Anda di halaman 1dari 13

M.

Rusydi Khalid Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

MENCERMATI ISRAILIYAT DALAM KITAB-KITAB TAFSIR

M. Rusydi Khalid
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin
Email:

Abstrak
Al-Isra’iliyat adalah istilah khusus yang digunakan oleh ulama Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir untuk menunjukkan pemberitaan, cerita, penuturan
dan tradisi serta doktrin-doktrin yang diidentikkan kepada Yahudi dari
klan Bani Isra’il. Selanjutnya, cakupan maknanya berkembang menjadi
apasaja yang berasimilasi ke dalam Tafsir al-Qur’an, baik dari aspek
pemberitaan, cerita maupun hukum-hukum yudaisme, messianisme dan
zionisme. Al-Isra’iliyat ini telah berdampak buruk terhadap Islam.
Setelah kesuksesan Rasulullah saw. membawa Islam kepuncak
keemasan, para missionaries Yahudi yang telah memeluk Islam
menyampaikan pemberitaan Yahudi, baik di zaman Nabi saw. maupun
di zaman Sahabat. Penyebaran al-Isra’iliyat ini lebih banyak terjadi di
generasi tabi’in dan tabi’ al-tabi’in ketika mufassir terkemuka menulis
banyak Tafsir al-Qur’an. Spirit intelektualitas mereka dalam menulis dan
menjelaskan misteri yang belum terpecahkan sebelumnya ikut
memberikan andil dalam menyebaran berita isra’iliyat. Karenanya, di
antara ulama Tafsir ada yang diklaim sebagai ulama yang
membahayakan dan menjauhkan pemahaman benar dari sumber otiritas
Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah. Maka dalam meresponnya, al-Isra’iliyat
dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu diterima karena sejalan dengan
syariat Islam, ditolak karena mengandung kebatilan dan kebohongan,
dan didiamkan dalam arti tidak membenarkan dan tidak pula
menafikannya.

Keywords : Israiliyyat, Tafsir al-Qur’an, Yahudi, Nasrani, Zindiq.

I. Pendahuluan

A
gama Islam sebagai agama monoteis yang datang terakhir setelah
dua agama samawi sebelumnya Yahudi dan Nasrani, amat sulit
untuk melepaskan diri dari pengaruh riwayat dan kisah yang
bersumber dari dua agama tersebut. Secara logis memang tak mungkin untuk
membuang seluruh yang dikatakan berasal dari Yahudi dan Nasrani sebab
sekalipun ada penyelewengan dan penyimpangan dalam kitab-kitab suci
kedua agama tersebut, masih didapati di celah-celahnya hal-hal yang sejalan

156 AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011


Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir M. Rusydi Khalid

dengan ajaran Islam dan mendukung sebagian kandungan al-Quran. Al-


Quran sendiri memerintahkan umat Islam untuk menghormati seluruh Nabi
Allah yang diakui keberadaannya dalam sejarah, dan tidak membedakan
antara mereka, dan untuk mengimani kitab-kitab suci sebelum al-Quran .
Namun keimanan kepada kitab-kitab suci yang diturunkan Allah kepada para
Rasul-Nya adalah keimanan kepada yang diyakini keotentikan dan
keasliannya sebagai wahyu Allah. Al-Qur’an datang sebagai mushaddiq,
membenarkan, mengoreksi pemutarbalikan dan penyimpangan dari kitab-
kitab suci sebelumnya seperti Taurat dan Injil yang kini terhimpun dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Al-Quran banyak bercerita tentang nabi-nabi yang juga diakui Yahudi
dan Nasrani , dan juga menggambarkan bagaimana proses penciptaan alam
raya dan masalah-masalah gaib , di masa lalu dan juga di masa akhirat yang
juga didapati dalam kitab-kitab suci sebelumnya.
Inilah yang kemudian membuat para sahabat Nabi dan diikuti para
tabiin untuk mencari tambahan penjelasan bagi cerita-cerita Al-Qur’an yang
bersifat ringkas, global, dan bukti-bukti tambahan dari berita-berita, kisah-
kisah yang populer di kalangan ahli kitab Yahudi dan Nasrani. Setelah
penyusunan kitab-kitab tafsir di masa tabiin dan generasi sesudahnya,
informasi yang berasal dari ahli kitab khususnya dari orang Yahudi keturunan
Bani Israil banyak dikutip oleh para mufassir untuk menafsirkan sejumlah
ayat-ayat al-Quran. Informasi inilah yang diistilahkan oleh para ulama dengan
nama Israiliyyat.
Kata Israiliyat secara etimologis merupakan bentuk jamak dari kata
israiliyat, nama yang dinisbahkan kepada kata Israil (bahasa Ibrani) yang
berarti hamba Tuhan. Israil adalah nama lain dari Nabi Ya’kub bin Ishaq bin
Ibrahim sehingga keturunannya disebut Bani Israil.. Bani Israel merujuk
kepada garis keturunan, bangsa sedangkan Yahudi merujuk kepada pola
pikir, termasuk didalamnya agama dan dogma. Yahudi juga sebagai sebutan
bagi Bani Israil yang berpegang pada ajaran Nabi Musa dengan kitab
Tauratnya. Ketika Nabi Isa dibangkitkan di tengah Bani Israel dan
mengajarkan Injil maka pengikutnya disebut kaum Nasrani.
Israiliyat secara terminologis para ahli tafsir adalah kisah-kisah dan
berita-berita yang berasal dari orang-orang Yahudi baik yang ada
hubungannya dengan agama mereka ataupun tidak. Sumber beritanya
adakalanya dari kitab Taurat yang dipandang sudah menyimpang dari aslinya
yang diberikan kepada Nabi Musa dan adakalanya dari penjelasan-penjelasan,

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 157


M. Rusydi Khalid Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

tambahan-tambahan yang ditulis pemuka-pemuka agama Yahudi yang


terdapat dalam kitab Talmud1.
Pengertian terminologis itu sesuai dengan penggunaan kata yang
dinisbahkan kepada Bani Israil yang juga disebut orang-orang Yahudi, dan
juga karena orang-orang Yahudi pada zaman permulaan Islam tinggal
bertetangga dengan umat Islam di Madinah. Dari orang-orang Yahudi
Madinah inilah asal mula penyebaran kisah-kisah dan berita-berita yang
disebut Israiliyat. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Israiliya>t
bermakna lebih luas dari lafaznya, tidak hanya pada kisah dan berita yang
berasal dari Bani Israil atau orang-orang Yahudi, tapi juga pada riwayat-
riwayat , cerita-cerita yang berkaitan dengan umat Nashrani dan pada ahli
kitab secara umum. 2
Israiliyyat merupakan pembaruan kisah-kisah dari agama dan
kepercayaan non-Islam yang masuk ke Jazirah Arab Islam yang dibawa oleh
orang-orang Yahudi yang semenjak lama berkelana ke Arab Timur menuju
Babilonia dan sekitarnya, sedangkan ke Barat menuju Mesir. Dalam kaitannya
dengan tafsir al-Quran, maka yang dimaksudkan dengan Israiliyat adalah
budaya, kultur dan corak Yahudi dan Nasrani dalam tafsir dan pengaruh
dua budaya itu dalam tafsir.3
Di dalam Al Qur’an, banyak disebutkan tentang Bani Israil yang
dinisbahkan kepada Yahudi, diantaranya dalam QS. Al-Maidah/5: 78.
“Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani israil dengan lisan Dawud
dan Isa putra Maryam yang demikian itu disebabkan mereka selalu
durhaka dan selalu melampaui batas”
QS. al-Maidah/5: 44-45:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah
diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah
dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu
menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang
tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka
itu adalah orang-orang yang kafir. 45. dan Kami telah tetapkan terhadap
mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa,
mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi
dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang
melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus

158 AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011


Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir M. Rusydi Khalid

dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang


diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim”.
Al-Qur’an juga menyebutkan tentang budaya Nasrani misalnya pada QS.
al-Hadid/57: 27 : 
“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan
Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan
kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-
adakan rahbaniyyah (Tidak kawin dan mengurung diri di Biara). Padahal
Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah
yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka
tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami
berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya
dan banyak di antara mereka orang-orang fasik”
Ayat-ayat tersebut menyebutkan keberadaan Bani Israil yang kapir
sehingga dikutuk Tuhan melalui Nabi Daud dan Nabi Isa. Kekafiran mereka
itu terlihat pada penentangan hukum qishash yang disebut dalam kitab
Taurat, dan di zaman setelah Nabi Isa kaum Bani Israil yang beragama
Nasrani membikin-bikin ritual baru yaitu hidup selibat bagi pemimpin agama
mereka dan tinggal di biara.
Aturan-aturan, cerita-cerita yang terdapat dalam kitab Taurat, Zabur,
Injil termasuk penjelasan-penjelasannya dalam Talmud inilah yang kemudian
disebut Israiliyyat. Dengan kata lain sesuai dengan lafaznya kata Israiliyyat
itu menunjuk pada kisah-kisah dan informasi-informasi yang diriwayatkan
dari sumber Yahudi. Selanjutnya dalam perkembangan terakhir para ulama
tafsir dan hadits memperluas pengertian israiliyyat lebih dari itu. Israiliyyat
adalah semua cerita lama yang bersumber dari Yahudi, Nasrani, atau cerita
lain dari non-Islam yang masuk kedalam tafsir dan hadits, termasuk juga
cerita- cerita baru yang dimasukkan oleh musuh-musuh Islam, baik yang
datang dari Yahudi, Nasrani, atau yang lainnya, dengan tujuan terselubung
untuk merusak aqidah Islam yang diyakini kaum muslimin.4
Dengan demikian Israiliyyat menurut terminologi ulama tafsir dan
hadis di masa modern adalah budaya dan cerita-cerita Yahudi dan Nasrani
yang bersumber kepada Taurat, Zabur, dan Talmud dan Injil atau Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru termasuk seluruh keterangannya yang
penuh dengan dongeng dan khurafat serta kebatilan-kebatilan yang mereka
kembangkan dari masa ke masa, termasuk juga cerita-cerita yang berasal dari
ahli kitab lainnya dan kaum zindik.

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 159


M. Rusydi Khalid Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

II. Awal Timbulnya Israiliyyat


Setelah kedatangan Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW,
diantara kaum Yahudi dan Nasrani itu ada yang pindah agama memeluk
Islam, dan ada juga yang tetap dalam keyakinan agama mereka dan hidup di
bawah pemerintahan Islam sebagai kaum dzimmi. Masuknya orang-orang
yang berlatarbelakang budaya Yahudi inilah yang membantu tersebarnya
Israiliyyat ke tengah umat Islam. Lambat laun setelah tiba zaman
pembukuan Tafsir Al-Qur’anbanyak Israiliyyat yang terbukukan dalam tafsir.
Para cendekiawan Islam yang memasukkan Israiliyyat ke dalam kitab-kitab
tafsir tidak menjadikannya sebagai sumber hukum dan aqidah tetapi sebagai
ilustrasi atau istisyhad, pembuktian khususnya tentang kisah-kisah para nabi
keturunan Bani Israil.
Selain dari umat Yahudi dan Nasrani , terdapat juga umat lain dan kaum
jahiliyah yang berpindah memeluk Islam. Umat-umat itu datang dengan
berbagai latar belakang budaya dan sosial.
Di antara mereka ada yang memeluk Islam secara ikhlas dan penuh
kesadaran, tetapi ada pula yang didorong oleh motivasi tertentu. Penegasan
maksud-maksud tertentu itu dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah/2: 120:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika
kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu”
Perkembangan Islam sangat pesat di zaman Nabi Muhammad dan al-
khulafa’ al-rasyidun. Pada saat Nabi Muhammad wafat dan pada awal Abu
Bakar menjadi khalifah sudah muncul gerakan Riddah- menolak ajaran Islam
dan kufur dengan motif ingin melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Motif ini
semakin menjadi-jadi setelah perjalanan politik Islam tidak begitu mulus
seperti di zaman Nabi Terjadi banyak perselisihan, dan muncul perbedaan
pandangan politik yang menyebabkan perbedaan pandangan dalam teologi.
Kontak-kontak tersebut telah mendorong pula lahirnya Israiliyyat.
Kemunculan Israiliyyat ini tidak bisa dihindari karena orang-orang Yahudi
sejak dahulu kala berkelana ke arah timur menuju Babilonia dan sekitarnya
serta ke arah Barat menuju Mesir. Setelah kembali ke negeri asal, mereka bawa
pula bermacam-macam berita keagamaan yang dijumpai di negeri-negeri yang
mereka singgahi.

