Anda di halaman 1dari 6

KHUTBAH

Khutbah Idul Adha: Ilmu Komunikasi dalam


Kisah Ibrahim dan Ismail
Muhammad Syakir NF 
Ahad 18 Juli 2021 21:00 WIB

Naskah khutbah Idul Adha kali ini berjudul: Ilmu Komunikasi dalam Kisah Ibrahim dan
Ismail. Khutbah Idul Adha ini mengajak masyarakat untuk mengingat kembali peristiwa
yang terjadi pada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mereka telah mencontohkan bagaimana
menjalin hubungan seorang ayah dengan anaknya melalui komunikasi yang baik. Dengan
ini diharapkan kita semua mampu meneladani sikap keduanya, baik sebagai seorang ayah
maupun selaku anak.
 
Baca Juga: Khutbah Idul Adha di Rumah: Teladan Ikhtiar dan Tawakal Nabi Ibrahim
bagi Keluarga
 
Untuk mencetak naskah khutbah Idul Adha ini, silakan klik ikon print berwarna merah di
atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)

Khutbah I

‫اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر‬

‫اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر‬

‫اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر‬

‫ اْل َحْمُد للِه‬.‫الل َاْك َبْر َك ِبْيًرا َواْل َحْمُد للِه َك ِثْيًرا َوُسْبَحاَن اللِه ُبْكَرًة َّو َأ ِصْيًلا َلا ِاٰلَه َّلِا ا الل َو الل َاْك َبْر الل َاْك َبْر َوللِه اْل َحْمُد‬
‫ُه‬ ‫ُه ُه‬ ‫ُه‬

‫ اَّلِذْي‬.‫ َأ ْشَهُد َاْن َلا ِاٰلَه َّلِا ا اللُه اْلَمَّن اُن‬.‫ َوالَّص َلاُة َوالَّس َلاُم َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َاْفَض ِل اْل َخْلِق َواْل َخَلاِئِق‬.‫اْل َحْمُد للِه اْل اَخِلِق‬

‫ َو َأ ْشَهُد َاَّن َسِّيَدَنا َوَحِبْيَبَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه ِاَلى َجِمْيِع اْلِاْنَساِن َوَعَلى ٰاِلِه َوَص ْحِبِه‬.‫َاْنَعَمَنا ِبِنْعَمِة اْلِاْس َلاِم َواْلِاْيَماِن‬

‫ َاَّم ا َبْعُد‬.‫َوَتاِبِعِهْم ِاَلى ٰاِخِر الَّز َماِن‬

‫ َقاَل اللُه َتَعاَلى ِفْي ِك اَتِبِه اْل َكِرْيِم َأ ُعْوُذ ِباللِه ِمَن الَّش ْيَطاِن‬.‫َفَياَأ ُّي َها الَّن اُس ُأ ْوِصْيُكْم َو َنْفِسْي ِبَتْقَوى اللِه َفَقْد َفاَز اْلُمَّت ُقْوَن‬

‫الَّر ِجْيِم َف َّمَلا َبَلَغ َمَعُه الَّس ْعَي َقاَل ٰيُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰرى ِفى اْلَمَناِم َاِّنْٓي َاْذَبُحَك َفاْنُظْر َماَذا َتٰرۗى َقاَل ٰٓي َاَبِت اْفَعْل َما ُتْؤَمُۖر‬

‫َسَت ِجُدِنْٓي ِاْن َش ۤا َء الّٰلُه ِمَن الّٰص ِبِر ْيَن‬.

Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Hari ini, 10 Dzulhijjah, merupakan hari yang sangat mulia, hari yang sarat akan ibadah
beserta keutamaan-keutamaannya. Saudara-saudara kita tengah melaksanakan ibadah haji
di Makkah, sedangkan kita menjalankan shalat Idul Adha. Di hari ini, kita juga
diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban.

