Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian Asbab Wurud Al-Hadits


Secara etimologis kata asbab al-wurud merupakan susunan idhafat
yang berasal dari gabungan kata asbab dan al wurud. Kata asbab ialah bentuk
jamak dari kata sabab yang memiliki arti tali atau penghubung. Sedangkan
wurud merupakan bentuk masdar dari kata warada-yaridu-wurudan yang
berarti datang atau sampai kepada sesuatu hal.
Menurut istilah asbab al-wurud hadis memiliki banyak pengertian
yang dipaparkan oleh beberapa ulama` hadis. Hasby Ash-Shiddieqy
berpendapat bahwa asbab al-wurud ialah ilmu yang menerangkan sebab-
sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa-masanya Nabi menuturkan
itu.1 Sedangkan Imam Jalaluddin Abdurrahman al-suyuti memparkan dalam
kitab al-Luma` fi Asbab al-Wurud al-Hadis adalah sesuatu yang menjadi
jalan untuk menentukan maksud suatu hadis yang bersifat umum atau
khusu, mutlak atau muqayyad, atau untuk menentukan ada dan
tidaknya naskh (penghapusan) dalam suatu hadis, atau yang semisal
dengan hadis tersebut.
Jadi, asbab al-wurud hadits bisa diartikan juga sebagai sebab keluar
masuknya hadis. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
asbab al-wurud ialah ilmu yang menerangkan tentang sebab-sebab atau
latar belakang lahirnya hadis baik dari segi peristiwa atau keadaan .2
ilmu asbab al-wurud memudahkan untuk memahami makna suatu hadis baik
yang umum ataupun yang khusus.
Sebaian ulama` berpendapat bahwa asbab al-wurud tidak perliu
dijadikan ilmu yang berdiri sendiri. Namun melihat besar manfaatnya untuk
memahami hadis maka asbab al-wurud dijadikan cabang dalam ilmu hadits.
Asbab al-wurud hadis juga memiliki cakupan khusus yang seluruhnya tidak

1
Teuku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ulumul Hadis, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 1999), 142.
2
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul hadits (Bandung: PT. Alma`arif, 1974) 326
tercakup dalam ilmu tarikh. Asbab al-wurud memiliki banyak sekali faedah
yang tidak ditemukan di dalam ilmu-ilmu hadis lainnya.
Sejarah Dalam buku Ilmu Hadits: Kajian  Riwayah & Dirayah karya
Prof. Dr. Endang Soetari AD menyebutkan bahwa Abu Hamid Ibn Kaznah al-
Jubari dan Abu Hafsah `Umar Ibn Muhammad Ibn Raja sebagai perintis ilmu
asbab wurud al-hadis. Sedangkan dalam kitab Manhaj Dzawi an-
Nadzhar menyebutkan bahwa Hamid Ibn Kaznah al-Jurbaniy yang
menuliskan sababul hadis. Lalu ada Abu Hafs al-‘Ukbariy salah seorang
syaikh (guru) Abu Ya’la Ibn al-Farra al-Hanbali menyusun tulisan terkait
sabab wurud.
Menarik beberapa pendapat di atas bahwa upaya penyusunan karya
asbab wurud al-hadis telah ada sejak abad-4 H. Namun, ilmu ini telah muncul
cikal bakalnya sejak masa sahabat dan tabi’in. Ilmu ini berkembang lambat
dan tidak merata karena sedikit karya ulama-ulama terkait asbab wurud al-
hadis dalam sebuah karya khusus di luar pembahasan ilmu hadis. Lalu ulama
sesudah abad ke-4 H mengklaim bahwa mereka pencetus ilmu ini karena
adanya karya mereka terkait sabab al-wurud. Ada yang menyebutkan ilmu ini
pernah mengalami kemrosotan, kemudian bangkit lagi pada abad-abad
berikutnya.

B. Cara mengetahui Asbab Wurud Al-Hadits


Cara mengetahui asbab al-Wurud dapat dilakukan dengan riwayat dan
ijtihad. Adapun perincian cara untuk mengetahuinya terdapat tiga metode,
yaitu :
1. Melalui riwayat teks hadis Nabi Ṣalla Allaha alayhi wa Sallam. Bahwa
teks tersebut menunjukkan adanya peristiwa atau pernyataan yang
mendorong Nabi untuk bersabda atau berbuat sesuatu. Teks tersebut
dibagi dua macam, yaitu teks tegas (sharih) yang menunjukkan sebab dan
teks kurang tegas (ima’ atau isyarat). Seperti contoh hadis dengan riwayat
teks tegas yaitu hadis yang berkaitan bahwa Nabi pernah melemparkan
kurma karena ragu-ragu apakah kurma tersebut sebagai zakat atau hadiah,
sebab Nabi dilarang menerima zakat. sebagaimana bunyi hadis sebagai
berikut :

‫اهلل اَ ْخَبَرنَا َم ْع َمٌر َع ْن مَهَّ ِام بْ ِن ُمنَبِّ ٍه َع ْن اَيِب ْ ُهَر ْيَر َة‬
ِ ‫ح َّد َثنَا حُم َّم ُد ابن م َقاتِ ٍل اَخبرنَا عب ُد‬
َْ َ َ ْ ُ ُْ َ َ
‫ب أِىَل أ َْهلِ ْي فَأ َِج ُد الت َّْمَر َة‬ ِ ِ ِ
ُ ‫صلَّى اهللُ ّعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال أيِّن أَل َْن َقل‬
ِ
َ ِّ ‫َرض َي اهللُ َعْنهُ َع ِن النَّيِب‬
‫ص َدقَةً فَاُلْ ِقْي َها (صحيح‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َساقطَةً َعلَى فَراش ْي فَاَْر َفعُ َها لألَ ْكل َها مُثَّ اَ ْخ َشى اَ ْن تَ ُك ْو َن‬
)‫البخاري‬
Muqatil telah menceritakan kepada kami, abdullah telah memberi kabar
kepada kami, Ma’mar memberi kabar kepada kami, dari Hammam Ibn
Munabbih dari Abu Hurairah radiya Allahu ‘anhu, dari Nai bersabda
“Sesungguhnya saya pulang ke keluargaku, aku menemukan kurma jatuh di
tempat tidurku kemudian aku mengambilnya untuk saya makan, karena aku
yakut (khawatir) jangan-jangan kurma itu bagian dari sedekah atau zakat, maka
aku lemparkan (HR.al-Bukhari).
2. Melalui aqwal al-Ṣahabah atau informasi sahabat, yakni orang-orang yang
hidup di zaman Nabi dan menyaksikan peristiwa atau menanyakan suatu
hal langsung kepada Nabi. Sebagai contoh asbab al-Wurud hadis tentang
mayit yang disiksa sebab tangisan keluarganya yaitu :

) ‫َعلَْي ِه (صحيح مسلم‬ ِِ ِ


َ ‫ب بِبُ َكاء أ َْهله‬
ُ ‫ت يُ َع َّذ‬
ُ ِّ‫اَلْ َمي‬
3. Melalui ijtihad jika tidak ditemukan riwayat yang jelas mengenai asbab
al-Wurud. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
hadis-hadis yang setema atau sejarah sehingga mampu menghubungkan
antara ide dalam hadis dengan konteks munculnya hadis. Sebagai contoh
sababul wurud hadis tentang kepemimpinan seorang wanita yang berbunyi
:

)‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم لَ ْن يُ ْفلِ َح َق ْو ٌم َولَّْوا أ َْمَر ُه ْم ْامَرأًَة (صحيح البخاري‬ ِ
َ ‫قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل‬
Nabi bersabda : Suatu kaum tidak akan sukses jika menyerahkan
urusannya kepada seorang wanita. (HR.al-Bukhari).3
C. Urgensitas Asbab Wurud Al-Hadits
Mengetahui Asbabul wurud sangat diperlukan untuk memahami suatu
hadis. Tujuan mempelajari asbabul wurud hadis adalah untuk menghindari
terjadinya kesalah pahaman dalam memahami suatu hadis. Dengan
mengetahui asbabul wurud seseorang dapat membedakan hadis asli dan palsu.
Menurut imam as suyuthi terdapat beberapa urgensi memepelajari asbabul
wurud, yaitu:4
1. Menentukan takhsis hadis yang bersifat umum
2. Membatasi pengertian hadis yang masih bersifat mutlak
3. Merinci hadis yang bersifat global
4. Menentukan ada atau tidak adanya naskh dan mansukh hadis
5. Menjelaskan ditetapkannya sebab-sebab suatu hukum
6. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih sulit dipahami
D. Pembagian Asbab Wurud Makro dan Mikro
Al-Suyuti mengkategorikan asbab al-wurud menjadi tiga klasifikasi,
diantaranya yaitu5:
a. Asbab al-Wurud Berupa Ayat al-Qur`an
Asbab al-Wurud yang berupa ayat al-Qur`an memiliki maksud yakni,
Terdapat suatu ayat al-Qur`an yang menjadi penyebab keluarnya sabda
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana ayat QS. al-An`am: 82 yang
artinya:
“Orang-orang yang beriman, dan mereka tidak mencampuradukan
iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang

3
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis : Paradigma Interkoneksi, (Yogyakarta : Idea Press, 2016), 47-
51.
4
Widia putri,”asbab al-wurud dan urgensi dalam Pendidikan”,
5
Munawir Muin, ADDIN Vol. 7 No. 02 Agustus 2013 “Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui
Asbab al-Wurud” No. 02 Agustus 2013 .294
mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk”
Maksud dari kezaliman tersebut yakni perbuatan syirik, sebagaimana
yang telah disebutkan dalam QS. Luqman: 13. Ibnu Mas’ud menceritakan:
“ Ketika turun ayat 82 surah al-An’am sahabat merasa kesulitan untuk
menjalankannya, kemudian mereka berkata kepada Rasulullah Saw:
“Siapakah diantara kami yang tidak mencampuradukan keimanan dan
kezaliman? Maka Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya tidaklah

demikian, apakah kamu tidak ingat perkataan Luqman kepad putranya: ‫ان‬

‫الشرك لظلم عظيم‬.


b. Asbab al-Wurud Berupa Hadist
Sebagaimana berupa ayat al-Qur`an, berupa hadist ini dimaksudkan
juga ketika terdapat suatu hadist kemudian sahabat lain kesulitan dalam
memahaminya, maka muncullah hadist lain yang menjelaskan kesulitan
tersebut. Seperti hadist yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah swt memiliki para malaikat di bumi yang dapat
berbicara melalui surat manusia mengenai kebaikan dan keburukan
seseorang”
Para sahabat dalam mencerna hadist tersebut merasa kesulitan, sebab
bagaimana caranya malaikat di bumi berbicara mengenai keburukan dan
kebaikan seseorang? Kemudian, muncullah hadis lain yang menjelaskan
kemusykilan tersebut.
c. Asbab al-Wurud Berupa Perkara yang Berkaitan dengan Para Pendengar
di Kalangan Sahabat
Dalam hal berupa perkara yang berkaitan misalnya kasus yang terjadi
pada Syuraid ibn Suwaid al-Saqafi. Syuraid pernah menghadap kepada
Nabi saw pada waktu fath al-makkah, seraya berkata: “Saya bernazar
akan salat di Bait al-Maqdis”. Nabi saw berkata kepadanya: “Salat disini
(Masjid al-Haram) lebih utama”. Kemudian Nabi saw bersabda: “Demi
Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya salat di sini
(Masjid al-Haram), maka sudah mencupi bagimu memenuhi nazarmu”.
Kemudian Nabi saw bersabda kembali: “Salat di masjid ini (Masjid al-
Haram) itu lebih utama daripada 100.000 kali salat di masjid-masjid
selain Masjid al-Haram”.
Asbab al-wurud makro (‘ammah) merupakan situasi dan kondisi yang secara
umum dalam hal apa, kapan, dan di mana sabda Nabi disampaikan. Jadi dengan
mengetahui Asbab al-wurud makro berarti mengetahui situasi dan kondisi
sejmarah di mana dan kapan Nabi mengeluarkan atau menyampaikan hadis atau
sabdanya. Fenomena atau kejadian Asbab al-wurud makro ini terhadi karena tidak
semua hadis memiliki Asbab al-wurud mikro. 6
Berbeda dengan Asbab al-wurud mikro (khassah). Asbab al-wurud mikro
merupakan situasi dan kondisi yang secara umum menjelaskan jalan periwayatan,
maka Asbab al-wurud makro hanya dapat diketahui dengan bagian-bagian umum
yang melingkupi suatu hadis itu disampaikan. Tidak semua hadis memiliki Asbab
al-wurud mikro, maka upaya bagian-bagian umum ini sangat diperlukan. Jadi, dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa adanya Asbabul wurud makro sebagai
bentuk pengembangan dari Asbabul wurud mikro.7
1. Pembagian asbab wurud makro:
a. Riwayat hadis Nabi (sarih & ima’)
b. Informasi Sahabat (aqwal Shahabah)
2. Pembagian asbab wurud mikro:
a. Ijtihad

