Anda di halaman 1dari 12

HIKMAH GURAH DALAM HADITS RIWAYAT IMAM BUKHARI

BAB AS-SU’ÛTH DENGAN PENDEKATAN ILMU KEDOKTERAN

Ari Yandi Hidayat


Prodi Ilmu Hadits Semester 7A

Korespodensi: ariyandihidayat@staipersisgarut.ac.id.

PENDAHULUAN
Alquran dan Hadits merupakan pedoman hidup umat Islam yang harus diikuti
dan dipatuhi. Keduanya merupakan mukjizat Allah SWT yang secara rinci menjelaskan
hukum-hukum Allah. Sebagai mukjizat yang agung, maka Alquran dan Hadits harus
dibuktikan kebenarannya agar bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT.
Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan hadits tidak hanya membahas
persoalan Aqidah, Akhlak dan syari’at. Namun juga membahas berbagai persoalan hidup
yang cukup menyeluruh tentang berbagai karakteristik ilmu yang dapat difahami oleh
seseorang yang memiliki kapasitas dalam bidang keilmuannya masing-masing, termasuk
dalam ilmu medis atau pengobatan tradisional yang termaktub dalam hadits-hadits Nabi
Muhammad SAW. Banyak sekali hadits-hadits yang berkaitan dengan pengobatan atau
dunia medis yang dipandang perlu untuk dikaji lebih mendalam, hal ini untuk
membuktikan keautentikan hadits Nabi Muhammad SAW dan meyakinkan orang-orang
bahwa Islam adalah agama yang sempurna serta mengatur berbagai macam sendi
kehidupan.
Allah SWT tidaklah menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia, Setiap ciptaan
Allah SWT pasti ada kebermanfaatannya bagi makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.
Makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal yang menjadi kebutuhan hidup manusia,
semuanya itu berasal dari tumbuhan, hewan dan material lain yang Allah ciptakan demi
keberlangsungan hidup manusia.
Hadits yang menjelaskan mengenai dunia medis tercantum dalam kitab-kitab
hadits yang sudah terkenal dikalangan para Ulama dan kalangan terpelajar. Sehingga
untuk membuktikan kebenarannya, diperlukan kajian untuk mengetahui kevalidan hadits
tersebut, sehingga dapat diketahui kualitas sanad yang terdapat dalam hadits tersebut,
sehingga bisa diketahui kesahihan dan kedhaifannya. Apabila telah diketahui kualitas
sanad haditsnya, maka selanjutnya dibutuhkan pemahaman yang benar mengenai makna-
makna yang terkandung dalam hadits tersebut, hal ini supaya tidak terjadi
kesalahfahaman dalam memahami dan menjelaskan hadits yang dimaksud.
Metode pengobatan dalam Islam yang terkenal pada saat ini adalah Al-Tîb Al-
Nabawî (Metode pengobatan Nabi Muhammad SAW). Para dokter Muslim banyak yang
mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad SAW. Banyak sekali jenis-jenis pengobatan
yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, diantaranya adalah pengobatan dengan
bekam, habbatu sauda’, madu, itsmid (celak mata) dan lain-lain.
Untuk mengetahui keautentikan sebuah hadits, maka diperlukan metode
pendukung untuk menganalisis hadits-hadits yang dimaksud, diantaranya adalah metode
takhrij hadits.
Berobat dengan ramuan-ramuan herbal memang sudah di ajarkan oleh orangtua
kita dulu, seperti halnya ketika sakit demam dan masuk angin dianjurkan untuk dilulur
menggunakan bawang yang dicampur minyak. Begitupula ketika hidung mimisan
dianjurkan untuk memberikan lintingan daun sirih yang kemudian dimasukan kedalam
lubang hidung, hal ini dilakukan untuk mengurangi pendarahan dari lubang hidung. Obat-
obat tersebut dibilang mujarab karena sudah dilakukan secara turun temurun oleh nenek
moyang kita, sehingga ada berbagai macam penyakit yang sulit disembuhkan dengan obat
medis, tetapi masih bisa disembuhkan dengan menggunakan obat-obat herbal yang di
anjurkan oleh Nabi Muhammad SAW atas izin Allah SWT.
Dalam penelitian kali ini difokuskan untuk membahas manfaat gurah untuk
mengobati sakit tenggorokan dan mengeluarkan kotoran yang ada pada tenggorokan.
Penelitian ini bermula ketika adanya hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan
bahwa gurah dapat mengobati sakit tenggorokan dengan cara memasukan obat kedalam
hidung. Salah satu hadits yang menyebutkan manfaat gurah adalah hadits yang

