M. Rusydi Khalid
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin
Email:
Abstrak
Al-Isra’iliyat adalah istilah khusus yang digunakan oleh ulama Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir untuk menunjukkan pemberitaan, cerita, penuturan
dan tradisi serta doktrin-doktrin yang diidentikkan kepada Yahudi dari
klan Bani Isra’il. Selanjutnya, cakupan maknanya berkembang menjadi
apasaja yang berasimilasi ke dalam Tafsir al-Qur’an, baik dari aspek
pemberitaan, cerita maupun hukum-hukum yudaisme, messianisme dan
zionisme. Al-Isra’iliyat ini telah berdampak buruk terhadap Islam.
Setelah kesuksesan Rasulullah saw. membawa Islam kepuncak
keemasan, para missionaries Yahudi yang telah memeluk Islam
menyampaikan pemberitaan Yahudi, baik di zaman Nabi saw. maupun
di zaman Sahabat. Penyebaran al-Isra’iliyat ini lebih banyak terjadi di
generasi tabi’in dan tabi’ al-tabi’in ketika mufassir terkemuka menulis
banyak Tafsir al-Qur’an. Spirit intelektualitas mereka dalam menulis dan
menjelaskan misteri yang belum terpecahkan sebelumnya ikut
memberikan andil dalam menyebaran berita isra’iliyat. Karenanya, di
antara ulama Tafsir ada yang diklaim sebagai ulama yang
membahayakan dan menjauhkan pemahaman benar dari sumber otiritas
Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah. Maka dalam meresponnya, al-Isra’iliyat
dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu diterima karena sejalan dengan
syariat Islam, ditolak karena mengandung kebatilan dan kebohongan,
dan didiamkan dalam arti tidak membenarkan dan tidak pula
menafikannya.
I. Pendahuluan
A
gama Islam sebagai agama monoteis yang datang terakhir setelah
dua agama samawi sebelumnya Yahudi dan Nasrani, amat sulit
untuk melepaskan diri dari pengaruh riwayat dan kisah yang
bersumber dari dua agama tersebut. Secara logis memang tak mungkin untuk
membuang seluruh yang dikatakan berasal dari Yahudi dan Nasrani sebab
sekalipun ada penyelewengan dan penyimpangan dalam kitab-kitab suci
kedua agama tersebut, masih didapati di celah-celahnya hal-hal yang sejalan
Dengan masuknya ahli kitab itu ke dalam Islam, maka terbawa pulalah
bersama mereka kebudayaan mereka tentang berita, sejarah, hukum, dongeng
dan kisah-kisah agama mereka. Ketika membaca kisah-kisah yang terdapat
pada al-Qur’an, maka mereka mengemukakan pula dengan terperinci uraian-
uraian yang terdapat di dalam kitab-kitab mereka. Sahabat-sahabat Nabi
tertegun mendengar kisah-kisah yang dikemukakan oleh ahli-ahli kitab itu.
Namun mereka tetap menurut perintah Rasulullah SAW. “Ceritakanlah dari
ahli kitab, tidak ada keberatan “. Dan “ Janganlah kamu benarkan ahli kitab
dan jangan pula kamu dustakan. Dan katakanlah, kami percaya kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami.”5 Kadang-kadang terjadi diskusi
antara sahabat dengan ahli kitab itu, mengenai uraian yang terperinci.
Adakalanya sahabat menerima sebagian dari apa yang dikemukakan oleh ahli
kitab itu selama masalah ini tidak menyangkut akidah dan tidak berhubungan
dengan hukum-hukum.
Setelah sahabat membicarakan masalah ini, mereka berusaha
memahami sabda Nabi yang berbunyi,” Sampaikan olehmu dari aku sekalipun
satu ayat; ceritakanlah tentang Bani Israil, tidak mengapa. Barang siapa yang
berdusta terhadap aku dengan sengaja, maka disediakan tempat duduknya
dalam neraka”. Maksud sabda Nabi SAW adalah kebolehan menceritakan
tentang Bani Israil bila cerita atau informasi itu tidak Anda ketahui
kebohongannya.6 Adapun yang terdapat pada hadis yang pertama, janganlah
kamu membenarkan ahli kitab dan janganlah kamu mendustakannya;
mengandung indikasi bahwa berita-berita Israiliyat yang mereka kemukakan
itu ada yang benar dan ada yang bohong.
Israiliyat sebagai berita-berita yang dibawa oleh orang Yahudi yang
telah masuk Islam, adalah sudah terbiasa bagi orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Berpindahnya Israiliyyat dari orang Yahudi itu karena orang Yahudi
banyak yang bergaul dengan orang Islam, semenjak permulaan Islam hijrah ke
Madinah. Sahabat tidak ada yang mengambil berita terperinci dari ahli kitab,
kalau ada jumlahnya itu sedikit sekali, atau jarang terjadi. Penukilan Israiliyyat
mulai meningkat di masa tabiin karena kecenderungan mereka untuk
mengetahui hal-hal yang lebih terperinci dari kisah-kisah dalam al-Qur’an
yang hanya mengemukakan secara garis besar tanpa menyebut tahun, nama-
nama pelaku seperti nama-nama Ashab al-Kahfi , warna anjingnya, jumlah
mereka, ukuran kapal Nabi Nuh, nama anak yang dibunuh Khidr dan lainnya.
“Pada hari kiamat nanti bumi ini bagaikan segenggam roti. Allah swt
menggenggamnya dengan tangannya seperti kamu menggenggam
sepotong roti di perjalanan. Dia merupakan tempat ahli surga.”
Kemudian datanglah seorang lelaki Yahudi mendekati Rasulullah Saw
dan menegur: “ Wahai Abul Qasim, maukah kuceritakan kepada Anda
tempat ahli surga pada hari kiamat nanti ?. Rasulullah SAW menjawab,
ya tentu saja. Kemudian lelaki itu mengatakan: “ Bahwasanya bumi ini
bagaikan segenggam roti seperti yang dinyatakan Nabi”.
Imam Bukhari menggambarkan sifat-sifat Rasulullah SAW yang
sumbernya diambil dari Taurat. Hal ini sama seperti yang digambarkan Al-
Qur’an: “Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu ebagai saksi
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan dan nabi itu tidak kasar dan
tidak keras”
Kedua, cerita Israiliyat yang bertentangan dengan syariat sehingga mesti
ditolak dan tidak diterima. Misalnya cerita-cerita yang dimuat dalam Kitab
Perjanjian Lama , Keluaran. Pada kitab tersebut diceritakan bahwa yang
membuat anak sapi sebagai sembahan Bani Israil adalah Nabi Harun. Dengan
tegas Al-Qur’anmembantah hal tersebut dan menyatakan bahwa yang
menyesatkan itu adalah seorang yang bernama Samiri dari suku Samirah. Ini
dikemukakan dalam QS.Thaha/20: 85 “Allah berfirman,’ maka sesungguhnya
kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah
disesatkan oleh Samiri.’’
Contoh lain tentang cerita Nabi Sulaiman yang ketika akan masuk kamar
mandi, menitipkan cincinnya pada salah seorang isterinya yang dipercayainya.
Lalu datanglah Syetan yang menjelma sebagai Nabi Sulaiman mengambil
cincin itu.
Kisah ini jelas bohong sebab syetan tidak bisa menjelma sebagai seorang
nabi.
Ketiga: cerita israiliyyat yang didiamkan (maskut ’anhu), karena tidak
terdapat dalam syariat Islam yang memperkuatnya dan tidak ada pula alasan
yang menyatakan tidak ada manfaatnya. Hal ini seperti yang diriwayatkan
Imam Ibn Katsir di dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat-ayat tentang sapi
betina dalam SQ. al-Baqarah/2: 67-68. Contoh lain yang didiamkan , tidak
dibenarkan dan tidak didustakan adalah tentang nama-nama ash hab al-kahfi,
para penghuni goa, warna anjingnya, pohon kayu yang diambil untuk dibuat
tongkat Nabi Musa dan jenis burung yang dihidupkan Nabi Ibrahim.
Ditinjau dari riwayatnya cerita israiliyyat terbagi menjadi dua yaitu:
Pertama: cerita shahih, contohnya apa yang dikemukakan oleh Ibn Katsir dalam
tafsirnya : Dari Ibn Jarir : telah menceritakan kepada kami Mustani dari Usman
bin Umar dari Fulaih dari Hilal bin Ali dari Atha bin Yasir, ia berkata ; Aku
telah bertemu dengan Abdullah bin Amr dan berkata kepadanya ; ceritakanlah
olehmu tentang sifat-sifat Rasulullah saw yang diterangkan di dalam kitab
Taurat ! Ia berkata : Ya demi Allah, sesungguhnya sifat Rasulullah di dalam
taurat sama seperti yang diterangkan dalam al-Qur’an : Wahai Nabi
sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan’’, dan memelihara orang-orang Ummi. Engkau adalah
hambaKu dan Rasulku, namamu yang dikagumi, engkau tidak kasar dan tidak
pula keras. Allah tidak akan mencabut nyawanya sebelum agama Islam tegak
dan lurus, yaitu dengan ucapan : Tiada tuhan yang patut disembah dengan
sebenarnya kecuali Allah….’’ Imam Ibnu Katsier telah mengaitkan riwayat ini
dengan pernyataannya : Bahwasanya Imam Bukhari telah meriwayatkan berita
ini dalam kitab shahihnya dari Muhammad bin Sinan, dari Fulaih, dari Hilal
bin Ali, ia menceritakan sanadnya, seperti yang telah disebutkan, tetapi ia
telah menambah setelah ucapannya :’’ Dan bagi sahabat-sahabatnya di pasar-
pasar, ia tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi
memaafkan dan mengampuni.’’
Kedua, cerita dha’if, contohnya adalah atsar yang diriwayatkan oleh Al-
Razi dan di nukil oleh Ibnu Katsir tentang QS. Qaf/50: 50, ia berkata,
sesungguhnya atsar tersebut atsar gharib dan tidak shahih, ia menganggapnya
sebagai cerita khurafat Bani Israil’’, ketika menafsirkan :
Dalam atsar itu disebutkan : Ibnu Abu Hatim berkata, telah berkata
ayahku, ia berkata : Aku mendapat berita dari Muhammad bin Ismail Al-
Makhzumi, telah menceritakan kepada Laits bin Abu Sulaiman, dari
Mujahidd, dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata : Allah SWT telah menciptakan di
bawah ini laut melingkupinya, di dasar laut ia menciptakan sebuah gunung
yang di sebut gunung Qaf. Langit dunia ini ditegakkan diatasnya. Di bawah
gunung tersebut Allah menciptakan bumi seperti bumi ini yang jumlahnya
tujuh lapis. Kemudian dibawahnya Ia menciptakan laut yang melingkupinya.
Di bawahnya lagi ia menciptakan sebuah gunung lagi, yang juga bernama
gunung Qaf. Langit jenis kedua diciptakan di atasnya. Sehingga jumlah
semuanya : tujuh lapis bumi, tujuh lautan, tujuh gunung dan tujuh lapis langit.
Dalam Tafsir al-Qurthubi yang diakui keunggulannya dibanding tafsir-
tafsir lainnya juga ditemukan khabar yang tidak sahih yang berasal dari
Israiliyyat yang dikemukakan oleh Wahab bin Munabbih yang mengatakan
bahwa آﻣﯿﻦterdiri dari empat hurup dan Allah menciptakan dari setiap hurup
satu malaikat yang mengatakan ya Allah ampunilah setiap orang yang
mengatakan amin!. Informasi lain dari Israiliyat yang aneh dan tidak
didukung oleh ayat ataupun hadis sahih yang dikemukakan al-Qurthubi tanpa
komentar adalah cerita yang berkaitan dengan Adam dan turunnya ke muka
bumi. Katanya Ular pada mulanya adalah khadam Nabi Adam di sorga yang
kemudian berkhianat . Iblis yang menggoda Adam masuk melalui mulut ular
yang pada mulanya punya empat kaki. Setelah pengkhianatan ini, ular
dikutuk dan keempat kakinya masuk ke dalam perutnya. Adam setelah diusir
dari sorga diturunkan di Sarandib di India di satu gunung yang bernama Bud
dan ia turun membawa angin surga. Angin surga ini melekat di pepohonan
dan lembah sehingga menjadikannya harum semerbak. Bau harum juga
berasal dari bau Adam. Sewaktu turun awan menyapu kepala Adam sehingga
ia menjadi botak dan mewariskan kebotakan itu pada anak cucunya.7
VI. Penutup
1. Israiliyyat adalah cerita-cerita atau kisah-kisah yang dibawa oleh ahli kitab
dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang menceritakan hal-hal yang
berkaitan tentang apa saja, baik itu tentang kisah para nabi atau yang
lainnya. Akan tetapi, kisah-kisah Israiliyyat itu ada yang dibenarkan dan
ada yang tidak dibenarkan karena kisah-kisah itu ada yang bertentangan
dengan nash-nash Al-Qur’an dan hadis-sahih.
2. Israiliyyat menyusup ke dalam kitab-kitab tafsir melalui narasumber yang
sudah masuk Islam dari pemuka-pemuka Yahudi di Madinah yang berisi
kebudayaan , tradisi, berita dan kisah-kisah, dan dongeng-dongeng mereka.
Ketika mereka membaca kisah-kisah yang terdapat pada Al Qur’an, maka
mereka mengemukakan pula dengan terperinci uraian-uraian yang terdapat
di dalam kitab-kitab mereka.
3. Kitab-kitab tafsir yang disusupi riwayat Israiliyat antara lain
a. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an
b. Tafsir Muqatil
c. Tafsir al-Kasyf wa al-Bayan
Endnotes:
1
Dr.’Abd ar-Rahman bin Shalih bin Sulayman ad-Dahsy, al-Aqwal al-Syadzdzah fi al-Tafsir, Jami’at
al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah, Riadh, cet.1, 2004, h.325; lih. Pula Muhammad Husayn al-
Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Maktabah Wahbah, Kairo, juz 1, h.121.
2 Fahd bin ‘Abd ar-Rahman bin Sulaiman al-Rumi, Manhaj al-Madrasah al-‘Aqliyyah al-Haditsah fi al-
4 Thahir Mahmud Muhammad Ya’qub, Asbab al-Khatha’ fi al-Tafsir, Dar Ibn al-Jawzi, Dammam ,
jl.1,1425 H, hal. 166, dan lih.pula Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, al-Israiliyyat wa al-Mawdhuat,
Maktabah Alah, h.166
5 Hadis itu teksnya : ( ﺣﺪﺛﻮا ﻋﻦ ﺑﲎ إﺳﺮاﺋﻴﻞ وﻻ ﺣﺮجShahih Bukhari 6/496) ﻻﺗﺼﺪﻗﻮا أﻫﻞ اﻟﻜﺘﺎب وﻻﺗﻜﺬﺑﻮﻫﻢ وﻗﻮﻟﻮا
7 Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, tahqiq Abdullah Abd al-Muhsin al-Turk, juz 1,