebutkan secara mendetail permasalahan kisahnya dan tidak disebutkan waktu
kejadian sejarahnya dan tidak pula disebutkan orangnya (pelaku) karena Faedah kisah-kisah
dalam al-Quran adalah untuk mengambil ibrah (pelajaran). Sebagaimana Firman Allah
Q.S.Yusuf:111 yaitu:

ْ‫ص ِه ْم فِي َكانَ لَقَد‬ ِ ‫ص‬ َ َ‫ب ِأل ُ ْو ِلي ِعب َْرة ق‬
ِ ‫صدِيقَ ََت َولَـ ِكن يُ ْفت ََرى َحدِيثا ً َكانَ َما األ َ ْلبَا‬
ْ ‫صي َل يَدَ ْي ِه بَيْنَ الَّذِي‬
ِ ‫ش ْيء ُك َّل َوت َ ْف‬
َ ‫َو ُهدًى‬
ً‫يُؤْ ِم ُنونَ ِل َق ْوم َو َرحْ َمة‬

Artinya: Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang
mempunyai akal. (Al-Quran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-
kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.

3
Ibid, hal.176
4
Manna’ Al-Qaththan,Mabahits fi Ulum Al-Qur’an.(Mansyurat Al-Ash Al-Hadits,1973) hal.354
3
B. LATAR BELAKANG TIMBULNYA ISRAILYYAT

Menurut Ibnu Khaldun, sebagaimana dikutip Mana’ al-Qaththan dalam Mabahits fi


Ulum al-Qur’an, dalam sejarah diketahui bahwa orang-orang Arab telah berinteraksi dengan
orang Yahudi jauh sebelum Rasulallah Muhammad datang membawa Islam. Orang-orang Arab
adakalanya menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta, rahasia-
rahsia yang terkandung dalam penciptaan alam, sejarah masa lalu, tokoh-tokoh tertentu, atau
tentang suatu peristiwa yang pernah terjadi pada suatu masa, kepada orang-orang Yahudi
karena mereka memiliki pengetahuan yang didapat dari kitab Taurat atau kitab-kitab agama
mereka lainnya.5

Setelah Islam datang, ada sebagian kecil orang Yahudi yang menerima ajaran Islam dan
menjadi muslim, seperti Abdullah bin Salam dan Ka’ab al-Ahbar (masuk Islam pada masa
pemerintahan Umar). Para sahabat seperti Abu Hurairah dan Ibnu Abbas pernah bertanya
kepada orang orang-orang Yahudi yang telah muslim ini tentang beberapa peristiwa masa lalu,
namun terbatas pada sesuatu yang tidak berhubungan dengan akidah dan ibadah. Ini artinya
bahwa israiliyyat merupakan salah satu rujukan dalam menafsirkan al-Qur’an pada masa
sahabat, hanya saja mereka menganggap itu sebagai suatu kebolehan saja, bukan keharusan.
Setelah Rasulallah wafat, para sahabat tidak lagi bisa mendapatkan orang yang bisa memberi
penjelasan terhadap suatu ayat yang ingin mereka pahami, sehingga dalam hal-hal yang terkait
dengan peristiwa umat terdahulu, mereka menanyakan kepada sahabat yang dulunya ahli kitab. 6

Barangkali para sahabat yang menyampaikan berita israiliyyat ini tidak bermaksud
menyampaikan berita bohong. Sebab selama mereka memeluk agama lamanya, kisah-kisah
itulah yang mereka punya. Dan ketika ayat al-Qur’an menyinggung kisah yang sama,
merekapun memberi komentar berdasarkan apa yang pernah mereka baca dari kitab-kitab
mereka sebelumnya. Kalaupun ada kebohongan atau dusta, bukan terletak pada sahabat itu,
melainkan dusta itu sudah sejak lama ada dalam agama mereka sebelumnya.

Rasulallah sendiri dalam menyikapi berita dari kalangan sahabat yang dulunya ahli kitab
sangatlah bijaksana. Beliau tidak menggeneralisir bahwa semua yang bersumber dari Yahudi

5
Mana’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, Cet. 3 (Riyadh: Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits, 1393 H/
1973 M), hal. 355.
6
Abu Fida’ Ismail ibn Katsir al-Qurasyi al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1407
H/ 1986 M), hal. 5.
4
pasti salah dan demikian juga tidak langsung membenarkannya. Beliau hanya mengingatkan
untuk berhati-hati dalam menerimanya, dengan sabdanya:

‫)البخارى( الينا انزل وما باهلل امنا وقولوا تكذبوهم وال الكتاب اهل تصدقوا وال‬

“Dan janganlah kalian membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka,
katakanlah kami telah beriman kepada Allah dan segala yang Ia turunkan kepada kami”