Jamaah yang berbahagia,

Hari Raya Idul Adha tidak akan bisa terlepaskan dari sebuah kisah ribuan tahun lalu, saat
Nabi Ibrahim as diberi cobaan yang sangat berat. Di usianya yang menginjak 86 tahun, ia
begitu senang karena dikaruniai seorang anak yang sangat saleh sebagaimana yang ia
panjatkan dalam doanya, "rabbi hab lii minasshalihin", duhai Tuhanku, karuniakanlah
bagiku keturunan yang saleh. Allah swt pun mengabulkannya dengan menciptakan Nabi
Ismail as melalui rahim Siti Hajar.

Namun, saat putra yang begitu ia cintai beranjak besar, ia diperintahkan melalui sebuah
mimpi untuk mengorbankannya. Dalam suatu hadits Nabi Muhammad saw, disebutkan
bahwa mimpi bagi seorang Nabi merupakan wahyu. Namun, pada mulanya, Ibrahim ragu
dengan perintah tersebut. Akan tetapi, mimpi tersebut berulang kembali pada malam
berikutnya. Dengan begitu, ia yakin bahwa mimpi tersebut merupakan perintah yang harus
ia taati.

Kisah inipun termuat dalam dalam Al-Qur’an Surat As-Shaffat ayat 102:

‫َف َّمَلا َبَلَغ َمَعُه الَّس ْعَي َقاَل ٰيُبَنَّي ِاِّنْٓي َاٰرى ِفى اْلَمَناِم َاِّنْٓي َاْذَبُحَك َفاْنُظْر َماَذا َتٰرۗى َقاَل ٰٓي َاَبِت اْفَعْل َما ُتْؤَمُۖر َس َتِجُدِنْٓي ِاْن‬
‫َش ۤا َء الّٰلُه ِمَن الّٰص ِبِر ْيَن‬

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar”

Jamaah sekalian yang dimuliakan Allah,

Ayat tersebut memberikan pelajaran penting bagi kita mengenai sikap yang ditunjukkan
Nabi Ibrahim. Ia menunjukkan cara berkomunikasi yang baik dengan tidak tiba-tiba
langsung mengeksekusi putranya. Dengan tenang, ia menceritakan duduk perkaranya, apa
yang telah dialaminya, dan perintah yang ia terima melalui mimpi tersebut. Ia pun
meminta pertimbangan atas perintah tersebut kepada putranya.

Sementara itu, sebagai anak yang saleh, Nabi Ismail menurut dan pasrah akan perintah
tersebut. Perlu digarisbawahi, bahwa Nabi Ismail menaati perintah itu menunjukkan tidak
memberikan ruang pengingkaran terhadap perintah tersebut. Syekh Muhammad Mutawalli
Asy-Sya’rawi dalam kitabnya Qishashul Anbiya halaman 94 menyebutkan:.

‫ َحَّت ى َيْأ ُخَذ اْلِاْبُن َثَواَب ُعُبوِدَّي ِة الَّط اَعِة‬,‫ َيا َاَبِت اْفَعْل َما ُتِرْيُد‬: ‫َو َلْم َيُقْل‬

Artinya: "Ia tidak menjawab, “Duhai ayahku, lakukan apa yang engkau kehendaki”,
sehingga Nabi Ismail memperoleh pahala ibadah atas ketaatannya".

Nabi Ismail as tidak menjawab permintaan tanggapan itu dengan “Terserah Ayah”. Tetapi
pendapat yang disampaikannya adalah pelaksanaan atas perintah tersebut. Itulah bentuk
ketaatan yang ditunjukkan Nabi Ismail as.

Selanjutnya, jamaah sekalian, kita melihat bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
menggunakan bahasa yang sesuai dengan orang yang diajak bicara. Nabi Ibrahim
menggunakan kata: "ya bunayya, duhai putraku", untuk menyapa putranya. Sedangkan Nabi
Ismail memilih kata: "ya abati, duhai ayahku", untuk menyapa ayahnya. Syekh Abi
Hayyanal-Andalusi (654-754) dalam kitab al-Bahrul Muhith Juz 9, mengatakan bahwa
pilihan kata yang digunakan Nabi Ibrahim itu merupakan wujud sayangnya terhadap anak.
Pun Nabi Ismail menggunakan sapaan yang menunjukkan penghormatan dan
pengagungannya terhadap orang tua.