Seperti halnya al-Qur`an, hadits juga memiliki sebab kemunculan atau


biasa disebut dengan Asbab Wurud Al-Hadits. Macam-macam asbab
wurud al-hadits menurut imam asy-Suyuti itu terbagi menjadi tiga8, yaitu:

1. Sebab yang berupa ayat al-Qur`an.

6
Munawwir Muin, “Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui Asbab al-Wurud”, Addin, 2 (Agustus,
2013), 298.
7
Iibid., 298-299.
8
Jalāl al-Dīn al-Suyūṭi, Asbāb wurūd al-Hadīth, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Alamiyah, 1984), 18.
Rasulullah mengeluarkan sabdanya ketika terdapat ayat al-Qur`an
yang sulit dipahami oleh para sahabat atau terdapat perbedaan pendapat
tentang memahami isi dari ayat tertentu. Maka dari itu, ayat al-Qur`an adalah
salah satu sebab munculnya hadits nabi. Sebagai salah satu contohnya yaitu
pada kata ‫ بظلم‬ayat 82 surah al-An’am:

‫ال ذين امن و ومل يلبس واإمياهنم بظلم أولئ ك هلم االمن‬

‫وهم مهتدون‬
Kata ‫ بظلم‬dalam ayat tersebut diartikan oleh sebagian sahabat dengan

berbuat aniaya atau melanggar aturan. Kemudian Rasulullah memberi


penjelasan dari kata ‫ بظلم‬yang terdapat dalam firman Allah tersebut dengan al-

Syirk yakni perbuatan yag syirik.9


2. Sebab yang berupa hadis.
Hadits menjadi salah satu sebab adanya hadits lain apabila terdapat
suatu hadits yang sebagian sahabat kesulitan dalam memahaminya.
Kemudian Rasulullah bersabda untuk memberikan penjelasan terhadap
hadits tersebut. Contoh hadits yang berbunyi:

‫ان هلل تعاىل مال ئكة يف االرض ينطق على السنة بين آدم مبا يف املرء من خري أو شر (احلاكم‬

377\1 ‫يف املس تدرك‬

‫وسيأيت يف القسم اخلاص‬

) 21 ‫بالتحقيق رقم‬
Para sahabat dalam memahami hadits tersebut mengalami kesulitan sehingga
bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasul! Bagaimana hal itu dapat terjadi?.
Kemudian Rasulullah menjelaskan dengan hadist yang lain agar dapat
menghilangkan kesulitan tersebut.
9
Muhammad Ali, “Asbab Wurud al-Hadits”, Tahdis, (2015), 88.
,‫ وجبت‬,‫ وجبت‬:‫عن أنس أنه ﷺ ملا م ّر ب ه جبن ازة ف أثنوا عليه ا خ ريا فق ل‬