َ‫ج َم َوأَ ْعَط‬ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ِّ َّ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ


diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya Bab As-Su’ûth.
َ َ‫احت‬ « :‫ ع ِن انل ِِب صَّل اَّلل علي ِه وسلم‬،‫اس ر ِِض اَّلل َّ عنهما‬ َّ َ ْ َ
ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ
»‫ واستعط‬،‫احلجام أجره‬
Dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi SAW, bahwa beliau pernah berbekam dan
mengupah orang yang membekamnya sambil bergurah (memasukan obat ke hidung
untuk mengeluarkan kotoran yang ada dalam tenggorokan).1
Ista’atha berasal dari kata sa’atha – sa’than. Dalam riwayat Tirmidzi lafadznya
adalah al-Su’uth yang bermakna obat yang dimasukan kedalam hidung2.
Penulis akan mencoba membuktikan kebenaran hadits bahwa gurah dapat
mengobati sakit tenggorokan dengan pendekatan ilmu kedokteran. Dalam artikel yang
diterbitkan dalam situs alodokter.com, dikatakan bahwa gurah juga dapat mengobati
gangguan sinus.3
Oleh sebab itu, di zaman post modern ini semua keilmuan dan teknologi
mengalami perkembangan yang sangat pesat termasuk dunia medis. Karena di zaman
serba canggih ini juga, segala sesuatu harus bisa dibuktikan secara rasional. Maka penulis
sangat tertarik untuk mendalami hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari mengenai
pengobatan gurah dengan pendekatan medis untuk mendukung pembuktian ilmiahnya.

1
H.R. Al-Bukhari, Sâhih Al-Bukhâri/7/Bâb al-Su’ûth, no. 5691, hlm. 124
2
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir : Kamus Arab-Indonesia terlengkap, (Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997), Cet. Keempatbelas, Hlm. 633
3
Dr. Allert Benedicto leuan Noya, Fakta Tentang Gurah Untuk Mengobati Gangguan Sinus,
https://alodokter.com/fakta-tentang-gurah-untuk-mengobati-gangguan-
sinus#:~:text=Namun%2C%20sebuah%20penelitian%20menunjukan%20bahwa,bersin%2Cserta%20kel
uhan%20hidung%20tersumbat, (diakses pada 23 Maret 2021).
PEMBAHASAN
A. Teks Hadits
ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ٌ ْ َ ُ َ َ َّ َ َ َ ُ ْ َّ َ ُ َ َ َّ َ
ُ
‫ ع ِن اب ِن‬،‫ عن أ ِبي ِه‬،‫ ع ِن اب ِن طاو ٍس‬،‫ حدثنا وهيب‬،‫حدثنا معَّل بن أس ٍد‬
َ‫ج َم َوأَ ْعَط‬ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ِّ َّ
َ َ‫احت‬ َْ ُ َ َ
:‫ َع ِن انل ِِب صَّل اَّلل علي ِه وسلم‬،‫َّلل َّ عن ُه َما‬ ‫اس ر ِِض ا‬ َّ َ
ٍ ‫عب‬
ْ َ َ َّ َ
ْ ‫ َو‬،‫ج َر ُه‬
َ‫استَ َعط‬ ‫احلجام أ‬
Telah menceritakan kepada kami Mu'alla bin Asad telah menceritakan
kepada kami Wuhaib dari Ibnu Thawus dari Ayahnya dari Ibnu Abbas radliallahu
'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau pernah berbekam
dan mengupah orang yang membekamnya sambil bergurah (memasukkan obat ke
hidung untuk mengeluarkan kotoran yang ada dalam tenggorokan). 4

B. Takhrij Hadits
1. Adapun riwayat Imam Muslim dalam kitab shahihnya, Bab Likulli Dâin
Dawâan wa istihbâb al-tadâwî, Juz 4 Hal. 1731 No. 1202 adalah sebagai

َ ُ ْ ُ َّ َ َ َ َّ َ ُّ َّ ْ َ َ َّ َ
berikut:
ْ َ ْ َ ُ ْ ُ َ
،‫ حدثنا حبان بن ِهَل ٍل‬،‫ار ِِم‬ ِ ‫يد ب ِن صخ ٍر ادل‬ ِ ‫حدث ِن أْحد بن س ِع‬
َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َّ َ ٌ ْ َ َ َ َّ َ
:‫اس‬ َّ
ٍ ‫ ع ِن اب ِن عب‬،‫ عن أ ِبي ِه‬،‫او ٍس‬ ُ ‫َّلل ْب ُن َط‬
ِ ‫ حدثنا عبد ا‬،‫حدثنا ُوهيب‬
ْ َ َ َّ َ ْ
ْ ‫ج َر ُه َو‬
َ‫استَ َعط‬ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َّ َّ َ
‫أن انل ِِب صَّل اَّلل علي ِه وسلم احتجم وأعَط احلجام أ‬
Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Sa'id bin Shakhr Ad Darimi:
Telah menceritakan kepada kami Habban bin Hilal: Telah menceritakan
kepada kami Wuhaib: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin
Thawus dari Bapaknya dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam pernah berbekam dan memberi upah kepada tukang bekam, dan
beliau pernah pula memakai obat tetes hidung."
2. Adapun Imam Abu Dawud dalam kitab sunannya, Bâb Fî al-Su’ûth, Juz

َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ َ َّ َ
ٌ،‫ َح َّد َثنَا ُو َهيْب‬،‫اق‬
4 Hal. 6 No. 3867 adalah sebagai berikut:
‫ حدثنا أْحد بن إِسح‬،‫حدثنا عثمان بن أ ِب شيبة‬
َّ َ َ ُ َ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ‫َع ْن َعب‬
‫اَّلل َّ صَّل‬
ِ ‫ «أن رسول‬:‫اس‬
َّ
ِ ‫ ع ِن اب ِن عب‬،‫ عن أبِي ِه‬،‫او ٍس‬ُ ‫اَّلل َّ بْن َط‬
ِ ‫د‬
ِ
ِ
ْ ‫اَّلل َعلَيْه َو َسلَّ َم‬
‫استَ َع َط‬ ِ
ُ
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepadaku Ahmad bin Ishaq telah menceritakan kepada kami
Wuhaib dari Abdullah bin Thawus dari Ayahnya dari Ibnu Abbas bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memakai obat yang dimasukkan ke
hidung.