Hal itu juga sejalan dengan sebuah hadits Nabi No.1843 yang diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi:

‫َلْيَس ِمَّن ا َمْن َلْم َيْرَحْم َصِغيَرَنا َو ُيَوِّقْر َكِبيَرَنا‬

Artinya: “Bukan termasuk dari golongan kami orang yg tak menyayangi anak kecil dan 
tak menghormati orang tua (orang dewasa).”

Oleh karenanya, sudah selayaknya, kita sebagai orang tua untuk memberikan kasih sayang
penuh kepada putra-putri kita dengan sapaan yang lembut memberikan sentuhan
kesejukan di hati anak-anak. Pun kita sebagai seorang anak, harus sepenuh takzim kepada
orang tua kita, dengan mendengarkan pembicaraannya, melaksanakan perintahnya,
menjawab panggilannya, dan lain sebagainya. Inilah ilmu komunikasi yang bisa kita petik
dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.

Demikian khutbah Idul Adha yang saya sampaikan. Semoga kita semua dapat meneladani
laku keduanya dalam kehidupan kita berkeluarga dengan menerapkan komunikasi yang
baik serta penuh dengan kasih sayang.

‫َباَرَك اللُه ِلْي َو َلُكْم ِفي اْلُقْرٰاِن اْلَعِظْيِم َو َنَفَعِنيَوِاَّي اُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اْلٰاَياِت َو الِّذْكِر اْل َحِكْيِم َوَتَقَّب َل ِمِّنْي َو ِمْنُكْم ِتَلاَوَتُه‬
‫ َو َأ ْس َتْغِفُر اللَه اْلَعِظْيَم ِلْي َو َلُكْم َو ِلَساِئِر اْلُمْس ِلِمْيَن َو اْلُمْس ِلَماِت َفَيا َفْوَز اْلُمْس َتْغِفِر ْيَن َو َيا َن َجاَة‬.‫ِاَّن ُه ُهَو الَّس ِمْيُع اْلَعِلْيُم‬
‫الَّت اِئِبْيَن‬

Khutbah II
‫‪‬‬
‫اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر‬

‫اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر اللُه َاْك َبْر‬

‫الل َاْك َبْر‪.‬الل َاْك َبْر َك ِبْيًرا َواْل َحْمُد للِه َك ِثْيًرا َوُسْبَحاَن اللِه ُبْكَرًة َّو َأ ِصْيًلا َلا ِاٰلَه َّلِا ا الل َو الل َاْك َبْر الل َاْك َبْر َوللِه‬
‫ُه‬ ‫ُه ُه‬ ‫ُه‬ ‫ُه‬

‫ِا ِا‬ ‫ِه‬


‫اْل َحْمُد‪.‬اْل َحْمُد لل اَّلِذْي َهَداَنا ِلَشِرْيَعِة اْلِاْس َلاِم ‪َ .‬والَّص َلاُة َوالَّس َلاُم َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َاْشَرِف اْلَاَناِم ‪َ .‬أ ْشَهُد َاْن َلا ٰلَه َّل ا اللُه‬

‫َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه َاْرَحُم الَّر اِحِمْيَن َوَرُّب اْلَعاَلِمْيَن َوَاْشَهُد َاَّن َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا ِاَماَم اْلُمْرَس ِلْيَن َوَخاَتَم الَّن ِبِّيْيَن‪َ.‬أ َّم ا َبْعُد‪َ .‬فَياَأ ُّي َها‬