160 AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011


Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir M. Rusydi Khalid

Dengan masuknya ahli kitab itu ke dalam Islam, maka terbawa pulalah
bersama mereka kebudayaan mereka tentang berita, sejarah, hukum, dongeng
dan kisah-kisah agama mereka. Ketika membaca kisah-kisah yang terdapat
pada al-Qur’an, maka mereka mengemukakan pula dengan terperinci uraian-
uraian yang terdapat di dalam kitab-kitab mereka. Sahabat-sahabat Nabi
tertegun mendengar kisah-kisah yang dikemukakan oleh ahli-ahli kitab itu.
Namun mereka tetap menurut perintah Rasulullah SAW. “Ceritakanlah dari
ahli kitab, tidak ada keberatan “. Dan “ Janganlah kamu benarkan ahli kitab
dan jangan pula kamu dustakan. Dan katakanlah, kami percaya kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami.”5 Kadang-kadang terjadi diskusi
antara sahabat dengan ahli kitab itu, mengenai uraian yang terperinci.
Adakalanya sahabat menerima sebagian dari apa yang dikemukakan oleh ahli
kitab itu selama masalah ini tidak menyangkut akidah dan tidak berhubungan
dengan hukum-hukum.
Setelah sahabat membicarakan masalah ini, mereka berusaha
memahami sabda Nabi yang berbunyi,” Sampaikan olehmu dari aku sekalipun
satu ayat; ceritakanlah tentang Bani Israil, tidak mengapa. Barang siapa yang
berdusta terhadap aku dengan sengaja, maka disediakan tempat duduknya
dalam neraka”. Maksud sabda Nabi SAW adalah kebolehan menceritakan
tentang Bani Israil bila cerita atau informasi itu tidak Anda ketahui
kebohongannya.6 Adapun yang terdapat pada hadis yang pertama, janganlah
kamu membenarkan ahli kitab dan janganlah kamu mendustakannya;
mengandung indikasi bahwa berita-berita Israiliyat yang mereka kemukakan
itu ada yang benar dan ada yang bohong.
Israiliyat sebagai berita-berita yang dibawa oleh orang Yahudi yang
telah masuk Islam, adalah sudah terbiasa bagi orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Berpindahnya Israiliyyat dari orang Yahudi itu karena orang Yahudi
banyak yang bergaul dengan orang Islam, semenjak permulaan Islam hijrah ke
Madinah. Sahabat tidak ada yang mengambil berita terperinci dari ahli kitab,
kalau ada jumlahnya itu sedikit sekali, atau jarang terjadi. Penukilan Israiliyyat
mulai meningkat di masa tabiin karena kecenderungan mereka untuk
mengetahui hal-hal yang lebih terperinci dari kisah-kisah dalam al-Qur’an
yang hanya mengemukakan secara garis besar tanpa menyebut tahun, nama-
nama pelaku seperti nama-nama Ashab al-Kahfi , warna anjingnya, jumlah
mereka, ukuran kapal Nabi Nuh, nama anak yang dibunuh Khidr dan lainnya.

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 161


M. Rusydi Khalid Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

III.Kitab-Kitab Tafsir yang Dimasuki Israiliyat


Dari penelaahan sejumlah kitab tafsir yang disusun ulama terdahulu baik
tafsir bil al-ma’tsur maupun bi al-ra’y sebahagiannya tak luput dari menukil
kisah dan informasi yang termasuk Israiliyat. Ada yang sedikit dan ada yang
banyak. Ada penafsir yang mengemukakan komentar dan keritikan dan ada
pula penafsir yang tidak memberikan komentar sedikitpun. Ada pula yang
menghantam dengan keras dan yang lainnya menerimanya tanpa bantahan.
Tafsir yang dikecualikan dari menukil Israiliyat adalah Tafsir Ruhul Ma’ani
oleh al-Alusi dan Tafsir al-Manar oleh Syekh Muhammad Abduh dan
Muhammad Rasyid Ridha. Ada beberapa tafsir al-Qur’anyang diduga keras
banyak mengambil cerita-cerita Israiliyyat, diantaranya :
1. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an
Tafsir ini disusun oleh Ibn Jarir al-Thabari ( 224-310 H ), seorang yang
terkenal dalam bidang fiqih dan hadis, disamping ahli tafsir. Namun harus
dicatat bahwa karya ulama ini banyak terjerumus dalam kesalahan, karena ia
sering menyebutkan dalam kitab tafsirnya riwayat-riwayat Israiliyyat yang
disandarkan kepada Ka’b al Ahbar. Kitab tafsir al-Thabari ini mengandung
riwayat-riwayat yang lemah, tertolak dan dha’if.
2. Tafsir Muqatil
Tafsir ini disusun oleh Muqatil bin Sulaiman ( w. 150 H ). Tafsir ini
terkenal sebagai tafsir yang sarat dengan cerita israiliyyat, tanpa menyebutkan
sanad-sanadnya sama sekali. Juga tanpa penjelasan, mana yang hak dan mana
yang batil. Al-Dzahabi menemukan kejanggalan dalam tafsir ini, karena hanya
sedikit saja yang diberikan isnad oleh Muqatil. Contohnya yang diceritakan
dalam tafsir ini hampir merupakan bagian dari cerita–cerita khurafat.
3. Tafsir al-Kasyf wa al-Bayan
Penulis tafsir ini Ibn Ibrahim al-Tsa’labi al- Naisaburi yang panggilannya
Abu Ishaq ( wafat tahun 427 H). Ia menafsirkan al-Qur’an berdasarkan hadis
yang bersumber dari ulama salaf. Sayangnya, dalam menukil sanad-sanad
hadis, ia tidak mencantumkan secara lengkap. Tafsir ini membahas nahwu dan
fiqih; karena ia seorang pemberi nasehat, maka ia senang dengan kisah-kisah.
Oleh karena itu dalam kitab tafsirnya ini banyak cerita israiliyyat yang janggal
dan cenderung menyimpang dari kebenaran.
4. Tafsir Ma’alim al-Tanzil
Tafsir ini ditulis oleh Syaikh Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud bin
Muhammad al-Baghawiy. Menurut Ibn Taimiyah, tafsir ini merupakan tafsir
dari ringkasan karya al-Tsa’labiy, akan tetapi ia menjaga tafsirnya dari hadis-