4
H.R. Al-Bukhari, Sahîh Al-Bukhâri/7/Bâb al-Su’ûth No. 5691, Hlm. 421
3. Adapun riwayat Imam Ahmad dalam kitab musnadnya, musnad ‘Abdullah
Ibn Abbas Ibn ‘Abdul Muthalib, Juz 4 Hal. 176 No. 2337 adalah sebagai
berikut:
َ ْ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ ٌ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ
ُ
‫ عن أ ِبي ِه‬،‫ حدثنا ابن طاو ٍس‬،‫ أخَب ِن وهيب‬،‫حدثنا َيي بن ِإسحاق‬
َ‫ج َم َوأَ ْعَط‬
َ َ‫احت‬ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ
‫اَّلل َّ صَّل اَّلل علي ِه وسلم‬
َ ُ َ َّ َ َّ َ ْ َ
ِ ‫ أن رسول‬:‫اس‬ ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
ْ ‫ج َر ُه َو‬
َ‫استَ َعط‬ ْ َ َ َّ َ ْ
‫احلجام أ‬
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ishaq telah mengabarkan
kepadaku Wuhaib telah menceritakan kepada kami Ibnu Thawus dari
bapaknya dari Ibnu Abbas: bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berbekam dan memberi upah kepada si pembekam dan beliau mengobati
(menetesi) hidungnya.

C. Penjelasan Hadits
Perkataan wa ista’atha (Dan beliau memasukan obat lewat hidung),
maksudnya adalah beliau menggunakan obat dengan cara telentang lalu meletakan
ganjalan diantara kedua bahunya agar kepalanya bisa terangkat dan kepalanya
tertunduk lalu meneteskan air atau ramuan obat ke dalam lubang hidungnya. Cara
seperti ini supaya obat sampai ke saraf kepala untuk mengeluarkan penyakit yang
ada melalui bersin. Pada bab berikutnya akan dijelaskan bahan-bahan yang
digunakan untuk obat ini. Imam at-Tirmidzi meriwayatkan melalui jalur yang lain
dari Ibnu Abbas, yang dinisbatkan kepada Nabi Saw. bahwa “sebaik-baik obat
yang kamu gunakan untuk berobat adalah sa’ûth”5.

ُ‫َبنَا ْاب ُن ُعيَيْنَ َة قَ َال َسم ْعت‬َ َ ‫َح َّد َثنَا َص َدقَ ُة ْب ُن الْ َف ْضل أَ ْخ‬
Pada bab berikutnya imam Bukhari meriwayatkan hadits sebagai berikut :
ْ‫الز ْهر َّي َع ْن ُعبَيد‬ ُّ
ِ ِ ِ ِ
ُ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َّ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ ْ َ ِّ ُ ْ َ
‫ت ِِمص ٍن قالت س ِمعت انل ِِب صَّل اَّلل َّ علي ِه وسلم يقول‬ ِ ‫اَّلل َّ عن أم قي ٍس بِن‬ ِ
ْ ْ َ
ْ َ َّ َ ْ ْ ْ َ ُ َ
ِِ ‫َعليْك ْم بِ َهذا ال ُعو ِد ال ِهن ِد ِّي ف ِإن ِفي ِه َسبْ َعة أش ِفيَ ٍة ي ُ ْستَ َع ُط بِ ِه ِم ْن ال ُعذ َر‬
6 َْ
ْ َ ْ ُّ َ ‫َو ُي‬
‫ب‬ِ ‫ن‬ ‫اْل‬ ‫ات‬
ِ ‫ذ‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ه‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫ل‬
Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Al Fadl telah
mengabarkan kepada kami Ibnu 'Uyainah dia berkata: saya mendengar Az Zuhri
dari 'Ubaidullah dari Ummu Qais binti Mihshan berkata: saya mendengar Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Gunakanlah dahan kayu India, karena
didalamnya terdapat tujuh macam penyembuh, dan dapat menghilangkan
penyakit (racun) di antaranya adalah radang penyakit paru.' Ibnu Sam'an berkata
dalam haditsnya: "Karena sesungguhnya padanya terdapat obat dari tujuh macam
jenis penyakit, di antaranya adalah radang penyakit paru (dada).

5
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bârî Syarh Shahîh Bukhârî, (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379), Juz 10, Hlm.
147
6
H.R. Al-Bukhari, Sahîh Al-Bukhâri/7/Bâb al-Su’ûth bi al-Qusthi al-Hindî wa al-Bahrî, No. 5692, Hlm.
421
Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bârî, beliau menjelaskan
mengenai makna hadits diatas, bahwa:
Dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah mengabarkan kepadaku, dari
Ummu Qois binti mihshan, dalam riwayat Imam Muslim disebutkan penegasan

ْ ْ ْ َ ُ َ
Ubaidillah bahwa dirinya mendengar langsung dari Ummu Qois.
‫( َعليْك ْم بِ َهذا ال ُعو ِد ال ِهن ِد ِّي‬hendaklah kamu menggunakan kayu India
ini). Demikian disebutkan ditempat ini secara ringkas. Namun, setelah beberapa
bab akan disebutkan di bagian awal yang terdapat kisah “Aku datang kepada Nabi
Saw. membawa anaku dan aku meraba dengan tangan karena sakit ditenggorokan
(amandel), maka beliau bersabda: “Hendaklah kamu menggunakan kayu India
ini”. Imam Ahmad dan para penulis kitab Sunan menyebutkan dari hadits Jabir,
yang dinisbatkan kepada Nabi Saw. “Siapa saja di antara perempuan yang
anaknya terkena penyakit di tenggorokan atau sakit di kepala, maka hendaklah
mengambil qusth India, lalu menggosoknya dengan air kemudian memasukannya
lewat hidung anak itu”. Dalam hadits Anas sesudah dua bab disebutkan
“Sesungguhnya pengobatan paling bagus bagi kalian adalah bekam dan qusthul
bahri”. Hal ini difahami menurut kecocokan masing-masing. Ketika disebutkan
qusth India, maka yang dimaksud adalah untuk penyakit yang memiliki sifat
sangat panas. Pada saat disebut qusth bahri, maka yang dimaksud adalah untuk
penyakit yang panasnya lebih rendah, sebab qusth India lebih panas dari qusth

َ‫( فَإ َّن فيه َسبْ َع َة أَ ْشفية‬sesungguhnya didalamnya terdapat sepuluh obat
bahri.

ٍ ِ ِ ِ ِ
penyembuh). Kata asyfiyah adalah bentuk jamak dari kata syifâ’ (kesembuhan).

ْ َْ َ ْ ََُ َ ْ ُْ ْ َْ
Sama halnya kata dawâ’ menjadi adwiyah.
‫ب‬ ُّ ُ َ َ ْ ُ َ
ِ ‫ات اْلن‬
ِ ‫( أش ِفي ٍة يستعط بِ ِه ِمن العذر ِِ ويل بِ ِه ِمن ذ‬Dimasukan
lewat hidung karena sakit di tenggorokan, dan dimasukan lewat sisi sebelah mulut
karena sakit radang selaput paru-paru). Demikian disebutkan secara ringkas pada
hadits ini dari tujuh menjadi dua. Mungkin saja Nabi Saw. menyebutkan ketujuh
hal itu, tetapi periwayat meringkasnya atau beliau hanya menyebutkan dua hal
karena keduanya ada saat itu, berbeda dengan yang lainnya. Para ahli pengobatan
telah menyebutkan manfaat qusth bahwa ia memperlancar haid dan kencing,
membunuh cacing di usus dan melawan racun, serta demam. Ia juga bisa
menghangatkan usus, membangkitkan syahwat dan mengahilangkan penyakit
pada Unta. Mereka menyebutkan lebih dari tujuh manfaat. Sebagian pensyarah
hadits menjawab tujuh manfaat itu diketahui melalui wahyu sedangkan sisanya
melalui percobaan (eksperimen). Sebagian lagi mengatakan Nabi Saw.
menyebutkan apa yang dibutuhkan apa yang dibutuhkan saja karena beliau tidak
diutus untuk menjelaskan hal-hal ini secara detail.
Mungkin juga tujuh macam itu merupakan sifat-sifat dasar yang dipakai
berobat, karena qusth bisa digunakan dengan cara dioleskan, diminum,
dikompreskan, diteteskan, duapkan, dimasukan lewat hidung dan dimasukan
melalui mulut. Jika dioleskan, maka dimasukan ke salep dan diberi minyak lalu
dicampur. Demikian juga halnya bila dikompreskan. Apabila diminum, maka
dihaluskan lalu dicampur madu atau air atau yang lainnya. Serupa dengannya bila
diteteskan. Bila dimasukan kedalam hidung, maka ditumbuk halus dulu lalu
ditetesan kedalam hidnung. Setiap cara ini bisa memberikan manfaat untuk segala
penyakit yang beragam.
Kata ‘Udzrah artinya sakit ditenggorokan dan biasanya menyerang anak
kecil. Sebagian mengatakan ia adalah nanah yang keluar diantara telinga dan
tenggorokan atau pada lubang antara hidung dan tenggorokan. Sebagian pendapat
dinamai demikian karena umumnya keluar saat terbitnya ‘udzrah yaitu lima
bintang dibawah garis lintang. Bintang-bintang ini juga biasa disebut ‘udzari dan
terbit pada pertengahan musim panas. Kemudian timbul kemusykilan tentang
pengobatan penyakit ini dengan qusth yang memiliki sifat panas, sementara
penyakit Udzrah menyerang anak-anak pada musim panas, disamping tubuh
mereka juga panas, terutama wilayah Hijaz termasuk daerah panas. Kemusykilan
ini dijawab bahwa penyakit udzrah adalah darah yang didominasi lendir.
Sementara qusth mengandung zat yang mengurangi kelembaban. Kemungkinan
juga manfaatnya untuk penyakit ini, karena khasiat tertentu yang dikandungnya.
Disamping itu, obat-obat yang bersifat panas karena faktor-faktor tertentu.
Mengenai penyakit radang selaput dada akan disebutkan pada bab “Memasukan
obat melalui sisi mulut”. Adapun kalimat “Aku masuk kepada Nabi Saw.
membawa anaku”, sudah disebutkan pada pembahasan pada pembahasan tentang
bersuci. Ia adalah hadits lain dari Ummu Qais, hanya saja disebutkan oleh Imam
Bukhari di tempat ini karena masuk dalam cakupan pembahasan7.