Namun setelah masa tabiin, proses periwayatan israiliyat ini semakin aktif disebabkan
kecendrungan masyarakat untuk mendengarkan cerita-cerita yang agak luar biasa. Di masa ini
penafsiran al-Quran dengan israiliyyat menjadi sesuatu yang sangat penting. Hal ini
disebabkan karena, di satu sisi, semakin banyak ahli kitab yang memeluk ajaran Islam dan di
sisi yang lain, kecendrungan manusia untuk mengetahui segala sesuatu (termasuk tentang umat
terdahulu), terpenuhi dengan keberadaan kisah-kisah israiliyyat ini. Sehingga pada masa tabiin
ini muncul kelompok yang disebut al-qashshash, yaitu para penyampai berita yang tidak
bertanggung jawab.

Cerita-cerita israiliyat pada masa tabiin banyak bersumber dari Wahab ibn Munabbih,
seorang Yahudi dari Yaman yang memeluk Islam, Muhammad ibn Sa’ib al-Kalbi, Muqatil ibn
Sulaiman, Muhammad ibn Marwan al-Suddi dan Abdul Malik ibn Abdul Aziz ibn Juraij
seorang Nasrani berbangsa Romawi yang kemudian masuk Islam.7

Lambat laun pengaruh israliyyat ini sangat besar dalam penafsiran al-Qur’an, sehingga
hampir semua kitab tafsir memuatnya. Para mufassir pada masa itu sangat berbaik sangka
kepada segala pembawa berita. Mereka beranggapan bahwa orang yang sudah masuk Islam,
tentu tidak akan berdusta. Itulah sebabnya para mufassir ketika itu tidak mengoreksi dan
memeriksa lagi kabar-kabar yang mereka terima. Lagi pula para mufassir ketika memuat
israiliyyat, sifatnya hanya menghimpun data, tanpa meneliti mana yang shohih dan yang tidak
shohih. Seperti Al-Thabari yang lebih menekankan kepada pencatatan semua hal yang
berkaitan dengan suatu ayat.

Suatu hal yang cukup menarik, manurut Dr.Yusuf Qaradhawi, bahwa kisah-kisah yang
diistilahkan dengan israiliyyat itu ternyata tidak atau jarang terdapat dalam kitab-kitab induk
kalangan ahli kitab itu sendiri. Kisah-kisah tersebut hanya berkembang dari mulut ke mulut
dikalangan masyarakat awam Yahudi dan Nasrani, yang kemudian disampaikan kepada kaum

7
Muhammad Hasbi Ash-Shiddiedy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Cet.3 (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2000), hal.212.
5
muslimin. Menurut analisa Al-Qaradhawi, penyampaian riwayat israiliyyat ini disamping
sebagai hasil interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat Arab dan kaum Yahudi, juga ada
unsur kesengajaan dari kalangan Yahudi untuk menyebarkannya.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa kaum muslimin telah berinteraksi dengan orang-
orang Yahudi sejak hijrahnya Rasulallah ke Madinah, dimana penduduknya terdiri dari
komunitas Arab dan Yahudi yang telah menetap di sana cukup lama. Kekalahan Yahudi dalam
perang Khaibar, meninggalkan dendam pada hati kaum Yahudi, untuk bisa mengalahkan kaum
muslimin dengan cara lain. Maka senjata budaya menjadi pilihan yang paling mungkin, sebab
tidak memerlukan biaya, tenaga dan pasukan yang banyak. Mereka mulai menyusupkan berita-
berita israiliyyat agar tercampur dengan berita-berita yang datangnya dari Allah dan Rasulnya.8

Kalangan Yahudi sangat mengetahui bahwa Rasulallah begitu perduli terhadap


kemurnian ajaran Islam, sehingga disebutkan dalam satu hadits yang meriwayatkan bahwa
Rasulallah pernah melihat Umar ibn al-Khattab memegang suatu lembaran Taurat di tangannya,
maka Rasulallah SAW. dengan nada tidak senang bersabda:

‫نقية بيضاء بها جئتكم لقد الخطاب؟ بن يا بها اومتهوكون‬. ‫بيده نفسى والذى‬, ‫يتبعنى ان اال وسعه ما حيا موسى كان لو‬

“Apakah engkau masih meragukan agamamu, wahai Ibnu al-Khattab? Padahal aku telah
membawa agama ini kepada kalian dengan terang dan sejelas-jelasnya. Demi Dzat yang jiwaku
dalam genggaman-Nya, seandainya Musa hidup pasti dia akan mengikutiku”(HR. Ahmad, Abu
Ya’la, dan al-Bazzar)

Orang-orang Arab telah berinteraksi dengan orang Yahudi jauh sebelum Rasulullah datang
membawa ajaran Islam. Orang-orang Arab adakalanya menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan penciptaan alam semesta, rahasia-rahasia yang terkandung dalam pencipataan alam,
sejarah masa lalu, tokoh-tokoh terdahulu atau suatu peristiwa yang terjadi pada masa lalu
kepada orang Yahudi karena mereka memiliki pengetahuan dari kitab Taurat atau kitab-kitab
sebelumnya9.

Orang-orang Yahudi yang menerima ajaran islam yaitu yang telah memeluk agama islam
seperti Abdullah bin Salam dan Ka’ab al-Ahbar masuk islam pada masa pemerintahan khalifah
Umar bin Khattab. Para sahabat seperti Abu Hurairah dan Ibnu Abbas pernah bertanya kepada

8
Al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani, cet. 2 ( Jakarta:
Gema Insani Press, 2000), hal. 495.
9
Ibid, hal.355
6
orang-orang Yahudi tersebut tentang beberapa peristiwa masa lalu, akan tetapi tidak
berhubungan dengan aqidah. Rasulullah sendiri dalam menyikapi berita dari kalangan sahabat
yang dulunya Ahl Kitab sangatlah bijaksana. Beliau tidak menyatakan bahwa segala sesuatu
yang bersumber dari orang Yahudi pasti salah dan demikian juga tidak langsung
membenarkannya. Beliau mengingatkan untuk berhati-hati dalam menerimanya. Sebagaimana
sabda Nabi:

َ ُ ‫"تُكَذِبوهم وال الكتاب أهل ت‬، ‫إلينا أُنِز َل وما باهلل آمنا وقولوا‬...
‫صدِقوا ال‬

“Janganlah kamu membenarkan (keterangan) Ahl Kitab dan jangan pula mendustakannya.
Tetapi katakanlah ‘ Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami...”(HR.Bukhari)

Dan di dalam hadits lain Nabi memperingatkan para penyampai berita atau kisah-kisah
itu agar tidak menyimpang dalam menceritakannya.

‫النار من مقعده فليتبوا علي كذب من و حرج وال اسرائيل بني عن ثوا حد و اية ولو عني بلغوا‬

“Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat. Dan ceritakanlah dari Bani Israil karena yang
demikian itu tidak dilarang. Tetapi barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja,
bersiap-siaplah menempati tempatnya di tempatnya di neraka10.”

Ketika Ahli kitab masuk Islam, mereka membawa pula pengetahuan keagaamaan mereka
berupa cerita-cerita dan kisah-kisah keagaamaan Saat mereka membaca kisah-kisah dalam Al-
Quran terkadang mereka paparkan rincian kisah tersebut yang terdapat dalam kitab-kitab
mereka. Ketika mereka membaca ayat Al-Quran dan ketika ayat Al-Quran itu menyinggung
kisah yang sama, mereka pun memberikan komentar berdasarkan apa yang pernah mereka baca
dari kitab-kitab mereka sebelumnya11.

Pada masa Tabi’in, periwayatan israiliyat semakin banyak disebabkan kecenderungan


orang-orang pada masa itu yang ingin mengetahui segala sesuatu tentang umat-umat terdahulu
dan semakin banyaknya ahli kitab yang memeluk agama islam, sehingga pengaruh israiliyat
sangat besar dalam penafsiran Al-Quran. Para mufassir klasik banyak memuat kisah-kisah
israiliyat dalam kitab tafsirnya, seperti kitab tafsir Jami’ al-Bayan fi Tafsiril Qur’an karya Ibnu
Jarir Ath-Thabari dan kitab tafsir lainnya.

10
Ibid, hal.354
11
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Ilmu Al-Qur’an Tafsir ( Semarang: Pustaka Riski Putra,2002), hal.189
7
C. TOKOH-TOKOH PERIWAYAT ISRAILIYAT
Adapun Tokoh-Tokoh Periwayat Israiliyat yaitu ;
1. Abdullah bin Salam nama lengkap beliau adalah Abu Yusuf Abdullah bin Salam bin
Harist Al-Israil Al-Anshari beliau mempunyai ilmu pengetahuan yang paling alim
dikalangan bangsa Yahudi pada masa sebelum masuk islam maupun sesudah masuk
islam. Kitab-kitab tafsir banyak memuat riwayat-riwayat yang disandarkan kepada
beliau diantaranya Tafsir Ath-Thabari.
2. Ka’ab Al-Akhbar nama lengkap beliau adalah Abu Ishaq Ka’ab bin Mani Al-Hindiari.
Beliau berasal dari Yahudi Yaman dari keluarga Ziraim.
3. Wahab bin Munabbih nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Wahab bin Munabbih
bin Sij Zinas Al-Yamani Ash-Sha’ni lahir pada tahun 34 H dari keluarga keturunan
Persia yang migrasi ke negeri Yaman dan meninggal pada tahun 110 H.
4. Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij. Beliau adalah orang Nasrani, orang pengarang
pertama kitab di Hijaz. Beliau adalah tokoh israiliyat pada masa tabi’in. Apabila kita
melihat dalam kitab Tafsir Ath-Thabari, yaitu ayat-ayat tentang Nasrani, maka riwayat
israiliyat tersebut banyak diriwayatkan oleh Ibnu Juraij12.

Para ulama berbeda pendapat dalam mengakui dan mempercayai Ahli Kitab tersebut, ada
yang menolak dan ada yang menerimanya. Perbedaan pendapat paling besar adalah mengenai
Ka’ab Al-Akhbar. Sedangkan Abdullah bin Salam adalah orang yang pandai dan paling tinggi
kedudukannya. Karena itu Bukhari dan Ahli hadits lainnya memegangi dan mempercayainya.
Di samping itu kepadanya tidak dituduhkan hal-hal yang bersifat buruk seperti yang dituduhkan
pada Ka’ab Al-Akhbar dan Wahab ibn Munabbih13.

D. MACAM-MACAM ISRAILIYAT BESERTA CONTOHNYA

Macam-macam israiliyat berdasarkan kebenaran dan tidaknya terbagi menjadi dua yaitu:

 Contoh cerita israiliyat yang benar (shahih), yaitu seperti cerita israiliyat yang
membenarkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an mengenai sifat-sifat Rasullullah. Allah
SWT berfirman:

ُّ ‫س ْلنَاكَ ِإنَّا النَّ ِب‬


‫ي أَيُّ َها يَا‬ َ ‫ َونَذِيرا ً َو ُمبَشِرا ً شَاهِدا ً أَ ْر‬-٤٥- ً ‫اّللِ لَىَِإ َودَا ِعيا‬
َّ ‫ ُّمنِيرا ً َو ِس َراجا ً ِبإِذْنِ ِه‬-٤٦

12
Adz-Dzahabi,Tafsir wal Mufassirun...hal.178
Manna’ Qaththan,Studi Ilmu-Ilmu AL-Qur’an terjemah Mudzakkir A,( Bogor:Pustaka Litera Antar
13

Nusa,1996), hal.493
8
Artinya:Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami Mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar
gembira dan pemberi peringatan,(45) dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan
izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.(46)

Di dalam kitab Ibnu Katsir. Imam Ahmad meriwayatkan dari Atha’ bin Yasar bahwa ia
telah bertemu dengan Abdullah bin Amr, lalu beliau berkata kepadanya, “Beritahukan
kepadaku tentang sifat nabi SAW dalam taurat. Abdullah berkata, “baik” demi Allah beliau
tersifat dalam Taurat seperti sifatnya dalam al-qur’an, “Wahai Nabi, sesungguhnya bukan
sebagai orang yang berperangai kasar dan bukan berwatak keras. Allah SWT tidak akan
mencabut nyawanya sehingga dengannya ia meluruskan agama yang bengkok dengan
mengatakan, tiada Tuhan selain Allah,dengannya ia membuka hati yang tertutup, telinga yang
tuli dan mati (hati) yang buta14.

Atha’ berkata “Saya telah bertemu Wahab bin Munabbah lalu saya menanyainya tentang
hal itu, maka tidaklah menyalahi satu huruf pun dalam menyifati nabi sebagaimana dalam
Taurat dan Al-Qur’an.

 Contoh israiliyat yang palsu, seperti legenda gunung “Qof” yang mengitari langit dan bumi.

Menurut Muhammad Husein Adz-Dzahabi, macam-macam cerita israiliyat itu terbagi


menjadi tiga yaitu:

 cerita israiliyat yang shahih, itu boleh diterima. Seperti nama guru Nabi Musa a.s yaitu
Nabi Khaidir
 israiliyat yang dusta yang kita ketahui kedustaannya karena bertentangan dengan syari’at,
itu ditolak, tidak boleh diterima15.
 israiliyat yang tidak diketahui kebenaran dan kepalsuannya, itu didiamkan, tidak
didustakan dan juga tidak dibenarkan. Jangan mengimaninya dan jangan pula
membohongkannya. Sebagaimana Sabda Nabi:

َ ُ ‫"تُكَذِبوهم وال الكتاب أهل ت‬، ‫إلينا أُنِز َل وما باهلل آمنا وقولوا‬...
‫صدِقوا ال‬

“Janganlah kamu membenarkan (keterangan) Ahl Kitab dan jangan pula mendustakannya.
Tetapi katakanlah ‘ Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami...”(HR.Bukhari)

14
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir
15
Adz-Dzahabi,Tafsir wal Mufassirun...hal.180
9
Seperti nama-nama ashabul kahfi, warna anjing mereka, tongkat nabi Musa dari pohon
apa, nama burung yang dihidupkan Allah kepada Nabi Ibrahim, nama sapi yang dipukul oleh
Bani Israil dan lain sebagainya16.

E. PENDAPAT ULAMA TENTANG ISRAILIYAT DALAM TAFSIR

Para ulama tidak menetapkan hukum secara mutlaq terhadap israiliyat dalam tafsir, boleh
mengambil riwayat israiliyat asal tidak berhubungan dengan aqidah. Hal ini di sebabkan adanya
dalil yang membolehkan untuk mengambil dari ahli kitab dan ada juga hadis rasulullah yang
melarang hal tersebut. Menyikapi kedua hal tersebut para ulama berpendapat bahwa yang
dimaksud Rasulullah untuk mengambil riwayat dari Ahli Kitab sesungguhnya tidaklah mutlak
namun terikat hanya pada riwayat yang baik dan cerita yang tidak jelas status benar atau
dustanya. Kisah israiliyat telah tersebar di sebagian kitab tafsir maka diperlukan sikap kehati-
hatian bagi siapa saja yang mendapati berita-berita yang bernuansa israiliyyat,yaitu dengan
mengikuti kaidah-kaidah dalam periwayatan israiliyat sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian terhadap rawi-rawi sanadnya.


2. Melakukan pengamatan terhadap matan atau kandungan riwayat tersebut.
3. Merujuk kepada para ulama yang mendalami persoalan ini.

F. BENTUK INFORMASI ISRAILIYYAT

Sebagaimana telah disinggung dimuka, bahwa riwayat israiliyyat sebagian besar dibawa
oleh orang Yahudi yang telah masuk Islam. Pada umumnya riwayat-riwayat ini bersifat berhenti
(mauquf) sampai sahabat, bukan marfu’ kepada Rasulallah. Informasi israiliyyat pada masa
sahabat dan tabi’in pada umumnya dimanfaatkan untuk memberi gambaran yang lebih detil
tentang; tafsir al-Qur’an, syarah hadits-hadits, fakta-fakta sejarah, kisah nabi-nabi dan umat
terdahulu, dan kejadian alam.

Bentuk dongeng atau kisah israiliyyat itu sendiri dapat dicirikan dengan salah satu dari
beberapa ciri berikut:

Persoalan yang biasa dibahas adalah tentang asal-usul dan rahasia kejadian alam
semesta. Seperti penjelasan tentang Qaf (nama sebuah surat dalam al-Qur’an), menurut sebuah
riwayat israiliyyat, Qaf adalah nama sebuah gunung yang mengelilingi bumi.

16
Ibid, hal.187
10
Kisah-kisah nabi-nabi terdahulu yang sangat berlebihan, seperti kisah yang
menceritakan kesabaran nabi Daud ketika tertimpa musibah penyakit, di mana digambarkan
nabi Daud mengutip kembali ulat-ulat yang berjatuhan dari luka penyakitnya dan meletakkan
kembali ke tempatnya semula.

Perincian terhadap sesuatu yang tidak dijelaskan secara detil oleh al-Qur’an. Seperti
tentang jenis pohon di surga yang Allah larang nabi Adam mendekatinya.

Pelanggaran terhadap kesucian nabi-nabi. Seperti kisah nabi Daud yang membunuh
seorang tentaranya yang bernama Oraya untuk mendapatkan istri Oraya yang cantik padahal
nabi Daud sendiri telah memiliki 99 orang istri.

Kisah-kisah yang bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Seperti kisah bahwa istri
nabi Nuh termasuk orang yang selamat dari azab banjir.

Ada keterangan yang menyebutkan bahwa riwayat tersebut diambil dari ahli kitab.

Ada keterangan yang menyebutkan bahwa riwayat tersebut ada kelemahan.

Adanya kisah-kisah yang sama tapi bertentangan isinya. Seperti tentang penentuan
anggota badan lembu betina, ada yang menyebut bagian paha, lidah, ekor, dsb.

Isi ceritanya aneh dan pelik. Seperti bahwa jumlah alam ada sekitar 18.000 atau 14.000.