162 AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011


Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir M. Rusydi Khalid

hadis maudhu’ dan pendapat-pendapat yang bid’ah. Namun menurut al-


Dzahabi, tafsir ini justru banyak mengandung kebatilan.
5. Tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ aniy al-Tanzil
‘Ala al-Din al- Hasan,’ Ali ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Amr ibn
Khalil al-Syaibiy ( 678-741 H. ) adalah penulis dari tafsir al-Lubab ini. Sebagai
seorang sufi yang senang memberi nasihat, maka tidak heran ia banyak
menelaah buku-buku di Perpustakaan Damaskus, sehingga bacaannya akan
kitab-kitab tersebut mempengaruhi tulisan tafsirnya.
Sebagai kitab lainnya yang disebut sebelumnya, kitab tafsir ini juga
banyak menukil cerita-cerita israiliyyat dari tafsir al-Tsa’labiy. Dalam
menukilkan israiliyyat tersebut, ia tidak memberi komentar tentang cerita itu
dan tidak mengeritik cerita-cerita yang janggal dan irrasional, serta tidak
mempersoalkan sanad-sanad dari hadis yang dikemukakannya.
6. Tafsir al-Qur’an al-Azhim
Tafsir ini populer dengan sebutan tafsir Ibn Katsir, nama terakhir yang
dinisbahkan kepada pengarangnya, yaitu Ibn Katsir. Kitab tafsir ini dipandang
kitab tafsir kedua setelah al-Thabariy. Pengarangnya selalu memperhatikan
riwayat-riwayat ahli tafsir Salaf. Disamping itu, ia membicarakan juga
kerajihan hadis dan atsar serta menolak riwayat-riwayat yang munkar.
Perbedaannya dengan tafsir al-Thabariy, bahwa tafsir Ibnu Katsir ini
selalu mengingatkan para pembaca akan keganjilan dan kemunkaran cerita-
cerita israiliyyat dalam tafsir bi al-Ma’tsur. Karena Ibn Katsir juga seorang
sejarawan, maka hal itu sangat menolongnya dalam menyeleksi berita-berita,
cerita-cerita dan dongeng-dongeng Israiliyat. Sebahagian cerita ,Israiliyat
dikeritiknya , dikomentarinya dan dikemukakannya kebatilannya.
Nara sumber yang dijadikan rujukan kitab tafsir dalam menukil kisah
Israiliyat pada generasi tabi’in dan sesudahnya ada empat orang tokoh Yahudi
yang masuk Islam. Mereka adalah Abdullah bin Salam ( w.43 H.), mantan
rahib Yahudi yang masuk Islam setelah Nabi berhijrah ke Mekah, dan Ka’b al-
Ahbar (w.32 H), Wahab bin Munabbih (w.110 H) dan Abdul Malik bin Abdul
‘Aziz bin Juraij (w.150 H.).

IV. Klasifikasi Israiliyat


Dilihat dari segi syariat Islam, Israiliyat terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu, Pertama, cerita Israiliyat yang sesuai dengan syariat Islam yang terdapat
dalam al-Qur’an dan sunnah, Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim bahwasanya Rasulullah SAW bersabda