D. Analisis Pengaruh Gurah Terhadap Penderita Gangguan Sinusitis Kronik


dan Rinitis Kronik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ali Zaenal Abidin8, bahwa
penelitian yang dilakukan terhadap 66 sampel Unit-unit Teknis Pelayanan SP3T
Jawa Tengah dengan penyakit sinusitis kronik dan pasien sinusitis kronik di
RSUP dr. Kariadi Semarang, dimana 33 pasien sinusitis kronik tanpa gurah
sebagai kontrol dan 33 pasien sinusitis kronis lainnya dengan gurah sebagai
kelompok perlakuan menunjukan bahwa pada uji beda antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol terdapat penurunan bermakna angka kekambuhan sinusitis
kronik pada pasien sinusitis kronik yang mendapat perlakuan gurah dibandingkan
dengan yang tidak mendapatkan perlakuan gurah.
Patofisiologi terjadinya kekambuhan pada pasien yang menderita sinusitis
kronik masih belum banyak diketahui. Proses inflamasi pada yang meningkat
dicurigai oleh karena berbagai etiologi menjadi penyebabnya. Disebutkan oleh
Brook I et all bahwa perubahan status bakteriologis pada sinusitis berperan dalam
terjadinya kekambuhan pada pasien dengan sinusitis kronik.
Penurunan angka kekambuhan pasien sinusitis kronik setelah digurah
dipengaruhi oleh bahan gurah itu sendiri yaitu ramuan Clerodendron serratum
Spreng yang telah distandarisasi. Pada tanaman Clerodendron serratum Spreng
banyak mengandung senyawa aktif, salah satunya adalah senyawa tanin. Senyawa
tanin berfungsi sebagai antiseptik alami. Fungsi antiseptik dari senyawa tanin
berpengaruh dalam patofisiologis terjadinya kekambuhan pada pasien sinusitis
kronik. Tanin sebagai antiseptik mempertahankan status bakteriologis pasien

7
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari [Terj.], (Pustaka Azzam),
Jilid 28, Hlm. 147-150
8
Mahasiswa Program Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
sinusitis kronik. Proses ini menyebabkan tidak terjadinya inflamasi tambahan
pada mukosa sinus9.
Berikut adalah tabel hasil penelitian beliau10:
a. Analisis Karakteristik Sampel
Variabel Gurah Kontrol P
Umur 33,61 ± 5,344 34,45 ± 5,044 0,091*
Jenis Kelamin :
Laki-laki 25 (75,8%) 25 (75,8%) 1,000**
Perempuan 8 (24,2%) 8 (24,2%)
Pendidikan:
SD 2 (6%) 1 (3%) 0,546**
SMP 4 (12,1%) 4 (12,1%)
SMA 15 (45,5%) 19 (45,5%)
D3 4 (12,2%) 5 (15,2%)
S1 5 (15,2%) 4 (12,1%)
S2 3 (9%) 0 (0,0%)
* Uji Mann Whitney
** Uji Chi Square
Pada teabel di atas, data umur didapatkan nilai p=0,091 dengan uji non
parametik menggunakan Mann Whitney yang berarti tidak berbeda signifikan
(p>0,05). Uji non parametik Chi-square data karakteristik jenis kelamin
sampel didapatkan nilai p=1,000 dan data pendidikan terakhir sampel
didapatkan nilai p=0,546 yang berarti tidak berbeda signifikan (p>0,05).

b. Data Kekambuhan Pre Gurah


PreGurah P
Kelompok
Relaps + Relaps -
Gurah - 33 (100%)
Kontrol - 33 (100%)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kekambuhan pada
pasien sebelum dilakukan gurah selama satu bulan terakhir.

c. Analisis Pengaruh Gurah Terhadap Angka Kekambuhan


Bulan 1 Bulan 3 P
Kelompok P
Relaps + Relaps - Relaps + Relaps -
Gurah - 33(100%) - - 33(100%) 0,03*
Kontrol - 33(100%) 5 (15,2%) 28(84,8%)
Ket: *= Uji fisher exact
Baik pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada bulan pertama
belum ada yang terjadi kekambuhan. Pada kelompok kontrol pada bulan
ketiga menunjukan terjadinya kekambuhan sebanyak 5 pasien, sedangkan
pada kelompok perlakuan tidak terjadi kekambuhan hingga bulan ketiga.