‫الَّن اُس ُأ ْوِصْيُكْم َو َنْفِسْي ِبَتْقَوى اللِه َفَقْد َفاَز اْلُمَّت ُقْوَن‪َ .‬فَقاَل اللُه َتَعاَلى ِاَّن اللَه َوَمَلاِئَكَتُه ُيَص ُّل ْوَن َعَلى الَّن ِبِّي ٰيَأ ُّي َها اَّلِذْيَن‬

‫ٰأَمُنْوا َص ُّل ْوا َعَلْيِه َو َس ِّلُمْوا َتْس ِلْيًما‪ .‬لَاّٰلُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َعٰلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َو َعٰلى ٰأِل َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َك َما َص َّل ْيَت َعٰلى َسِّيِدَنا ِاْبَراِهْيَم‬

‫َو َعٰلى ٰاِل َسِّيِدَنا ِاْبَراِهْيَم َو َباِرْك َعٰلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َو َعٰلى ٰاِل َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َك َما َباَرْك َت َعٰلى َسِّيِدَنا ِاْبَراِهْيَم َو َعٰلى ٰاِل َسِّيِدَنا‬

‫‪ِ.‬اْبَراِهْيَم ْفي اْلَعاَلِمْيَن َّنِا َك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬

‫لَاّٰلُهَّم َواْرَض َعِن اْل ُخَلَفاِء الَّر اِشِدْيَن َوَعِن الِّس َّت ِة اْلُمَتِّمِمْيَن ِلْلَعَشَرِة اْلِكَراِم ‪َ .‬وَعْن َاْص َحاِب َنِبِّيَك َاْج َمِعْيَن‪َ .‬و الَّت اِبِعْبَن َو‬

‫َتاِبِع الَّت اِبِعْيَن َو َتاِبِعِهْم ِاٰلى َيْوِم الِّدْيِن‪ .‬لَاّٰلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْس ِلِمْيَن َو اْلُمْس ِلَماِت َو اْلُمْؤِمِنْيَن َو اْلُمْؤِمَناِت اْلَاْح َياِء ِمْنُهْم‬

‫َواْلَاْمَواِت ِبَرْح َمِتَك َيا َخاِلَق اْلَمْخُلْوَقاِت ‪ .‬لَاّٰلُهَّم اْدَفْع َعَّن ا اْلَغَلاَء َواْلَوَباَء َو الَّط اُعْوَن َو اْلَاْمَراَض َو اْلِفَتَن َما َلا َيْدَفُعُه‬

‫َغْيُرَك َعْن َبَلِدَنا ِاْنُدْوِنْيِس َّي ا ٰهَذا َخاَّص ًة َو َعْن َساِئِر ِبَلاِد اْلُمْس ِلِمْيَن َعاَّم ًة َيا َرَّب اْلَعاَلِمْيَن‪َ .‬رَّب َنا ٰاِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَسَنًة َو ِفي‬

‫‪.‬اْلٰاِخَرِة َحَسَنًة َو ِقَنا َعَذاَب الَّن اِر‬

‫ِعَباَد اللِه ِاَّن اللَه َيْأ ُمُر ِباْلَعْدِل َو اْلِاْح َساِن َو َيْنَه ى َعِن اْلَفْح َشاِء َو اْلُمْنَكِر‪َ .‬يِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم َتَذَّك ُرْوَن‪َ .‬فاْذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم‬

‫‪َ  ‬يْذُكْرُكْم‪َ .‬و اْش ُكُرْوُه َعٰلى ِنَعِمِه َيِزْدُكْم‪َ .‬وَلِذْكُر اللِه َاْك َبُر‬

‫‪Syakir NF, Redaktur NU Online‬‬

‫‪Baca juga:‬‬
Khutbah Idul Adha: Kurban, Pengorbanan, dan Kemanusiaan 
Khutbah Idul Adha: Dua Teladan Kurban Nabi Ibrahim
Khutbah Idul Adha di Rumah: Tiga Kesabaran Nabi Ibrahim

TAGS:
khutbah
khutbah jumat

Anda mungkin juga menyukai