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 163


M. Rusydi Khalid Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

“Pada hari kiamat nanti bumi ini bagaikan segenggam roti. Allah swt
menggenggamnya dengan tangannya seperti kamu menggenggam
sepotong roti di perjalanan. Dia merupakan tempat ahli surga.”
Kemudian datanglah seorang lelaki Yahudi mendekati Rasulullah Saw
dan menegur: “ Wahai Abul Qasim, maukah kuceritakan kepada Anda
tempat ahli surga pada hari kiamat nanti ?. Rasulullah SAW menjawab,
ya tentu saja. Kemudian lelaki itu mengatakan: “ Bahwasanya bumi ini
bagaikan segenggam roti seperti yang dinyatakan Nabi”.
Imam Bukhari menggambarkan sifat-sifat Rasulullah SAW yang
sumbernya diambil dari Taurat. Hal ini sama seperti yang digambarkan Al-
Qur’an: “Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu ebagai saksi
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan dan nabi itu tidak kasar dan
tidak keras”
Kedua, cerita Israiliyat yang bertentangan dengan syariat sehingga mesti
ditolak dan tidak diterima. Misalnya cerita-cerita yang dimuat dalam Kitab
Perjanjian Lama , Keluaran. Pada kitab tersebut diceritakan bahwa yang
membuat anak sapi sebagai sembahan Bani Israil adalah Nabi Harun. Dengan
tegas Al-Qur’anmembantah hal tersebut dan menyatakan bahwa yang
menyesatkan itu adalah seorang yang bernama Samiri dari suku Samirah. Ini
dikemukakan dalam QS.Thaha/20: 85 “Allah berfirman,’ maka sesungguhnya
kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah
disesatkan oleh Samiri.’’
Contoh lain tentang cerita Nabi Sulaiman yang ketika akan masuk kamar
mandi, menitipkan cincinnya pada salah seorang isterinya yang dipercayainya.
Lalu datanglah Syetan yang menjelma sebagai Nabi Sulaiman mengambil
cincin itu.
Kisah ini jelas bohong sebab syetan tidak bisa menjelma sebagai seorang
nabi.
Ketiga: cerita israiliyyat yang didiamkan (maskut ’anhu), karena tidak
terdapat dalam syariat Islam yang memperkuatnya dan tidak ada pula alasan
yang menyatakan tidak ada manfaatnya. Hal ini seperti yang diriwayatkan
Imam Ibn Katsir di dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat-ayat tentang sapi
betina dalam SQ. al-Baqarah/2: 67-68. Contoh lain yang didiamkan , tidak
dibenarkan dan tidak didustakan adalah tentang nama-nama ash hab al-kahfi,
para penghuni goa, warna anjingnya, pohon kayu yang diambil untuk dibuat
tongkat Nabi Musa dan jenis burung yang dihidupkan Nabi Ibrahim.
Ditinjau dari riwayatnya cerita israiliyyat terbagi menjadi dua yaitu:
Pertama: cerita shahih, contohnya apa yang dikemukakan oleh Ibn Katsir dalam

164 AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011


Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir M. Rusydi Khalid

tafsirnya : Dari Ibn Jarir : telah menceritakan kepada kami Mustani dari Usman
bin Umar dari Fulaih dari Hilal bin Ali dari Atha bin Yasir, ia berkata ; Aku
telah bertemu dengan Abdullah bin Amr dan berkata kepadanya ; ceritakanlah
olehmu tentang sifat-sifat Rasulullah saw yang diterangkan di dalam kitab
Taurat ! Ia berkata : Ya demi Allah, sesungguhnya sifat Rasulullah di dalam
taurat sama seperti yang diterangkan dalam al-Qur’an : Wahai Nabi
sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan’’, dan memelihara orang-orang Ummi. Engkau adalah
hambaKu dan Rasulku, namamu yang dikagumi, engkau tidak kasar dan tidak
pula keras. Allah tidak akan mencabut nyawanya sebelum agama Islam tegak
dan lurus, yaitu dengan ucapan : Tiada tuhan yang patut disembah dengan
sebenarnya kecuali Allah….’’ Imam Ibnu Katsier telah mengaitkan riwayat ini
dengan pernyataannya : Bahwasanya Imam Bukhari telah meriwayatkan berita
ini dalam kitab shahihnya dari Muhammad bin Sinan, dari Fulaih, dari Hilal
bin Ali, ia menceritakan sanadnya, seperti yang telah disebutkan, tetapi ia
telah menambah setelah ucapannya :’’ Dan bagi sahabat-sahabatnya di pasar-
pasar, ia tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi
memaafkan dan mengampuni.’’
Kedua, cerita dha’if, contohnya adalah atsar yang diriwayatkan oleh Al-
Razi dan di nukil oleh Ibnu Katsir tentang QS. Qaf/50: 50, ia berkata,
sesungguhnya atsar tersebut atsar gharib dan tidak shahih, ia menganggapnya
sebagai cerita khurafat Bani Israil’’, ketika menafsirkan :
    