Kisah-kisah yang mengandung khurafat. Seperti kisah gergaji ‘Aaj ibn Unuq.

Kisah-kisah tentang masa lampau atau kaum-kaum terdahulu. Seperti kisah tentang
kerusakan Bani Israil.17

G. SIKAP ULAMA TENTANG ADANYA ISRAILIYYAT DALAM TAFSIR

Para ulama tidak dapat menetapkan hukum secara mutlaq atau general terhadap kisah-
kisah israiliyyat. Hal ini disebabkan ada dalil yang membolehkan untuk mengambil informasi
dari kalangan Ahli Kitab, yaitu sabda Rasulallah:

‫اية ولو عنى بلغوا)البخارى (النار من مقعده فليتبوأ متعمدا علي كذب من و حرج وال اسرائيل بنى عن وحدثوا‬,

17
www.darulkautsar.com
11
“Sampaikannlah dariku walau hanya satu ayat. Dan ambillah riwayat dari Bani Israil, tanpa
halangan, dan barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka bersiap-siaplah
untuk mengambil tempatnya di neraka” (HR. Bukhari)

Namun ada juga hadits Rasulallah yang seolah-olah melarang hal tersebut, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut ini:

‫أحدث هللا رسول على أنزل الذى وكتابكم شىء عن الكتاب أهل تسألون كيف‬, ‫!يشب؟ لم محضا تقرؤون‬, ‫أهل أن حدثكم وقد‬
‫ وغيروه هللا كتاب بدلوا الكتاب‬, ‫الكتاب بأيديهم وكتبوا‬. ‫قليال ثمنا به ليشتروا هللا عند من هو وقالوا‬, ‫من جاءكم ما ينهاكم أال‬
‫مسألتهم عن العلم‬, ‫عليكم أنزل الذى عن يسألكم رجال منهم رأينا ما هللا و ال‬

“Bagaimana kalian bertanya kepada ahli kitab, sedangkan kitab kalian diturunkan kepada Nabi
kalian yang beritanya lebih baru dari Allah, kalian membacanya dan tidak mencela?!. Allah
memberitahukan kapada kalian bahwa ahli kitab telah mengganti apa yang telah ditetapkan oleh
Allah dan merubahnya dengan tangan-tangan mereka, kemudian mereka mengatakan bahwa ia
berasal dari Allah untuk menjualnya dengan harga yang murah. Tidakkah Ia telah melarang
kalian untuk bertanya kepada mereka. Demi Allah, mereka tidak menanyakan sesuatupun
kepada kalian tentang apa yang diturunkan kepada kalian.”(HR. Al-Bukhari)
Menyikapi kedua dalil diatas yang seolah bertentangan ini, para ulama
mendudukkannya sebagai berikut; bahwa yang dimaksud Rasulallah untuk mengambil riwayat
dari ahli kitab sesungguhnya tidaklah mutlaq, namun terikat hanya kepada riwayat yang baik
dan cerita yang tidak jelas status benar atau dustanya namun tidak ada indikasi tentang
kebatilannya.

Ibnu Katsir menjelaskan dalam muqaddimah tafsirnya bahwa riwayat israiliyyat dapat
diklasifikasikan menjadi tiga:

Kisah israiliyyat yang diketahui kebenarannya karena sesuai atau tidak bertentangan
dengan informasi al-Qur,an dan Sunnah shahihah, maka kisah itu benar dan bisa diterima.
Diperbolehkan menggunakannya sebagai pembanding, bukan sebagai rujukan utama atau
sebagai sumber hukum. Seperti kisah yang menceritakan bahwa nama teman seperjalanan nabi
Musa adalah Khidir. Nama Khidir pernah disebutkan oleh Rasulallah, sebagaimana tersebut
dalam Shahih Bukhari.

Kisah israiliyyat yang diketahui kebohongannya karena bertentangan dengan al-Qur’an


dan Sunnah shahihah atau tidak sejalan dengan akal sehat Kisah seperti ini harus dibuang dan
tidak boleh digunakan. Seperti cerita malaikat Harut dan Marut yang terlibat perbuatan dosa
besar, yaitu mabuk, berzina dan membunuh.

12
Kisah israiliyyat yang didiamkan karena tidak dapat dipastikan statusnya benar atau
dusta. Kisah seperti ini tidak boleh dibenarkan ataupun didustakan, namun boleh
menceritakannya. Seperti kisah tentang bagian sapi betina yang diambil untuk dipukulkan
kepada orang mati dari Bani Israil.18

Ibnu Katsir juga menyatakan bahwa meskipun sebagian ulama salaf merekomendasikan
kebolehan meriwayatkan israiliyyat tanpa mengamalkannya, namun sesungguhnya riwayat-
riwayat ini tetap tidak ada gunanya dan tidak bermanfaat dalam masalah agama. Kalaupun ada
yang beranggapan israiliyyat ini bermanfaat untuk kesempurnaaan informasi yang terdapat
dalam agama, maka manfaat itu sangat kecil dan tidak signifikan.

Para ulama, semisal Anas ibn Malik sangat berhati-hati terhadap periwayatan israiliyyat
ini, sehingga untuk itu ia menyeleksi dengan ketat para perowi yang akan ia ambil hadits
darinya. Qatadah adalah salah satu rawi tabiin yang ditolak riwayatnya oleh Anas ibn Malik
karena ia banyak meriwayatkan israiliyyat.19

Keberadaan israiliyyat yang telah dinyatakan tidak memberi manfaat bagi agama ini,
dikomentari oleh Yusuf Al-Qaradhawi secara tegas bahwa mengutip israiliyyat di dalam kitab
tafsir, seolah-olah seperti memenuhi berlembar-lembar halaman dan membuang-buang waktu
bagi sesuatu yang tidak didukung ilmu, yang tidak dapat dijadikan petunjuk dan keterangan. 20

Namun karena israiliyyat ini telah tersebar di sebagian kitab-kitab tafsir, maka
diperlukan kejelian dan kehati-hatian, bagi siapa saja yang mendapati berita-berita yang
bernuansa israiliyyat, yaitu dengan mengikuti kaidah-kaidah dalam periwayatan israiliyyat,
sebagai berikut:

 Melakukan penelitian terhadap rawi-rawi sanadnya


 Melakukan pengamatan terhadap matan atau kandungan riwayat tersebut
 Merujuk kepada para ulama yang mendalami persoalan ini, seperti:
 Ibnu Hazm dalam kitab al-Fashl fi al-Milal wa Ahwal al-Nihal
 Al-Thabari dalam kitab Tarikh al-Umam wa al-Muluk
 Al-Qadhi Iyadh dalam Kitab al-Syifa’ bi Ta’rif Huquq al-Musthafa
 Ibnu Taimiyyah dalam kitab al-Nubuwwah dan al-Jawabu al-shahih li man Baddala
Diin al-Masih

18
Ibn Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, hal.5.
19
Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an, hal. 212.
20
Al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan al-Qur’an, hal. 500.
13
 Ibn Al-Qayyim dalam kitab Hidayah al-Hiyar fi Ajwibat al-Yahud wa al-Nashara
 Ibn al-Katsir dalam kitab tafsirnya dan kitab al-Bidayah wa al-Nihayah
 Al-Hindi dalam kitab Izhar al-Haq
 Jamaluddin al-Qasimi dalam kitab Mahasin al-Ta’wil
 Muhammad Husin al-Zahabi dalam kitab al-Israiliyyat fi al-Tafsir wa al-Hadits dan
Kitab al-Tafsir wa al-Mufassirun
 Dll.

H. DAMPAK ISRAILIYYAT TERHADAP AJARAN ISLAM


Menurut Muhammad Adz-Dzahabi, jika Israiliyyat masuk dalam khazanah tafsir Al-
Quran, dapat menimbulkan dampak negatif sebagai berikut:

1. Israiliyyat akan merusak akidah kaum Muslimin, karena ia mengandung unsur


penyerupaan pada Allah, peniadaan ‘ishmah para Nabi dan Rasul dari dosa, karena
mengandung tuduhan perbuatan buruk yang tidak pantas bagi orang adil, apalagi Nabi.
2. Merusak citra agama Islam karena Israiliyyat mengandung gambaran seolah-olah Islam
adalah agama yang penuh dengan khurafat dan kebohongan yang tidak ada sumbernya.
3. Israiliyyat menghilangkan kepercayaan pada ulama salaf, baik dari kalangan sahabat
maupun tabi’in.
4. Israiliyyat dapat memalingkan manusia dari maksud dan tujuan yang terkandung dalam
ayat-ayat Al-Quran.21

21
Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998), hal. 81.