‫وجبت و ُم ّر ب أخرى ف أثنوا‬

,‫ وجبت‬: ‫عليه ا ش ّرا فق ال‬

‫ وجبت‬,‫وجبت‬10
Kemudian para sahabat bertanya-tanya tentang perkataan Rasulullah
mengenai kedua jenazah tersebut. Lalu Rasulullah menjawab dengan hadits
yang diriwayatkan oleh hakim dalam al-Mustadrak di atas. Hadits tersebut
memiliki maksud bahwa kata malaikat yang terdapat dalam hadits itu adalah
para perwakilan Allah untuk menyampaikan kebenaran dan keburukan
manusia, misalnya yang disampaikan oleh nabi-Nya atau orang yang terpilih
lainnya.11
3. Sebab yang berkaitan dengan hal yang didengar oleh sahabat.
Maksudnya yaitu hadis yang muncul karena berhubungan dengan
seorang sahabat tertentu. Seperti halnya hadits yang berkaitan dengan
persoalan Syuraid ibn Suwaid al-Saqafi pada saat peristiwa fath al-Makkah
mengenai nadzarnya.12 Namun kemudian Rasulullah bersabda:

-240\3‫صالة يف هذا املسجد أفضل من مائة ألف صالة فيما سواه من املسجد (االصابة‬

)24113

E. Faidah Asbab Wurud Al-Hadits dan implikasinya terhadap penetapan


hukum

10
Jalāl al-Dīn al-Suyūṭi, Asbāb wurūd al-Hadīth,19.
11
Leni Lestari, “Epistimologi Ilmu Asbab al-Wurud Hadis”, Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur`an dan
Hadits, (2015), 270.
12
Ibid., 271.
13
Jalāl al-Dīn al-Suyūṭi, Asbāb wurūd al-Hadīth,19
1. Sebagai hikmah pembangkit syariat hukum dan bermanfaat bagi orang
mukmin dan selain mukmin adapun bagi orang mukmin bisa
meningkatkan imannya
2. Memudahkan menghafal dan pemahaman
3. Menghususkan hukum ketika seorang mengetahui keterangan dengan
kekhususan sebab
4. Mengetahui lafal yang umum dan dalil kekhususannya dengan kekhususan
sebab
5. Memecahkan atau mengetahui beberapa sebab musabab dan beberapa
hukum dengan beberapa hadis
6. Membatasi makna karena sesungguhnya asbabul wurud menjadi jalan
kefahaman makna kitab.14
Imam As-Suyuthi menyebutkan definisi tentang asbabul wurud sebagai berikut,

‫ما ورد الحديث أيام وقوعه‬


“Suatu kejadian yang mengiringi sebuah hadist pada masa terjadinya kejadian
tersebut,” (Jalaludin As-Suyuthi, Al-Lumma fi Asbabil Hadist)
Berdasarkan definisi yang telah di sebutkan oleh As-Suyuthi di atas, terdapat
beberapa fungsi dari asbabul wurud,15
1. Takhsisul ‘Amm
Misalnya hadist tentang pahala orang yang mengerjakan sholat dalam keadaan
duduk mendapatkan pahal setengahnya dari orang yang melakukan sholat
dalam keadaan berdiri.

