1
Teuku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ulumul Hadis, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 1999), 142.
2
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul hadits (Bandung: PT. Alma`arif, 1974) 326
tercakup dalam ilmu tarikh. Asbab al-wurud memiliki banyak sekali faedah
yang tidak ditemukan di dalam ilmu-ilmu hadis lainnya.
Sejarah Dalam buku Ilmu Hadits: Kajian Riwayah & Dirayah karya
Prof. Dr. Endang Soetari AD menyebutkan bahwa Abu Hamid Ibn Kaznah al-
Jubari dan Abu Hafsah `Umar Ibn Muhammad Ibn Raja sebagai perintis ilmu
asbab wurud al-hadis. Sedangkan dalam kitab Manhaj Dzawi an-
Nadzhar menyebutkan bahwa Hamid Ibn Kaznah al-Jurbaniy yang
menuliskan sababul hadis. Lalu ada Abu Hafs al-‘Ukbariy salah seorang
syaikh (guru) Abu Ya’la Ibn al-Farra al-Hanbali menyusun tulisan terkait
sabab wurud.
Menarik beberapa pendapat di atas bahwa upaya penyusunan karya
asbab wurud al-hadis telah ada sejak abad-4 H. Namun, ilmu ini telah muncul
cikal bakalnya sejak masa sahabat dan tabi’in. Ilmu ini berkembang lambat
dan tidak merata karena sedikit karya ulama-ulama terkait asbab wurud al-
hadis dalam sebuah karya khusus di luar pembahasan ilmu hadis. Lalu ulama
sesudah abad ke-4 H mengklaim bahwa mereka pencetus ilmu ini karena
adanya karya mereka terkait sabab al-wurud. Ada yang menyebutkan ilmu ini
pernah mengalami kemrosotan, kemudian bangkit lagi pada abad-abad
berikutnya.
اهلل اَ ْخَبَرنَا َم ْع َمٌر َع ْن مَهَّ ِام بْ ِن ُمنَبِّ ٍه َع ْن اَيِب ْ ُهَر ْيَر َة
ِ ح َّد َثنَا حُم َّم ُد ابن م َقاتِ ٍل اَخبرنَا عب ُد
َْ َ َ ْ ُ ُْ َ َ
ب أِىَل أ َْهلِ ْي فَأ َِج ُد الت َّْمَر َة ِ ِ ِ
ُ صلَّى اهللُ ّعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال أيِّن أَل َْن َقل
ِ
َ ِّ َرض َي اهللُ َعْنهُ َع ِن النَّيِب
ص َدقَةً فَاُلْ ِقْي َها (صحيح ِ ِ ِ ِ ِ
َ َساقطَةً َعلَى فَراش ْي فَاَْر َفعُ َها لألَ ْكل َها مُثَّ اَ ْخ َشى اَ ْن تَ ُك ْو َن
)البخاري
Muqatil telah menceritakan kepada kami, abdullah telah memberi kabar
kepada kami, Ma’mar memberi kabar kepada kami, dari Hammam Ibn
Munabbih dari Abu Hurairah radiya Allahu ‘anhu, dari Nai bersabda
“Sesungguhnya saya pulang ke keluargaku, aku menemukan kurma jatuh di
tempat tidurku kemudian aku mengambilnya untuk saya makan, karena aku
yakut (khawatir) jangan-jangan kurma itu bagian dari sedekah atau zakat, maka
aku lemparkan (HR.al-Bukhari).
2. Melalui aqwal al-Ṣahabah atau informasi sahabat, yakni orang-orang yang
hidup di zaman Nabi dan menyaksikan peristiwa atau menanyakan suatu
hal langsung kepada Nabi. Sebagai contoh asbab al-Wurud hadis tentang
mayit yang disiksa sebab tangisan keluarganya yaitu :
)صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم لَ ْن يُ ْفلِ َح َق ْو ٌم َولَّْوا أ َْمَر ُه ْم ْامَرأًَة (صحيح البخاري ِ
َ قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل
Nabi bersabda : Suatu kaum tidak akan sukses jika menyerahkan
urusannya kepada seorang wanita. (HR.al-Bukhari).3
C. Urgensitas Asbab Wurud Al-Hadits
Mengetahui Asbabul wurud sangat diperlukan untuk memahami suatu
hadis. Tujuan mempelajari asbabul wurud hadis adalah untuk menghindari
terjadinya kesalah pahaman dalam memahami suatu hadis. Dengan
mengetahui asbabul wurud seseorang dapat membedakan hadis asli dan palsu.