14
BAB III
PENUTUP
Al-Qur’an dalam menceritakan kisah-kisah umat terdahulu tidak bersifat rinci dan
mendetail. Al-Qur’an tidak menjelaskan secara runtut tentang nama tokoh-tokohnya, waktu dan
tempat kejadian atau bagian lain dari kisah tersebut. Karena tujuan kisah-kisah dalam Al-
Qur’an adalah untuk memberikan ibrah atau pelajaran dan nilai-nilai yang bisa terwujud dari
pemaparan tersebut. Israiliyat adalah kisah-kisah yang disampaikan oleh Ahl Kitab yaitu orang
Yahudi dan Nasrani setelah mereka memeluk islam. Kisah-kisah yang mereka sampaikan itu
adalah sesuatu yang terdapat didalam kitab mereka yaitu kitab Taurat dan Injil. Banyak kisah-
kisah yang terdapat di Al-Quran memiliki kesamaan di dalam kitab Taurat dan Injil karena Al-
Quran adalah membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan
sebagai petunjuk dan rahmah bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT.

Israiliyat adalah riwayat yang didapat dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yaitu berupa
kisah-kisah atau ceerta-cerita yang berkaitan dengan fakta-fakta sejarah, keadaaan umat pada
masa lampau dan hal lainnya yang pernah terjadi pada para nabi dan rasul. Israiliyat digunakan
dalam penafsiran dikarenakan ada kesamaan antara Al-Quran dengan Taurat dan Injil dalam
beebrapa masalah, khususnya yaitu mengenai kisah-kisah umat terdahulu, dimana dalam Al-
Quran dikisahkan secara singkat dan ringkas, namun di dalam kitab-kitab sebelumnya
dijelaskan secara panjang lebar. Sebagian contoh kisah-kisah yang dijumpai dalam kitab-kitab
tafsir adalah perahu Nabi Nuh, tentang nama-nama Ashabul Kahfi beserta anjing mereka,
tentang Ya’juj dan Ma’juj, Ratu Balqis negeri Saba’, dan kisah-kisah para Nabi seperti Nabi
Sulaiman, Nabi Ayyub, Nabi Daud juga tentang Raja Dzulqarnain, malaikat Harut dan Marut,
tentang tongkat Nabi Musa dan lain sebagainya.

Mengenai pendapat ulama tentang israiliyat dalam tafsir, para ulama Para ulama tidak
menetapkan hukum secara mutlaq terhadap israiliyat dalam tafsir, boleh mengambil riwayat
israiliyat asal tidak berhubungan dengan aqidah. Hal ini di sebabkan adanya dalil yang
membolehkan untuk mengambil dari ahli kitab dan ada juga hadis rasulullah yang melarang hal
tersebut. Jika berita tersebut berupa kisah-kisah atau cerita umat-umat tersebut boleh
mengambil dari riwayat Ahli kitab asal tidak berhubungan dengan aqidah. Berdasarkan Hadits
Nabi, Beliau mengatakan bahwa supaya berhati-hati dalam meriwayatkannya tidak mengatakan
bahwa kisah israiliyat pasti salah dan demikian juga tidak langsung membenarkannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Zulkarnaini.2007.Yahudi dalam Al-Qur’an.Depok: ElSAQ Press

Abu Fida’ Ismail ibn Katsir al-Qurasyi al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1 Beirut: Dar
al-Fikr, 1407 H/ 1986 M

Adz-Dhahabi,Muhammas Husein, 1976.Tafsir wal Mufassirun.Mesir: Dar al-Kutub wa


Al-Hadits.Jilid I

Adz-Dzahabi,Tafsir wal Mufassirun

Ali Ash-Shabuni,Muhammad.1998.Studi Ilmu Al-Quran.Bandung:Pustaka Setia

Al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani,


cet. 2 ( Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Al-Qaththan, Manna’.1973.Mabahits fi Ulum Al-Qur’an.Mansyurat Al-Ash Al-Hadits,


Studi Ilmu-Ilmu AL-Qur’an.terjemah Mudzakkir AS.1996. Bogor:Pustaka Litera Antar Nus.

Ash-Shiddieqiy,Hasbi.2002.Ilmu Al-Qur’an Tafsir.Semarang:Pustaka Riski Putra

Baiden,Nashruddin.2005.Wawasan Baru Ilmu Tafsir.Yogyakarata:Pustaka Pelajar

Ghazali, Muqsith.dkk.2009.Metodologi Studi Al-Qur’an.Jakarta:Gramedia Pustaka

Ibn Katsir, Tafsir Ibnu Katsir

Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Quran, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,
1998)

Muhammad Hasbi Ash-Shiddiedy, Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Cet.3
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000

Shihab,Quraisy.1992.Membumikan Al-Qur’an.Bandung:Mizan

www.darulkautsar.com

Zaini,Muhammad.2005.Ulumul Qur’an:Studi Pengantar.Banda Aceh:Yayasan PeNA

Zenrif,M.F.2008.Sintetis Paradigma Studi Al-Qur’an.Malang:UIN Malang Press

16

Anda mungkin juga menyukai