‫صالة القاعد على النصف من صالة القائم‬


“(Pahala) shalat orang yang duduk adalah setengah dari pahala shalat dengan
berdiri.”
Jika kita melihat hadist ini terlihat konteksnya adalah untuk umum. Namun jika
di kaji tentang asbabul wurudnya, maka hadist diatas sebenarnya di tujukan
14
Yasri sa`id Abdullah,”Asbab wurud hadis wa atsaruha fi fahmi al-sunah”,
15
Jalaluddin as-suyuthi, Asbab Wurud al-Hadits, (Beirut : Dar al-Kitab al-Alamiah, 1984), 11.
kepada orang-orang Madinah yang mengerjakan sholat dengan keadaan duduk
pada waktu itu.
Ketika Nabi Saw bertanya alasan mereka sholat dengan duduk, mereka pun
beralasan bahwa mengerjakan sholat dengan duduk itu di sebabkan karena
mereka sedang mengalami sakit panas. Namun setelah keluarnya hadist di atas
daari Rasulullah Saw maka sebagian sahabat yang masih sanggup untuk
mengerjakan sholat dengan berdiri pun memilih untuk mengerjaknnya dengan
berdiri.16
2. Taqyidul Muthlaq
Taqyidul Muthlaq yaitu pembatasan dalam suatu kata atau kalimah yang masih
terlalu luas maknanya. Seperti hadist tentang seseorang yang berlaku baik
kemudian perbuatannya di ikuti oleh banyak orang. maka orang yang telah
berlaku baik tersebut akan mendapatkan pahala yang sama dari orang-orang
yang telah mengikuti perbuatnnya tanpa sedikitpun mengurangi dari pahala
orang yang meniru dirinya.

‫ير ان ينقص من‬##‫ا من غ‬##‫ل به‬##‫ر من عم‬##‫ل أج‬##‫ه مث‬##‫ان ل‬##‫ده ك‬##‫ا بع‬##‫ل به‬##‫نة عم‬##‫نة حس‬##‫ن س‬##‫من س‬

‫ير ان ينقص من‬##‫ا من غ‬##‫ل به‬##‫ل وزر من عم‬##‫ه مث‬##‫ان علي‬##‫يئة ك‬##‫نة س‬##‫ن س‬##‫يء ومن س‬##‫ره ش‬##‫أج‬

‫أوزارهم شيء‬
“Siapapunn orang yang mencontohkan suatu Sunnah (perbuatan) yang baik
yang kemudian di amalkan oleh orang lain setelahnya maka ia mendapat
pahala sebanyak pahala orang lain yang telah melakukan perbuatan baik
tersebut tanpa mengurangi pahal dari orang-orang yang telah melakukannya.
Siapapun yang mencontohkan suatu perbuatan yang jelek maka ia pun akan
mendapatkan dosa sebanyak dosa orang lain yang telah melakukan perbuatan
jelek tersebut tanpa mengurangi dosa orang-orang yang telah melakukannya,”
Namun, kata yang pengertiannya masih luas adalah kata perbuatan yang baik
(Sunnah hasanah), karena tidak di sebutkan secara kongkret perbuatan baik
16
Ibid.
yang seperti apa? Menurut As-Suyuthi, perbuatan baik yang di maksud adalah
perbuatan terpuji yang ada dalam nas agama atau syariat.17
3. Tafsul Mujmal
Tafsul Mujmal yaitu memberikan perincian pada sesuatu yang sifatnya masih
global, seperti dalam hadist yang menjelaskan bahwa Rasulullah Saw pernah
memerintahkan bilal agar menggenapkan kalimat adzannya dan mengganjilkan
kalimat iqamahnya.

#‫أمر بالل أن يشفع األذان ويوتر اإلقامة‬


“Bilal di perintahkan untuk menggenapkan kalimat adzan (dua-dua) dan
mengganjilkan kalimat iqamah (satu-satu).”
Dalam asbabul wurudnya menjelaskan bahwa Rasulullah Saw yang
menceritakan mimpinya , bahwa beliau menyebutkan kalimat takbir 4 kali
dalam adzan, dan dua kali ketika iqamah. Setelah itu, baru Rasulullah Saw
meminta Abdullah untuk mengajarkan kalimat tersebut kepada Bilal.18
4. Membatasi hadist
Maksudnya membatasi hadits yang menjadi nasikh (pembatalan) dan
menjelaskan nasikh dan Mansukh. Seperti hadist yang menjelaskan tentang
orang yang melakukan bekam dan orang yang di bekam.

‫أفطر الحاجم والمحجوم‬


“Batal puasannya orang yang membekam dan di bekam.” (HR. Ahmad)
Sedangkan dalam hadist lain menjelaskan bahwa,

‫إحتجم النبي ﷺ وهو صائم محرم‬


“Rasulullah Saw berbekam dan beliau dalam keadaan sedang puasa dan
berihram (menggunakan pakaian ihram,” (HR. Ibnu Majjah).

17
Ibid., 12.
18
Ibid., 13.
Mengenai kedua hadist tersebut perlu di kaji asbabul wurudnya agar dapaat
merinci apakah terdapat nasakh dan Mansukh dari keduannya tersebut.19
5. Menjelaskan illat suatu hokum
Menurut as-Suyuthi asbabul wurud dapat di jadikan metode dalam melihat
adanya illat pada suatu hukum. Misalnya hadist tentang meminum air langsung
dari mulutnya ke sebuah kendi. Kemudian di hadist lain menyebutkan bahwa
ada seorang yang minum air langsung dari kendinya kemudian ia sakit perut.20
6. Menjelaskan hal yang masih sulit di pahamai (musykil)
Seperti dalam suatu hadist bahwa Rasulullah Saw bersabda,
Bahwa orang yang di perdebatkan hisabnya, maka ia akan di azab. Lalu, Aisyah
bertanya bukankah hisab akan di permudah? Lalu Rasulullah menjawab ‘yang
di maksud hisab itu adalah hanya di perlihatkan , sedangkan orang yang di
perdebatkan hisabnya dia akan hancur.

‫ه‬#ِ #‫ت فِي‬ ْ َ‫ان‬##‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َك‬


َ ‫هُ إِاَّل َر‬##ُ‫ ْيئًا اَل َت ْع ِرف‬#‫ َم ُع َش‬#‫ت اَل تَ ْس‬
ْ ‫اج َع‬ ِ َّ ‫أ‬
َ ‫َن َعائ َشةَ َز ْو َج النَّبِ ِّي‬

#ُ ‫ةُ َف ُقل‬# ‫َت َعائِ َش‬ ِ َ #َ‫لَّ َم ق‬# ‫ه َو َس‬#ِ #‫لَّى اللَّهُ َعلَْي‬# ‫ص‬
‫ْت‬ َ ‫ذ‬#ِّ #ُ‫ب ع‬
ْ ‫ال‬##َ‫ب ق‬ َ # ‫ال َم ْن ُحوس‬# َ ‫َن النَّبِ َّي‬
َّ ‫هُ َوأ‬##َ‫َحتَّى َت ْع ِرف‬

‫ض‬ ِ #ِ‫ا ذَل‬##‫ال إِنَّم‬#


ُ ‫ر‬#ْ #‫ك ال َْع‬# ْ ‫ال‬##َ‫ ًيرا ) ق‬#‫ابًا يَ ِس‬#‫ب ِح َس‬
َ َ #‫َت َف َق‬ َ ‫ ْو‬#‫ول اللَّهُ َت َعالَى ( فَ َس‬
ُ #‫ف يُ َحا َس‬ ُ ‫س َي ُق‬
َ ‫أ ََول َْي‬

ْ ِ‫اب َي ْهل‬
‫ك‬ ِ
َ ‫ش الْح َس‬
ِ ِ
َ ‫َولَك ْن َم ْن نُوق‬
Artinya, “Sungguh Aisyah istri Nabi SAW tidaklah mendengar sesuatu yang
tidak dia mengerti kecuali menanyakannya kepada Nabi SAW sampai dia
mengerti, dan Nabi SAW pernah bersabda, ‘Siapa yang dihisab berarti dia
disiksa’ Aisyah berkata, maka aku bertanya kepada Nabi, ‘Bukankah Allah
SWT berfirman, ‘Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang ringan.’’ Aisyah
berkata, maka Nabi SAW bersabda, ‘Sungguh yang dimaksud itu adalah
pemaparan (amalan). Akan tetapi barang siapa yang didebat hisabnya pasti

19
Ibid., 14-16.
20
Ibid., 17.
celaka,’” (Lihat Al-Bukhari, Ṣaḥiḥ Al-Bukhari, [Beirut, Daru Ṭuqin Najat:
1422 H], juz I, halaman 32).
Hadist tersebut masih sulit di pahami, sehingga dapat di cari penjelasannya
menggunakan Asbabul wurud untuk menemukan penjelasan yang lebih
sempurna.
Jadi, fungsi-fungsi dari asbabul wurud dalam sebuah hadist adalah Takhsisul
‘Amm, Taqyidul Muthlaq, Tafsihul Mujmal,, menjelaskan adanya nasikh dan
Mansukh,menjelaskan illat pada suatu hukum, menjelaskan hal-hal yang
musykil (sulit di pahami). Demikian semoga bermanfaat. Wallahua’lam
bisshawab.21
1. Implikasi Asbab Wurud Al-Hadits terhadap penetapan hukum :
a. Membantu memahami hukum dalam suatu hadis dengan tepat
Seseorang tidak akan mengetahui penafsiran suatu hadis dengan benar
jika tidak mengetahui dengan tepat dalam konteks apa hadis tersebut
hadir. Konteks atau latar tetap menjadi hal yang urgent untuk
diperhatikan dalam merespon sesuatu.
b. Membantu memahami sesuatu dengan lebih arif dan komprehensif.
Ibnu Taimiyah menjelaskan: “mengetahui sebab itu akan menolong
dalam memahami hadist atau ayat”. Karena mengetahui sebab itu
dapat mengetahui musabbab (persoalan).
c. Mengetahui mana dalil yang bersifat pengkhususan (takhsis) bagi dalil
lain yang masih bersifat umum (’am), yang bersifat membatasi
(taqyid) bagi yang masih bersifat mutlak (mutlaq). Adapun contohnya
adalah hadist yang berbunyi:

‫صالة القاعد على النصف من‬


‫صالة القائم‬
Artinya: “shalat orang yang sambil duduk pahalanya separoh dari orang yang
sholat sambil berdiri” (H.R. Ahmad).

21
Ibid., 17.
Jika ditelusuri melalui asbabul wurudnya, maka akan dapat dipahami bahwa
yang di maksud “shalat”dalam hadist itu adalah shalat sunnah bukan shalat
fardhu.

Asbabul wurud hadist tersebut adalah bahwa ketika itu di Madinah dan
penduduknya sedang terjangkit suatu wabah penyakit. Maka kebanyakan para
sahabat lalu melakukan shalat sunnah sambil duduk. Pada waktu itu, Nabi
kebetulan datang dan tahu bahwa mereka suka melakukan shalat sunnah
sambil duduk. Maka Nabi bersabda :”Shalat orang sambil duduk pahalanya
separoh dari orang yang shalat dengan berdiri”. Mendengar pernyataan Nabi
tersebut, akhirnya para sahabat yang tidak sakit memilih shalat sunnah sambil
berdiri.

F. Kitab-kitab yang membahas Asbab Wurud Al-Hadits


adapun kitab-kitab yang banyak membahas Asbabul Wurud di
dalamnya antara lain:
1. Al-Bayan wa at-Ta`rif karya Ibnu Hamzah al-Husaini ad-Dimasyqi
(w.1110H).
2. Asbabu Wurud al-Hadis atau yang disebut juga al-Luma’ fi asbab Wurudil
hadis, karya Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi. Kitab tersebut sudah
ditahqiq oleh yahya Ismail Ahmad.
3. Asbabu Wurud al-Hadis karya Abu Hamid Abdul Jalil al-Jabari. Kitab
tersebut juga tidak sempat sampai ke tangan kita.
4. Asbabu Wurud al-Hadis karya Abu Hafs al-Ukbari (w.339 H), namun sayang
kitab tersebut tidak dapat sampai ke tangan kita.

Anda mungkin juga menyukai