Khutbah Idul Adha ini mengajak umat Islam untuk meneladani kesabaran yang
dicontohkan oleh Siti Hajar, Ibunda Nabi Ismail yang juga istri dari Nabi Ibrahim. Kisah
kesabarannya melegenda dan menjadi bagian dari ritual ibadah haji yang menjadi
kewajiban bagi umat Islam.
Teks khutbah berikut ini berjudul “Khutbah Idul Adha: Belajar Sabar dari Siti Hajar”.
Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas
atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)
Khutbah I
َأ لّٰلُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َوَباِرْك َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد. َوَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه اَّلِذْي ُتْرَجى ِمْنُه الَّش َفاَعُة.َواِسَعٍة
. َاَّم ا َبْعُد. َاللُه َأ ْك َبُر. َصَلاًة َوَسَلاًما ُمَتَلاِزَمْيِن ِإ َلى َيْوِم اْلِقَياَمِة. َوَعَلى ٰاِلِه َوَأ ْص َحاِبِه َذِوي اْلُعُقْوِل الَّس ِلْيَمِة,الَّن ِبِّي الَّر ْح َمِة
َفَيا َأ ُّي َها الَّن اُس َّتِا ُقوا اللَه ِفْي َما َأ َمَر َواْنَتُهْوا َعَّم ا َنَه ى اللُه َعْنُه َوَحَّذ َر
Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada
keluarganya, dan sahabatnya. Semoga, kita semua selaku umatnya mendapatkan syafaatnya
kelak di hari kiamat nanti. Amin ya Rabbal alamin.
Baca Juga:
Khutbah Idul Adha: Mengurai Makna Ibadah Kurban dan Haji
Dan puncaknya adalah hari ini, hari raya Idul Adha. Satu hari yang memiliki sejarah
penting dalam perjalanan hidup manusia. Di hari ini, Nabi Ibrahim as melaksanakan
perintah Allah swt untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail as yang saat itu masih belia.
Berbicara dua Nabi tersebut, kita tidak dapat memisahkan dengan istri atau ibunya.
Perempuan yang bertaruh nyawa penuh pengorbanan untuk sang putranya. Kita dapat
memetik pelajaran penting dari ibu tersebut. Ibu itu bernama Hajar, perempuan yang kaya
akan kesabaran. Di saat putra yang dilahirkannya masih kecil, ia ditinggalkan berdua saja
bersamanya di sebuah lembah yang tandus, tanpa ada tetumbuhan di atasnya. Kisah ini
terekam dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 37:
َرَّب َنٓا ِاِّنْٓي َاْس َكْنُت ِمْن ُذِّر َّي ِتْي ِبَواٍد َغْيِر ِذْي َزْرٍع ِعْنَد َبْيِتَك اْلُمَح َّر ِۙم َرَّب َنا ِلُيِقْيُموا الَّص ٰلوَة َفاْج َعْل َا ِٕـْف َدًة ِّمَن الَّن اِس َتْهِوْٓي
Baca Juga:
Khutbah Idul Adha: Tiga Pelajaran Utama Hari Raya Kurban
Lembah yang dimaksud pada ayat tersebut adalah Kota Suci Makkah, sebagaimana
dijelaskan Imam Ibnu Jarir al-Thabari dalam kitab tafsirnya.
Dalam kitab Qishashul Anbiya, Imam Ibnu Katsir mengisahkan manakala perbekalan
kurma dan airnya habis, sudah barang tentu mereka kehausan. Siti Hajar pun berjalan ke
bukit Sofa. Ia melihat ke sekitar dari situ, tak ada seorang pun. Ia pun kembali ke lembah
semula. Ia pun menyingsingkan lengan bajunya. Kemudian berlari kecil sampai pada
Marwah. Ia berdiri dan melihat ke sekitar dari situ. Namun, tak ada seorang pun yang dia
lihat. Bolak-balik demikian sampai tujuh kali.
Ia berupaya untuk terus menghidupi putranya dengan segenap kekuatan mencari dan terus
mencari penghidupan. Sampai kemudian memancar air Zamzam di dekatnya berkat upaya
menciduk air dari kantongnya. Dari situlah, ia dapat kembali bisa minum dan menyusui
putranya.
Sabar jika menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tahan menghadapi cobaan, tidak
lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati, tabah, tenang, tidak tergesa-gesa,
dan tidak terburu nafsu.
Demikianlah Siti Hajar berlaku menghadapi cobaannya. Ia dengan tenang sembari tetap
berupaya mencari solusi atas problem yang tengah dihadapinya. Tidak ada pikiran baginya
untuk tidak berupaya menjaga bayinya tersebut. Sedemikian sabarnya ia merawat
titipannya tersebut sampai bolak-balik dari bukit satu ke bukit lain sampai tujuh kali.
Bersabar atas perintah Allah swt untuk tinggal di tempat tersebut. Pun bersabar untuk
tidak membangkang dari perintah-Nya.
َوَاِطْيُعوا الّٰلَه َوَرُسْوَلٗه َوَلا َتَناَزُعْوا َفَتْفَشُلْوا َوَتْذَهَب ِرْي ُحُكْم َواْص ِبُرْوۗا ِاَّن الّٰلَه َمَع الّٰص ِبِر ْيَۚن
Artinya, “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh,
Allah beserta orang-orang sabar.”
Hal tersebut merupakan bentuk pembersamaan Allah swt terhadap Siti Hajar yang sabar.
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tafsir Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil
Mannan, bahwa bentuk pembersamaan Allah swt terhadap orang-orang yang sabar adalah
dengan pertolongan.
Dari kisah tersebut, kita belajar bahwa sabar bukan sekadar menerima nasib lalu berdiam
diri begitu saja. Namun, usaha atau ikhtiar tetaplah harus dilakukan sebagai langkah untuk
mewujudkan kehidupan. Sebab, kepercayaan kita pada takdir dari Allah swt harus
dibuktikan dengan usaha. Karenanya, tak aneh jika sabar disebut oleh Rasulullah saw
sebagai setengah dari iman.
Senada dengan ayat yang tadi disampaikan, Rasulullah saw juga bersabda:
َلْو َكاَن الَّص ْبُر َرُجًلا َلَكاَن َكِرْيَما َواللُه ُي ِحُّب الَّص اِبِرْيَن
Artinya, “Jikalau sabar adalah seorang laki-laki, pastilah dia sosok yang mulia. Allah
menyukai orang-orang yang sabar.”
Semoga Allah swt memberikan kita kekuatan untuk bersabar atas segala takdir, bersabar
untuk tidak melakukan hal-hal yang Allah swt larang, maupun bersabar atas segala yang
Allah swt perintahkan. Dengan begitu, insyaallah kita semua niscaya akan selalu dibersamai
dan dicintai Allah swt sebagaimana yang difirmankan-Nya dan disabdakan nabi-Nya. Amin
ya Rabbal alamin.
َ.اللُه َأ ْك َبُر َاللُه َأ ْك َبُر َاللُه َأ ْك َبُرَ .لا ِاٰلَه َّلِا ا اللُه َواللُه َأ ْك َبُرَ .اللُه َأ ْك َبُر َو ِلّٰلِه اْل َحْمُد
Khutbah II
َ.اللُه َأ ْك َبُر َاللُه َأ ْك َبُر َاللُه َأ ْك َبُرَ .لا ِاٰلَه َّلِا ا اللُه َواللُه َأ ْك َبُرَ .اللُه َأ ْك َبُر َو ِلّٰلِه اْل َحْمُد
Syakir NF, Imam Masjid Baitul Maqdis, Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat