Anda di halaman 1dari 6

Bab Siwak

Bab ini kadang juga disebut bab perbuatan-perbuatan membersihkan


badan . Disebut bab siwak karena pembahasan yang paling banyak dalam bab ini
1

adalah mengenai siwak.


Pembahsan pertama: pengertian bersiwak
Secara Bahasa bersiwak mempunyai arti menggosok. Sedangkan menurut syara’
menggosok gigi dan bagian-bagian sekitarnya dengan suatu yang kasar.
Keutamaan bersiwak:
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW sesungguhnya
beliau bersabda:
“seandainya aku tidak akan membebani ummatku, nisacya akan aku perintahkan
mereka untuk bersiwak setiap hendak melakukan shalat” (HR. Bukhari).
dalam suatu Riwayat disebutkan “besertaan setiap melakukakan wudhu2” (HR.
Bukhari).
Beliau nabi juga bersabda:
“bersiwak bisa membersihkan mulut, membuat allah SWT ridho akan
memperjelas penglihatan.”3 (HR. Bukhori)
Nabi juga bersabda:
“shalat dua rakaat dengan bersiwak lebih baik daripada tujuh puluh rakaat tanpa
bersiwak.”4 (HR. Abu Nu’im dan Daru-at Qutni)
Dan juga bersabda:
“keutamaan shalat dan bersiwak itu tujuh puluh kali lipat disbanding shalat tanpa
bersiwak.” (HR. Ahmad dan Khuzaimah)
Faedah-faedah bersiwak

1
Dan dalam tafsir firman Yang Mahakuasa kepadanya, “Dan jika dia datang, aku akan melihatnya dengan
segala pesonanya.” [Al- Baqarah: 124] Tarous berkata: Atas otoritas Ibn Abbas, semoga Tuhan ridha kepada
mereka berdua: Allah mengujinya dengan sepuluh hal, yaitu sifat naluriah, lima di kepala meliputi wajah,
memotong kumis, berkumur, mengendus, tusuk gigi, dan membelah kepala, Dan lima di tubuh : potong
kuku, cabut ketiak, cukur kemaluan, khitanan dan pembersihan.
2
Al- Bukhari memasukkannya ke dalam surat Jumat, Miswak pada hari Jumat (887), dan Muslim dalam
Kesucian, Bab Miswak (1: 220) (252)
3
Al- Bukhari menyebutkannya dalam komentar tentang puasa, bab tentang siwak basah dan kering untuk
orang yang berpuasa, dan dia mengeluarkannya dihubungkan oleh Ahmad (1: 10), dan al- Nasa'i dalam
Kesucian, bab tentang menganjurkan siwak (1:10).
4
Itu dimasukkan oleh Abu Naim di Al- Hilyah dengan rantai transmisi yang baik, dan Al- Daraqutni di Al-
Afrad, dan orang- orangnya disahkan, "Kashf Al- Khafa" (1:434).
Faedah-faedah bersiwak sangat banyak. Sebagian ulama’ ada yang menghitung
jumlahnya hingga mencapai tujuh puluh faedah. Diantaranya bersiwak bisa
menambah kefasihan, kecerdasan dan hafalan bisa mempertajam penglihatan
memudahkan lepasnya ruh, mengetarkan musuh, melipat gandakan pahala,
memperlambat tumbuhnya uban, membersihkan bau mulut, menghilangkan
kotoran dan kuning-kuning pada gigi, memperkuat gusi, memperbaiki
pertumbuhan, menjadikan allah SWT ridho, memutihkan gigi, mendapatkan
kekayaan dan kemudahan, menghilangkan pusing dan otot kepala, menyehatkan
dan memperkuat pencernaan, membersihkan hati, dan faedah yang paling agung
adalah memudahkan pembacaan kalimat syahadat saat menjelang ajal.
Hukum bersiwak ada lima
1) Wajib, Ketika hanya bersiwak yang bisa menghilangkan najis dan bau
mulut tak sedap saat hendak shalat jumat, dan Ketika nadzar untuk
bersiwak.
2) Sunnah, dan ini adalah hukum asal bersiwak. Bersiwak sangat
dianjurkan dalam beberapa tempat sebagaimana yang disyaratkan
Sebagian ulama’: “disunnahkan bersiwak setiap waktu dan terhadap,
beberapa tempat yang sangat dianjurkan oleh orang yang membawa
berita gembira (Nabi SAW). Wudhu, shalat, Bersama teman, masuk ke
rumah, hendak tidur, bangun tidur, dan saat bau mulut tidak sedap.5
3) Makruh, yaitu bagi orang yang berpuasa setelah tergelincirnya
matahari. Imam Nawawi memilih hukum tidak makruh, sebagaimana
yang dikatakan penyusun nadzam shafwatul az-zubad: “Adapun
bersiwak bagi orang yang berpuasa setelah setangah hari, maka hukum
yang dipilih tidak makruh, dan haram menyambung puasa tanpa
disela-selai berbuka.
4) Tilaful awla (tidak melakukan yang terbaik), bersiwak dengan siwak
orang lain disertai izin. Namun jika tujuannya untuk mendapatkan
barokah (semisal siwaknya orang sholeh) maka hukumnya sunnah.
5) Haram, yaitu menggunakan siwak orang lain tanpa izin dan tidak
mengetahui kerelaan pemiliknya.
Masih memperselisihkan mengenai waktu bersiwak saat wudhu dan
mandi. Menurut imam ar-ramli waktunya adalah sebelum membasuh
kedua telapak tangan. Sehingga butuh niat sunnah wudhu atau mandi
saat bersiwak. Sedangkan menurut Ibnu Hajar waktuya adalah setelah
membasuh kedua telapak tangan, sehingga untuk menghsilakan
kesunnahan tidak butuh untuk diniati.
5
Itu dimasukkan oleh Ahmad (6: 272) dan Ibnu Khuzaymah dalam bab tentang keutamaan shalat yang
disalahgunakannya (1: 71, No. (137) dan dia berkata: Saya mengesampingkan keabsahan ini berita, karena
saya khawatir Muhammad bin Ishaq tidak mendengar dari Muhammad bin Muslim, tetapi dia
membuktikannya Tentang dia dan al- Hakim (1:146) dan dia berkata:
Sahih menurut syarat Muslim dan disetujui oleh Al- Dhahabi. (3) Setiap perubahan bau mulut yang lebih
parah, yaitu berdiam diri atau tidak makan dalam waktu lama.
Tingkatan siwak
Siwak mempunyai lima tingakatan:
1) Bersiwak dengann kayu arak.
2) Bersiwak dengan pelepah daun kurma.6
3) Bersiwak dengan kayu zaitun.
4) Bersiwak dengan kayu yang berbau wangi selain tangkai bunga.
5) Bersiwak dengan kayu-kayu yang lain.
Setiap tingkaatn ini memiliki lima tingkatan lagi, sehingga semuanya ada dua
puluh lima tingkatan. Dan tingkatan yang paling utama adalah sebagai berikut:
1) Bersiwak dengan kayu arak yang dibasahi dengan air.
2) Bersiwak dengan kayu arak yang dibasahi dengan air mawar.
3) Bersiwak dengan kayu arak yang dibasahi dengan ludah.
4) Bersiwak dengan kayu arak basah.7
5) Bersiwak dengan kayu arak kering.
Sebagian ulama berkata dalam sebuah nadzam tentang tingkatan-tingkatan ini:
“kayu arak, pelepah kurma, zaitun dengan berurutan, lalu kayu yang berbau
wangi, dan sempurnakanlah dengan kayu-kayu yang lain.” Ketahuilah dan
amalkanlah didalam kayu arak, yaitu setiap kayu arak yang dibasahi air lalu air
mawar, kemudian ludah, lalu arak basah,8 dan terakhir arka kering.”
Cara memegang siwak
Meletakan jari kelingking tangan kanan dibagian bawah siawak dan meletakan
jari manis, jari tengah dan jari telunjuk diatas siwak, sedangkan posisi ibu jari,
berada diabawah ujung atas siwak.
Cara pemakaian siwak
Menggosok bagian lebarnya gigi dan panjangnya lidah9. Dimulai dari bagian
mulut sebelah kanan dengan meratakan seluruh bagian gigi atas bawah, luar dan
dalam. Kemudian melakukan hal yang sama pada bagian mulut sebelah kiri.
Ukuran Panjang siwak
Disunnah Panjang ukuran siwak tidak melebihi satu jengkal dan tidak kurang dari
empat jari. “ya allah, dengan siwak putihkanlah gigiku, kuatkan gusiku, tetapkan
6
Ketika al- Bukhari meriwayatkan bahwa siwak terakhir yang digunakan oleh Nabi pada saat kematian, itu
dari daun pohon kurma, dan itu adalah daun dari anyaman yang tidak tumbuh di atasnya. Dengan menggali,
dan dia sama seperti Anda dan para nabi sebelum saya.
7
Ketika dikatakan: Ia mewarisi penyakit kusta
8
Siwak kering, tidak lembek, disajikan di rumah dalam keadaan basah, dan disetujui oleh Syekh Muhammad
al- Haqni; Karena lebih kuat menghilangkan perubahan, dan itu bertentangan dengan tatanan yang
dihadirkan.
9
Tidak lama, karena akan mengeluarkan darah (3) Lahatti: Daging di bagian paling atas langit- langit
langit-langit mulutku, fasihkan lisanku, berkahilah aku dalam bersiwak dan
berikanlah pahala atasku bersiwak, wahai tuhan yang paling belas kasih”.
Pemasalahan-permasalahan terkait bersiwak.
1) Makna dari sabda Nabi Muhammad SAW: “sungguh bau mulut orang
yang puasa lebih wangi disisi allah dibanding baunya minyak misik.”10
Yaitu sesungguhnya bau mulut orang yang puasa lebih utama daripada
bau minyak misik yang disunnahkan Ketika shalat jum’at dan dua hari
raya, ditinjau dari sisi pahalanya.
2) Sunnah menelan ludah dipermulaan bersiwak dengan siwak yang baru
dan tidak sunnah menghisap siwak. Sunnah membersihkan sela-sela
gigi sebelum dan setelah bersiwak. Dan sunnah meletakan siwak
dibawah dalam keadaan tegak, tidak dibiarkan tergeletak begitu saja.
Makruh memasukan siwak kedalam air wudhu. Dan juga makruh
bersiwak dengan bagian samping siwak, tidak dengan ujungnya.
3) Ulama’ sepakat bahwa bersiwak dengan jari dihukumi sah, jika
menggunakan jari orang lain yang masih menempel di badan dan agak
kasar begitu juga dihukumi sah menurut Ibnu Hajar. Jika
menggunakan jari sendiri atau orang lain yang sudah terpisah dari
badan, jika keduanya kasar. Berbeda dengan imam Rr-Ramli yang
mengatakan sah bersiwak dengan keduanya.
Membersihkan badan yang kedua: bercela’
Sunnah bercela’ dengan hitungan ganjil, 3 usapan pada mata kanan dan 3 usapan
pada mata kiri setiap malam setiap hendak tidur. Sunnah menggunkan cela’
itsmid. Ketika bercela’ sunnah berdoa: “ya allah tajamkanlah penglihatan ku dan
mata hatiku. Jadikan hatiku lebih baik daripada yang Nampak padaku. Dan
jadikan apa yang Nampak dariku sesuatu yang baik.”
Membersihkan badan yang tiga: meminyaki badan
Menggunakan minyak dilakukan waktu demi waktu. Dan semakin dianjurkan saat
kulit kering dan dimusim dingin
Membersihkan badan yang keempat: membersihkan bulu ketiak
Bagi laki-laki sunnah memebersihkan bulu ketiak dengan cara mencabut,
sedangkan perempuan dengan cara mencukur.
Membersihkan badan yang kelima: membersihkan bulu kemaluan

10
Al- Bukhari memasukkannya dalam Kitab Puasa Bab Keutamaan Puasa (1894) dan Muslim dalam Puasa
Bab Keutamaan Puasa 2/807 (163). (2) Dan sebagian dari mereka berkata: Sebaliknya, itu lembut kapan pun
Anda suka, dan tidak diharuskan baru.
Membersihkan badab ini disebut dengan istilah istihdad. Bagi laki-laki sunnah
membersihkan dengan cara mencukur sedangkan perempuan sunnah dengan cara
mencabut.
Membersihkan badan yang keenam: memotong kuku
Dalam memotong kuku sunnah dimulai dari bagian kanan. Dann ada
beberapa cara dengan memotong kuku, sebagaimana berikut ini:
1) Dimulai dari jari telunjuk tangan kanan sampai jari kelingking tangan
kanan. Kemudian dari jari kelingking tangan kiri sampai ibu jari tangan
kiri, dan diakhiri dengan ibu jari tangan kanan. Cara ini menunrut imam
al-ghazali
2) Dimulai dari jari telunjuk tangan kanan sampai jari kelingkingnya, lalu ibu
jari tangan kanan. Kemudian dari jari kelingking tangan kiri sampai ibu
jari. Cara ini menurut imam An-Nawawi.
3) Dimulai dari jari jemari tangan kanan sesuai huruf howabas,11 (kelingking,
tengah, jempol, manis, telunjuk) dilanjutkan dari tangan kiri sesuai urutan
huruf awhosban (jempol, tengah, kelingking, manis, telunjuk).
Semua ini adalah bentuk potongan kuku jari tangan sedangkan dalam
pemotongan kuku jari kaki sunnah dimulai dari jari kelingking kaki kanan sampai
jari kelingking kaki kiri sunnah untuk memotong pada hari senin, kamis, dan pagi
hari jum’at. Setelah memotong sunnah unntuk membasuh jari.
Membersihkan badan yang ketujuh: khitan
Khitan adalah memotong kulit yang berada di bagian atas kemaluan khitan
hukumnya wajib bagi laki-laki dan perempuan yang sudah baligh khitan sunnah
dilaksanakan pada hari ketujuh setelah kelahiran. Bagian yang harus dipotong saat
mengkhitan laki-laki adalah semua kulit yang menutupi khasyafah (ujung/kepala
kemaluan). Sedangkan dalam mengkhitan perempuan sudah dianggap cukup
dengan memotong Sebagian badzri.
Membersihkan badan yang lain: mencukur kumis sekira bagian bibir yang merah
tidak lagi tertutup dan membasuh barajim yaitu bagian sela-sela jari tangan.
Hukumnya makruh melakukan qadza’, yaitu mencukur Sebagian rambut kepala
dan membiarkan rambut yang lain. Dan juga makruh mencukur rawis dan alis.
Hukum mencukur jenggot

11
Imam Ahmad menyatakan bahwa itu diinginkan dan untuk hadits yang disebutkan oleh Ibn Qudamah
dalam Al- Mughni: Siapa pun yang memotong kukunya berlawanan tidak akan melihat ophthalmia di
matanya, dan arti sebaliknya: berada dalam urutan yang disebutkan di atas atau seperti, yang merupakan
awal dari nama- nama jari, jadi khawabs artinya: jari kelingking, lalu tengah Lalu jempol, lalu kemenangan,
lalu siyaba, serta “atau kalah”, dan beberapa dari mereka mengatakan tentang itu: Potong kuku pada
sunnah dan adab. Dan Imam Al- Rafi’i menceritakan sebuah pandangan yang janggal bahwa hukumnya
wajib bagi laki- laki dan sunnah bagi perempuan. (2) Ini Mendaki dan mengambil dari sisi
Imam Syafi’ di dalam kitab Al-‘Umm mempertegas bahwa hukum mencukur
jenggot adalah haram. Sedangkan Imam Nawawi dan Imam Ar-Rafi’ lebih
memilih hukum makruh. Dan ini adalah pendapat yang lebih kuat menurut syaiqul
Imam Zakariah Al-Anshari, Ibnu Hajar, Ar-Ramli, Al-Khatib As-Syirbini dan
ulama’-ulama’ yang lain.12

Hukum menyemir rambut kepala dan jenggot dengan semir hitam


Hukum menyemir dengan semir hitam hukumnya haram. Kecuali karena tujuan
berperang, dan bagi Wanita atas perintah suaminya menurut Imam Ar-Ramli hal
ini sebagaimana yang dikatakan penyusun nadzam shafwatl Az-zubad:
“dan disunnahkan bercela’ dengan hitungan ganjil, dan minyakilah rambut,dan
cukurlah kuku.” Cukurlah ketiak dan cukurlah kumis, cukurlah bulu kemaluan.
Dan khitan itu wajib hukumnya” bagi orang baligh, yaitu memotong bagian yang
menutupi bagian khasyafah laki-laki, dan memotong Sebagian bidzir bagi
perempuan, dan makruh melakukan kaza’ dan makruh meyukur rawis, jenggot
dan alis.

12
Dari subsidi para pemohon dengan disposisi.

Anda mungkin juga menyukai