9
Ali Zaenal Abidin, Analisis Pengaruh Gurah Pada Penderita Sinusitis Kronik Terhadap Angka
Kekambuhan, Jurnal Medika Muda Program Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro, Hlm. 12
10
Ibid, Hlm. 9-10
Ali Zaenal Abidin menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna
angka kekambuhan sinusitis kronik pada pasien sinusitis kronik yang
mendapat perlakuan gurah dan tidak mendapat perlakuan gurah. Pasien yang
mendapat perlakuan gurah tidak menunjukan adanya gejala kekambuhan
hingga bulan ketiga. Pada pasien sinusitis kronik yang tidak mendapatkan
perlakuan gurah terdapat kekambuhan pada bulan ketiga 11.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
pengobatan gurah bisa dijadikan sebagai pengobatan alternatif untuk
mengobati penderita sinusitis kronik.
Penelitian kedua dilakukan oleh Supomo Sukardono12, Ia melakukan
penelitian tentang transport mukosilia hidung penderita rinitis kronik sebelum
dan sesudah di gurah. Ia melakukan pengumpulan data selama 6 bulan
lamanya, yaitu dari bulan Juni 1997 sampai dengan bulan Desember 1997.
Jumlah subyek penelitiannya adalah 33 orang, tetapi pada satu diantaranya
tidak dapat dilakukan pengukuran waktu transport mukosilia hidung pada hari
ke-10 setelah di gurah, sehingga yang analisis hanya 32 orang.
Pada penelitian in viro aktivitas gerak silia optimal pada suhu 28º-33 ºC,
tetapi in vivo sistem transport mukosilia hidung ternyata masih berfungsi
normal pada suhu antara 10%-70%. Penelitian tersbeut dilakukan di DI
Yogyakarta dan selama penelitian berlangsung tidak terjadi perubahan iklim
maupun cuaca yang ekstrem sehingga faktor cuaca/iklim tidak
mempengaruhi penelitian tersebut. Penelitian dilakukan dengan rancangan
pretest-posttest sehingga panjang konkha, tinggi badan, berat badan, umur
dan jenis kelamin tidak mempengaruhi hasil penelitian.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supomo menunjukan bahwa
penderita rinitis kronik waktu transport mukosilia hidung adalah rerata
10,15±1,68 menit. Ia menyatakan bahwa waktu transport mukosilia hidung
normal sebelum digurah adalah 6,80±1,70 menit, dengan demikian waktu
transport mukosilia pada penderita rinitis kronik lebih panjang dibandingkan
dengan hidung normal.
Waktu transport mukosilia hidung pada hari kedua setelah digurah
memanjang dan berbeda bermakna dibanding sebelum digurah (p<0,05).
Mukosa hidung kelinci mengalami reaksi radang tampak pada 2 jam setelah
ditetesi cairan gurah dan pada hari ke-10 mukosa hidung kembali normal.
Penyebab memanjangnya waktu transport mukosilia hidung penderita rinitis
kronik pada hari kedua setelah digurah belum jelas, namun kemungkinan
berhubungan dengan reaksi radang yang terjadi akibat gurah sehingga terjadi
perubahan selimut mukus atau silia mengalami paralisis. Hal ini perlu diteliti
lebih lanjut.
Waktu transport mukosilia pada hari ke-10 berbeda tidak bermakna
dibanding sebelum digurah. Nilai waktu transport mukosilia hidung penderita
rinitis kronik pada hari ke-10 adalah 9,86±2,04 menit, yang berarti kembali
sebelum digurah.
Supomo menyimpulkan bahwa waktu transport mukosilia hidung
penderita rinitis kronik pada hari kedua setelah digurah terbukti memanjang

11
Ibid
12
Bagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta
dan berbeda bermakna dibanding sebelum digurah, sedangkan pada hari ke-
10, waktu transport mukosilia telah kembali seperti sebelum di gurah 13.
Penulis menyimpulkan bahwa pengobatan gurah tidak cocok untuk
mengobati penderita rinitis kronik karena jika dilihat dari penelitian tersebut,
terdapat perbedaan antara waktu transport mukosilia sebelum dan setelah
digurah. Penelitian tersebut membuktikan bahwa dua hari setelah digurah,
waktu transport mukosilia pada hidung terbukti memanjang.

E. Pemanfaatan Tanaman Senggugu (Clerodendron serratum [L.] Spr.)


Tanaman senggugu merupakan tumbuh liar yang biasanya tumbuh
tempat-tempat terbuka atau sedikit terlindung, tumbuhan ini dapat ditemukan di
hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir kampung, tepi jalan atau dekat air
yang tanahnya sedikit lembab dari dataran rendah. Tanaman ini diduga tumbuhan
asli Asia tropik. Perdu tegak, tingginya sekitar 1-3 meter, batangnya berongga,
berbongkol besar, akar berwarna abu kehitaman, memiliki daun tunggal, tebal dan
kaku, bertangkai pendek, letak berhadapan, bentuk bundar telur sampai lanset,
ujung dan pangkal runcing, tepi bergigi tajam, pertulangan menyirip, kedua
permukaan berambut halus, panjang 8-30 cm, lebar 4-114 cm dan warnanya hijau.
Perbungaan majemuk mulai yang panjangnya 6-40 cm, warnanya putih keunguan,
keluar dari ujung-ujung tangkai. Buah bumi, bulat telur, masih muda hijau, setelah
tua hitam. Perbanyakan dengan biji (Dalimartha, 1999).
Tanaman ini diklasifikasikan kedalam Kingdom Plantae (tumbuh-
tumbuhan), divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), subdivisi Angiospermae
(berbiji tertutup), kelas Dicotyledoneae (berbiji dua), Ordo Solanales, famili
Verbenaceae, genus Clerodendron, spesies Clerodendron serratum [L.] Spr.
Nama lain dari tanaman ini adalah C. Javanicum Walp; Sinar Baungkudu (Batak
Toba); Tinjau handak (Lampung); Senggugu (Melayu); Singgugu (Sunda);
Srigunggu atau sagunggu (Jawa); Kertase, pinggir todek (Madura); san tai hong
tua (China) 14.
Tanaman ini sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terdahulu,
akarnya diremas-remas halu lalu ditelan untuk mendapatkan suara yang jernih.
Seduhan akarnya merupakan obat asma, bronkhitis atau sebagai peluruh air seni
(kencing batu). Di daerah Yogyakarta, senggugu digunakan untuk gurah, yaitu
kulit akarnya ditumbuk lalu diseduh dengan air, kemudian diteteskan kedalam
hidung guna mengobati berbagai penyakit yang berkaitan dengan lendir. Efek dari
gurah ini berupa keluanya lendir dari hidung dan mulut.
Daun senggugu bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesegaran wanita yang
sedang dalam masa nifas. Jika digunakan sebagai obat luar, daun senggugu
ditumbuk dengan adas pulosari untuk encok dan nyeri atau kelelahan pada sendi.
Daun mudanya digerus diremas-remas lalu ditambah sedikit kapur menjadi obat
gosok. Seduhan daun dengan garam serta temulawak dapat diminum untuk perut
yang membusung dan sebagai obat cacing. Infus daun senggugu sudah diteliti
secara in virto mampu menghancurkan batu ginjal. Penelitian di National Cancer

13
Supomo Sukardono, Transport mukosilia hidung penderita rinitis kronik sebelum dan sesudah gurah,
[Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran Vol. 36 No. 4 Tahun 2004], Hlm. 230
14
Rizki Abdul Basit, Fahmi Luthfie, Riska Noviana, Pemanfaatan akar daun senggugu (Clerodendron
serratum [L.] Spr.) sebagai permen pastiles untuk meredakan batuk dan menjernihkan suara, Makalah
Program Kreativitas Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, (IPB, 2011), Hlm. 4
Institut, Washington mengatakan bahwa ekstrak air dari tumbuhan ini aktif
sebagai ant-HIV in vitro (Harbone, 1987)15.
Kandungan kimia tumbuhan senggugu pada bagian-bagian tubuhnya juga
berbeda-beda. Daunnya mengandung unsur kalium, sedikit natrium, alkaloid dan
flavonoid flavon. Sementara kulit batangnya mengandung senyawa triterpen,
asam urenulat, asam kuetaruat dan asam seratogenat (Harbone, 1987)16.
Akar senggugu mengandung glikosida fenol, manitol dan sitosterol. Selain
itu, terkandung juga flavonoids, triterpenoids, tannins, quinones dan saponins
dalam ekstrak etanoliknya. Saponins dapat mengganggu replikasi Deoxyribo
Nucleic Acid (DNA), mencegah multiplikasi sel kanker dan menstimulasi respon
imun. Tannins mempunyai efek sebagai antioksidan yang dapat menghambat
aktivitas karsinogen dan perkembangan kanker. Sterol adalah sekelompok
senyawa yang mempunyai karakteristik struktur cincin kompleks steroid dengan
berbagai variasi. Sitosterol adalah sterol yang banyak terdapat dalam makanan
nabati. Sitosterol menyusun sekitar 45-95% dari total sterol dalam makanan
nabati. Sitosterol memiliki anti tumor, anti mikroba, anti inflamasi dan aktivitas
imunomodulasi. Flavonoids terdiri atas sekelompok besar poliphenol dengan
berat molekul rendah yang merupakan metabolit sekunder dari tanaman.
Flavonoids telah dikenal mempunyai efek sebagai antioksidan, antibakterial,
aktivitas antiviral, antiinflamasi, antikanker, analgesik, hepatoprotektif dan
antialergi17.
Pemanfaatan senggugu pada saat ini adalah dengan cara pengobatan
tradisional gurah. Pengobatan ini dilakukan dengan menggunakan tanaman
senggugu yang terlebih dahulu dijadikan ekstrak dari bagian daun dan akar, lalu
diteteskan kedalam hidung. Cara ini sangat ampuh dalam menyembuhkan batuk
dan penyakit pernafasan lainnya serta pengobatan ini juga bisa menjernihkan
suara. Namun efek yang dirasakan saat melakukan pengobatan gurah ini adalah
rasa perih atau sakit ketika obat ini dimasukan kedalam lubang hidung. Oleh sebab
itu, pengobatan ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu yang sudah
faham terhadap pengobatan gurah. Adapun efek farmakologi dari kulit akar
senggugu yaitu mukolitik, antiinflamasi dan trakeospasmolitik. Selain itu, ekstrak
etanolik akar senggugu juga memiliki efek antinosiseptif, antipiretik dan
hepatoprotektif18.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata ista’atha dalam hadits
tersebut bermakna bahwa Rasulullah Saw. memasukan obat kedalam hidung. Beliau
menggunakan obat tersebut dengan cara telentang lalu meletakan ganjalan diantara kedua
bahunya agar kepalanya bisa terangkat dan kepalanya tertunduk lalu meneteskan air atau
ramuan obat kedalam hidungnya. Cara ini dilakukan supaya obat atau ramuan obat
tersebut sampai ke bagian saraf kepala untuk mengeluarkan penyakit yang ada melalui