Menurut imam as suyuthi terdapat beberapa urgensi memepelajari asbabul
wurud, yaitu:4
1. Menentukan takhsis hadis yang bersifat umum
2. Membatasi pengertian hadis yang masih bersifat mutlak
3. Merinci hadis yang bersifat global
4. Menentukan ada atau tidak adanya naskh dan mansukh hadis
5. Menjelaskan ditetapkannya sebab-sebab suatu hukum
6. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih sulit dipahami
D. Pembagian Asbab Wurud Makro dan Mikro
Al-Suyuti mengkategorikan asbab al-wurud menjadi tiga klasifikasi,
diantaranya yaitu5:
a. Asbab al-Wurud Berupa Ayat al-Qur`an
Asbab al-Wurud yang berupa ayat al-Qur`an memiliki maksud yakni,
Terdapat suatu ayat al-Qur`an yang menjadi penyebab keluarnya sabda
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana ayat QS. al-An`am: 82 yang
artinya:
“Orang-orang yang beriman, dan mereka tidak mencampuradukan
iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang
3
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis : Paradigma Interkoneksi, (Yogyakarta : Idea Press, 2016), 47-
51.
4
Widia putri,”asbab al-wurud dan urgensi dalam Pendidikan”,
5
Munawir Muin, ADDIN Vol. 7 No. 02 Agustus 2013 “Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui
Asbab al-Wurud” No. 02 Agustus 2013 .294
mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk”
Maksud dari kezaliman tersebut yakni perbuatan syirik, sebagaimana
yang telah disebutkan dalam QS. Luqman: 13. Ibnu Mas’ud menceritakan:
“ Ketika turun ayat 82 surah al-An’am sahabat merasa kesulitan untuk
menjalankannya, kemudian mereka berkata kepada Rasulullah Saw:
“Siapakah diantara kami yang tidak mencampuradukan keimanan dan
kezaliman? Maka Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya tidaklah
demikian, apakah kamu tidak ingat perkataan Luqman kepad putranya: ان
6
Munawwir Muin, “Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui Asbab al-Wurud”, Addin, 2 (Agustus,
2013), 298.
7
Iibid., 298-299.
8
Jalāl al-Dīn al-Suyūṭi, Asbāb wurūd al-Hadīth, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Alamiyah, 1984), 18.
Rasulullah mengeluarkan sabdanya ketika terdapat ayat al-Qur`an
yang sulit dipahami oleh para sahabat atau terdapat perbedaan pendapat
tentang memahami isi dari ayat tertentu. Maka dari itu, ayat al-Qur`an adalah
salah satu sebab munculnya hadits nabi. Sebagai salah satu contohnya yaitu
pada kata بظلمayat 82 surah al-An’am:
ال ذين امن و ومل يلبس واإمياهنم بظلم أولئ ك هلم االمن
وهم مهتدون
Kata بظلمdalam ayat tersebut diartikan oleh sebagian sahabat dengan
ان هلل تعاىل مال ئكة يف االرض ينطق على السنة بين آدم مبا يف املرء من خري أو شر (احلاكم
) 21 بالتحقيق رقم
Para sahabat dalam memahami hadits tersebut mengalami kesulitan sehingga
bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasul! Bagaimana hal itu dapat terjadi?.
Kemudian Rasulullah menjelaskan dengan hadist yang lain agar dapat
menghilangkan kesulitan tersebut.
9
Muhammad Ali, “Asbab Wurud al-Hadits”, Tahdis, (2015), 88.