Dalam atsar itu disebutkan : Ibnu Abu Hatim berkata, telah berkata
ayahku, ia berkata : Aku mendapat berita dari Muhammad bin Ismail Al-
Makhzumi, telah menceritakan kepada Laits bin Abu Sulaiman, dari
Mujahidd, dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata : Allah SWT telah menciptakan di
bawah ini laut melingkupinya, di dasar laut ia menciptakan sebuah gunung
yang di sebut gunung Qaf. Langit dunia ini ditegakkan diatasnya. Di bawah
gunung tersebut Allah menciptakan bumi seperti bumi ini yang jumlahnya
tujuh lapis. Kemudian dibawahnya Ia menciptakan laut yang melingkupinya.
Di bawahnya lagi ia menciptakan sebuah gunung lagi, yang juga bernama
gunung Qaf. Langit jenis kedua diciptakan di atasnya. Sehingga jumlah
semuanya : tujuh lapis bumi, tujuh lautan, tujuh gunung dan tujuh lapis langit.
Dalam Tafsir al-Qurthubi yang diakui keunggulannya dibanding tafsir-
tafsir lainnya juga ditemukan khabar yang tidak sahih yang berasal dari
Israiliyyat yang dikemukakan oleh Wahab bin Munabbih yang mengatakan

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 165


M. Rusydi Khalid Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

bahwa ‫ آﻣﯿﻦ‬terdiri dari empat hurup dan Allah menciptakan dari setiap hurup
satu malaikat yang mengatakan ya Allah ampunilah setiap orang yang
mengatakan amin!. Informasi lain dari Israiliyat yang aneh dan tidak
didukung oleh ayat ataupun hadis sahih yang dikemukakan al-Qurthubi tanpa
komentar adalah cerita yang berkaitan dengan Adam dan turunnya ke muka
bumi. Katanya Ular pada mulanya adalah khadam Nabi Adam di sorga yang
kemudian berkhianat . Iblis yang menggoda Adam masuk melalui mulut ular
yang pada mulanya punya empat kaki. Setelah pengkhianatan ini, ular
dikutuk dan keempat kakinya masuk ke dalam perutnya. Adam setelah diusir
dari sorga diturunkan di Sarandib di India di satu gunung yang bernama Bud
dan ia turun membawa angin surga. Angin surga ini melekat di pepohonan
dan lembah sehingga menjadikannya harum semerbak. Bau harum juga
berasal dari bau Adam. Sewaktu turun awan menyapu kepala Adam sehingga
ia menjadi botak dan mewariskan kebotakan itu pada anak cucunya.7

IV. Pandangan Para Ulama


Pandangan para ulama dalam menceritakan atau meriwayatkan cerita
Israiliyyat, apabila dilihat dari segi dalilnya, terdapat dalil-dalil yang melarang
dan dalil-dalil yang membolehkan.
1. Dalil-dalil yang melarang
Di dalam Al-Qur’anmenyatakan bahwa Yahudi dan Nasrani telah
mengubah sebagian besar isi kitabnya, sehingga tidak bisa dipercaya
kebenarannya dan tidak bisa dipercaya periwayatannya. QS. Al-Maidah/5: 15
menyatakan :
‘’Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang Rasul kami kepadamu,
menjelaskan banyak dari isi al kitab yang kamu sembunyikan dan
banyak pula yang dibiarkan, sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan.’’
Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya bahwasanya
Rasulullah saw. Bersabda :
“Janganlah kamu sekalian membenarkan ahli kitab dan jangan pula
mendustakannya, dan nyatakan oleh kalian,’ kami semua beriman
kepada Allah swt. Dan yang diturunkan kepada kami’.’’
2. Dalil-dalil yang membolehkan
Ayat al-Qur’an yang membolehkan bertanya kepada ahli kitab tentang
sesuatu seperti yang terdapat dalam QS. Yunus/10: 94.

166 AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011


Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir M. Rusydi Khalid

“Maka jika kamu ( Muhammad ) berada dalam keraguan tentang apa


yang kami turunkan kepadamu, tanyakanlah kepada orang-orang yang
membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran
kepadamu dari tuhan. Sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu.’’
Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya.
‘’Sampaikanlah olehmu apa yang kalian dapat dariku, walaupun satu
ayat, ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak ada dosa di dalamnya.
Barang siapa sengaja berbohong kepadaku, maka bersiaplah dirinya
untuk mendapatkan tempat di neraka.’’
Dari hadis-hadis ini maka ada yang tegas menolak Israiliyyat seperti
Ibnu Abbas dengan alasan cukuplah informasi dan kisah yang ada dalam al-
Quran, dan ada yang menerima dengan seleksi yang ketat seperti Ibnu Katsir
dan al-Qurthubi dan kebanyakan mufasir lain selama tidak berkaitan dengan
akidah dan hukum, dan menerimanya sebagai informasi tambahan, ilustrasi,
istisyhad (pembuktian) ayat-ayat al-Quran. Dan adapula yang mengemukakan
sesuai dengan riwayat yang diterimanya sekalipun berisi khurafat dan
dongeng yang tak dapat diuji kebenarannya dengan hanya berpegang pada
riwayat yang bersambung sampai kepada sahabat Nabi yang berasal dari
Yahudi.8

VI. Penutup
1. Israiliyyat adalah cerita-cerita atau kisah-kisah yang dibawa oleh ahli kitab
dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang menceritakan hal-hal yang
berkaitan tentang apa saja, baik itu tentang kisah para nabi atau yang
lainnya. Akan tetapi, kisah-kisah Israiliyyat itu ada yang dibenarkan dan
ada yang tidak dibenarkan karena kisah-kisah itu ada yang bertentangan
dengan nash-nash Al-Qur’an dan hadis-sahih.
2. Israiliyyat menyusup ke dalam kitab-kitab tafsir melalui narasumber yang
sudah masuk Islam dari pemuka-pemuka Yahudi di Madinah yang berisi
kebudayaan , tradisi, berita dan kisah-kisah, dan dongeng-dongeng mereka.
Ketika mereka membaca kisah-kisah yang terdapat pada Al Qur’an, maka
mereka mengemukakan pula dengan terperinci uraian-uraian yang terdapat
di dalam kitab-kitab mereka.
3. Kitab-kitab tafsir yang disusupi riwayat Israiliyat antara lain
a. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an
b. Tafsir Muqatil
c. Tafsir al-Kasyf wa al-Bayan

AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 167


M. Rusydi Khalid Mencermati Israiliyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

d. Tafsir Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil


e. Tafsir al-Quran al-Azhim
4. Klasifikasi Israiliyat adalah :
a. Cerita Israiliyat yang sesuai dengan syariat Islam
b. Cerita Israiliyat yang bertentangan dengan syariat Islam
c. Cerita Israiliyat yang didiamkan
5. Sikap para ulama dalam meriwayatkan dan mengutip cerita Israiliyat , ada
yang bersikap menerima dengan melihat pada dalil-dalil yang
membolehkan dan ada yang tegas menolak dengan melihat dalil-dalil yang
melarang.
6. Dalam membaca kitab-kitab-kitab tafsir dan dalam menafsirkan ayat
diperlukan kehati-hatian dan kecermatan akan kesahihan sumber berita
baik itu Israiliyyat atau bukan seperti hadis-hadis palsu sebab hal itu
merupakan salah satu sebab kekeliruan dalam menafsirkan al-Quran.

Endnotes:
1
Dr.’Abd ar-Rahman bin Shalih bin Sulayman ad-Dahsy, al-Aqwal al-Syadzdzah fi al-Tafsir, Jami’at
al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah, Riadh, cet.1, 2004, h.325; lih. Pula Muhammad Husayn al-
Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Maktabah Wahbah, Kairo, juz 1, h.121.
2 Fahd bin ‘Abd ar-Rahman bin Sulaiman al-Rumi, Manhaj al-Madrasah al-‘Aqliyyah al-Haditsah fi al-

Tafsir, Idarat al-Buhuts al-‘Ilmiyah, Riadh, juz 1, cet.ii, 1983 , h.312


3 Muhammad Husayn al-Dzahabi, op.cit., h.122

4 Thahir Mahmud Muhammad Ya’qub, Asbab al-Khatha’ fi al-Tafsir, Dar Ibn al-Jawzi, Dammam ,

jl.1,1425 H, hal. 166, dan lih.pula Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, al-Israiliyyat wa al-Mawdhuat,
Maktabah Alah, h.166
5 Hadis itu teksnya : ‫( ﺣﺪﺛﻮا ﻋﻦ ﺑﲎ إﺳﺮاﺋﻴﻞ وﻻ ﺣﺮج‬Shahih Bukhari 6/496) ‫ﻻﺗﺼﺪﻗﻮا أﻫﻞ اﻟﻜﺘﺎب وﻻﺗﻜﺬﺑﻮﻫﻢ وﻗﻮﻟﻮا‬

‫( آﻣﻨﺎ ﺑﺎﷲ وﻣﺎ أﻧﺰل إﻟﻴﻨﺎ‬shahih Bukhari 8/170)


6 Manna’ al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, cet.11,Maktabah Wahbah, Kairo, 2000, h.344

7 Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, tahqiq Abdullah Abd al-Muhsin al-Turk, juz 1,

Muassasah al-Risalah, h.20.


8 Pandangan–pandangan ini dapat dilihat pada misalnya Thahir Mahmud Muhammad Ya’qub,

Asbab al-Khatha’ fi al-Tafsir, Dar Ibn al-Jawzi, 1425 H, Dammam, h.166

168 AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai