Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH

Khutbah Idul Adha: Hikayat Nabi Ibrahim dalam Haji dan Kurban
Muhammad Faizin  Senin, 4 Juli 2022 | 19:00 WIB
Muh
Faiz

Materi khutbah Idul Adha ini menggambarkan tapak tilas perjuangan keluarga Nabi Ibrahim yang monumental dan penuh dengan
hikmah. Perjuangan ini diabadikan dalam dua ibadah yang identik dalam setiap perayaan hari raya Idul Adha, yakni haji dan kurban. Dua
ibadah yang hanya bisa dilakukan di bulan Dzulhijjah ini menjadi syariat yang harus diupayakan pelaksanaannya oleh umat Islam. Selain
untuk menyempurnakan keislaman, ibadah ini juga mampu semakin mendekatkan diri kepada Allah sebagai dzat yang wajib disembah.
 
Baca juga: Kumpulan Khutbah Idul Adha Terfavorit
 
Teks khutbah berikut ini berjudul " Khutbah Idul Adha: Hikayat Ibrahim dalam Haji dan Kurban". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat
ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)

Khutbah I
 
ُ َ ْ ‫ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ‬.ُ َ ْ ‫ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ‬.ُ َ ْ ‫ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ‬ 

ُ َ ْ ‫ُ ْ َه ُ و َ َ َم َ ا ْ ْ َابَ و َ ْ َه ُ⹁ إَ ٰ َ إ ّ ا ُ و َا ُ أ ْ َ ُ⹁ ا َ ُ أ‬ ّ َ ‫ا َ ُ أ ْ َ ْ َ ِ ْ ًا و َا ْ َ ْ ُ ِ ّٰ ِ َ ِ ْ ًا و َ ُ ْ َ نَ ا ِ ُ ْ َة ً و َأ ِ ْ ً⹁ َ إ ٰ َ إ ّ ا ُ و َ ْ َه ُ⹁ َ َقَ و َ ْ َه ُ و َ َ َ َ َ ْ َه ُ و َأ‬


ُ ْ َ ْ ‫و َ ِ ٰ ّ ِ ا‬ 
‫ َوَأ ْشَهُد َأ ْن َّل ا ِإ لَه ِإ َّل ا اللُه َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه اْلُم ـَنَّزُه َعِن اْلِجْس ِمَّيِة‬،‫ َوَعَلى ٰاِلِه َوَص ْحِبِه َوَتاِبِعْيِه َعَلى َمِّر الَّزَماِن‬،‫ َوالَّص َلاُة َوالَّس َلاُم َعَلى ُمَحَّمٍد َسِّيِد َوَلِد َعْدَناَن‬،‫الَحْمُد ِلّٰلِه اْلَمِلِك الَّد َّي اِن‬
×
‫ اْلَقاِئِل ِفي ِك اَتِبِه اْلُقْرآِن‬،‫ َفإِّني ُأ ْوِصْيُكْم َوَنْفِسي ِبَتْقَوى اللِه الَمَّناِن‬، ‫ ِعَباَد الَّرْحٰمِن‬،‫ َأ َّم ا َبْعُد‬،‫ َوَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا ُمَحَّمًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه اَّلِذْي َكاَن ُخُلَقُه اْلُقْرآُن‬،‫َواْل ِجَهِة َوالَّزَماِن َواْلَمَكاِن‬

‫ َصَدَق اللُه الَعِظيُم‬.‫ ِإ َّن َشاِنَئَك ُهَو اْلَأ ْبَتُر‬.‫ َفَصِّل ِلَرِّبَك َواْن َحْر‬.‫ِبْسِم اللِه الَّرْحَمِن الَّرِحْيْم ِإ َّن ا َأ ْعَطْيَناَك اْلَكْوَثَر‬
 
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Idul Adha yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia pada setiap bulan Dzulhijjah merupakan hari raya yang sangat identik dengan
dua ibadah, yakni haji dan kurban. Dalam tuntunan agama Islam, ke dua ibadah ini memang hanya bisa dilakukan pada bulan Dzulhijjah.
Hari raya Idul Adha, haji, dan kurban juga tak bisa dipisahkan dari kisah dan perjalanan hidup Nabi Ibrahim beserta keluarga karena
banyak peristiwa yang mewarnai kehidupannya diabadikan dalam ritual ibadah haji dan kurban.
 
Pada kesempatan khutbah kali ini, mari kita menapak tilas dan menelusuri kembali kisah perjalanan dan perjuangan hidup yang dialami
oleh kakek moyang Nabi Muhammad saw ini yang berkaitan erat dengan ibadah haji dan kurban. Dengan mengenang kembali perjuangan
Nabi Ibrahim, diharapkan kita mampu mengambil ibrah, hikmah, dan nilai-nilai spiritual sebagai modal dalam menjalani kehidupan ini.
Dengan memahami sejarah ini, mudah-mudahan kita juga bisa termotivasi untuk bisa melaksanakan ibadah haji dan kurban yang semua
umat Islam pasti mengidam-idamkannya.
 
Kaum mulsimin dan muslimat, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Kita awali kisah perjalanan dan perjuangan keluarga Nabi Ibrahim dan istrinya yang bernama Siti Hajar dari saat Allah menganugerahi
mereka seorang putra yang sudah diidam-idamkan sejak lama. Kelahiran putra yang diberi nama Ismail ini diiringi dengan perintah dan
cobaan dari Allah swt untuk menempatkan Siti Hajar dan Ismail di daerah lembah yang tandus dan gersang. Kisah ini diabadikan dalam
Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 37:
 
‫َرَّب َنٓا ِاِّنْٓي َاْس َكْنُت ِمْن ُذِّرَّيِتْي ِبَواٍد َغْيِر ِذْي َزْرٍع ِعْنَد َبْيِتَك اْلُمَحَّرِۙم َرَّب َنا ِلُيِقْيُموا الَّص ٰلوَة َفاْج َعْل َا ِٕـْف َدًة ِّمَن الَّناِس َتْهِوْٓي ِاَلْيِهْم َواْرُزْقُهْم ِّمَن الَّثَمٰرِت َلَعَّلُهْم َيْش ُكُرْوَن‬

 
Artinya:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada)
di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan shalat. Maka,
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka
bersyukur.”
 
Saat tinggal di lembah itu, suatu hari Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Ismail. Ia pun mencari air ke sana-kemari
sambil berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali. Peristiwa inilah yang kemudian diabadikan menjadi salah satu
rukun haji, yakni Sa’i atau berlari-lari kecil antara kedua bukit tersebut. Di tengah kesusahan itu, Allah menurunkan pertolongan melalui
mata air yang muncul dari tanah, tepat di bawah kaki Ismail, yang saat itu sedang menangis kehausan. Di tempat inilah keluar air penuh
berkah yang sampai saat ini bisa terus dinikmati oleh umat Islam seluruh dunia bernama air zamzam.
 
Cobaan keluarga Nabi Ibrahim tidak berhenti sampai di situ. Nabi berjuluk “Khalilullah” (kekasih Allah) ini mendapatkan perintah dari
Allah swt melalui mimpi untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Perintah ini juga menjadi sebuah ujian keimanan dan
ketakwaan Nabi Ibrahim kepada Allah. Karena sebelumnya, ia pernah mengeluarkan janji bahwa jika Allah menghendaki Ismail untuk
dikurbankan, maka ia akan melakukannya. Perintah itu pun akhirnya benar-benar datang kepadanya
 
Awalnya, ketika bermimpi diperintahkan untuk menyembelih Ismail, Ibrahim merasa ragu. Ia pun melakukan perenungan dan berfikir-
fikir apakah ini benar-benar perintah Allah. Peristiwa ini kemudian diabadikan dengan nama Tarwiyah yakni hari perenungan di mana
kita disunnahkan berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah.
 
Setelah perenungan ini, kemudian hilanglah keragu-raguan itu. Karena Nabi Ibrahim kembali bermimpi hal yang sama untuk menyembelih
Ismail dan tahu jika itu adalah benar-benar perintah Allah swt. Peristiwa ini yang kemudian diabadikan dengan nama hari Arafah yang
berarti ‘mengetahui’ di mana kita juga disunahkan berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah.
 
Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah,
Setelah Nabi Ibrahim tahu dan yakin perintah itu datang dari Allah, maka ia pun menyampaikan dan berdiskusi dengan Ismail. Dialog
bersejarah antara Ayah dan anak ini pun diabadikan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 102:
 
‫َفَلَّما َبَلَغ َمَعُه الَّس ْعَي َقاَل ٰيُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰرى ِفى اْلَمَناِم َاِّنْٓي َاْذَبُحَك َفاْنُظْر َماَذا َتٰرۗى َقاَل ٰٓي َاَبِت اْفَعْل َما ُتْؤَمُۖر َس َتِجُدِنْٓي ِاْن َشۤا َء الّٰلُه ِمَن الّٰص ِبِر ْيَن‬
 
Artinya, “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku
×bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang
diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
 
Akhirnya, hari itu pun datang ketika Ibrahim dengan keimanan dan ketakwaannya serta Ismail dengan keyakinannya akan melaksanakan
prosesi penyembelihan. Pada waktu itu, setan juga terus membisikkan kepada Ibrahim, Ismail, dan juga Siti Hajar untuk tidak usah
menjalankan perintah Allah ini. Namun, keyakinan mereka tidak goyah sedikit pun. Untuk mengusir setan yang mengganggu, Nabi
Ibrahim pun melemparinya dengan batu yang kemudian peristiwa ini diabadikan dalam ritual ibadah haji, yakni melempar jumrah.
 
Ketika detik-detik Ibrahim akan menyembelih Ismail, tiba-tiba Allah swt berfirman dan memerintahkan Ibrahim berhenti tidak
menyembelih Ismail. Firman ini termaktub dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110:
 
‫ َكٰذِلَك َن ْجِزى اْلُمْح ِس ِنْيَن‬.‫ َوَتَرْك اَن َعَلْيِه ِفى اْلٰاِخِرْيَنۖ َسٰلٌم َعٰٓلى ِاْبٰرِهْيَم‬.‫َوَفَدْيٰنُه ِبِذْب ٍح َعِظْيٍم‬
 
Artinya: “Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang
datang kemudian, ‘Salam sejahtera atas Ibrahim. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan’.”
 
Atas peristiwa ini Malaikat Jibril yang membawakan hewan untuk disembelih sebagai pengganti Ismail pun berseru “Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar.” Takbir ini disambut Ibrahim dengan “Lailaha illahu Allahu Akbar” yang kemudian disambung oleh Ismail “Allahu
Akbar Walillahil Hamdu.’ Dari peristiwa epik inilah, umat Islam kemudian disyariatkan untuk menyembelih hewan kurban di hari raya
Idul Adha pada 10 Dzulhijjah. Peristiwa ini juga menegaskan bahwa seseorang dilarang keras mengalirkan darah manusia.
 
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Dari peristiwa bersejarah keluarga Nabi Ibrahim ini, kita bisa banyak mengambil hikmah dan keteladanan. Dimulai dari keteladanan
perjuangan hidup sampai dengan keteguhan iman dan takwa dalam menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-
Nya. Kisah-kisah Nabi Ibrahim, yang termaktub dalam Al-Qur’an dan terwujud dalam bentuk ibadah seperti Sa’i, melempar jumrah, puasa
tarwiyah dan Arafah, serta menyembelih hewan kurban ini harus semakin meningkatkan keyakinan dan keteguhan kita dalam beribadah.
Karena memang tujuan dari diciptakannya kita ke dunia ini adalah untuk beribadah. Allah berfirman:
 
‫َوَما َخَلْقُت اْل ِجَّن َواْلِاْنَس َّلِا ا ِلَيْعُبُدْوِن‬
 
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Ad Dzariyat: 56).
 
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Dalam menjalankan ibadah haji dan kurban, kita membutuhkan keteguhan dan keyakinan yang kuat karena harus rela mengeluarkan harta
yang kita miliki. Jika tidak memiliki niat yang kokoh, maka haji dan kurban pun akan sulit untuk dilakukan. Untuk berhaji, kita harus
berkorban menyiapkan puluhan juta rupiah guna membayar biaya perjalanan ke Tanah Suci. Ditambah juga kesabaran tinggi karena harus
rela antre bertahun-tahun karena banyaknya umat Islam yang ingin menjalankan rukun Islam kelima ini. Untuk berkurban, kita juga harus
menyediakan anggaran jutaan rupiah untuk membeli hewan kurban dan kemudian dibagi-bagikan kepada orang lain.
 
Namun, ma’asyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Kita tidak perlu khawatir. Harta dunia yang kita keluarkan untuk berangkat ke Tanah Suci ini akan dibalas oleh Allah swt dengan
kenikmatan kehidupan akhirat di surga yang abadi. Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
 
 ‫اْلَحُّج اْلَمْبُروُر َلْيَس َلُه َجَزاٌء ِإ َّل ا اْلَجَّنُة‬
 
Artinya: “Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga,” (HR al-Bukhari).
 
Begitu juga dengan ibadah kurban, Rasulullah telah menegaskan dalam dari Siti Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu
Majah:
 
‫َما َعِمَل آَدِم ٌّي ِمْن َعَمٍل َيْوَم الَّنْح ِر َأ َحَّب ِإ َلى اللِه ِمْن ِإ ْهَراِق الَّد ِم ِإ َّن َها َلَتْأ ِتي َيْوَم اْلِقَياَمِة ِبُقُروِنَها َوَأ ْش َعاِرَها َوَأ ْظ َلاِفَها َوَأ َّن الَّد َم َلَيَقُع ِمْن اللِه ِبَمَكاٍن َقْبَل َأ ْن َيَقَع ِمْن اْلَأ ْرِض َفِطيُبوا‬

‫ِبَها َنْفًسا‬
 
Artinya: “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari
×menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya.
Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.”
 
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Demikian khutbah Idul Adha yang mengangkat tentang kisah inspiratif penuh perjuangan dari keluarga Nabi Ibrahim yang diabadikan
dalam ritual ibadah haji dan kurban. Semoga bisa menambah pengetahuan kita sekaligus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah. Dan semoga Allah swt senantiasa menurunkan hidayah dan rezekinya kepada kita sehingga kita bisa menjalankan tugas kita untuk
beribadah khususnya mampu untuk melakukan ibadah haji dan berkurban. Amin.
 
َ ُ ُ ّ ‫َ َا َ ْ َ ْ ِ ُ ا َ ا َ ِ ْ َ إ‬ ُ ْ ُ ‫ن ا ْ َ ِ ْ ِ⹁ و َ َ َ َ ِ و َ ّ ُ ْ ِ َ ِ ْ ِ ِ ْ آ َ ِ وَذِ ْ ِ ا ْ َ ِ ْ ِ و َ َ َ ّ َ ا ُ ِ ّ و َ ِ ْ ُ ْ ِ َو َ َ ُ و َ ّ ُ ُ َ ا ّ ِ ْ ُ ا َ ِ ْ ُ⹁ و َأ‬
ِ َْ ‫ل‬ ِ ‫ِ و َ َ ُ ْ ِ ا ْ ُ ْآ‬ ‫َ رَك َ ا‬
ْ ِ ّ ‫ا َ ُ ْر ُ ا‬
 
Khutbah II
 
ُ َ ْ ‫ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ‬.ُ َ ْ ‫ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ‬.ُ َ ْ ‫ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ ْ َ ُ ا َ ُ أ‬ 

 ّ ُ ّ َ ‫ ا‬.ُ ُ َ ‫ْ ُه ور‬ ‫ن ُ َ ّ ًا‬


ّ ‫ُأ‬ ‫َ َ ُ⹁ وأ‬ ِ َ ُ ‫إ َ َ إ ا ُ و َ ْ َه‬ ‫ أ ْ َ ُ أ ْن‬. َ‫ُ ّ ِ ِ و َ َ ْ َ ِه َ ا ْ ُ ْ ِ ُ ن‬ ِ ِّ ‫ا ْ َ ْ ُ ِ ّ ِ ا ّ ِي أ ْر َ َ ر َ ُ َ ُ ِ ْ ُ َى وَدِ ِ ا ْ َ ّ ِ ِ ُ ْ ِ َه ُ َ َ ا‬
َ ِّ ‫ن َ أَّا‬
ِ ‫ِ َ ِ ِ ا ْ ُ ْآ‬ ِ ِ ِ َ ْ ‫ِ َ ْ َى ا ِ ا‬ ِ ْ َ َ ‫ أ ّ َ ْ ُ⹁ ِ َ د َ ا ّ ْ ٰ ِ ⹁ َ ِ ّ أ ْو ِ ْ ُ ْ و‬.ِ ْ ِّ ‫ن إ َ َ ْ ِم ا‬
ٍ َ ْ ِ ْ ُ َ ِ َ ْ َ َ ‫ك َ َ َ ِ ِّ َ ُ َ ّ ٍ و َ َ َ أ ِ ِ و َأ ْ َ ِ ِ و‬
ْ ِ‫َ ّ ِ و َ َ ِ ّ ْ و َ َ ر‬
َ ْ ِ ّ ‫اَّ َ ا‬ ّ ِ ِ ّ ‫ن ا َ و َ َ ِ َ َ ُ ُ َ ّ ْنَ َ َ ا‬
ّ ‫ل َ ََ إ‬
َ َ َ‫ِ َ ِ ِ ِ ُ ْ ِ ِ و‬ َ ِ ّ َ َ ‫ن ا َ أ َ َ ُ ْ ِ ْ ٍ َ َأ ِ ْ ِ ِ َ ْ ِ ِ و‬
ّ ‫ و َا ْ َ ُ ْا أ‬.َ‫آَ َ ُ ا ا ّ ُ ا ا ّ َ َ ّ ُ َ ِ ِ و َ َ َ ُ ُ ّ إ ّ و َأ ْ ُ ْ ُ ْ ِ ُ ن‬

ً ْ ِ ْ َ ‫آ َ ُ ْا َ ّ ْا َ َ ْ ِ و َ َ ِّ ُ ْا‬. 

َ ْ ِّ ‫ل ا ِّ ْك َ وَا ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ و َا ْ ُ ْ ِ َ دَك َ ا ْ ُ َ ِ ّ ِ ّ َ و َا ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ ا‬ ِ َ ْ َ ْ ‫َت ا َ َ ْ ء ِ ِ ْ ُ ْ وَا‬


ّ ِ‫ات ا ُ ّ أ ِ ّ ا ْ ْ َم َ وَا ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ و َأذ‬ ِ ِ ْ ُ ْ ‫َت وَا ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ وَا‬
ِ ِ ْ ُ ْ ‫ا ُ ّ ا ْ ِ ْ ِ ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ وَا‬
َ ِ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ‫ل وَا ْ ِ َ َ و َ ُ ْء َ ا ْ ِ َ ِ وَا ْ ِ َ َ َ َ َ َ ِ ْ َ و‬ َ ِ‫ ا ُ ّ ا ْد َ ْ َ ّ ا ْ َ َء َ وَا ْ َ َ ء َ و َا ّ َز‬.ِ ْ ِّ ‫ل ا ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ َو َو د َ ّ ِ ْ أ ْ َاءَا ِّ ْ ِ و َا ْ ِ َ ِ َ ِ َ إ َ َ ْم َ ا‬
َ َ َ ْ َ ْ‫و َا ْ ُل‬

َ ِ ّ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ‫ ر َ ّ َ َ َ ْ َ ا َ ْ ُ َ َ و َا ِ ْن َ ْ َ ْ ِ ْ َ َ و‬.ِ‫ ر َ ّ َ آ ِ َ ِ ا ّ ْ َ َ َ َ ً و َ ِ ا ْ ِ َة ِ َ َ َ ً و َ ِ َ َ َابَ ا ّ ر‬.َ ْ ِ َ َ ْ ‫َب ا‬ ّ ‫ن اْ ُ ْ ِ ِ ْ َ ّ ً َ ر‬ ِ ‫ّ ً و َ َ ِ ِ ا ْ ُ ْ َا‬ ّ ِ ْ ِ ‫ا ِ ْ ُو‬


ِ ِ َ ِ َ َ ُ ‫ء ِ وَا ْ ُ ْ َ ِ وَا ْ َ ْ ِ َ ِ ُ ُ ْ َ َ ّ ُ ْ َ َ ّ ُ ْونَ و َا ْذ ُ ُوا ا َ ا ْ َ ِ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ و َا ْ ُ ُ ْوه‬ ْ َ ْ‫َ ِ ا‬ َ ْ َ َ ‫ن و َ ْ ء ِ ذِي ا ْ ُ ْ َ و‬
ِ َ ْ ْ ‫ل وَا‬
ِ َْ ِْ ُ ُ َ َ ‫نا‬
ّ ‫ ِ َ د َا ِ ! إ‬.َ ْ ِ ِ َ ْ ‫ا‬
ْ َ ْ ‫َ ِ ْد ُ ْ و َ َ ِ ْ ُ ا ِ أ‬
 
H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung

Baca Juga:
Khutbah Idul Adha: Tiga Pelajaran Utama Hari Raya Kurban

Download segera NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari
masyarakat Muslim di Indonesia

TAGS: khutbah idul adha khutbah

TERKAIT

Khutbah Idul Adha: Ilmu Komunikasi dalam Kisah Ibrahim dan Ismail Khutbah Idul Adha di Rumah: Tiga Kesabaran Nabi Ibrahim

Anda mungkin juga menyukai