, وجبت, وجبت:عن أنس أنه ﷺ ملا م ّر ب ه جبن ازة ف أثنوا عليه ا خ ريا فق ل
وجبت,وجبت10
Kemudian para sahabat bertanya-tanya tentang perkataan Rasulullah
mengenai kedua jenazah tersebut. Lalu Rasulullah menjawab dengan hadits
yang diriwayatkan oleh hakim dalam al-Mustadrak di atas. Hadits tersebut
memiliki maksud bahwa kata malaikat yang terdapat dalam hadits itu adalah
para perwakilan Allah untuk menyampaikan kebenaran dan keburukan
manusia, misalnya yang disampaikan oleh nabi-Nya atau orang yang terpilih
lainnya.11
3. Sebab yang berkaitan dengan hal yang didengar oleh sahabat.
Maksudnya yaitu hadis yang muncul karena berhubungan dengan
seorang sahabat tertentu. Seperti halnya hadits yang berkaitan dengan
persoalan Syuraid ibn Suwaid al-Saqafi pada saat peristiwa fath al-Makkah
mengenai nadzarnya.12 Namun kemudian Rasulullah bersabda:
-240\3صالة يف هذا املسجد أفضل من مائة ألف صالة فيما سواه من املسجد (االصابة
)24113
10
Jalāl al-Dīn al-Suyūṭi, Asbāb wurūd al-Hadīth,19.
11
Leni Lestari, “Epistimologi Ilmu Asbab al-Wurud Hadis”, Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur`an dan
Hadits, (2015), 270.
12
Ibid., 271.
13
Jalāl al-Dīn al-Suyūṭi, Asbāb wurūd al-Hadīth,19
1. Sebagai hikmah pembangkit syariat hukum dan bermanfaat bagi orang
mukmin dan selain mukmin adapun bagi orang mukmin bisa
meningkatkan imannya
2. Memudahkan menghafal dan pemahaman
3. Menghususkan hukum ketika seorang mengetahui keterangan dengan
kekhususan sebab
4. Mengetahui lafal yang umum dan dalil kekhususannya dengan kekhususan
sebab
5. Memecahkan atau mengetahui beberapa sebab musabab dan beberapa
hukum dengan beberapa hadis
6. Membatasi makna karena sesungguhnya asbabul wurud menjadi jalan
kefahaman makna kitab.14
Imam As-Suyuthi menyebutkan definisi tentang asbabul wurud sebagai berikut,
ير ان ينقص من##ا من غ##ل به##ر من عم##ل أج##ه مث##ان ل##ده ك##ا بع##ل به##نة عم##نة حس##ن س##من س
ير ان ينقص من##ا من غ##ل به##ل وزر من عم##ه مث##ان علي##يئة ك##نة س##ن س##يء ومن س##ره ش##أج
أوزارهم شيء
“Siapapunn orang yang mencontohkan suatu Sunnah (perbuatan) yang baik
yang kemudian di amalkan oleh orang lain setelahnya maka ia mendapat
pahala sebanyak pahala orang lain yang telah melakukan perbuatan baik
tersebut tanpa mengurangi pahal dari orang-orang yang telah melakukannya.
Siapapun yang mencontohkan suatu perbuatan yang jelek maka ia pun akan
mendapatkan dosa sebanyak dosa orang lain yang telah melakukan perbuatan
jelek tersebut tanpa mengurangi dosa orang-orang yang telah melakukannya,”
Namun, kata yang pengertiannya masih luas adalah kata perbuatan yang baik
(Sunnah hasanah), karena tidak di sebutkan secara kongkret perbuatan baik
16
Ibid.
yang seperti apa? Menurut As-Suyuthi, perbuatan baik yang di maksud adalah
perbuatan terpuji yang ada dalam nas agama atau syariat.17
3. Tafsul Mujmal
Tafsul Mujmal yaitu memberikan perincian pada sesuatu yang sifatnya masih
global, seperti dalam hadist yang menjelaskan bahwa Rasulullah Saw pernah
memerintahkan bilal agar menggenapkan kalimat adzannya dan mengganjilkan
kalimat iqamahnya.
17
Ibid., 12.
18
Ibid., 13.
Mengenai kedua hadist tersebut perlu di kaji asbabul wurudnya agar dapaat
merinci apakah terdapat nasakh dan Mansukh dari keduannya tersebut.19
5. Menjelaskan illat suatu hokum
Menurut as-Suyuthi asbabul wurud dapat di jadikan metode dalam melihat
adanya illat pada suatu hukum. Misalnya hadist tentang meminum air langsung
dari mulutnya ke sebuah kendi. Kemudian di hadist lain menyebutkan bahwa
ada seorang yang minum air langsung dari kendinya kemudian ia sakit perut.20
6. Menjelaskan hal yang masih sulit di pahamai (musykil)
Seperti dalam suatu hadist bahwa Rasulullah Saw bersabda,
Bahwa orang yang di perdebatkan hisabnya, maka ia akan di azab. Lalu, Aisyah
bertanya bukankah hisab akan di permudah? Lalu Rasulullah menjawab ‘yang
di maksud hisab itu adalah hanya di perlihatkan , sedangkan orang yang di
perdebatkan hisabnya dia akan hancur.
#ُ ةُ َف ُقل# َت َعائِ َش ِ َ #َلَّ َم ق# ه َو َس#ِ #لَّى اللَّهُ َعلَْي# ص
ْت َ ذ#ِّ #ُب ع
ْ ال##َب ق َ # ال َم ْن ُحوس# َ َن النَّبِ َّي
َّ هُ َوأ##ََحتَّى َت ْع ِرف
ْ ِاب َي ْهل
ك ِ
َ ش الْح َس
ِ ِ
َ َولَك ْن َم ْن نُوق
Artinya, “Sungguh Aisyah istri Nabi SAW tidaklah mendengar sesuatu yang
tidak dia mengerti kecuali menanyakannya kepada Nabi SAW sampai dia
mengerti, dan Nabi SAW pernah bersabda, ‘Siapa yang dihisab berarti dia
disiksa’ Aisyah berkata, maka aku bertanya kepada Nabi, ‘Bukankah Allah
SWT berfirman, ‘Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang ringan.’’ Aisyah
berkata, maka Nabi SAW bersabda, ‘Sungguh yang dimaksud itu adalah
pemaparan (amalan). Akan tetapi barang siapa yang didebat hisabnya pasti
19
Ibid., 14-16.
20
Ibid., 17.
celaka,’” (Lihat Al-Bukhari, Ṣaḥiḥ Al-Bukhari, [Beirut, Daru Ṭuqin Najat:
1422 H], juz I, halaman 32).
Hadist tersebut masih sulit di pahami, sehingga dapat di cari penjelasannya
menggunakan Asbabul wurud untuk menemukan penjelasan yang lebih
sempurna.
Jadi, fungsi-fungsi dari asbabul wurud dalam sebuah hadist adalah Takhsisul
‘Amm, Taqyidul Muthlaq, Tafsihul Mujmal,, menjelaskan adanya nasikh dan
Mansukh,menjelaskan illat pada suatu hukum, menjelaskan hal-hal yang
musykil (sulit di pahami). Demikian semoga bermanfaat. Wallahua’lam
bisshawab.21
1. Implikasi Asbab Wurud Al-Hadits terhadap penetapan hukum :
a. Membantu memahami hukum dalam suatu hadis dengan tepat
Seseorang tidak akan mengetahui penafsiran suatu hadis dengan benar
jika tidak mengetahui dengan tepat dalam konteks apa hadis tersebut
hadir. Konteks atau latar tetap menjadi hal yang urgent untuk
diperhatikan dalam merespon sesuatu.
b. Membantu memahami sesuatu dengan lebih arif dan komprehensif.
Ibnu Taimiyah menjelaskan: “mengetahui sebab itu akan menolong
dalam memahami hadist atau ayat”. Karena mengetahui sebab itu
dapat mengetahui musabbab (persoalan).
c. Mengetahui mana dalil yang bersifat pengkhususan (takhsis) bagi dalil
lain yang masih bersifat umum (’am), yang bersifat membatasi
(taqyid) bagi yang masih bersifat mutlak (mutlaq). Adapun contohnya
adalah hadist yang berbunyi:
21
Ibid., 17.
Jika ditelusuri melalui asbabul wurudnya, maka akan dapat dipahami bahwa
yang di maksud “shalat”dalam hadist itu adalah shalat sunnah bukan shalat
fardhu.
Asbabul wurud hadist tersebut adalah bahwa ketika itu di Madinah dan
penduduknya sedang terjangkit suatu wabah penyakit. Maka kebanyakan para
sahabat lalu melakukan shalat sunnah sambil duduk. Pada waktu itu, Nabi
kebetulan datang dan tahu bahwa mereka suka melakukan shalat sunnah
sambil duduk. Maka Nabi bersabda :”Shalat orang sambil duduk pahalanya
separoh dari orang yang shalat dengan berdiri”. Mendengar pernyataan Nabi
tersebut, akhirnya para sahabat yang tidak sakit memilih shalat sunnah sambil
berdiri.