15
Ibid, Hlm. 5
16
Ibid
17
Fitriani Ikhsaniatun, Pengaruh pemberian ekstrak akar senggugu (Clerodendron serratum [L.] Spr.)
terhadap derajat inflamasi bronkus mencit Balb/C model asma alergi, Skripsi Universitas Sebelas Maret,
(Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010), Hlm. 9
18
Ibid
bersin. Adapun bahan yang digunakan untuk membuat ramuan obatnya, Rasulullah
menganjurkan untuk menggunakan kayu Hindi. Namun pada saat ini, tanaman yang
banyak digunakan untuk ramuan obat yang dimasukan kedalam hidung adalah tanaman
senggugu.
Pengobatan tradisional dengan cara memasukan obat atau ramuan herbal kedalam
lubang hidung dengan maksud untuk menyembuhkan berbagai penyakit hidung dan
saluran pernafasan dinamakan dengan pengobatan gurah. Dalam prakteknya, bahan yang
digunakan sebagai ramuan gurah adalah tanaman senggugu (Clerodendron serratum [L.]
Spr.). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh sarjana kedokteran di beberapa
universitas dapat disimpulkan bahwa pengobatan gurah terbukti bisa dijadikan sebagai
pengobatan alternatif untuk penderita sinusitis kronik, namun pengobatan gurah tidak
disarankan untuk penderita rinitis kronik.
Pengobatan gurah juga bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit batuk dan
penyakit pernafasan lainnya serta gurah juga bisa menjernihkan suara. Adapun efek yang
dirasakan saat melakukan gurah adalah rasa perih atau sakit ketika ramuan obat ini
diteteskan kedalam lubang hidung. Oleh sebab itu, pengobatan ini hanya bisa dilakukan
oleh orang-orang tertentu yang sudah faham mengenai tata cara pengobatan gurah.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Basit, Rizki, Fahmi Luthfie, Riska Noviana. 2011. Pemanfaatan akar daun
senggugu (Clerodendron serratum [L.] Spr.) sebagai permen pastiles untuk
meredakan batuk dan menjernihkan suara. [Makalah Program Kreativitas
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor].
Abû Abdillah al-Bukhârî al-Ju’fî, Muhammad Ibn Ismâ’îl. 1422 H. Shahih al-Bukhari.
Dâr Tûqu al-Najâh.
Abu al-Hasan al-Qusyairi al-Naisaburi, Muslim Ibn Hajaj. Shahih Muslim. Beirut: Dâr
Ihya al-Turats al-‘Arabi.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 1379 H. Fath al-Bârî Syarh Shahîh Bukhârî. Beirut: Dâr al-
Ma’rifah.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari [Terj.].
Pustaka Azzam.
Ibn al-‘Asyats, Abu Dawud Sulaiman. Sunan Abu Dawud. Beirut: Al-Maktabatu al-
‘Ishriyyah.
Ibn Muhammad Ibn Hanbal, Abu Abdullah Ahmad. 1421 H. Musnad al-Imam Ahmad
Ibn Hanbal. Mu’asasah al-Risalah.
Ikhsaniatun, Fitriani. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak akar senggugu (Clerodendron
serratum [L.] Spr.) terhadap derajat inflamasi bronkus mencit Balb/C model
asma alergi. [Skripsi Universitas Sebelas Maret]. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-Munawwir : Kamus Arab-Indonesia terlengkap. Surabaya
: Pustaka Progresif.
Noya, Dr. Allert Benedicto Leuan. 2021. Fakta Tentang Gurah Untuk Mengobati
Gangguan Sinus. [online]. https://alodokter.com/fakta-tentang-gurah-untuk-
mengobati-gangguan-
sinus#:~:text=Namun%2C%20sebuah%20penelitian%20menunjukan%20bahwa
,bersin%2Cserta%20keluhan%20hidung%20tersumbat. Diakses pada 23 Maret
2021.
Sukardono, Supomo. 2004. Transport mukosilia hidung penderita rinitis kronik sebelum
dan sesudah gurah. [Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran Vol. 36 No. 4 Tahun 2004]
Zaenal Abidin, Ali. 2012. Analisis Pengaruh Gurah Pada Penderita Sinusitis Kronik
Terhadap Angka Kekambuhan. [Jurnal Medika Muda Program Sarjana
Kedokteran Universitas Diponegoro]

Anda mungkin juga menyukai